Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR DO’A
“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah”
MA’HAD

Dosen Pengampu:
Faqihatul Ulyah S.Pd

Di susun Oleh:
Silviana Amelia Pristiwanti (05010120026)
Sirojum Munir (05040120142)
Sekar Arum Mumpuni Jaya (05040320093)

Program Studi Hukum Pidana Islam


Fakultas Hukum dan Syariah
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Pencipta segala semesta alam beserta isinya, yang
maha sempurna mengatur semua kehidupan. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa
ajaran islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah MA’HAD dengan
judul “Pengantar Do’a”. Dengan terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan do’a dan dukungan yang besar
kepada kami. Tidak lupa juga kepada Ibu Faqihatul Ulyah S.Pd. yang telah membimbing
kami dalam pembuatan makalah dan telah memberikan pengetahuannya kepada kami di
bidang keilmuan MA’HAD, serta teman-teman dan sahabat yang banyak membantu hingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan kami
yang terbatas maka makalah yang berjudul “Pengantar Do’a” ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan. Demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sidoarjo, 23 Maret 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...…… ii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………………….…………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………...………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 1
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………..…………… 2
BAB II
PEMBAHASAN …………………………………………………………………...……….. 3
A. Pengertian do’a ………………………………………………………………………. 3
B. Sejarah legitimasi …………………………………………………...……………….. 3
C. Bukti legitimasi ………………………………………………………..…………….. 3
D. Hukum mengabaikan do’a ……………………………………………………..……. 4
BAB III
PENUTUP ………………………………………………………………………….……….. 5
A. Kesimpulan ………………………………………………………………..…………. 5
B. Saran …………………………………………………………………………………. 5
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...…………………….. 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan dzikir dan do’a dalam kehidupan umat beragama Islam sangat penting.
Berdzikir dan berdo’a dimaksudkan sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah
SWT. Berdzikir tidaklah sekedar melafalkan wirid-wirid, demikian juga dengan
berdo’a tidaklah sekedar mengaminkan do’a yang dibaca oleh imam. Karena esensi
dzikir dan do’a adalah menghayati apa yang kita ucapkan dan apa yang kita hajati.
Berdzikir dan berdo’a seharusnya tidak hanya menjadi ritual seremonial sesudah
selesai salat atau dalam berbagai acara dan upacara. Menurut al Hafizh dalam Fat-hul
Bari, dzikir itu ialah segala lafal (ucapan) yang disukai kita banyak membacanya
untuk mengingat dan mengenang Allah SWT.
Karena manusia hidup di dunia tidak lepas dari campur tangan Allah, dimana
manusia itu sangat tergantung kepada Allah dan tidak mungkin bisa berbuat apa – apa
tanpa mendapatkan izin dan Ridho-Nya, maka sangat penting kita mempunyai
kendaraan yang bisa mengantarkan menghadap langsung kepada Allah, kendaraan itu
adalah shalat, zdikir kepada Allah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.
Dzikir juga meliputi Do’a dan sembahyang (shalat) yang merupakan satu pengertian
bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhannya.
Dzikir merupakan ibadah verbal ritual, yang tidak terikat dengan waktu, tempat
atau keadaan, dan jika manusia menyibukan diri untuk melakukannya, dzikir
menghasilkan pengetahuan dan penglihatan dalam dirinya, karena dzikir dalam
konteks dasarnya masuk dalam kategori verbal. Ia mencakup semua kata sederhana
atau gabungan yang mengandung nama Tuhan, baik secara eksplisit ataupun implisit.
Siapapun yang mengucapkan kata ini memiliki niat untuk menjunjung nama yang
disebut yakni Tuhan dengan alasan yang pasti. Jadi berdzikir juga mencakup dzikir-
dzikir yang khusus, semua ibadah kita seperti kata-kata didalam shalat, seperti takbir,
pujian pemujian dan bacaan, termasuk seluruh Al-Qur’an serta do’a-do’a.
jadi perintah Allah tentang berbagai jenis dzikir telah dimuat dalam kegiatan shalat.
Oleh karena itu, shalat adalah fenomena paling lengkap diantara berbagai fenomena
perintah Al-Qur’an untuk berdzikir. Selain itu, Shalat adalah ibadah yang sangat
istiwewa dalam islam, karena shalat menjadi sebuah tiang agama. Shalat juga
merupakan sarana untuk berdialog dengan Allah, sarana untuk membangun manusia
menjadi taqwa, sarana untuk berdzikir kepada Allah. Dzikir sebagai sebuah cara
pendekatan diri kepada Allah memiliki beberapa teknis, sebagaimana terdapat
dikalangan para pengamal tarekat. Dzikir merupakan latihan yang bernilai ibadah
untuk mendapatkan keberkahan sejati dari Allah. Disamping itu juga merupakan suatu
cara untuk menyebut. mensucikan sifat-sifat Allah akan kesempurnaanNya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian do’a?
2. Sejarah legitimasi?
3. Bukti legitimasi?
4. Hukum mengabaikan do’a?
1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian do’a.
2. Untuk mengetahui sejarah legitimasi.
3. Untuk mengetahui bukti legitimasi.
4. Untuk mengetahui hukum mengabaikan do’a.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Do’a
Doa adalah bahasa permohon an yang baik-baik saja. Adapun terminologi para
ahli hukum: ucapan dan tindakan khusus, yang dibuka dengan takbir dan diakhiri
dengan salam. Manusia sudah mengenal doa sebelum ia mengenal Tuhannya. Pada
waktu manusia meraba-raba dalam zaman yang gelap gulita, manakah Tuhan
yang sebenarnya, bisa jadi matahari, bulan, bintang, pohon, manusia atau roh-
roh. Manusia sudah mempunyai kebutuhan untuk meminta tolong kepada sesuatu
yang lebih berkuasa dari dirinya, terutama ketika dirinya merasa lemah dan
kalah terhadap sesuatu yang lebih kuat dan berkuasa. Pada waktu manusia masih
sehat dan kuat serta hidup dalam keadaan menang, segala hasrat tercapai ia
tidak memerlukan kekuatan gaib karena kekuatan lahir sudah cukup baginya.
Tetapi apabila sakit, terkena musibah atau dikalahkan oleh pihak lain, maka
semua itu akan ditinjau kembali kekurangannya. Maka dari situ, manusia akan
mencari kekuatan dari luar seperti kekuatan gaib yang dapat memberikan
manfaat serta dapat mengatasi problematika yang dihadapinya. Kekuatan
yang dimaksud berupa matahari sebagai tenaga yang memberikan kekuatan,
pohon yang memberikan kesehatan, dan lain sebagainya yang dianggap memiliki
kekuatan tersembunyi di dalam dirinya.

