Anda di halaman 1dari 19

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KERANG HIJAU

(Perna veridis) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DPPH

USULAN PENELITIAN

Sebagai salah satu syarat dalam memenuhi tugas Mata Kuliah Metode
Penelitian

SANTI PITRIANINGSIH
NIM: 4443180052

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : UJI AKTIVIRAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KERANG HIJAU


(Perina viridis) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DPPH
Oleh : SANTI PITRIANINGSIH
NIM : 4443180052

Serang, April 2021

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dini Surilayani, S.Pi., M.P Ginanjar Pratama, S.Pi, M.Si


NIP : 1985010420150420 NIP. 198805222019031009

Ketua Prodi Ilmu Perikanan,

Dr. Adi Susanto S.Pi., M.Si


Nip : 198309202010121004

KATA PENGANTAR
iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kerang Hijau (Perna
viridis) Dengan Menggunakan Metode DPPH”. Penulis ingin mengcapkan terima
kasih banyak kepada:
1. Kedua orangtua serta keluarga atas doa, dukungan dan motivasi terbaik
untuk penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.
2. Ibu Dini Surilayani, S.Pi., M.P. selaku Dosen Pembimbing I atas arahan,
masukan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bapak Ginanjar Pratama, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak memberikan motivasi dan dukungan serta memberikan
arahan.
4. Bapak Dr. Adi Susanto, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perikanan.
5. Ibu Dr. Ririn Irnawati, S.Pi., M.Si. dan Muta Ali Khalifa, S.Ik., M.Si
selaku Dosen mata kuliah Metode Penelitian.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi Ilmu Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Teman-teman kelas B angkatan 2018 Program Studi Imu Perikanan atas
suka dan duka yang telah diberikan selama perkuliahan serta semanagat
dan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman angkatan 2018 Program Studi Ilmu Perikanan yang telah
membersamai selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam proposal
penelitian ini, sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun
dan akan penulis terima dengan baik. Penulis berharap semoga proposal penelitian
ini dapat berguna bagi para pembaca serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Serang, April 2021

Santi Pitrianingsih
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kerang Hijau (Perna viridis) ......................... 3
2.2 Radikal Bebas ........................................................................................ 3
2.3 Antioksidan ........................................................................................... 4
2.4 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 6
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 7
3.1 Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian ....... Error! Bookmark not defined.
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 7
3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................... 7
3.3.1 Pengambilan Sampel dan Preparasi . Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Pengolahan Data ............................. Error! Bookmark not defined.
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antioksidan dan radikal bebas merupakan istilah yang cukup populer.
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah tersebut semakin sering digunakan dan
menyita perhatian publik, khususnya masyarakat yang memiliki kepeduliaan
terhadap kesehatan. Beberapa peneliti mengungkapkan peran dari stress oksidatif
yang disebabkan oleh radikal bebas dalam berbagai penyakit berbahaya, seperti
penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular, kanker, dan penyakit
degeneratif. Hasil dari penelitian tersebut juga menyampaikan bahwa antioksidan
memiliki nilai terapetik pada penyakit-penyakit tersebut (Barhe dan Tchouya,
2014).
Radikal bebas adalah molekul oksigen yang dalam interaksinya dengan
molekul lain kehilangan sebuah elektron dilingkaran terluar orbitnya, sehingga
jumlah elektronnya ganjil. Karena jumlah elektronnya yang ganjil, molekul ini
menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mencari pasangan elektron baru dengan
cara mengambil elektron molekul lain yang jaraknya berdekatan (Kusumadewi,
2002). Dengan kata lain, radikal bebas merupakan atom atau molekul yang
mempunyai elektron tidak berpasangan. Elektron tidak berpasangan tersebut
menyebabkan radikal bebas yang sangat reaktif dengan cara menangkap atau
mengambil elektron dari senyawa lain seperti protein, lipid, karbohidrat, dan DNA
untuk menetralkan. Radikal bebas dapat masuk ke dalam tubuh dan menyerang
sel-sel yang sehat sehingga menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan fungsi dan
strukturnya. Kerusakan sel-sel tersebut berkontribusi terhadapa beberapa penyakit
(Liochev, 2013).
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat laju oksidasi
molekul lain atau menetralisir radikal bebas (Fajriah dkk, 2007). Antioksidan
memiliki kemampuan memberikan elektron, mengikat dan mengakhiri reaksi
berantai radikal bebas sehingga dapat mencegah efek negatif dari radikal bebas
(Halliwell, 2012). Tubuh kita memerlukan antioksidan yang dapat membantu
melindungi tubuh dari radikal bebas mengingat begitu banyak radikal bebas yang
2

