PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam baik flora
maupun fauna yang tersebar luas di berbagai daerah dengan kekayaan alam ini
dapat dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia yang lebih dari 230 juta. Sebagai
telah banyak diteliti dan dikembangkan sebagai sumber utama dalam penemuan
obat-obat baru. Sejumlah bahan aktif yang terkandung dalam tanaman juga telah
dikembangkan lebih lanjut dalam terapi berbagai penyakit. Salah satu jenis
tanaman berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat sejak dahulu untuk
untuk ramuan galian dan anti rematik atau inflamasi, penyakit kulit, batuk dan
asma, anti mikroba, anti cendawan dan anti oksidan. flavonoid memiliki potensi
2016).
rendam dalam air, lalu dihaluskan kemudian dilumurkan pada bagian tubuh yang
mengalami peradangan.
merupakan respon tubuh terhadap cedera, infeksi, atau adanya benda asing dalam
tubuh melibatkan peranan sebagai mediator dan sitokin. Upaya utnuk mengatasi
(Antiinflamasi Nonsteroid ). Salah satu contoh golongan obat AINS yang banyak
obat AINS digunakan untuk mengurangi peradangan, mengurangi rasa sakit dan
demam. Secara umum mekanisme kerja obat AINS adalah menghambat sintesis
B. Rumusan Masalah
Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) dapat digunakan sebagai anti inflamasi
C. Tujuan Penelitian
ekstrak gel Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) dengan konsntrasi 1% b/v,
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan data ilmiah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi (7,8)
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
temu hitam banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput,
atau di ladang pada ketinggian 400-750 m dpl. Tanaman tahunan ini mempunyai
tinggi 1-2 m, berbatang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun,
berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang, 2-9 helai.
Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua dengan sisi kiri dan
kanan, ibu tulang daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap
atau lembayung, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm. Bunganya bunga majemuk
berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tandan 20-
25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang
besar, pangkal daun pelindung berwarna putih, ujung daun pelindung berwarna
ungu kemerahan. Mahkota bunga berwarna kuning. Rimpangnya cukup besar dan
temu hitam mempunyai aroma yang khas. Perbanyakan dengan rimpang yang
3. Kandungan Kimia
4. Kegunaan Tanaman
kulit (Abses, kudis, kurap dan penyakit kulit lainnya), temu Hitam juga
mempunyai khasiat dan manfaat sebagai peluruh kentut (karminatif) Selain itu
juga mampu bermanfaat sebagai obat ambeien atau wasir, obat gonorrhoea, obat
menetralisir racun dalam tubuh, obat untuk peranakan turun, serta obat untuk
Ekstraksi berasal dari bahasa latin extraction yang diturunkan dari kata
berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan atau beberapa jenis
ikan dengan menggunakan metode dan pelarut tertentu. Tujuan pertama dari
2. Jenis-jenis Ekstraksi
untuk simplisia yang teksturnya lunak dan tidak tahan pemanasan atau dengan
dalam suatu simplisia yang mana metode ini umumnya dilakukan terhadap
terhadap pemanasan.
yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
pada tekanan udara normal. Pada pemenasan biasa kemungkinan akan terjadi
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan
air pada suhu 900C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang
umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air
dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari
yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
C. Uraian Gel
Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatudispersi
yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar dan saling diresapi oleh cairan (Ansel, 1989). Gel biasanya digunakan untuk
diaplikasikan pada membran mukus atau jaringan yang rusak akibat luka terbakar,
karena gel memiliki kandungan air yang tinggi yang dapat mengurangi iritasi
(Ansel, 1989).
yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bias
1. Humectant
mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air. Sorbitol
berasa manis, biasanya meleleh pada suhu sekitar 96ºC. Satu gram sorbitol larut
dalam 0,45 mL air, sedikit larut dalam alkohol, metanol, atau asam asetat. Larutan
sorbitol berupa cairan seperti sirup yang tidak berwarna, jernih, berasa manis,
tidak memiliki bau yang khas, dan bersifat netral. Larutan sorbitol (kelembaban)
pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan, tidak untuk diinjeksikan ( Rowe,
Carbopol® adalah polimer sintetik asam akrilat, berupa serbuk putih dengan bau
yang khas, sangat mudah terion, sedikit asam, tidak larut dalam air dan sebagian
besar pelarut, serta bersifat higroskopis. Dalam bentuk netral, carbopol larut
dalam air, alkohol, dan gliserin serta akan membentuk gel yang jernih dan stabil.