B. Sejarah Legitimasi
Doa adalah salah satu tindakan ibadah lama dalam legitimasinya. Yang Maha
Kuasa berkata atas otoritas Sayed Ismael, saw: (Dan dia biasa memerintahkan
keluarganya untuk berdoa dan membayar zakat, dan dia dengan Tuhannya
memuaskan) Dan dia memerintahkan saya untuk berdoa dan membayar zakat selama
saya hidup. Dan ketika Nabi Muhammad kita, semoga doa dan saw, dia biasa sholat
dua rakaat setiap pagi dan sholat dua rakaat setiap malam.

C. Bukti Legitimasi
Legalitas shalat dibuktikan dengan banyak ayat dari Kitab Tuhan, dan dengan
banyak hadits dari Sunnah Rasulullah, semoga Tuhan memberkatinya dan
memberinya kedamaian.
Dari Al-Qur'an: Tuhan Yang Maha Esa berfirman: Dan kepada-Nya menjadi
pujian di langit dan bumi, dan malam dan ketika Anda muncul. (Ibnu Abbas, semoga
Allah senang dengan mereka berdua, berkata: Dia ingin dengan mengatakan: Zuhr.
Dan Yang Maha Kuasa berkata: (Doa adalah untuk orang-orang beriman pada waktu
yang ditentukan (5) yaitu, wajib dan sementara pada waktu tertentu.
Dan apa yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim tentang otoritas Ibn Abbas,
semoga Tuhan meridhoi mereka: bahwa Nabi, semoga doa dan damai Allah
besertanya, mengutus seorang muazin, semoga Tuhan meridhoi dia, ke Yaman dan
berkata: Berdoa setiap siang dan malam.