berasal dari luar tubuh sseperti makanan yang banyak mengandung bahan
pengawet, pewarna, asam lemak tidak jenuh, pestisida, polusi, debu dan radikal
ultraviolet. Selain itu, emisi kendaraan bermotor dan industri, asap rokok serta
pelepasan senyawa kimia ke alam merupakan penyumbang radikal bebas yang
cukup besar (Zuhra, et al., 2008; Parwata, et al., 2010). Sedangkan tubuh tidak
mempunyai sistem pertahanan antioksidan eksogen (Sunarni, et al., 2007).
Radikal bebas yang umunya digunakan sebagai sampel dalam penelitian
antioksidan atau peredam radikal bebas adalah 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)
(Sawai et al., 1998; Senba et al., 1999; Yokozawa et al., 1998; Windono et al.,
2001). Metode DPPH merupakan metoden yang sederhana, cepat, dan mudah
untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa (Koleva et al.,
2001), selain itu metode ini terbukti akurat, reliabel dan praktis (Pratimasari,
2009).

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan optimal
dari daging kerang hijau (Perna viridis).
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang nilai
antioksidan yang terkandung pada daging kerang hijau (Perna viridis) dan
dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi


Kerang hijau (Perna viridis L) atau green mussels adalah organisme
dominan pada ekosistem litoral (wilayah pasang surut) dan sublitoral yang
dangkal. Kerang hijau dapat hidup dengan subur pada perairan teluk estuaria,
perairan sekitar mangrove dan muara, dengan kondisi lingkungan dengan dasar
perairan berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup
serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi. Kerang hijau memiliki ukuran tubuh
yang cukup panjang hingga 165 mm (Setyobudiandi, 2000).
Menurut Linnaeus (1758), kerang hijau diklasifikasikan secara sistematika
menjadi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Pteriomorphia
Ordo : Mytiloida
Familia : Mytilidae
Genus : Perna
Spesies : Perna viridis L
Kerang hijau diketahui mengandung unsur selenium. Kerang hijau
memiliki sekitar 67 mikrogram selenium. Efek biologis selenium dalam tubuh di
mediasi oleh protein yang mengandung selenium atau disebut dengan
selenoprotein. Selenoprotein memiliki efek antioksidan, antiinflamasi dan
produksi hormon tiroid. Selenium berfungsi sebagai salah satu antioksidan yang
menjaga sel tubuh adari radikal bebas (Eli et al., 2019).

2.2 Radikal Bebas


Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron
tidak berpasangan. Suatu senyawa atau molekul yang mengandung elektron tidak
berpasangan menyebabkan senyawa tersebut menjadi reaktif dan mencari
pasangan elektron dengan cara mengikat elektron molekul yang berada di
4