Pada larutan asam (pH 3,5-4,0) dispersi carbopol® menujukkan viskositas yang
rendah hingga sedang dan pada pH 5,0-10,0 serta pada suhu di atas 75 0C akan
memiliki solubility yang tinggi pada etanol 90%, sehingga gel yang berbasis
thickener. Dalam sediaan kosmetik carbopol digunakan dalam bentuk netral pada
3. Triethanolamine (TEA)
berbau amoniak dan dapat berbentuk solid atau liquid tergantung pada suhu dan
nilai kemurniannya. Sifat TEA yang terbilang basa yaitu memiliki pH 10,5 dapat
digunakan sebagai agen pembasa dan juga sebagai emulsifying (Rowe dkk., 2009).
4. Metil Paraben
Metil paraben berbentuk serbuk kristal, berwarna putih dan tidak berbau.
Dalam sediaan, metil paraben digunakan sebagai bahan pengawet. Rumus kimia
C8H8O3, dimana range konsentarsi yang biasa digunakan yaitu 0,02%-0,3%
5. Aquadest
Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa. Aquadest dibuat dengan cara menyuling air yang dapat diminum. Rumus
kimia dari aquadest yaitu H2O dengan bobot molekul 18,02 (Departemen
6. Sunscreen
range UVA dan UVB oleh suatu senyawa. Radiasi yang diabsorpsi kemudian
dikeluarkan kembali sebagai panas oleh getaran pada keadaan eksitasi (Calder,
merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. Jika hanya digunakan satu zat
b. Mengabsorpsi panjang gelombang pada range UVA dan UVB oleh suatu
matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari sunburn
(Calder, 2005).
D. Teori Inflamasi
1. Uraian Inflamasi
atau adanya bahaya yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak
1. Inflamasi akut; merupakan respon awal terhadap cedera jaringan, hal tersebut
melalui mediator respon inflamasi akut yang terlibat antara lain; histamin,
2. Respon Imun; terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan,
kerusakan tulang.
radang dapat berupa agen kimia, fisik, reaksi imunologik dan infeksi oleh
infeksi namun tidak boleh dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh adanya
mikroorganisme hidup dalam jaringan dan hanya merupakan salah satu penyebab
radang. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai
mikrosirkulasi lokal.
akut. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,
disebabkan oleh darah (pada suhu 37O C) yang disalurkan tubuh ke permukaan
daerah yang terkena radang lebih banyak dari yang disalurkan ke daerah
normal.
3. Dolor (nyeri), dapat dihasilkan dengan berbagaii cara dari reaksi peradangan,
sakit.
kapiler serta pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan
disebut eksudat, sebagian besar bentuknya cair. Dan dengan dinding sel yang
5. Fungsi Lease (perubahan fungsi), bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi
yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses
peradangan disebut akut selama fase eksudasi aktif, disebut kronik jika ada bukti
perbaikan yang sudah lanjut disertai eksudasi dan disebut sub akut jika ada bukti
pada sirkulasi yang utuh ke daerah yang terkena. Jadi, jika ada defisiensi suplai
darah ke daerah radang, hasilnya berupa proses peradangan yang sangat lambat,
infeksi menetap dan penyembuhan jelek. Syarat lain agar peradangan eksudatif
efisien adalah suplai leukosit yang bebas dalam darah yang beredar, sedangkan
poliferasi sel dan aktivasi sintetik, khususnya sensitif terhadap suplai darah lokal
Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari suatu jaringan atau sel
terhadap suatu rangsangan atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi rangsangan
perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol dan
merah. Oleh karena aliran darah yang lambat, sel darah merah akan menggumpal,
akibatnya sel darah putih terdesak ke pinggir, makin lambat aliran darah maka sel
darah putih akan menempel pada dinding pembuluh darah makin lama makin
dari pembuluh dan berkumpul dalam jaringan. Bradikinin dan kalidin bereaksi
mediator lainnya.
