Disusun Oleh :
(20650204)
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
Definisi
Cerebrovasculer Accident (CVA) merupakan gangguan suplai darah pada otak yang
biasanya terjadi karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh gumpalan darah.
Hal ini menyebabkan gangguan pasokan oksigen dan nutrisi di otak hingga terjadinya
kerusakan pada jaringan otak. Cerebrovasculer Accident (CVA) sebagai perkembangan
tanda-tanda klinis fokal atau global yang pesat disebabkan oleh gangguan pada fungsi
otak dengan gejala-gejala yang terjadi dalam waktu 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian (World Health Organization, 2016). CVA atau cedera
serebrovaskular adalah gangguan suplai darah otak secara mendadak sebagai akibat
oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya pembuluh darah otak.
Gangguan pada aliran darah ini aka menguramgi suplai oksigen, glukosa, dan nutrien lain
kebagian otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang terkena dan mengakibatkan
gangguan pada sejumlah fungsi otak (Hartono, 2015)
A. Etiologi
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat adanya perdarahan
subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang mana perdarahan masuk ke ruang
subaraknoid yang biasanya berasal dari pecarnya aneurisma otak atau AVM (malformasi
arteriovenosa). Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari
penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau kematian.Pada
aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah yang bisa terjadi kongenital atau
akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry
& Weaver, 2013).
Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
Usia
Jenis kelamin
Ras dan Etnis
Kadar Kolestrol
Stres
Penyakit Kardiovaskuler
Obesitas
Life style
Diabetes mellitus
Merokok
Alkoholik
Manifestasi klinis
Stroke iskemik
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri
dengan atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
Gejala makin lama makin berat (progresif) disebabkan gangguan aliran darah makin lama
makin berat Sudah menetap atau permanen
Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena.
Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik, kesadaran menempatkan posisi.
Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik, intelektual.
Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan bahasa), disartria (bicara tidak jelas).
Stroke Iskemik
Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pemuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan
hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera (Smeltzer & Bare, 2010).
Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrikasi atrium atau dapat
berasal dari katub jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak
dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus fokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki. Smeltzer & Bare, (2010).
Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka
mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat
mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-neuron.
Area nekrotik kemudian disebur infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin
akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat
proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat
mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika
etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas
vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi
(Wijaya & Putri, 2013)
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan
kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan
luasnya saat terkena (Wijaya & Putri, 2013). Otak sangat tergantung pada oksigen dan
tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat
karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan
nekrosisi mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebur infark.
Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung
atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas.
Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque,
ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus
adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan
dapat menyebabkan hemorrhagi (Wijaya & Putri, 2013)
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal
fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika (Farida & Amalia, 2009). Akibat penurunan
CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran darah, yang mengangkut
O2 dan glukose yang sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral. Daerah
yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan karena itu timbullah manifestasi defisit
neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis, hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa
juga disertai defisit fungsi luhur seperti afasia (Mardjono & Sidharta, 2014). Apabila
arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal utamanya (pada cabang
arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa
(Mutaqin, 2011). Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus
temporalis superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa
memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca mengakibatkan afasia
konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan
nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian posterior girus
frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif, yaitu klien mampu
mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat,
bicaranya tidak lancar (Mutaqin, 2011).
D. Pemeriksaan diagnostic
CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark (Wijaya & Putri,
2013)
Pemeriksaan EKG
Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke emboli dicurigai terjadi
(Hartono, 2010)
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar glukosa, lipid,
kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk membantu menegakan diagnose(Hartono,
2010).
Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obtruksi
arteri, oklusi/ruptur (Wijaya & Putri, 2013)
Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa
yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial
dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid (Wijaya & Putri, 2013).
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa yang meluas (Doengoes,
2000) (Wijaya & Putri, 2013)
Penatalaksanaan
fase akut
Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami gangguan aliran darah
ke otak. Sehingga kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga
untuk mempertahankan metabolism otak. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen,
penggunaan ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai hasil
pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri
Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri
Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung dan pemberian makanan
Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik
dan motorik, nervus cranial dan reflex
Fase rehabilitasi
Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50
ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikuloperitoneal bila ada hidrosefalus
obstrukis akut.
terapi obat-obatan
Antikolvusan : fenitoin
Diabetes Melitus Kurang Aktivitas Fisik Obesitas Makanan Tinggi Lemak Merokok Penyakit Jantung Minuman Beralkohol Stress
Penimbunan lemak/kolesterol
Menjadi kapur/mengandung
(trombus)
Resiko aspirasi
Korapresi jaringan otak
Nafas cepat Nyeri Akut Penurunanan aliran arteri vertebra dasilaris fungsi motorik &
muskuloskleletal
Pola nafas tidak Kelemahan pd anggota gerak
efektif
Hemiprose/plegi kanan&kiri
Deficit nutrisi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke meliputi :
Pengkajian
Identitas pasien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
diagnose medis.
