Anda di halaman 1dari 66

BAB I

ASURANSI KONVENSIONAL

Untuk selanjutnya asuransi konvensioanal ditulis asuransi. Pada saat ini sebagian
besar rakyat Indonesia masih belum sejahtera, sementara pemerintah masih belum
mampu menanggung beban sosial yang dihadapinya. Beban tersebut dari segi keuangan
akan berkurang jika banyak anggota masyarakat yang mengasuransikan dirinya dan harta
bendanya.
Tingkat kesadaran akan risiko dan kebutuhan berasuransi merupakan ukuran dari
kesadaran berasuransi masyarakat. Kesadaran berasuransi dapat mencerminkan seberapa
jauh masyarakat menganggap asuransi sebagai suatu kebutuhan akan mekanisme
pengalihan risiko (kemungkinan menderita kerugian).
Perkembangan industri asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program
asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan itu, berkembang pula
berbagai program asuransi syariah yang telah ditawarkan di masyarakat.

TIK  :    Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan


pengertian asuransi, manfaat asuransi, risiko, premi asuransi, polis asuransi dan
Penggolongan asuransi.

1.1. Pengertian Asuransi


Asuransi atau pertanggungan muncul karena kebutuhan manusia. Seperti
diketahui bahwa dalam mengarungi kehidupan, manusia selalu dihadapkan kepada
sesuatu yang tidak pasti. Sesuatu yang tidak pasti tersebut dapat bersifat menguntungkan
atau merugikan. Manusia mengharapkan keuntungan dan kesejahteraan, namun manusia
hanya dapat berusaha sedangkan Allah SWT yang menentukan segala-galanya. Oleh
karena itu setiap manusia selalu menghadapi berbagai risiko.
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan
kepada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut
benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku

  1       
bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang
menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Pada prinsipnya, berasuransi adalah mengalihkan risiko kepada pihak lain.
Berikut adalah beberapa definisi asuransi: :
1. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246.
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian yang mana sesorang
penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya/terjadi karena suatu peristiwa yang tak tentu.
2. Menurut Undang-Undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
3. Menurut Paham Ekonomi Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena
melalui asuransi dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk
membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan
perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial loss), yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious event).

1.2. Manfaat Asuransi


Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari
risiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut
benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar
  2       
nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan
penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara
periodik dengan memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar
dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak
penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak.
Semakin besar nilai pertanggungan, semakin besar pula premi periodik yang harus
dibayar oleh tertanggung.
3. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan
tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang
dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).
4. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada
penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai
pertanggungan.
5. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risiko kerugian yang
bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan,
dan lain-lain).

1.3. Risiko
Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai
ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya kerugian.

1.4. Polis Asuransi


Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua
belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai
berikut:
1. Nomor polis
  3       
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor
polisi, nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.

1.5. Premi Asuransi


Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung
yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi
tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan
jumlah nilai pertanggungan. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada
perjanjian yang sudah dituangkan dalam polis asuransi. Dalam pasal 257 Kitab Undang-
undang Hukum Dagang ditentukan bahwa kewajiban masing-masing pihak dimulai sejak
perjanjian asuransi berlaku atau risiko mulai diasuransikan meskipun polis belum
diterbitkan. Bagi tertanggung, kewajiban yang timbul adalah pembayaran premi sesuai
jangka waktu yang disepakati.

1.6. Penggolongan Asuransi


Asuransi dapat dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
timbul dari peristiwa yag tidak pasti. Usaha asuransi kerugian ini dapat dipilah sebagai
berikut:
a) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
b) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat
terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran/penerbangan atau sejenisnya.
c) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke
dalam kedua asuransi di atas, misal : asuransi kendaraan bermotor.

  4       
2. Asuransi jiwa (life insurance)
Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan
risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
Asuransi jiwa memberikan:
a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal
c) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang
kunci
d) Penghimpunan dana untuk persiapan pension

Latihan:
1. Jelaskan pengertian asuransi dan berikan 3 contoh!
2. Sebutkan manfaat asuransi!
3. Apa yang dimaksud dengan polis asuransi? Jelaskan!

  5       
BAB II
PROBABILITAS

Teori probabilitas lahir dalam problema-problema perjudian, yang ditemukan oleh


Blaise Pascal dan Pierre Fermat. Dalam perkembangannya teori ini banyak bermanfaat
dalam berbagai bidang, antara lain dalam bidang statistika, asuransi, ekonomi,
kemiliteran, kependudukan dan sebagainya.
Pembahasan bab ini diawali dengan pengertian dan definisi dalam probabilitas.
Meskipun probabilitas ini bukan hal yang baru, karena sudah pernah diperoleh di SLTA,
namun dengan menguasai materi dalam bab ini akan lebih mudah mengikuti pembahasan
berikutnya.

TIK : Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat menghitung nilai
probabilitas dari suatu peristiwa.

