Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KRITIS

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disuusun oleh : Steven Hezkia Tri Kurnia


NIM : 2053001
Dosen Pengampu : Yunus Elon, MSN.

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADAVENT INDONESIA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.
Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin,
namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu
menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri. Bakteriuria bermakna yang
disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang
tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin
memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot
polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter,
sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian tersebut. Uterus pada
kehamilan dapat pula menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus
ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen
menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah
mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap
infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang
asam dan berfungsi sebagai antibakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang
sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hyperplasia
prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di
bawah saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan
obstruksi  aliran yang merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam
keadaan normal, sekresi prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami infeksi saluran kemih berulang
karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yamg menurun, dan
peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami
cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga
mengalami peningkatan risiko infeksi.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Infeksi Saluran Kemih.


2. Mempelajari anatomi fisiologi dan Etiologi Infeksi Saluran Kemih.
3. Menjelaskan patofisiologi Infeksi Saluran Kemih.
4. Mempelajari pemeriksaan dan penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih.
5. Mengetahui asuhan keperawatan sampai dengan evaluasi terhadap pasien
Infeksi Saluran Kemih.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran
kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi Saluran
Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan pada manifestasi bakteri
pada saluran kemih.
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau
tanpa disertai dengan gejala. Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius
merupakan suatu keadaan dimana terdapat bakteriuria yaitu mikroorganisme
pathogen 105/ml pada urine pancarann tengah yang dikumpulkan secara benar.
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan yang
disebabkan oleh mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya 105/ml
bakteri pathogen dalam urine seseorang.

B. Anatomi Fisiologi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan:

Berdasarkan letak peradangan yaitu :

1.      Kandung kemih (sistitis)

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering


disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat
disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra kedalam kandung kemih
(refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau
sistoskop.

2.      Uretra (uretritis)

Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di


golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal
disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak
seksual. Uretritis non gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan
dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma urelytikum.

3.      Prostat (prostatitis)

4.      Ginjal (pielonefritis)

Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi


bakteri pada ginjal,tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal.

Infeksi saluran kemih  pada usia lanjut dibedakan menjadi :

1.      Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated ( Simple )

Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita


dengan saluran kencing baik, anatomik maupun fungsional normal.
Infeksi saluran kemih  ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita
wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung
kemih.

2.      Infeksi Saluran Kemih Complicated


Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan
shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan 
sebagai berikut :

 Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu,


reflex vesiko uretral obstruksi, atoni kandung kemih,
paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
 Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal
ginjal kronik.
 Gangguan daya tahan tubuh.
 Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen
seperti prosteus yang memproduksi urease.

C. Etiologi

1.      Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

a.       Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

b.      Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

c.       Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci dll.

2.      Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

a.       Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat


pengosongan kandung kemih yang kurang efektif

b.      Mobilitas menurun

c.       Nutrisi yang sering kurang baik

d.      Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e.       Adanya hambatan pada aliran urin

f.       Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat


D. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh


mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit.

Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal,


tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh
terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil,
diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga
memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.

Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex


yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana
jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke
vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi
meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika
urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan


sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat
membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan
dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan
mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan
menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri
yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine


mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung
glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran
mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang
menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis  ini
memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan
urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung


kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari
pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria
dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses
fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan


berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila
saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar
sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung
kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama
pada keadaan trauma urethra.
E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan


diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :

1.      Laboratorium

a.       Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus,


bakteri dan pH meningkat.
b.      Urine kultur : Untuk menentukan jenis kuman atau
penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll

c.       Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan


kreatinin.