sekitarnya. Hal tersebut dapat kita lihat pada senyawa pembentuk air (H 2O).
Dimana ikatan atom oksigen dengan hidrogen pada air merupakan ikatan kovalen,
yaitu ikatan kimia yang timbul karena sepasang elektron yang tidak memiliki
pasangan dan menarik elektron dari senyawa lain, sehingga elektron tersebut
dimiliki bersama oleh dua atom atau senyawa dan terbentuk suatu senyawa radikal
bebas baru yang lebih reaktif. Jika elektron yang terikat oleh senyawa radikal
bebas tersebut bersifat ionik, dampak yang di timbulkan tidak begitu berbahaya.
Tetapi apabila elektron yang terikat oleh senyawa radikal bebas tersebut berasal
darik senyawa yang berikatan kovalen, dampak yang ditimbulkan akan sangat
berbahaya karena ikatan digunakan secara bersama-sama pada orbital terluarnya.
Reaktivitas yang meningkat tersebut menyebabkan senyawa radikal bebas
menjadi lebih mudah untuk menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Apabila
pertahanan tubuh lemah maka sel-sel tersebut rusak (Uppu et al., 2010)
Radikal bebas dianggap sangat berbahaya dikarenakan sifatnya yang
sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya, sehingga
membentuk radikal bebas. Karena reaktifnya radikal bebas dan gerakanya yang
tidak beraturan sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan diberbagai
bagian sel (Muhilal, 1991).
Reaksi radikal bebas dalam tubuh sebenernya suatu mekanisme biokimia
yang normal terjadi. Radikal bebas biasanya hanya bersifat perantara
(intermediat), yang kemudian diubah menjadi substansi lain yang tidak
membahayakan tubuh, misalnya seperti hormon-hormon prostaglandin yang
terbentuk melalui suatu seri reaksi radikal bebas atau reaksi detoksifikasi racun
yang masuk kedalam tubuh yang mengikutsertakan radikal bebas. Namun, jika
radikal bebas bertemu DNA, enzim dan asam lemak tak jenuh maka dapat
menyebabkan kerusakan sel (Husaini, 1991).

2.3 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal.
Senyawa antioksidan dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara mengikat
senyawa radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007).
5

Antioksidan dapat menghambat aktivitas oksigen dengan cara


mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa oksidan. Kandungan antioksidan
yang cukup dapat membantu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap penyakit
yang disebabkan oleh radikal bebas. Namun, jika dikonsumsi berlebih antioksidan
akan menimbulkan penyakit karena menyebabkan penimbunan lemak. Pada
kondisi tertentu, antioksidan dalam tubuh tidak mencukupi untuk melakukan
perannya. Oleh karena itu, tubuh memerlukan vitamin C sebagai antioksidan
untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Namun, apabila dikonsumsi secara berlebih,
vitamin C juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker hati dikarenakan
dapat menstimulasi penyerapan zat besi dalam tubuh (Ovani, 2013).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan terbagi menjadi antioksidan
primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier. Antioksidan primer
merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal
bebas baru dan mengubah radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan.
Dengan kata lain, antioksidan primer merupakan zat yang dapat menghentikan
reaksi berantai pembentukan radikal yang melepaskan hidrogen. Zat-zat yang
merupakan antioksidan primer biasanya berasal dari alam dan ada yang buatan
seperti tokoferol, lesitin, fosfatida, sedamol, gosipol dan asam askorbat
(Kumalaningsih, 2008).
Antioksidan sekunder merupakan suatu zat yang dapat mencegah
prooksidan atau faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi logam
Fe, Pb, Cu dan Mn sehingga dapat digolongkan sebagai sinergik. Antioksidan ini
berfungsi menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai
sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Contoh dari antioksidan
sekunder antara lain vitamin E, vitamin C dan betakaroten (Kumalaningsih, 2008).
Antioksidan tersier adalah senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan
rusak yang disebabkan karena serangan radikal bebas. Contoh dari antioksidan
tersier yaitu jenis DNA-repair enzym seperti metionin sulfoksidan reduktase yang
dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bertugas memperbaiki
kerusakan tubuh yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Enzim metionin
sulfoksidan reduktase bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker
(Kumalaningsih, 2008).
6

Sumber antioksidan dibagi menjadi dua kelompok yaitu antioksidan alami


dan antioksidan sintetik. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang berasal
dari hewan dan tumbuhan. Umumnya memiliki gugus hidroksi dalam struktur
molekulnya. Antikosidan alami yang berasal dari tumbuhan yaiti senyawa fenolik
berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam
polifungsuional. Flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi
radikal bebas dan sebagai anti radikal bebas. Selain itu senyawa kimia yang
tergolong kedalam antioksidan dan dapat ditemukan secara alami diantaranya
adalah asam ellagik, astaxanthin, gluation, karetonoid, polifenol, proantosianidin
dan tokoferol (Isnindar et al., 2011).
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan buatan. Pada umumnya,
antioksidan yang diizinkan utnuk digunakan dalam makanan antara lain butylated
hydroxy anisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT) dan profil galat.
Penggunaan antioksidan dibatasi penggunaanya karena beberapa antioksidan
bersifat karsinogenik dan beracun. Pada dosis tertentu antioksidan sintetik dapat
menimbulkan keracunan (Zuhra et al., 2008).

