HUKUM DAGANG
Di Susun Oleh :
Budi Sulstyo
H1A116576
Ilmu Hukum
FAKULTAS HUKUM
KENDARI
2020
1. Pengertian Hukum Dagang Menurut Para Ahli?
Jawab :
1. Sri Redjeki Hartono mengemukakan:
Hukum dagang dalam pemahaman konvensional merupakan bagian dari
bidang hukum perdata atau dengan perikatan lain selain disebut bahwa hukum
perdata dalam pengertian luas, termaksud hukum dagang merupakan bagian-bagian
asas-asas hukum perdata pada umumnya.
2. CST. Kansil
Hukum perusahaan merupakan seperangkat aturan yang mengatur tingkah
laku manusia yang ikut andil dalam melakukan perdagangan dalam usaha
pencapaian laba.
3. R. Soekardono mengemukakan:
Hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya, yakni
yang mengatur masalah perjanjian dan perikatan yang diatur dalam buku III
Burgerlijke Wetboek (BW) dengan kata lain, hum dagang adalah himpunan
peraturan peraturan yang mengatur seseorang dengan orang lain dalam kegiatan
perusahaan yang terutama terdapat dalam kodifikasi KUHD dan KUHPdt. Hukum
dagang dapat pula dirumuskan adalah serangkaian kaidah yang mengatur tentang
dunia usaha atau bisnis dan dalam lalu lintas perdagangan
5. Munir Fuadi
6. M. N. Tirtaamidjaja mengemukakan:
7. Ahmad Ihsan
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan
perusahaan.
9. Purwo Sucipto
Hukum dagang adalah Hukum perikatan yang timbul dalam lapangan perusahaan.
10.Sunaryati Hartono
Kedua bidang hukum ini sudah tidak dapat lagi menjangkau permasalahan
ekonomi dan bisnis yang semakin kompleks dewasa ini, antara lain menyangkut
masalah investasi, perdagangan internasional, pasar modal, anti trust dan sebagainya.
Oleh karena itu, diperlukan instrument hukum baru yang berupa peraturan-peraturan
di bidang bisnis baik secara nasional maupun internasional.
Jawab :
KUHD yang berlaku 1 Mei 1848 melalui Staasblad No. 23 terdiri atas dua
buku dan 23 bab. Buku I terdiri dari 10 bab, berjudul : Perihal Perdagangan pada
Umumnya. Buku II terdiri dari 13 bab, berjudul : Hak dan Kewajiaban yang Timbul
Karena Perhubungan Kapal. Pada awalnya KUHD terdiri atas tiga buku. Buku III
berjudul : Perihak Ketentuan-ketentuan dan Keadaan Pedagang Tidak Mampu
Mengingat asas konkordansi dalam kodifikasi KUH Perdata dan KUHD, maka buku
III ini dihapus, karena buku III WVK di Negeri Belanda juga dihapus dengan
Staatsblad Nederland 1896 No. 9. Buku III ini di Negeri Belanda diganti dengan
Undang-undang kepemilikan dengan Staatsblad Nederland 1893 No. 140. di
Indonesia kemudian buku III KUHD dihapus dengan Staatsblad 1906 No. 348 dan
diganti dengan peraturan peraturan tersendiri. Peraturan tersendiri itu adalah peraturan
tentang kepailitan yang diberlakukan melalui staatsblad 1905 No. 217.
Bab VII : tentang karam kapal, kekandasan dan barang-barang temuan laut.
Bab VIII : tentang persetujuan utang uang dengan premie oleh nakhoda atau
penguasa palayanan dengan tanggungan kapal atau muatannya atau
dua-duanya (Pasal 569-591) dihapus dengan Staatsblad 1938 No. 47
jo Staatsblad 1938 No.2.
Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam
KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan khusus
yang belum dikodifikasi antara lain : Peraturan tentang koperasi, Koperasi dengan
badan hukum Eropa dengan Staatsblad 1949 No.179, Koperasi dengan badan hukum
Indonesia dengan Staatsblad 1933 No. 108, Peraturan pailisemen (Staatsblad 1905
No.217 jo Staatsblad 1908 No. 348), UU Oktroi (Staatsblad 1922 No.54), Peraturan
lalu lintas (Staatsblad 1933 No.66 jo 249), Peraturan Maskapai Andil Indonesia
(Staatsblad 1939 No. 589 jo 717).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.silontong.com/2018/09/19/pengertian-hukum-dagang-menurut-para-ahli-
sejarah/
http://karlinakarlin.blogspot.com/2015/10/makalah-hukum-dagang.html
https://suduthukum.com/2017/10/sistematika-kuhd.html