2.      Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )

a.       Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab


nyeri abdominal, panggul.

b.      Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

3.      Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada


kandung kemih

F. Penatalaksaan
Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dan bakteri dan
mencegah atau mengendalikan infeksi berulang. Ada beberapa metode pengobatan
ISK yang lazim dipakai, yaitu:
a. Pengobatan dosis tunggal, yaitu obat diberikan 1 kali.
b. Pengobatan jangka pendek, yaitu 1-2 minggu.
c. Pengobatan jangka panjang, yaitu 3-4 minggu.
d. Pengobatan profilaktif, yaitu 1x sehari dalam waktu 3-6 bulan

III. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien


dengan ISK antara lain:

1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.


2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
 Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
 Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
 Bagaimana dengan pemasangan kateter?
 Imobilisasi dalam waktu yang lama.
 Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
 Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) 
 Adakah disuria?
 Adakah urgensi?
 Adakah darah sewaktu berkemih?
 Adakah hesitancy?
 Adakah bau urine yang menyengat?
 Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
 Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah
 Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas
 Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas.

B. Analisa Data

Data Subyektif Data Obyektif Masalah


·        Pasein ·        Pasien terlihat Nyeri
mengatakan nyeri saat meringis saat buang air
berkemih kecil
·        Pasien ·        Pemeriksaan
mengatakan nyeri saat PQRST:
perkusi panggul P:
Q:
R:
S:
T:
·      Pasien mengatakan ·      Urin pasien berwarna Gangguan eliminasi
kencingnya tersendat- keruh, terdapat darah, urinarius
sendat purulent.
·      Pasien mengatakan ·      Hasil pemeriksaan
sering ingin buang air lab adanya bakteri
kecil, tapi urinnya tidak pathogen
keluar
·      Pasien me
·        Pasien ·        Suhu tubuh pasien Hipertermia
mengatakan badannya meningkat 38-390C
panas
·        Pasien ·        Mata pasien terlihat Insomnia
mengatakan susuah lelah dan merah
tidur di malam hari ·        Terdapat lingkar
·        Pasien hitam pada mata
mengatakan hanya bisa
tidur 2 sampai 3 jam /
hari
·        Pasien
mengatakan sering
terbangun di malam hari
·        Pasien
mengatakan tidak bisa
tidur siang
·       Pasien mengatakan ·       Pasien terlihat  Defisiensi pengetahuan
tidak paham tentang bingung ketika ditanya
penyakitnya tentang penyakitnya
·       Pasien mengatakan
tidak tahu tentang
pengobatan penyakitnya

C. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan
psikologis.
b. Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi
saluran kemih, penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
d. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi,
salah interpretasi informasi, tidak familier dengan sumber informasi.

D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan dan Rencana Rasional


Kriteria Hasil Tindakan
1.      Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Mandiri Mandiri
agen cedera biologis, fisik, Setelah dilakukan 1. Berikan 1. meningkatkan
zatkimia, dan psikologis. asuhan tindakan relaksasi,
keperawatan ...x 24 nyaman, seperti menurunkan
ditandai dengan : jam diharapkan pijatan tegangan otot
DS: masalah nyeri dapat punggung,
·         Pasein mengatakan teratasi dengan lingkungan 2. membantu
nyeri saat berkemih kriteria hasil : istirahat mengarahkan
·         Pasien mengatakan 1.      Tidak nyeri 2. Bantu atau kembali perhatian
nyeri saat perkusi panggul waktu berkemih . dorong dan untuk relaksasi
2.      Tidak nyeri penggunaan otot
pada perkusi panggul nafas berfokus 3. untuk mencegah
DO: kontaminasi uretra
3. Berikan 4. Kateter
·         Pasien terlihat perawatan memberikan jalan
meringis saat buang air perineal bakteri untuk
kecil memasuki kandung
·         Pemeriksaan PQRST: 4. Jika dipasang kemih dan naik
P: kateter kesaluran
Q: indwelling, perkemihan.
R: berikan 5. membantu
S: perawatan mengevaluasi
T: kateter 2 kali tempat obstruksi dan
per hari penyebab nyeri