2.1.Pengertian Probabilitas
Suatu peristiwa dikatakan mempunyai probabilitas untuk terjadi, mempunyai arti bahwa
ada harapan peristiwa tersebut akan terjadi.
Jika ada kepastian bahwa peristiwa akan terjadi, maka probabilitasnya adalah 1, jika tidak
terjadi, maka probabilitasnya adalah 0.
Konsep probabilitas : adalah eksperimen (percobaan) yang menghasilkan “hasil” yang
tidak pasti.
Artinya : konsep yang diulang-ulang dalam kondisi yang sama akan memberikan hasil
yang berbeda-beda.
Misal :
- Percobaan : pengukuran waktu reaksi kimia.
Hasil : lama reaksi.
- Percobaan : pengamatan sekumpulan hasil suatu produk.
Hasil : banyaknya produk cacat dalam kumpulan produk.
Jika suatu percobaan mempunyai N hasil percobaan yang berbeda dan masing-masing
mempunyai kemungkinan sama untuk terjadi, dan jika tepat n di antara hasil percobaan
itu menyusun kejadian A, maka probabilitas kejadian A dinyatakan dengan P(A), maka :

6
P(A) = banyaknya peristiwa yang dikehendaki terjadi
banyaknya semua peristiwa yang mungkin terjadi
dengan 0  P(A)  1

Definisi : Jika suatu percobaan dapat menghasilkan n hasil berlainan yang berpeluang
sama dan jika tepat m dari hasil ini berkoresponden dengan peristiwa A, maka
probabilitas peristiwa A adalah :
m
P(A) =
n
Catatan :
1. Peristiwa yang bukan A ditulis , dinamakan komplemen A
2. Menurut definisi di atas, maka probabilitas komplemen A adalah :
nm m
P() =  1  = 1 – P(A)
n n
Contoh :
Sebuah mata uang logam diundi dengan melempar ke atas, maka uang akan jatuh dengan
bagian muka di atas atau bagian belakang di atas, maka :
Probabilitas bagian muka (M) = P(M) = ½ dan
Probabilitas bagian belakang (B) = P(B) = ½
Ini berarti bahwa harapan untuk memperoleh M sama dengan harapan untuk memperoleh
B, yaitu P(M) = P(B) = ½
Peristiwa ini dinamakan “ berpeluang sama” atau “equally likely”.
Hal ini disebabkan karena banyaknya peristiwa yang dikehendaki terjadi adalah 1, yaitu
M saja atau B saja, sedangkan banyaknya semua peristiwa yang terjadi adalah 2, yaitu M
dan B.

Ruang Sampel dan Titik Sampel


Definisi : Ruang sampel suatu eksperimen adalah himpunan elemen-elemen yang
bersifat , setiap hasil eksperimen berkorespondensi tepat dengan satu elemen dari
himpunan tersebut dan diberi simbol S.
Setiap elemen di dalam ruang sampel dinamakan titik sampel.
Pada contoh di atas, maka :
S = {MM, MB, BM, BB}

7
Peristiwa-peristiwa yang saling asing
Definisi : Jika dua peristiwa tidak mempunyai titik persekutuan, maka kedua peristiwa
tersebut dikatakan saling asing.
Akibat : interseksi dua peristiwa atau lebih yang saling asing adalah himpunan kosong.
Teorema : Jika A dan B peristiwa-peristiwa dalam ruang sampel S, maka :
P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B)
Akibat :
1. Jika A dan B saling asing, maka
P(A  B) = P(A) + P(B)
2. Jika A1, A2, . . . ,An saling asing, maka :
P(A1  A2 . . . .An) = P(A1) + P(A2) + . . . .+P(An)
3. Jika A, B, C tidak saling asing, maka :
P(A  B  C) = P(A) + P(B) +P(C) – P(A  B) – P(A  C) – P(B  C)
+P(A  B  C)
Contoh :
Pengambilan satu kartu dari susunan 52 kartu untuk mendapatkan kartu As dan kartu
King adalah peristiwa yang saling asing, karena dari satu pengambilan itu tidak dapat
diperoleh kedua-duanya. Tetapi untuk mendapatkan kartu As dan kartu Sekop merupakan
peristiwa yang tidak saling asing, karena bisa terjadi dalam pengambilan satu kartu
diperoleh kedua-duanya yaitu jika didapatkan kartu As-Sekop.

Peristiwa-peristiwa yang bebas


Dalam eksperimen dengan pelemparan dua dadu, jika A menyatakan 3  m  4 dan B
menyatakan h  5, maka jelas bahwa kedua peristiwa tidak dapat terjadi bersamaan,
sedangkan terjadinya peristiwa A tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa B dan
sebaliknya.
Hal ini dikatakan bahwa A dan B adalah peristiwa-peristiwa yang bebas.
Definisi : Dua peristiwa A dan B dikatakan bebas, jika dan hanya jika :
P(A  B) = P(A) . P(B)
Jika hubungan ini tidak dipenuhi, maka A dan B dikatakan tak bebas.

8
Latihan :
1. Sekeping uang logam setimbang dilempar dua kali. Berapakah probabilitas sekurang-
kurangnya sisi gambar muncul sekali ?
2. Sekantong obat berisi 6 vitamin rasa jeruk, 4 rasa apel dan 3 rasa strawberi. Jika
seseorang mengambil satu obat secara acak, berapakah probabilitas untuk
mendapatkan obat :
a. Satu rasa jeruk
b. Satu rasa apel atau strawberi
3. Jika kemungkinan hidup Adi dan Nani 20 tahun mendatang adalah 0,7 dan 0,9.
a. Berapakah kemungkinan keduanya masih hidup dalam 20 tahun mendatang ?
b. Berapakah kemungkinan keduanya akan meninggal dalam 20 tahun mendatang ?
c. Berapakah kemungkinan bahwa sekurang-kurangnya satu akan meninggal dalam
20 tahun mendatang ?