3. Obat-obat Anti Inflamasi
maka golongan obat antiinflmasi dibagi dalam dua (2) golongan, yaitu
Steroida.
yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda senyawa kimia, namun
memiliki persamaan efek terapi dan efek samping. Golongan obat ini mempunyai
efek prototip obat golongan ini adalah aspirin karena itu sering disebut obat
golongan aspirin. Aspirin dan obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati
rematik yang mempunyai kemampuan untuk menekan tanda dan gejalah
peradangan. Golongan obat mempunyai efek analgetik dan antipiretik, tetapi efek
prostaglandin, tromboksan.
ketoprofen
fenasetin.
berdasarkan kemampuan obat uji mengurangi atau menekan derajat udema yang
induksi secara kimia dengan menggunakan berbagai bahan kimia dan berbagai
a. Uraian Kimia
[(2,6-
Volteran, Voltarol.
NH
Cl
Penggunaan : Antiinflamasi
b. Farmakokinetik
lambung, bertumpuk pada cairan sinovial. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2
jam. Urine merupakan jalan utama ekskresi obat ini dan metabolitnya.
c. Farmakodinamik
oleh jaringan.
d. Efek Samping
misalnya masalah saluran cerna dan obat ini juga dapat meningkatkan kadar
enzim hepar.
6. Uraian Albumin
7. Uraian Mencit
Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya, mulai dari iklim
dingin, sedang maupun panas, dan dapat hidup terus-menerus dalam kandang atau
secara bebas sebagai hewan liar. Mencit merupaka hewan uji yang paling banyak
yang dewasa antara 20 - 30 g dan dapat mencapai umur 2-3 tahun, mencit dapat
dipegang dengan cara memegang ekornya dengan jari atau planel yang ujungnya
ditempatkan pada permukaan yang kasar sehingga mencit terdiam karena kaki-
memegang punggung dan leher mencit. Mencit jantan dibedakan dengan mencit
betina dengan cara memperhatikan jarak anogentail yang lebih besar pada mencit
jantan (1,5 – 2 kali dari ), testis pucat dan terlihat di bawah abdomen dan papila
Mencit harus sehat, pertumbhan normal, tidak menunjukan kelainan yang berarti.
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain batang pengaduk,
corong gelas, erlemeyer 1000 ml (Pyrex), gelas piala 500 ml (Pyrex), gelas ukur
100 ml (Pyrex), kandang mencit, kertas timbang, labu alas bulat 250 ml, labu
takar 100 ml, lumpang dan stemper, pletismometer, sendok tanduk, spoit injeksi 1
ml (one med), lempeng kaca berskala, penanggas air, lempeng alat uji daya sebar,
alat uji daya lekat, pot untuk gel, stick pH stopwatch, timbangan analitik
CMC, Putih telur, Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) dan Voltaren
emulgel
1. Populasi
2. Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah adalah Mencit jantan sebanyak 25 ekor
3. Bahan Uji
Bahan uji dalam penelitian ini adalah Temu Hitam (Curcuma aeruginosa
Roxb).
Bahan uji Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) yang telah diambil
Bahan uji Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) yang telah diambil di
dengan pelarut dengan jumlah yang sama. Ekstrak yang didapat kemudian
ekstrak kental.
a. Rancangan Formula
Formula (%)
Bahan Kegunaan
FI FII FIII
Ekstrak Temu Hitam 1 2 3 Zat Aktif
Carbopol 940 2 2 2 Gelling agent
TEA 2 2 2 Alkalizing agent
Gliserin 5 5 5 Pelembab
Propilenglikol 15 15 15 Pelembut
Na. Metabisulfite 0,5 0,5 0,5 Pengawet
Aquadest Ad 100 100 100 Pelarut
b. Pembuatan Gel
alat dan bahan di timbang sesuai dengan perhitungan yang terterah dalam
hitam dan Propilenglikol kedalamnya dan digerus sampai homogen (campuran II).
Dimasukkan campuran II kedalam campuran I kemudian digerus kembali sampai
homogen. Sediaan lalu dimasukkan kedalam pot yang sesuai dan diberi label.
1. Uji viskositas
cara : gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester.
2. Uji Homogenitas
buat homogeny atau tidak.Dengan cara gel dioleskan pada kaca transparan
sebanyak 0,5 gram. Homogenitas di tunjukkan dengan tidak adanya butir kasar.