5. Catat lokasi, 6. untuk


lamanya mengidentifikasi
intensitas skala indikasi kemajuan
(1-10) atau penyimpangan
penyebaran dari hasil yang
nyeri. diharapkan
6. Pantau
haluaran urine
terhadap Kolaborasi
perubahan 1. Temuan- temuan
warna, bau dan ini dapat memeberi
pola berkemih, tanda kerusakan
masukan dan jaringan lanjut dan
haluaran setiap perlu pemeriksaan
8 jam dan luas
pantau hasil
urinalisis ulang

Kolaborasi
1. Konsul dokter
bila:
sebelumnya
kuning gading-
urine kuning,
jingga gelap, 2. analgesic
berkabut atau memblok lintasan
keruh. Plak nyeri sehingga
berkemih mengurangi nyeri
berubah, sering
berkemih
dengan jumlah
sedikit,
perasaan ingin
kencing,
menetes setelah
berkemih. Nyeri
menetap atau
bertambah sakit
2. Berikan
analgesic sesuai
kebutuhan dan
evaluasi
keberhasilannya

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Rasional


dan Tindakan
Kriteria Hasil
2. Gangguan eliminasi Tujuan : Mandiri Mandiri
urinarius berhubungan Setelah dilakukan 1. Dorong 1. peningkatan
dengan obstruksi asuhan meningkatkan hidrasi membilas
anatomik,  infeksi keperawatan … x pemasukan bakteri.
saluran kemih, penyebab 24 jam diharapkan cairan 2. retensi urin dapat
multiple, gangguan masalah gangguan 2. Kaji keluhan terjadi
sensorik-motorik. eliminasi urinarius kandung menyebabkan
ditandai dengan : dapat teratasi kemih penuh distensi jaringan
DS : dengan kriteria (kandung
·         Pasien mengatakan hasil : kemih/ginjal)
kencingnya tersendat- 1. Polaeliminasi 3. Observasi 3. akumulasi sisa
sendat membaik perubahan uremik dan ketidak
·         Pasien mengatakan 2. tidak terjadi status mental, seimbangan
sering ingin buang air tanda-tanda perilaku atau elektrolit dapat
kecil, tapi urinnya tidak gangguan berkemih tingkat menjadi toksik
keluar (urgensi, oliguri, kesadaran pada susunan saraf
disuria) pusat
4. Awasi 4. memberikan
pemasukan informasi tentang
DO : dan fungsi ginjal dan
·         Urin pasien pengeluaran adanya komplikasi
berwarna keruh, terdapat karakteristik 5. untuk mencegah
darah, purulent. urin statis urin
·         Hasil pemeriksaan
lab adanya bakteri Kolaborasi :
pathogen 5. Kecuali 1. aamurin
dikontraindika menghalangi
sikan: ubah tumbuhnya kuman.
posisi pasien Peningkatan
setiap dua jam masukan sari buah
Kolaborasi : dapt berpengaruh
1. Lakukan dalam pengobatan
tindakan untuk infeksi saluran
memelihara kemih Awasi
asam urin: pemeriksaan
tingkatkan laboratorium;
masukan sari elektrolit, BUN,
buah berry dan kreatinin
berikan obat-
obat untuk
meningkatkan
aamurin.

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Rasional


dan Tindakan
Kriteria Hasil
3. Hipertermia berhubungan Tujuan : Mandiri Mandiri
dengan proses penyakit. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 2. pengetahuan
ditandai dengan asuhan pada keluarga yang memadai
DS   : keperawatan ... x tindakan memungkinkan
·                  Pasien 24 jam diharapkan perawatan klien dan keluarga
mengatakan badannya masalahhipertermia yang akan kooperatif terhadap
panas pasien dapat dilakukan. tindakan
teratasi dengan keperawatan.
kriteria hasil : 2. penurunan panas
DO   : 1. dapat dilakukan
·               Suhu tubuh Suhutubuhdalamba 2. Berikan dengan cara
pasien meningkat 38- tas normal (360C – kompres. konduksi melalui
390C 370C) kompres.
3. penurunan suhu
dapat dilkukan
3. Anjurkan dengan teknik
kepada pasien evaporasi
untuk
memakai baju 4. hidrasi cairan
yang tipis dan yang cukup dapat
menyerap menurunkan suhu
keringat untuk tubuh
klien
4. Anjurkan
kepada klien Kolaborasi
untuk minum 1. antipiretik
lebih banyak. mengandung
regimen yang
Kolaborasi bekerja pada pusat
1. Kolaborasi pengatur suhu di
dalam hipotalamus.
pemberin
antipiretik