2.4 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, salah satu bioaktivitas kerang
banyak diteliti adalah sebagai antioksidan. Hal tersebut karena kerang
mengandung unsur selenium atau disebut dengan selenoprotein. Selenoprotein
memiliki efek antioksidan. Penelitian yang dilakukan Izzati (2010) terhadap
kerang pisau (Solen spp.) dan Yanuarizki (2013)nterhadap kerang simping
memperlihatkan potensi sebagai antioksidan meskipun dalam aktivitas yang masih
lemah. Wang dkk. (2013) melakukan penelitian terhdapa senyawa peptida dari
protein hidrolisat kerang biru (Mytilus edulis) juga memeprlihatkan aktivitas
antioksidan yang baik. Kerang pasir (Semele cordiformis) memiliki nilai IC50
sebesar 453,77 ppm (Kalsum et al. 2020).
Dalam penelitian lain yang dilakukan melalui skrining biokimia pada
kerang jenis Perna viridis, ditemukan bahwa kerang tersebut mengandung protein,
fenolik, alkaloid dan saponin. Selain itu ditemukan puka komponen seperti
karbohidrat, polifenol, senyawa fenolik, protein, alkaloid, dan saponin saat
menggunakan ekstraksi yang berbeda (Krishnamoorty dkk., 2019)
7

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan pada bulan september sampai Oktober 2021.
Pengambilan sampel kerang hijau (Perna viridis) dilakukan di Desa Banten,
Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Proses ekstraksi dan uji fitokimia dilakukan di
Laboratorium Kimia Analitik, Institut Pertanian Bogor. Uji aktivitas antioksidan
dilakukan di Laboratoriuk Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan


Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kerang
hijau (Perna viridis). Bahan lain yang dibutuhkan yaitu metanol untuk ekstraksi
tunggaal. Untuk uji antioksidan dengan metode DPPH yaitu asam askorbat
(Vitamin C), metanol, pereaksi Wagner, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff,
NH3, H2SO4,FeCl3, akuades, dietileter, asam anhidra, serbuk magnesium, HCl
(asam klorida), Amil alkohol, DMSO (Dimethyl sufoxide), Etanol pro analisis,
DPPH (diphenypicrylhydrazy), klorofrom.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah timbangan digital,
timbangan analitik, blender, neraca, wadah, alumunium foil, kain blacu, kertas
saring, batang pengaduk, gelas ukur, corok, sendok, rotary vacum evaporator,
cawan petri, erlenmeyer, gelas beker, wadah residu, botol steril, freezer, pipet
tetes, spotlate, vortex, hotplate, tabung reaksi, rak tabung reaksi, plate tetes, oven,
spatula, lemari asam, pipet mikro, incubator, microplate 96 well, microplate
spectroforometer.

3.3 Metode Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisi deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2017).
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama
8

(pendahuluan) terdiri dari preparasi dan ekstraksi sampel daging kerang hijau
dengan metode maserasi. Tahap kedua (utama) terdiri dari uji fitokimia dan uji
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Tahapan penelitian dapat dilihat
pada gambar 2.

Kerang hijau

Preparasi sampel

Ekstraksi dengan pelarut


metanol

Evaporasi

Analisis :
Fitokimia
Antioksidan DPPH

Keterangan : Hasil Proses

Gambar 1. Tahapan penelititan

3.3.1 Tahapan Pendahuluan


Pada tahap ini sampel diambil dari Desa Banten, Kecamatan Kasemen,
Kota Serang. Sampel Kerang hijau dicuci dan dipreparasi dengan memisahkan
daging kerang dari cangkangnya lalu kemudian dijemur. Sampel kemudian
diekstraksi secara tunggal dengan menggunakan metanol. Pada tahap ini
9

dilakukan untuk mengetahui karakteristik rendemennya dan kemudian akan


dihitung. Rendemen ekstrak dihitung menggunakan rumus :
% Rendemen = Berat akhir (Ekstrak berupa pasta) X 100%
Berat utuh

3.3.2 Tahapan Utama


Tahap utama dalam penelitian ini meliputi uji fitokimia dan aktivitas
antioksidan. Uji fitokimia meliputi alkaloid, saponin, streroid/triterpenoid,
flavonoid, tanin, dan fenol hidrokuinon. Uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan metode DPPH.