Keluhan utama : Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan
sensorik, kejang, penurunan kesadaran.
Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal
yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering kesemutan, rasa
lemah pada salah satu anggota gerak. Pada serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung
sangat mendadak, pada saat pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus.
Riwayat psikososial : Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen, apatis,
sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan
pada saat pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos metis dengan
GCS 13-15
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat tekanan darah
tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80
Nadi : Biasanya nadi normal
Pernafasan : Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada bersihan jalan
napas
Suhu : Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke hemoragik
Pemeriksaan fisik
Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : biasanya pasien
bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan
kapas halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus VII (facialis) :
biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi, mengernyitkan
hidung, menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan
kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien kesulitan untuk
mengunyah.
Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, kelopak mata tidak
oedema. Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6.
Pada nervus III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor dan
anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata . Nervus IV
(troklearis) : biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus
VI (abdusen) : biasanya hasil nya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan
kanan
Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Pada pemeriksan nervus I (olfaktorius) : kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang
diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman antara kiri
dan kanan berbeda dan pada nervus VIII (akustikus) : biasanya pada pasien yang tidak lemah
anggota gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak tangan-hidung
Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma akan mengalami masalah bau
mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya
lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkan rasa manis
dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak simetris,
mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit.
Pada nervus XII (hipoglasus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi kurang jelas saat bicara
Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII (akustikus) :
biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana
lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara keras dan dengan artikulasi
yang jelas
Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke hemragik mengalami gangguan
menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasanya (+) dan bludzensky 1 (+)
Ekstremitas
Atas : biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya normal yaitu < 2
detik.Pada pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik tidak
dapat melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan reflek,
biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi
(reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek
bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari tidak
mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
Bawah : pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien
fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak mengembang
(reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn
(reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah biasanya tidak ada
respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat betis diremas dengan kuat
biasanya pasien tidak merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek
patella biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan (reflek patella (+)).
Diagnose keperawatan
Perfusi perifer tidak efektif b.d. suplai darah ke otak menurun.
Pola nafas tidak efektif b.d.peningkatan TIK
Gangguan menelan berhubungan dengan serebrovaskuler
Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan neuromuskuler
Resiko Apirasi b.d. peningkatan TIK
INTERVENSI
Nama : … Ruang : -
Umur : … th No.Reg : -
No Dx TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
Perfusi Perifer Luaran utama : Perfusi Perifer Intervensi utama : Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan perfusi Observasi:
D.0009 perifer meningkat Periksa sirkulasi perifer
Ekpektasi : meningkat Identifikasi faktor risiko gangguan
Definisi : Kriteria hasil : sirkulasi
Penurunan Meningka Cukup Sedang Cukup menurun Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
sirkulasi darah t meningkat menurun bengkak pada ekstremitas
pada level Warna 1 2 3 4 5√ Terapeutik
kapiler yang kulit pucat
dapat 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
Edema 1 2 3 4 5√ darah di area keterbatasan perfusi
mengganggu perifer
metabolisme 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
Kelemaha 1 2 3 4 5√
tubuh ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
n otot
3. Hindari penekanan dan pemasangan
torniquet pada area yang cedera
Memburu Cukup Sedang Cukup membaik
4. Lakukan pencegahan infeksi
k memburuk membaik
5. Lakukan hidrasi
Pengisian 1 2 3 4 5√
kapiler Edukasi
Akral 1 2 3 4 5√ 1. Anjurkan berhenti merokok
Turgor 2. Anjurkan berolahraga rutin
1 2 3 4 5√
Kulit 3. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolestrol, jika perlu
4. Anjurkan untuk melakukan perawatan kulit
yang tepat
5. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan
Pola nafas Luaran utama : Pola Napas Intervensi utama : Pemantauan Respirasi
tidak efektif Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam inspirasi dan atau Observasi:
D.0005 ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat membaik .