2.2. Ekspektasi
Definisi : Bila probabilitas untuk memperoleh sejumlah uang A adalah P(A), maka
ekspektasi matematik-nya didefinisikan sebagai A . P(A), disimbolkan dengan :
Ex = A . P(A)
Definisi : Bila probabilitas-probabilitas jumlah-jumlah uang A1, A2, . . . ,An adalah P(A1),
P(A2), . . . ,P(An), sedangkan setiap Ai , i = 1, 2, . . . ,n, adalah saling asing, maka
ekspektasi matematik-nya adalah :
n
Ex =  Ai  P( Ai )
i 1

Contoh :
A harus membayar Rp 1.000,00 kepada B untuk setiap pelemparan sebuah dadu dan B
harus membayar kembali kepada A sebanyak Rp 3.000,00 jika hasil dadu itu 6, Rp
1.500,00 jika hasilnya 5, Rp 750,00 jika hasilnya 4 dan tidak membayar kembali jika
hasilnya 1, 2, atau 3. Tentukan ekspektasi matematiknya.
Penyelesaian :
A menang Rp 3.000,00 – Rp 1.000,00 = Rp 2.000,00; jika hasilnya 6
A menang Rp 1.500,00 – Rp 1.000,00 = Rp 500,00; jika hasilnya 5
A kalah Rp 1.000,00 – Rp 750 = Rp 250; jika hasilnya 4
A kalah Rp 1000 – Rp 0 = Rp 1.000,00; jika hasilnya 1, 2 atau 3

9
Misalkan A1 = 2000, maka P(A1) = 1/6
A2 = 500, maka P(A2) = 1/6
A3 = - 250, maka P(A3) = 1/6
A4 = - 1000, maka P(A4) = 3/6 = ½

Jadi Ex = (2000)(1/6) + (500)(1/6) + (-250)(1/6) + (-1000)(1/2)


= (2500/6) – (3250/6)
= - 125.
Berarti bahwa A rata-rata kalah adalah Rp 125,00 setiap kali bermain.

Latihan :
1. Dua dadu merah dan hijau dilempar sekali, berapakah peobabilitas bahwa :
a. ke dua dadu menghasilkan banyak mata yang tak sama
b. dadu yang satu menghasilkan mata yang banyaknya dua kali banyaknya
mata dadu yang lain.
c. Dadu yang satu menghasilkan mata 5 dan dadu yang lain menghasilkan
mata kurang dari 5.
2. Satu keluarga mempunyai empat orang anak. Jika dimisalkan kelahiran bayi laki-
laki dan bayi perempuan berpeluang sama, tentukanlah :
a. probabilitas bahwa kedua anak yang pertama adalah perempuan.
b. Probabilitas bahwa keluarga tersebut mempunyai tiga anak laki-laki dan
satu anak perempuan.

10
BAB III
TABEL MORTALITA

Dalam perhitungan asuransi jiwa terdapat tiga faktor utama yang harus diperhatikan,
yaitu tabel mortalita, tingkat bunga yang diperoleh dari investasi dana dan biaya polis
asuransi jiwa (untuk sementara faktor biaya dalam bab ini tidak diikut sertakan). Salah satu
masalah adalah kemungkinan meninggal seseorang dalam jangka waktu tertentu, alat yang
tepat untuk memperhitungkan kemungkinan hidup-meninggal seseorang adalah suatu daftar
kehidupan yang dinamakan “Tabel Mortalita”
Untuk lebih memahaminya, pada sub bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang tabel
mortalita.

TIK : Setelah mempelajari sub bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menyusun dan
menggunakan tabel mortalita untuk menghitung kemungkinan hidup-meninggal seseorang.

3.1.Pengertian Tabel Mortalita


Tabel Mortalita adalah suatu daftar yang tepat dan mudah digunakan untuk
memperhitungkan kemungkinan hidup-meninggal seseorang dalam jangka waktu tertentu.

Prinsip pembuatan tabel mortalita adalah sebagai berikut :


Kita kumpulkan sejumlah bayi yang baru lahir yang masih berumur 0 tahun ( l 0 ), dari l 0

bayi-bayi ini yang mencapai umur 1 tahun dinotasikan dengan l1 sehingga jumlah bayi yang
tidak mencapai umur 1 tahun adalah l 0  l1 , dinyatakan dengan d 0 . Jadi d 0  l 0  l1 .

Anak-anak yang berumur 1 tahun yang berhasil mencapai umur 2 tahun dinyatakan dengan
l 2 , sehingga jumlah anak yang meninggal sebelum umur 2 tahun adalah l1  l 2 , dinotasikan

dengan d1 . Jadi d1  l1  l 2 .
Proses ini dilanjutkan sampai semua kelompok umur tersebut meninggal.
Jadi bentuk tabel mortalita adalah susunan kolom-kolom dari l0 , l1 , l 2 ,  dan d 0, d1 , d 2 , 

Jika x menyatakan umur, maka :


l x = jumlah orang yang tepat mencapai umur x tahun

d x = jumlah orang yang berumur x tahun yang meninggal sebelum mencapai umur ( x  1)

tahun

11
= l x  l x 1

l w = umur terbesar dimana sudah tidak ada kehidupan lagi

=0
Tabel Mortalita yang sudah tersusun yang digunakan dalam perhitungan-perhitungan pada
Asuransi Jiwa adalah CSO–1941( Commissioners 1941 Standard Ordinary Mortality Table ).
Dalam tabel ini usia limit(w) adalah 100 tahun, jadi l w  l100  0 .