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Rasional


dan Tindakan
Kriteria Hasil
4. Insomnia berhubungan Tujuan : Setelah Mandiri Mandiri
dengan ketidaknyamanan dilakukan asuhan 1. Ajarkan 1.  mengajarkan
fisik, nyeri keperawatan ... x 24 teknik pasien menarik
ditandai dengan jam diharapkan distraksi dan napas dalam dan
DS: masalah insomnia relaksasi mengalihkan
·         Pasien mengatakan pasien dapat teratasi perhatian akan
susuah tidur di malam dengan kriteria hasil membuat pasien
hari : 2. Libatkan lebih rileks dan
·         Pasien mengatakan 1. Istirahat dan tidur keluarga tidak memikirkan
hanya bisa tidur 2 sampai adekuat untuk rasa nyerinya
3 jam / hari 2. Tidak terbangun menemani
·         Pasien mengatakan pada malam hari pasien 2. agar pasien tidak
sering terbangun di mengobrol merasa sendirian
malam hari atau pun pada sehingga tidak
·      Pasien mengatakan saat tidur terlalu memikirkan
tidak bisa tidur siang 3. Atur tata penyakitnya
ruangan agar
senyaman 3.agar pasien
DO : mungkin dan merasa nyaman
·         Mata pasien terjaga untuk beristirahat
terlihat lelah dan merah kebersihannya dan tidur.
·         Terdapat lingkar
hitam pada mata

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Rasional


dan Tindakan
Kriteria Hasil
5. Kurangnya pengetahuan Tujuan : Setelah Mandiri
tentang kondisi, dilakukan asuhan 1. Kaji ulang
prognosis, dan kebutuhan keperawatan ... x 24 proses
pengobatan berhubungan jam diharapkan penyakit dan
dengan kurangnya masalahkurang harapan yang
sumber informasi pengetahuan pasien akan datanng
ditandai dengan dapat teratasi dengan
DS: kriteria hasil : 2. Berikan
·         Pasien mengatakan 1. Menyatakan dan informasi
tidak paham tentang mengerti tentang tentang:
penyakitnya kondisi, pemeriksaan sumber
·         Pasien mengatakan diagnostic, rencana infeksi,
tidak tahu tentang pengobatan, dan tindakan
pengobatan penyakitnya tindakan perawatan untuk
diri preventif. mencegah
DO : penyebaran,
·         Pasien terlihat  jelaskan
bingung ketika ditanya pemberian
tentang penyakitnya antibiotic,
pemeriksaan
diagnostic:
tujuan,
gambaran
singkat,
persiapan
yang
dibutuhkan
sebelum
pemeriksaan,
perawatan
sesudah
pemeriksaan
3. Pastikan
pasien atau
orang
terdekat telah
menulis
perjanjian
untuk
perawatan
lanjut dan
instruksi
tertulis untuk
perawatan
sesudah
pemeriksaan
4.
Instruksikan
pasien untuk
menggunaka
n obat  yang
diberikan
sebanyak
kurang lebih
delapan gelas
per hari
khususnya
sari buah
berry
5. Berikan
kesempatan
kepada
pasien untuk
mengekspresi
kan perasaan
dan masalah
tentang
rencana
pengobatan.

E. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan dapat dilakukan berdasarkan intervensi yang


telah dibuat tetapi dilakukan sesuai situasi dan kondisi pada saat kita memberikan asuhan
keperawatan.
F. Evaluasi
a. Nyeri teratasi
b. Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat
c. Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)
d. Istirahat dan tidur adekuat
e. Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta
pengobatannya

Anda mungkin juga menyukai