3.4 Proses Analisis


3.4.1 Ekstraksi Sampel (Darusman et al. 1994)
Pengambilan sampel kerang hijau dilakukan di Desa Banten, Kecamatan
Kasemen, Kota Serang. Penelitian ini dilakukan 2 kali ulangan agar
meminimalisir data bias. Ekstraksi kerang hijau dilakukan secara tunggal yaitu
menggunakan pelarut metanol (polar). Ekstraksi tunggal dilakukan dengan cara
merendam sampel dengan suatu jenis pelarut tertentu. Bila menggunakan
beberapa pelarut yang berbeda maka pada setiap pelarut dicampurkan dengan
sampel yang belum dilarutkan dengan pelarut lain sebelumnya (Harbone, 1987).
Menurut Supiyanti et al. (2010) metanol dapat mengekstrak senyawa fitokimia
dalam jumlah yang lebih banyak. Tingginya rendemen yang terdapat pada pelarut
metanol menunjukan pelarut tersebut mampu mengekstrak lebih banyak
komponen bioaktif yang memiliki sifat kepolaran yang tinggi. Metanol memiliki
gugus polar yang lebih kuat daripada gugus nonpolar, hal ini dapat terlihat dari
struktur kimia metanol yang mengandung gugus hidroksil (polar) dan gugus
karbon (nonpolar).
Ekstraksi merupakan proses penarikan atau pemisahan komponen atau zat
aktif suatu simplisia dengann menggunakan pelarut tertentu. Tujuan ekstraksi
adalah memisahkan bahan padat dan bahan cair suatu zat dengan bantuan pelarut
ekstraksi dapat memisahkan campuran senyawa dengan berbagai sifat kimia yang
berbeda. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
10

Tahapan proses ekstraksi kerang hijau (Perna viridis) meliputi


pengeringan sampel, pengecilan sampel, maserasi penyaringan dan evaporasi.
Tahap pertama daging kerang hijau dicuci dan di potong-potong. Sampel kerang
hijau Perna viridis) yang telah dipotong kemudian ditiriskan dan dijemur sampai
kering. Setelah itu, daging kerang hijau diblender hinga menjadi serbuk. Sampel
kemudian ditimbang sebanyak 125 gram. Dimasukan kedalam erlenmeyer
kemudian dimaserasi dalam 500 mL pelarut (perbandingan 1:4).
Sampel kerang hijau (Perna viridis) dimaserasi dengan metanol selama 48
jam pada suhu ruang . sampel disaring menggunakan kertas saring memisahkan
filtrat dan residu. Filtrat daging kerang hijau (Perna viridis) yang diperoleh
selanjutnya dievaporasi dengan menggunakan vacum ratary evaporator pada suhu
400 C, sehingga diperoleh ekstrak kasarnya.hasil ekstraksi kerang hijau (Perna
viridis) kemudian diuji fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak kasar meliputi
alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol, dan tanin. Uji aktivitas antioksidan.
Tahapan proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 3.

kerang hijau (Perna viridis)

Preparasi

Daging kerang hijau (Perna


viridis)

Maserasi dengan metanol (48 jam)

Residu Filtrat

Evaporasi

Ekstrak kasar daging


kerang hijau
11

Keterangan : Produk
Proses
Gambar 2. Proses Ekstraksi (Modifikasi Darusman et al. 1994)