Contoh :
1. Berapakah kemungkinan orang berusia 30 tahun akan mencapai umur 50 tahun?
Penyelesaian :
l30 : orang yang berumur 30 tahun

l50 : orang yang berumur 50 tahun

Jadi kemungkinan orang yang berusia 30 tahun akan mencapai umur 50 tahun adalah :
l50 810900
  0,87702
l30 924609

2. Berapakah kemungkinan orang yang berumur 20 tahun akan meninggal dalam 1 tahun
lagi ?
Penyelesaian :
Jumlah orang yang berumur 20 tahun yang akan meninggal dalam 1 tahun lagi adalah
d 20 ,

Jadi kemungkinannya adalah :


d 20 2.312
  0,00243
l 20 951.483

3.2. Cara Menyusun Tabel Mortalita


Pembentukan tabel mortalita yang akan digambarkan berikut ini bukanlah tabel yang
sesungguhnya, tetapi hanyalah merupakan gambaran secara umum bagaimana tabel mortalita
itu disusun.

12
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan sejumlah besar orang-orang kemudian dibagi menjadi beberapa
kelompok yang berumur sama.
2. Satu tahun kemudian dihitung berapa jumlah orang yang meninggal dari setiap
kelompok umur tersebut.
3. Hasil bagi dari yang meninggal terhadap jumlah semula untuk setiap kelompok umur
merupakan tingkat kemeninggalan dari setiap kelompok (kemungkinan meninggal
seseorang dalam 1 tahun).
4. Dipilih angka sebarang yang cukup besar dan bulat, misal 100.000, yang disebut
dengan RADIX dan dianggap sebagai jumlah orang dalam kelompok umur termuda.
Atas dasar radix ini dapat disusun kolom-kolom l x dan d x dari tabel mortalita.

Contoh :
Akan disusun tabel mortalita dari umur 18 tahun sampai umur 23 tahun dengan data sebagai
berikut :

Umur Jumlah Kelompok Jumlah yang meninggal dalam 1 tahun

18 5.000 10
19 10.000 22
20 15.000 36
21 10.000 27
22 20.000 60

13
Kemudian dihitung tingkat kemeninggalan untuk setiap umur, sebagai berikut :

Umur Tingkat kemeninggalan dalam 1 tahun


10
18  0,0020
5000
22
19  0,0022
10.000
36
20  0,0024
15.000
27
21  0,0027
10.000
60
22  0,0030
20.000

Selanjutnya diambil radix = 100.000, sehingga :


l18  100.000 dan d18  (100.000)(0,0020)  200

l19  l18  d18

= 99.800
Dan seterusnya sehingga diperoleh tabel mortalita sebagai berikut :

x lx dx

18 100.000 200
19 99.800 220
20 99.580 239
21 99.341 268
22 99.073 297
23 98.776

14
3.3. Notasi dan Rumus-rumus
1. nPx = kemungkinan bahwa orang yang berusia x tahun akan hidup n tahun lagi.
= jumlah orang yang mencapai usia (x+n) tahun
Jumlah orang yang berusia x tahun
l
nPx = x  n
lx

l
Untuk n = 1, maka Px = x 1
lx
2. nqx = kemungkinan bahwa orang yang berusia x tahun akan meninggal dalam n
tahun
l l
= x xn
lx

l l
Jika n = 1, maka nqx = qx= x x 1
lx

dx
=
lx

3. m/n qx = kemungkinan orang yang berusia x tahun akan hidup m tahun tetapi
akan meninggal dalam n tahun berikutnya.
= kemungkinan orang yang berusia x tahun akan meninggal antara usia
(x+m) dan (x+m+n).
l l
= xm xmn
lx

l l d
Jika n = 1, maka m/1 qx , ditulis m/ qx = x  m x  m 1  x  m
lx lx
Catatan :
x = usia orang yang sekarang dikehendaki.
n = jangka waktu peristiwa (hidup atau meninggal) terjadi
m = lamanya waktu penundaan terjadinya peristiwa

3.4. Harapan Hidup


Harapan hidup adalah rata-rata dari tahun kehidupan dimasa mendatang yang dicapai oleh
orang-orang yang saat sekarang berusia x tahun
Ditinjau dari perhitungan, harapan hidup dibedakan menjadi dua, yaitu :

15
1. Harapan Hidup Ringkas ( ex )
Menyatakan rata-rata jumlah tahun lengkap (tahun yang penuh dialami, bagian tahun
pecahan tidak diperhitungkan) yang masih dialami oleh seorang yang sekarang
berusia x tahun
Harapan hidup dari sejumlah orang yang berusia x tahun didefinisikan sebagai :
l x 1  l x  2    lw
ex 
lx
Dengan :
l x 1  l x  2    l w adalah jumlah seluruh tahun kehidupan dari l x orang sampai

usia limit (w).