3. Uji pH
4. Uji organoleptis
Gel ditimbang 0,5 gram dan diletakkan di tengah kaca objek kemudian tutup
dalam penggunaan.
d. Pembuatan Larutan Koloidal Na-CMC 1 % b/v
sebanyak 1 gram. Lalu tuangkan air suling yang sudah dipanaskan ke dalam
setelah itu tunggu beberapa menit lalu digerus hingga homogen/sampai terbentuk
koloidal. Koloidal yang terbentuk dimasukan ke dalam labu takar 100 ml dan
Diambil putih telur yang masih segar dengan cara dipisahkan putih telur
dan kuning telur, kemudian diaduk hingga rata untuk meratakan kekentalan putih
telur.
Hewan uji yang digunakan adalah Mencit jantan yang dewasa, berbadan
hewan uji terlebih dahulu dipuasakan selama 8 jam dan dipastikan tidak
diukur volume kaki kiri belakang mencit pada Pletismometer dan dicatat sebagai
sebanyak 0,1 ml secara subkutan. Setelah satu jam diukur kembali volume kaki
kiri belakang mencit pada pletismometer dan di catat sebagai volume edema awal.
b/v sebagai kontrol negative (-). dengan mengolesi kaki mencit yang telah
diinduksi. Tiga kelompok sebagai kelompok uji masing-masing Kelompok II, III,
dan IV diberi gel Temu Hitam dengan konsentrasi 1% b/v, 2% b/v, dan 3 % b/v
dengan mengolesi kaki mencit yang telah diinduksi. Dan kelompok 5 diberi
sedian Voltaren sebagai kontrol positif (+) dengan mengolesi kaki mencit yang
penurunan volume udema dengan cara mengukur kembali volume kaki kiri
belakang mencit pada pletismometer sampai pada batas mata kakinya untuk setiap
E. Defenisi Operasional
1. Induksi putih telur adalah pemberian putih telur sebanyak 0,1 ml dengan cara
pletismometer.
4. Ekstrak Temu Hitam adalah sediaan kental yang didapatkan dari hasil
bulan bila bibit berasal dari rimpang induk, atau 2 tahun bila bibit berasal dari
rimpang anakan
6. Etanol 96% adalah Cairan penyari yang digunakan untuk menarik komponen
G. Teknik Analisis
BAB IV
Tabel 3. Uji pH
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Volume Udema (ml) Telapak Kaki Mencit
Tabel 6. Kenaikan dan Penuruan Volume Udema (ml) Kaki Mencit Pada
Setelah 6 Jam Setelah dilakukan Koding (Dikali 100)
B. Pembahasan
curcumol, tanin, damar, isofortungermakrene, zat pahit, lemak, zat warna biru,
dan mineral. Dimana salah satu dari kegunaan dari Temu hitam adalah sebagai
ekstrak gel Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb) dengan konsntrasi 1% b/v,
Temu Hitam dengan melakukan evaluasi sediaan di antaranya uji organoleptik, uji
bentuk, yang diamati secara visual, menunjukkan hasil stabil pada penyimpanan
selama 4 hari (Pada tabel 1). Pada uji daya sebar selama penyimpanan 4 hari
memenuhi standar gel yang baik yaitu pada reins 5-7 cm (Tabel 2). Pengujian pH
dengan reins 4,5 – 6,5 memenuhi standar (pada tabel 3). Begitupula pada
pengujian viskositas memenuhi standar reins yaitu 20.000 – 60.000 cp (tabel 4).
Pada penelitian ini sampel uji yang digunakan adalah formulasi Gel
Temu Hitam, dengan variasi konsentrasi 1% b/v, 2% b/v dan 3% b/v. Na.CMC
Tiap perlakuan 5 ekor Mencit yang masing-masing diberikan sediaan secara oral
Berdasarkan hasil penelitian pada pemberian Gel ekstrak Temu hitam yang
tebagi dalam 3 Formula yaitu Formula I (1%), Formula II (2%) dan Formula III
albumin secara subkutan pada telapak kaki kiri belakang mencit, yang kemudian
diukur volume udema setiap selang waktu 60 menit selama 6 jam, diperoleh data
masing perlakuan yaitu kontrol Na.CMC 1% b/v yaitu 15.26 ± 4.55, Formula I
yaitu 24.29 ± 5.87, Formula II yaitu 31.13 ± 4.73, Formula III yaitu 39.92 ± 5.75
Yang menurunkan udema terbesar yaitu pada formula III dengan rerata
Dari data persentase penurunan volume udema kaki Mencit yang diperoleh
selama 6 jam, dapat terlihat bahwa ada efek antiinflamasi yang dihasilkan., hal ini
yang disebabkan oleh flavonoid yang tersari dalam ekstrak, dimana flavonoid
sikooksogenase.