3.4.2 Uji Fitokimia (Harborne, 1987)


Analisi Fitokimia dilakukan untuk menentukan komponen aktif yang
terkandung dalam suatu sampel. Pengujian dilakukan terhadap ekstrak kasar suatu
sempel. Pengujian yang dilakukan meliputi uji alkaloid, steroid, flavonoid,
saponin, fenol, dan tanin.
A. Alkanoid
Uji alkaloid diawali dengan melarutkan 0,1 g dalam klorofrom 2-3 mL,
ditambahkan 3 tetes NH3 pekat, kocok dengan vortex, lalu tambahkan H2SO4 1
mL, kocok dengan vortex, amati laisan asam yang terbentuk. Kemudian uji
dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi Dragendroff, Meyer, dan Wagner.
Hasil uji dinyatakan positif bila pereaksi Meyer terbentuk endapan putih
kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner, dan endapan merah sampai
jingga dengan pereaksi Dragendroff.
B. Steroid/triterpenoid
Sampel sebanyak 0,1 g dilarutkan mengggunakan 1-2 mL. k etanol dalam
tabung reaksi. Lalu kocok dengan vortex, kemudian dipanaskan di hotplate, kocok
kembali dengan vortex. Setelah itu diuapkan sampai kering atau terbentuk residu,
tambahkan 0,5 mL dietileter, kocok dengan vortex. Kemudian uji dengan reaksi
Liebemann-Burchad (10 tetes asetat anhidra + 3 tetes H2SO4 pekat). Perubahan
warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukan steroid positif. Warna merah
kecoklatan terbentuk antar permukaan menunjukan triterpenoid positif.
C. Flavonoid
Sampel sebanyak 0,1 g ditambah 5 mL, lalu di vortex. Setelah itu
ditambahkan serbuk magnesium 3 butir dan 3 tetes HCl pekat, kocok kembali
dengan vortex. Tambahkan 1 mL amil alkohol (campuran HCl 37% dan etanol
95% dengan volume yang sama). Adanya flavonoid ditunjukkan dengan
terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkhohol.
D. Saponin
12

Sampel sebanyak 0,1 g dapat di deteksi dengan uji busa dalam akuades
panas sebanyak 5 mL, kocok dengan vortex. Adanya senyawa saponin ditunjukan
munculnya bua yang stabil selama 15-30 menit.
E. Fenol
Sampel sebanyak 0,1 g dipanaskan dengan 20 mL etanol 70%. Larutan yang
dihasilkan kemudian diambil sebanyak 1 mL dan ditambah 2 tetes larutan FeCl3
5%. Hasil uji dikategorikan positif jika terbentuk warna hujau atau hijau biru.
F. Tanin
Sampel sebanyak 0,1 g ditambahkan akuades sebanyak 5 mL, tambahkan
FeCl3 1% kocok dengan vortex. Adanya senyawa tanian ditunjukan dengan
terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru atau merah kehitaman.

3.4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Salazar et al. 2009)


Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, dilakukan
dengan ekstrak daging kerang hijau (Perna viridis) dari hasil ekstraksi tunggal
menggunakan pelarut metanol. Pertama buat stok DPPH 125 µM dengan cara
timbang DPPH sebanyak 2,5 mg, larutkan etanol p.a kedalam labu ukur ditera
hingga volume 50 mL, lalu labu ukur dilapisi alumunium foil, dan DPPH siap
digunakan. Kedua timbang sampel dan vitamin C sebanyak 10 mg, kemudian
larutkan dengan DMSO sebanyak 1 mL, disinokasi hingga larut. Setelah itu di
vortex, sampel dan vitamin C siap digunakan. Langkah ketiga sampel dan vitamin
C dengan cara masukkan sampel sebanyak 100 µL dengan konsentrasi 50, 100,
200 ppm dan vitamin C dengan konsentrasi 5, 10, dan 20 ppm kedalam
microplate, untuk sampel ulangan 1 dan 2 ditambahkan DPPH sebanyak 100 µL,
sedangkan untuk kontrol negatif hanya ditambahkan etanol p.a sebanyak 100 µL
setelah itu di inkubasi di suhu ruang pada kondisi gelap selama 30 menit. Lalu
diukur dengan alat Elisa pada panjang gelombang 517 nm. Langkah keempat
blanko dengan ulangan 1 dan 2 hanya berisi 100 µL Etanol p.a dan ditambahkan
DPPH sebanyak 100 µL, setelah itu untuk kontrol negatif hanya beisi Etanol p.a
sebanyak 200 µL.
Aktivitas antioksidan dari masing-masing sampel dan antioksidan
pembanding vitamin C dinyatakan dengan persen inhibisi, dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
13