Ekspektasi : membaik
Definisi : Kriteria Hasil: 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi
Inspirasi Menuru Cukum Sedang Cukum Meningkat oksigen
dan/atau n Menuru Meningkat 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
ekspirisasi yang n upaya napas
tidak Dipsnea 1 2 3 4 5√ 3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
memberikan
Penggunaan otot 1 2 3 4 5√
ventilasi Terapeutik
bantu napas
adekuat 1. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai
Memburu Cukup Sedang Cukup membaik kondisi pasien
k memburuk membaik Edukasi
Frekuensi 1 2 3 4 5√ 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
napas 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kedalaman 1 2 3 4 5√ Terapi Oksigen
napas Observasi:
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Ajarkan keluarga cara menggunakan O2
di rumah
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Gangguan Luaran utama : status menelan Intervensi utama: dukungan perawatan diri :
menelan Tujuan: makan/minum
D0063 Setelah dilakukan tindakan selama 2 kali 24 jam diharapkan status menelan Observasi :
pasien cukup membaik. 1. Identifikasi diet yang dianjurkan
Defines : Ekspektasi : membaik 2. Monitor kemampuan menelan
Fungsi Kriteria Hasil: 3. Monitor status hidrasi pasien, jika
menelan Menuru Cukum Sedang Cukum Meningkat perlu
abnormal n Menuru Meningkat Terapiutik :
akibat deficit n 1. Atur posisi yang nyaman makan dan
struktur atau Mempertahanka 1 2 3 4 5√ minum
fungsi oral, n makanan di 2. Lakukan oral hygience sebelum
faring atau mulut makan, jika perlu
esophagus Reflek menelan 1 2 3 4 5√ 3. Sediakan sedotan sedotan untuk
Kemampuan 1 2 3 4 5√ minum, sesuai kebutuhan
mengosongkan 4. Sediakan makanan dan minuman
mulut yang disukai
Kemampuan 1 2 3 4 5√ 5. Berikan bantuan saat makan dan
mengunyah minum sesuai tingkat kemandirian,
jika perlu
Luaran utama :Status nutrisi Edukasi :
Tujuan: 1. Jelaskan posisi makan pada pasien
Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam diharapkan status nutrisi pada yang mengalami gangguan
pasien membaik. penglihatan dengan menggunakan
Kriteria Hasil: arah jarum jam
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Kolaborasi :
menuru meningkat Kolaborasi pemberian obat (mis. Analgesic,
n antiemetik), jika perlu
Porsi makan 1 2 3 4 5√
yamg Intervensi tambahan: Manajemen nutrisi
dihabiskan Observasi :
Verbalisasi 1 2 3 4 5√ 4. Identifikasi status nutrisi
keinginan untuk 5. Identifikasi adanya alergi dan
meningkatkan intoleransi makanan
nutrisi 6. Identifikasi makanan yang disukai
Kekuatan otot 1 2 3 4 5√ 7. Monitor asupan makanan
menelan 8. Monitor berat badan
Sikap terhadap 1 2 3 4 5√ 9. Monitor hasil pemeriksaan
makan/minuma laboratorium
n sesuai dengan Terapiutik :
tujuan kesehatan 6. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(misalnya piramida makanan)
Memburu Cukup Sedang Cukup membaik 7. Berikan makanna tinggi proein dan
k memburuk membaik kalori
Berat 1 2 3 4 5√ 8. Berikan suplemen makanna, jika
badan perlu
Indeks 1 2 3 4 5√
masa Edukasi :
tubuh 2. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Frekuensi 1 2 3 4 5√ 3. Ajarkan diet yang diprogramkan
makan
Nafsu 1 2 3 4 5√ Kolaborasi :
makan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Membrane 1 2 3 4 5√ menentukan jumlah kalori dan jenis nurtisi
mukosa yang dibutuhkan
Deficit nutrisi Luaran utama :Status nutrisi Intervensi utama: Manajemen nutrisi
D0019 Tujuan: Observasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam diharapkan status nutrisi pada 10. Identifikasi status nutrisi
Definisi : pasien membaik. 11. Identifikasi adanya alergi dan
Asupan nutrisi Kriteria Hasil: intoleransi makanan
tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat 12. Identifikasi makanan yang disukai
memenuhi menuru meningkat 13. Monitor asupan makanan
kebutuhan n 14. Monitor berat badan
metabolisme Porsi makan 1 2 3 4 5√ 15. Monitor hasil pemeriksaan
yamg laboratorium
dihabiskan Terapiutik :
Verbalisasi 1 2 3 4 5√ 9. Fasilitasi menentukan pedoman diet
keinginan untuk (misalnya piramida makanan)
meningkatkan 10. Berikan makanna tinggi proein dan
nutrisi kalori
Kekuatan otot 1 2 3 4 5√ 11. Berikan suplemen makanna, jika
menelan perlu
Sikap terhadap 1 2 3 4 5√
makan/minuma Edukasi :