Rumus di atas dapat juga dinyatakan sebagai :
e x  Px  2 Px  3Px    ( w  x) Px

(Bukti sebagai latihan)

2. Harapan Hidup Lengkap ( e x )

Dalam kehidupan nyata ada kejadian bahwa kemeninggalan akan terjadi disepanjang
tahun, sehingga diambil pendekatan bahwa rata-rata kemeninggalan itu terjadi pada
pertengahan tahun
Jika pecahan tahun ikut dihitung, maka dinamakan harapan hidup lengkap yang
besarnya adalah :

e x  e x  1
2

Contoh :
Hitunglah harapan hidup ringkas dan harapan hidup lengkap dari orang yang
berusia 95 tahun

Penyelesaian :
a. Harapan hidup ringkas :
l l l l
e95  96 97 98 99
l95

1818  1005  454  125 3402


= 
3011 3011
= 1,13 tahun

16
b. Harapan hidup lengkap :
e95  e95  0,5

= 1,63 tahun

Latihan:
1. Tentukan probabilitas bahwa orang yang berusia 20 tahun akan hidup 20
tahun lagi.
2. Tentukan probabilitas bahwa orang yang berusia 25 tahun akan meninggal sebelum usia
65 tahun
3. Tentukan probabilitas bahwa orang yang berusia 30 tahun,
a. akan mencapai usia 45 tahun
b. tidak akan mencapai usia 60 tahun
c. akan mencapai usia 45 tahun tetapi tidak mencapai usia 65 tahun
d. akan meninggal pada usia 75 tahun
4. Tentukan probabilitas bahwa orang yang berusia 40 tahun akan meninggal antara
usia 55 tahun dan 60 tahun
5. Satu keluarga mempunyai 2 orang anak, masing-masing berusia 1 tahun. dan 11 tahun.
Tentukan probabilitas bahwa seorang anak akan meninggal sebelum usia 50 tahun.
6. Buktikan :
a. m/n qx = m Px . n qx+m
b. (m+n) Px = m Px – m/n qx
7. Susun tabel mortalita dari umur 30 tahun sampai umur 35 tahun dengan data sebagai
berikut :
Umur Jumlah Kelompok Jumlah yang meninggal dalam 1 tahun

30 12.000 30
31 15.000 12
32 18.000 9
33 10.000 16
34 16.000 24

Keterangan: Jika diperoleh hasil tidak bulat, maka bulatkan ke bilangan bulat terdekat.

17
BAB IV
BUNGA DAN ANUITAS

Dalam asuransi yang berkaitan dengan masalah pinjaman terdapat istilah “bunga”.
Untuk lebih memahaminya, pada sub bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang bunga
yang nantinya akan digunakan pada sub bab selanjutnya.

TIK : Setelah mempelajari sub bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menghitung bunga
dan anuitas dari suatu pinjaman

4.1. Pengertian Bunga


Bunga adalah pembayaran yang dilakukan oleh si peminjam sebagai balas jasa atas
pemakaian yang dipinjam.
Sejumlah uang yang menghasilkan bunga disebut “pokok” (principal), sedangkan hasil
pembungaan dalam satu tahun terhadap pokok sebesar 1 (satu) satuan disebut “tingkat
bunga” (biasanya dinyatakan dalam persen).
Jika uang sebesar Rp 200.000,00 dipinjamkan dalam 1 tahun dengan bunga 5%, maka
jumlah uang pada akhir tahun menjadi :
Rp 200.000,00 +bunga (5% dari 200.000) = Rp 210.000,00
Secara umum, jika
S = jumlah uang pada akhir tahun
P = uang pokok (modal)
i = tingkat bunga
Maka, S = P + P i , atau
S = P + I , dengan I = P i
Contoh :
Seorang meminjam uang di Bank sebesar Rp5000.000,00 . Pada akhir tahun dia harus
mengembalikan sebesar Rp 5250.000,00 . Berapakah tingkat bunga per tahun ?
Penyelesaian :
P = Rp 5.000.000,00
S = Rp 5.250.000,00
Maka I = S – P = Rp 250.000,00
Sedangkan I = P i
250.000 = 5.000.000 i
18
i = 250.000/ 5.000.000 = 1/ 20 = 0,05
Jadi besarnya tingkat bunga per tahun adalah 5%

Berdasarkan perhitungannya bunga dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :


- Bunga Tunggal
- Bunga Majemuk

4.1.1. Bunga Tunggal


Pada prinsipnya, bunga tunggal adalah bunga yang dihitung berdasarkan pada pinjaman
yang menjadi hutang pada periode yang lalu.
Bunga ini tidak termasuk modal pada periode yang akan datang.
Jika : S = jumlah uang setelah berbunga
P = uang pokok ( modal )
i = tingkat bunga (suku bunga)
t = periode waktu (jangka waktu peminjaman)
Maka jumlah uang seluruhnya yang harus dibayar pada akhir tahun adalah :
S=P+Pit
S =P(1+it)
Jangka Waktu
a. Jangka waktu yang dinyatakan dengan banyaknya hari, bulan dan tahun (misal
60 hari)
b. Jangka waktu yang dinyatakan dengan tanggal, bulan dan tahun (misal dari tgl. 5
September 1999 sampai dengan 26 Juni 2000)
Berdasarkan perhitungan terdapat dua macam jangka waktu, yaitu :
- Bunga Tunggal Biasa : 1 tahun = 360 hari
1 bulan = 30 hari (approximate time)
- Bunga Tunggal Eksak : 1 tahun = 365 hari
1 bulan dihitung sesuai kalender (exact time)
Contoh :
1. Seseorang meminjamkan uang sebesar Rp1.000.000,00 dengan tingkat bunga 7%
selama 3 tahun. Berapakah jumlah uang pada akhir tahun ke tiga ?
Penyelesaian :
Jumlah uang pada akhir tahun ke tiga adalah :
S = P (1 + i t)
19
= 1000.000 (1 + (0,07)3)
= Rp 1.210.000,00