D. Hukum Mengabaikan Do’a


3
Orang yang tidak berdoa telah membiarkannya malas dan berpuas diri, atau
meninggalkannya karena menyangkalnya, atau meremehkannya. Adapun barangsiapa
lalai mengingkari kewajibannya, atau mengejeknya, maka ia menebusnya dan murtad
dari Islam, maka penguasa harus memerintahkannya untuk bertaubat, dan jika ia
bertaubat dan melaksanakan shalat.
Untuk itu, jika tidak maka diterima murtad, dan tidak dibolehkan memandikannya,
membungkusnya, atau mendoakannya, sama seperti tidak dibolehkan
menguburkannya di kuburan umat Islam, karena dia tidak termasuk di dalamnya.
Tetapi jika dia membiarkannya malas, dan dia percaya itu wajib, maka dia ditugaskan
oleh penguasa untuk menebusnya dan bertaubat dari dosa pengabaian. Jika dia tidak
berhasil mencapai pemenuhannya, maka dia harus dibunuh, yang berarti bahwa
pembunuhannya dianggap sebagai salah satu batasan yang sah untuk ketidaktaatan
Muslim, dan hukuman karena mengabaikannya adalah kewajiban yang dia
perjuangkan. Tetapi dia dianggap Muslim setelah sebelumnya, dan dalam persiapan,
penguburan, dan warisan dia diperlakukan sebagai Muslim karena dia adalah salah
satu dari mereka.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibn Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda :) memerintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah dan
mendirikan shalat dan membayar zakat , dan jika mereka melakukan Asmoa padaku,
darah mereka dan uang mereka hanya untuk melawan Islam Dan perhitungan mereka
pada Tuhan.

4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan, yaitu Tentang pemahaman keterkabulan doa pada
ayat 60 surah al-Mu’min dan ayat 186 surah al-Baqarah ini para Ulama yang
menjadi responden atas penelitian ini mengutarakan pemahaman bahwa setiap
doa ini pasti dikabulkan, namun seperti halnya ibadah-ibadahlainnya doa juga
memiliki syarat-syarat agar doa ini terkabul.Syarat-syarat agar doa itu terkabul
yaitu hati fokus dalam berdoa kepada Allah SWT, menjaga segala makanan yang
masuk ke dalam tubuh kita harus halal, jangan medoakan yang jelek atau keburukan
kepada orang lain, jangan memutus silaturahmi, dan syarat yang selanjutnya ialah
harus meyakini bahwa doa kita dikabulkan. Itulah beberapa syarat yang disebutkan
oleh para Ulama di Kota Banjarmasin.Terhadapwaktu pengabulannya Allah
mempunyai hak prerogatif dalam hal mengabulkannya begitupun pula dalam
bentuk Allah mengabulkannya. Tugas seorang hamba hanya berdoa-berdoa dan
meyakini bahwa doanya pasti akan dikabulkan Allah, selain karena ini ibadah dan
juga supaya menghindarkan dari ancaman Allah pada ayat kelanjutannya.Dengan
ayat ini Allah meyakinkan kepada setiap hamba-Nya agar rajin berdoa kepada
Allah dan menyatakan janji bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa ini, sedangkan
yang terjadi sekarang dengan perasaan yang merasa doanya seperti tidak
dikabulkan itu adalah menandakan kurang keyakinan kita terhadap janji Allah
tersebut. Maka yang perlu diperhatikan menurut para Ulama tersebut bukan
mengapa Allah tidak mengabulkan doa, namun kepada diri kita sendiri apakah
kita telah memperbaiki diri, menjalankan syarat-syarat kabulnya doa. Itulah
permasalahan yang terjadi ketika kita merasa dikabulkan doa tersebut bahkan
Guru KH Ahmad Zuhdiannor mengatakan bahwa ahli tasawuf saking yakinnya
mereka akan doanya terkabul menjadikan ketidak kabulan doa tersebut adalah
suatu pengabulan doa dari Allah untuk dirinya.

B. Saran
Yakinilah bahwa setiap berdoa, doa akan selalu dikabulkan karena itu janji Allah,
yang perlu diperhatikan disini ialah syarat-syarat doa tersebut. Apabila kita
merasa doa ini tidak dikabulkan hilangkan perasaan itu karena apabila kita
sudah memenuhi syarat-syarat doa berarti doa kita dikabulkan. Maka yang perlu
kita perhatikan hati kita apakah keegoan masih menyelimuti hati kita, berusaha
memahami apa yang diberikan oleh Allah. Intropeksilah diri dalam berdoa. Berdoa
tidak hanya saat memiliki keluhan, saat tertimpa kesusahan, maupun sebagainya.
Namun berdoa adalah sebuah amalan seperti halnya ibadah lainnya dalam setiap
keadaan senang maupun sedih jangan pernah tinggalkan doa.

5
DAFTAR PUSTAKA

eprints.walisongo.ac.id/1232/2/084111014_Bab1.pdf

http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1-2006-maropeesay-
1391-bab2_410-0.pdf

https://maezboerhan.wordpress.com/2011/09/15/makalah-doa/

https://idr.uin-antasari.ac.id/9116/7/BAB%20V.pdf

Anda mungkin juga menyukai