n sesuai dengan 4. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
tujuan kesehatan 5. Ajarkan diet yang diprogramkan
Edukasi :
1. jelaskan tujuan dan prosedur latihan
pernafasan
2. anjurkan mengulangi latihan 4 sampai 5
kali
Gangguan Luaran utama : integritas kulit dan jaringan Intervensi utama : Perawatan Intergritas
integritas Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Kulit
kulit/jaringa intergritas kulit membaik Observasi :
n Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab gangguan
D0192 Menurun Cukum Sedang Cukum Meningkat intergritas kuliat (mis perubahan
Menurun Meningkat sirkulasi, perubahan siklus nutrisi,
Definisi : Perfusi 1 2 3 4 5√ penurunan kelembapan, suhu lingkungan
kerusakan jaringan ekstrem, penurunan mobilitas)
kulit (dermis Terapeutik :
dan/atau Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
epidermis) Meningkat Menurun 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
atau jaringan Kerusakan 1 2 3 4 5√ tulang, jika perlu
(membrane Jaringan 3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
ukosa, kornea, Kerusakan 1 2 3 4 5√ terutama selama periode diare
fasia, otot, lapisan 4. Gunakan produk berbahan petroleum atu
tendon, kulit minyak pada kulit kering
tulang, Nyeri 1 2 3 4 5√ 5. Gunakan produk berbahan ringan / alami
kartilago, Kemerahan 1 2 3 4 5√ dan hipoalergik pada kulit sensitive
kapsul sendi 6. Hindari produk berbahan dasar alcohol
dan/atau Memburu Cukup Sedang Cukup Meningkat pada kulit kering
ligamen) k memburuk Meningka Edukasi :
t 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis
Tekstur 1 2 3 4 5√ lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPFminimal 30 saat berada di luar rumah
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Gangguan Luaran utama : mobilitas fisik Intervensi utama : dukungan mobilitas fisik
mobilitas Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi :
fisik intergritas kulit membaik 1. Identifikasi nyeri atau keluhan fisik
D.0054 Ekspektasi meningkat lainnya
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
Definisi : Menurun Cukum Sedang Cukum Meningkat pergerakan
keterbatasan Menurun Meningkat 3. Monitor kondisi umum selama melakukan
dalam gerakan Pergerakan 1 2 3 4 5√ mobilisasi
fisik dari satu ekstremitas Terapiutik :
atau lebih Kekuatan 1 2 3 4 5√ 1. Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat
ekstremitas otot bantu (mis. Pagar tempat tidur)
secara mandiri Rentang 1 2 3 4 5√ 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
gerak perlu
(ROM)
Terapeutik
1. Posisikan fowler (30-45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan oral
2. Pertahankan posisi semi fowler (30-45
derajat ) pada pasien tidak sadar
3. Pertahankan kepatenan jalan napas
(mis.teknik head tilt chin lift, jaw thrust, in
line)
4. Pertahankan pengembangan balon
endotracheal tube (ETT)
5. Lakukan penghisapan jalan napas, jika
produksi secret meningkat)
6. Sediakan suction diruangan
7. Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
8. Berikan makanan dengan ukuran kecil atau
lunak
9. Berikan obat oral dalam bentuk cair
Terapeutik
1. Anjurkan makan secara perlahan
2. Ajarkan strategi mencegah aspirasi
DAFTAR PUSTAKA
Arum, S.P. 2015. Stroke kenali, cegah dan obati. Yogyakarta: EGC
Andra Saferi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah II, Keperawatan Dewasa Teori Dan
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
American Heart Association/AHA. (2012). Risk factors. http: //stroke .ahajournals
.org/ cgi/ content/ full/28/7/1507 diperoleh tanggal 07 Februari 2020.
Debora, Oda. (2017). Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Junaidi, I. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: PT.Andi
Nurarif,Amin Huda,Kusuma,Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medi&Nanda NIC NOC jilid 1MediAction,Jogjakarta
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
Tim pokja SDKI DPP PPNI.(2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1
cetakan III.Dewan Pengurus Pusat, Jakarta
Tim pokja SDKI DPP PPNI.(2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
cetakan II.Dewan Pengurus Pusat, Jakarta
Tim pokja SDKI DPP PPNI.(2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
cetakan II.Dewan Pengurus Pusat, Jakar
3