2. Tentukan bunga tunggal biasa dan bunga tunggal eksak dari modal sebesar 2 juta
rupiah dari tanggal 20 Juni 2006 s/d 24 Agustus 2006 dengan tingkat bunga 5%.
Penyelesaian :
Menentukan jangka waktu :
Exact time : Sisa hari dalam bulan Juni + jumlah hari dalam bulan Juli + jumlah
hari bulan Agustus pada tanggal yang ditentukan.
: 10 + 31 + 24 = 65
Approximate time : Agustus 2006 = 2006 : 8 : 24
Juni 2006 = 2006 : 6 : 20
--------------- -
0:2: 4
Berarti jangka waktunya adalah 2 bulan 4 hari, atau 64 hari
Menghitung bunga :
Gunakan rumus I = P i t dengan P = 2.000.000, i = 5%
64
- Bunga tunggal biasa : t = (Approximate time )
360
64
I = 2.000.000 (0,05) ( ) = 17.777,8
360
65
- Bunga tunggal eksak : t = (Exact time )
365
65
I = 2000.000 (0,05) ( ) = 17.808,2
365

Latihan 4.1:
1. Tentukan bunga tunggal dari pinjaman sebesar $ 1000 dengan tingkat bunga :
a. 4,5% untuk 1 tahun
b. 5,25% untuk 2 tahun
c. 3,5% untuk 0,5 tahun
d. 6 % untuk 8 bulan
2. Berapa tingkat bunga tunggal untuk :
a. $ 2000 menjadi $ 2110 dalam 1 tahun

20
b. $ 720 menjadi $ 744 dalam 10 bulan
3. Pinjaman sebesar $ 2000 dengan tingkat bunga 5%. Berapakah waktu yang
diperlukan sehingga menjadi $ 2125 ?
4. Bandingkan bunga tunggal biasa dengan bunga tunggal eksak pada pinjaman
sebesar $ 2500 dengan tingkat bunga 5% dari tanggal 15 April 2006 s/d 25 Juni
2006.

4.1.2. Bunga Majemuk


Bunga Majemuk adalah bunga periode yang lalu ditambahkan pada pokoknya
(modalnya), sehingga menjadi modal baru yang kemudian dibungakan lagi untuk periode
berikutnya (bunga berbunga)
Misal modal sebesar P dengan tingkat bunga i%, maka setelah :

1 tahun menjadi P(1  i)

2 tahun menjadi P (1  i ) 2

3 tahun menjadi P(1  i ) 3



dts
Secara umum, jika modal sebesar P dibungakan secara majemuk dengan tingkat bunga

i%, maka pada akhir tahun ke n akumulasi dananya menjadi P (1  i ) n .


Jika jumlah akumulasi dana dalam n tahun adalah A, maka :

S  P(1  i ) n

Atau P  S (1  i )  n

Jika (1  i ) 1  v , maka :
S
P  Sv n  , nilai v dapat dilihat pada tabel CSO 1941
(1  i ) n
Contoh :
Seseorang meminjamkan uang sebesar Rp 1.000.000,00 yang dibungakan selama 3 tahun
dengan tingkat bunga 7% per tahun, secara majemuk. Berapakah jumlah uang pada akhir
tahun ke tiga ?
Penyelesaian :

S  P (1  i ) n = 1000.000(1+0,07)3 =1.225.043

21
Jika sejumlah uang P dengan tingkat bunga i% per tahun dan dalam n tahun terdapat m
periode, maka pada akhir tahun ke n menjadi :
i nm
S  P(1  )
m
Contoh :
Pada tanggal 20 Maret 1977 seseorang menanamkan modal sebesar $ 200 di Bank dengan
tingkat bunga majemuk 5% per tahun dan penggabungan bunganya per 6 bulan
(compounded semianually).
Berapakah jumlah uangnya pada tanggal 20 September 1993 ?
Penyelesaian :
Jika penggabungan bunga per 6 bulan, berarti dalam 1 tahun terdapat (12/6) periode atau
m = 2 dan
jangka waktunya adalah = 1993 : 9 : 20
1977 : 3 : 20
____________ _
16 : 6 : 0
Jadi jangka waktu adalah 16 tahun 6 bulan = 16,5 tahun, sebungga n = 16,5 (2) = 33
Jadi jumlah uang pada tgl. 20 September 1993 adalah :
5% 33
S  200(1  ) = 200(2,258851) = $ 451,7 ( lihat tabel IV )
2
Catatan :
Salah satu jenis penyimpanan uang di Bank adalah deposito, yaitu suatu sistem
penyimpanan uang dengan ketetuan bahwa uang tidak dapat diambil setiap saat, tetapi
berdasarkan jangka waktu tertentu, misalnya 6 bulan, kwartalan(4 bulan), 1 tahun dsb.
Salah satu keuntungan dari deposito yaitu dapat menghitung besarnya uang secara pasti
pada saat waktu pengambilannya.
Modal mula-mula yang disimpan disebut Nilai Tunai ( P ) dan
Besarnya uang pada saat pengambilan disebut Nilai Akhir ( S )

Contoh :
Uang sebesar Rp 250.000,00 didepositokan untuk jangka waktun 3 tahun dengan tingkat
bunga majemuk 6% per tahun. Berapakah besarnya nilai akhir ?