% Inhibisi = (absorbansi blanko-absorbansi sampel)


X100%
absorbansi blanko

Nilai konsentrasi samapel dari masing-masing larutan metanol dan


pembanding (vitamin C) serta hambatan radikal bebas (% inhibisi) diplot masing-
masing pada sumbu x dan ya pada persamaan regresi linear. Persamaan regresi
linear diperoleh dalam bentuk persamaan y = a + bx yang digunakan untuk
mencari nilai IC50 (inhibitor concentration 50%) dengan y sebesar 50 dan x
menyatakan nilai IC50. Nilai IC50 menyatakan bahwa konsentras larutan yang
dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50%.

3.5 Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Data diolah dalam bentuk
tabel, dan grafik (Arikunto, 2013). Dan untuk hasil data antioksidan diolah
menggunakan regresi linear. Menurut nawari (2010), analisis regresi adalah suatu
metode sederhana untuk melakukan investigasi tentang hubungan fungsional di
antara beberapa variabel. Hubungan antara beberapa variabel tersebut diwujudkan
dalam suatu model matematis. Rumus regresi linear yang diperoleh dalam bentuk
persamaan :
Y = α + bx
Keterangan : Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
x = Variabel bebas
14

DAFTAR PUSTAKA

Darusman LK, Sajuthi D, Sutriah K, Pamungkas D. 1994. Ekstraksi komponen


bioaktif sebagai bahan obar dari karang-karangan, bunga karang, dan
ganggang di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu (Tahap II: Fraksinasi dan
Bioassay). Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian: Jakarta, Januari 1994.
Jakarta: DIKTI Depdikbud.18-29 hlm.

Eli M, Irma MP, Rizky A, Anas S. 2019. Selenium Sebagai Suplemen Terapi
Kanker. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. ISSN : 2252-6218. 8(4) :301-310.

Halliwell B and Gutteridge JMC. 2000. Free Radical in Biology and Medicine.
New York: Oxford University Press. 34 p.

Izzati L. 2010. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif kerang pisau (Solen
spp.). Institut Pertanian Bogor.

Juniarti D, Osmeli, Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas


(Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2-
pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius l.). Makara
Sains. 13(1) :50-54.

Kalsum U, Hafizah I, Aritrina P, Sulastrianah. 2020. Uji Aktivitas Antioksidan


Hidrolisat Protein Kerang Pasir (Semele cordiformis) dengan Metode
DPPH. EISSN : 2443-0218. 7 (2)

Krishnamoorthy V, Chuen LY, Sivayogi V, Kathiresan S, Bahari MB, Raju G,


Parasuraman S. 2019. Exploration of antioxidant capacity of extracts of
Pernaviridis a marine bivalve. Pharmacognosy Magazine. 15 (66) :402.

Kumalaningsih S.2008. Antioksidan, sumber dan manfaatnya. [Internet]. Diakses


tanggal 17 Maret 2021

Morello MJ, Shahidi F, Ho CT. 2002. Free Radicals in Food: Chemistry,


Nutrition, and Health Effects. Washington DC: American Chemical Society.
66-67 pp.

Muhilal. 1991. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran, Cermin Dunia
Kedokteran. Jakarta.

Uppu RM, Murthy SN, Pryor WA, Parinandi NL. 2010. Free Radicals and
Antioxidant Protocols. New York: Humana Press. 51-53 pp.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.


15

Yanuarizki O. 2013. Aktivitas Antioksidan Dan Komponen Bioaktif Kerang


Simping (Amusium pleuronectes). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zuhra CF, Tarigan J, Sihotang H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa


Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgumus (L) Merr). Jurnal
Biologi Sumatera. ISSN : 1907-5537. 3(1) :7-10

Anda mungkin juga menyukai