Hasil analisis data secara statistik dengan menggunakan metode SPSS 21.
pada taraf kepercayaan 0,05%. Data yang diperoleh dilakukan uji statistik
parametrik Anova yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan udema dari setiap
signifikansi p <0,05 memiliki arti terdapat perbedaan yang bermakna pada setiap
Berdasarkan uji post Hoc tukey HSD pada setiap kelompok perlakuan
mengalami penurunan udema yang signifikan bermakna (p < 0,05). Hal ini berarti
mungkin disebabkan oleh semakin tinggi konsentrasi zat aktif yang terkandung di
dalamnya semakin banyak yang memberikan efek antiinflamasi, yang artinya zat
volume udema yang sama dengan voltaren, sehingga dapat dikatakan bahwa pada
konsentrasi tersebut lebih efektif dalam menurunkan volume udema kaki mencit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
Formula I yaitu 24.29 ± 5.87, Formula II yaitu 31.13 ± 4.73, Formula III yaitu
39.92 ± 5.75 dan Kontrol Posisitif dengan Voltaren yaitu 54.68 ± 8.44.
2. Yang menurunkan udema terbesar yaitu pada formula III dengan rerata
.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin, 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan
Perluasan, 206, 207. ITB, Bandung.
Albertus silvertes, 2016. Uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun mimba
(Azadirachta indica A. Juss) Terhadap mencit terhadap Mencit (Mus
musculus). Univesitas Pancasakti Makassar, Makassar.
Emma Emawati dkk, 2018, Deteksi Adulteran Dalam Sediaan Jamu Temu Hitam
(Curcuma aeruginosa Roxb.) Menggunakan Metode Analisis Sidik Jari
KLT Video Densitometri, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bandung,
Bandung.
Erna Hidayawati, 2018, Optimasi Sediaan Gel Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
officinale roscoe var rubrum) Menggunakan Gelling Agent Carbopol Dan
Humektan Propilen Glikol Dengan Metode Simplek Lattice Design,
Univesitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Maria Ulfa, dkk, 2016, Formulasi Gel Ekstrak Daun Kelor (Moringga oleifera
lam.) Sebagai Antiinflamasi Topikal Pada Tikus (Rattus novergicus),
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Makassar.
Nurcholis Agus, dkk. 2018, Aktivitas Antiinflamasi Gel Ekstrak Rumput Mutiara
(Ordelandia corymbosa L.) Pada Tikus (Rattus norvegicus L.) Yang
Diinduksikan Karagenan.Univesitas Tadulako ,Palu.
Rina Adilla Akmalia dkk, 2016. Aktifitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Temu
Kunci (Boisenbergia pandurata) Secara Infitro, Universitas Mulawarman,
Samarinda, Kalimantan Timur.
Zullies Ikawati, 2018. Farmakologi Molekuler, Target Aksi Obat Dan Mekanisme
Molekulernya. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta. Hal 127-129.
SKEMA KERJA
- Setelah 1 Jam
- Diukur Penurunan Volume Udema Kaki Mencit
tiap 60 menit selama 6 jam
Data Penurunan Volume Udema
- Dianalisis
- Dibuat Pembahasan
Kesimpulan
sampel, yang terbagi menjadi Lima kelompok dan setiap kelompok masing-
Kelompok Kontrol Positif (Voltaren). Dengan nilai rerata dan standar devisiasi
Tests of Normality
Pada pengamatan uji normalitas yang terlihat pada tabel dengan metode
Shapiro wilk memperlihatkan hasil yang Signifikan (p > 0,05) artinya berbeda
Tabel 9. Pengamatan Uji Homogenitas dan Uji Statistik One Way Anova
ANOVA
Udema
sampel normal (p > 0,05). Kemudian dilanjut dengan menggunakan uji Anova.
Data yang diperoleh dilakukan uji statistik parametrik Anova yang bertujuan
pada setiap Jam pengamatan. Nilai signifikansi p <0,05 memiliki arti terdapat