22
Penyelasian :

S  P (1  i ) n
= 250.000(1 + 0,06)3
= 250.000(1,19101600)
= 297754
Jadi besarnya nilai akhir adalah Rp 297.754,00

Latihan 4.2:
1. Seseorang menanamkan modal sebesar $1000 selama 8 tahun dengan tingkat
bunga 7% dimajemukkan per 3 bulanan (compounded quarterly). Berapakah
besarnya bunga majemuk ?
2. Berapa tingkat bunga yang dimajemukkan setengah tahunan untuk $ 100 menjadi
$ 215 dalam waktu 15,5 tahun.
3. Berapa tahunkah modal sebesar $ 2000 menjadi $ 3650 dengan tingkat bunga 4%
dimajemukkan setengah tahunan.

23
4.2. Anuitas Tertentu (Anuitas Biasa)
Suatu anuitas tertentu adalah deretan pembayaran yang sifatnya periodik yang dapat
dibayarkan dalam jangka waktu tertentu (pembayaran pasti dilakukan pada saat jatuh
temponya). Pembayaran ini dapat sama besarnya dapat pula berbeda.
Pada bagian ini hanya akan dibicarakan mengenai anuitas yang jangka waktunya tahunan
dan tiap pembayaran besarnya sama.

4.2.1 Jumlah Dan Nilai Tunai Dari Anuitas


Misalkan suatu anuitas tertentu pembayaran per tahun sebesar $ 1000 untuk 4 tahun
dengan tingkat bunga (bunga) 5%, maka jumlah S dari anuitas adalah gabungan dari
berbagai pembayaran tiap akumulasi pada akhir jatuh tempo.
Karena pembayaran pertama bertambah dengan bunga untuk 3 tahun, pembayaran kedua
untuk 2 tahun, pembayaran ketiga untuk 1 tahun dan pembayaran keempat tunai, maka :

S  1000(1,05) 3  1000(1,05) 2  1000(1,05)  1000


Atau bentuk kebalikannya :

S  1000  1000(1,05)  1000(1,05) 2  1000(1  0,5) 3


Sehingga :

(i). S = 1000{1  (1,05)  (1,05) 2  (1,05) 3 }


= 1000(1 + 1,05 + 1,1025 + 1,157625)
= 1000(4,310125)
= $ 4310,12
Perhatikan pada (i) :
Jumlahan dalam kurung adalah jumlah deret geometri dengan suku pertama adalah 1 dan
pembanding 1,05 sehingga (i) dapat ditulis sebagai :

(1,05) 4  1 1,21550625  1
S  1000  1000  1000( 4,310125)  $4.310,125
(1,05)  1 0,005
Jika A adalah jumlah nilai tunai dari berbagai pembayaran pada setiap permulaan tempo,
maka :

A  1000(1,05) 1  1000(1,05) 2  1000(1,05) 3  1000(1,05) 4

24
= 1000[(1,05) 1  (1,05) 2  (1,05) 3  (1,05) 4 ]

(1,05) 1  (1,05) 5
= 1000
1  (1,05) 1

1  (1,05) 4
= 1000
(1,05)  1
1  0,82270247
= 1000
0,05
= $ 3.545,95

4.2.2. Rumus Anuitas


Dari contoh di atas, maka secara umum diperoleh rumus untuk anuitas sebagai berikut :
Jika : R = pembayaran periodik dari anuitas
i = suku bunga per periodik
n = jumlah imterval pembayaran (jumlah periode bunga)
S = jumlah dari anuitas (nilai akhir dari anuitas)
A = nilai tunai dari anuitas
Maka :

(1  i ) n  1
S  R  S n i  R
i
1  (1  i )  n
A  R  a ni  R
i
Contoh :
1. Tentukan jumlah dan nilai tunai dari anuitas sebesar $ 150 per bulan selama 3 thn.
6 bln, dengan suku bunga 6% digabungkan per bulanan.
Penyelasaian :
6%
R = 150, i   0,005 , n = 3,5 x 12 = 42
12
Maka dengan Tabel XII ( buku 2 ), diperoleh :

Jumlah nilai akhir : S  R  S n i  150  S 42  0,005  150(46,60654 ) = $ 6.990,98

Nilai tunai : A  R  a n i  150  a 42  0,005  150(37,79830)  $5.669,74

Jika persen suku bunga tidak tersedia dalam tabel, maka perhitungan harus
menggunakan logaritma.

25
2. Untuk 10 tahun yang lalu, X telah mendepositokan uang Rp 500.000,00 per akhir
tahun dalam Bank dengan suku bunga 3,5% efektif.
Berapakah jumlah simpanannya setelah 10 tahun disimpan ?
Penyelesaian :
R = 500 000, i = 0,035 dan n = 10
Sehingga jumlah simpanan : S  R  S n i  500000  S10  0,035  500000 (11,73139 )

= Rp 5.865 695,00

Latihan 4.3 :
1. Hari ini Mamat membeli sebuah anuitas $2.500 per tahun untuk 15 tahun dari
suatu perusahaan asuransi dengan suku bunga 3% digabungkan per tahunan.
Jika pembayaran pertama dilakukan dalam satu tahun, berapakah nilai tunainya ?
2. Perusahaan telivisi XYZ menawar mesin dengan Rp2.000.000 sebagai uang muka
dan Rp 25.000 per bulan untuk 12 bulan mendatang. Jika bunga dibebankan 9%
digabungkan bulanan, tentukan nilai tunai mesin tersebut.
3. Buktikan :
a. (1  i ) S ni  S ( n 1)i  1

b. S ( h k )i  S hi  (1  i ) h S k i

c. a( h k )i  ahi  (1  i )  h ak i

26
BAB V
ANUITAS HIDUP

Pada sub bab sebelumnya telah didefinisikan bahwa anuitas tertentu adalah suatu
deretan pembayaran yang sifatnya periodik dalam jangka waktu tertentu yang pasti
dibayarkan pada saat jatuh tempo. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai anuitas hidup
yang berkaitan dengan anuitas tertentu, yang merupakan landasan pada sub bab
selanjutnya.

TIK : Setelah mempelajari sub bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menghitung
berbagai macam anuitas hidup.

Anuitas Hidup adalah suatu deretan pembayaran berkala yang pembayarannya dilakukan
jika pada saat jatuh tempo orang yang bersangkutan masih hidup.
Terdapat beberapa macam anuitas hidup, yaitu :

5.1. Anuitas Akhir Seumur Hidup (Whole Life Annuity)


Adalah suatu deretan pembayaran berkala yang dilakukan pada setiap akhir tahun
selama orang tersebut masih hidup.
Misalkan sejumlah l x orang yang berusia x tahun mengumpulkan uang masing-masing

sebesar a x yang merupakan nilai tunai (premi tunggal bersih ), maka dana yang

terkumpul seluruhnya adalah a x l x .

Setiap tahun, dimulai setahun kemudian setiap orang yang masih hidup menerima uang
masing-masing sebesar 1 satuan.
Proses ini dilanjutkan sampai semua orang dari l x orang tersebut meninggal semuanya.

Pembagian pertama, kepada orang-orang yang mencapai usia x+1 tahun, sebanyak l x 1 ,

sehingga nilai tunai dari pembagian pertama sebesar vl x 1 .

Pembagian kedua, kepada orang-orang yang mencapai usia x + 2 tahun, sebanyak l x  2 ,

sehingga nilai tunai dari pembagian kedua sebesar v 2 l x  2 .

27
Proses ini berlangsung sampai pada pembagian terakhir, yaitu kepada orang-orang yang
mencapai usia w tahun, sebanyak l w , sehingga nilai tunai dari pembagian terakhir sebesar

v w xlw .

Sehingga nilai tunai seluruhnya dari anuitas akhir seumur hidup dengan pembayaran
sebesar 1 satuan per tahun adalah :

a x l x  vl x 1  v 2 l x  2    v w  x l w

vl x 1  v 2 l x  2    v w  x l w
ax 
lx

vx
Kalikan ruas kanan dengan , menghasilkan :
vx

v x 1l x 1  v x  2 l x  2    v w l w
ax 
v xlx

Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan simbul-simbul berikut :

Dx  v xl x

N x  D x  D x 1    D w

S x  N x  N x 1    N w

C x  v x  1d x

M x  C x  C x 1    C w

E x  M x  M x 1    M w

Nilai dari simbol-simbol ini dapat dilihat pada tabel CSO 1941
Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, maka diperoleh :
N x 1  D x 1  D x  2    D w

Sehingga premi tunggal bersih adalah :


D x 1  D x  2    D w
ax 
Dx

N x 1
ax 
Dx

Jika pembayaran setiap tahun sebesar R, maka premi tunggal bersih adalah Ra x .

Untuk selanjutnya, akan selalu digunakan tabel CSO-1941 dengan tingkat bunga
2½ %.

28
Contoh :
Hitunglah premi tunggal bersih untuk anuitas akhir seumur hidup, jika setiap tahunnya Rp
1000.000.,00 yang dibeli pada usia 18 tahun.
Penyelesaian :
Premi Tunggal Bersih = 1000.000 a18

N19
= 1000.000
D18

16340808,37
= 1000.000 (lihat tabel CSO 1941)
612917,42
= 1000.000 (26.6607)
= 26 660 700
Jadi besarnya premi tunggal bersih adalah Rp 26.660.700,00

5.2. Anuitas Awal Seumur Hidup (Whole Life Annuity Due)


Anuitas awal seumur hidup adalah suatu deretan pembayaran berkala yang
dilakukan pada setiap awal tahun, selama orang tersebut masih hidup.
Jika ax adalah nilai tunai dari anuitas awal seumur hidup, dengan pembayaran sebesar 1

satuan, maka :
ax  1  a x

N x 1
=1+
Dx

D x  N x 1
=
Dx

Nx
ax 
Dx

Jika R adalah besarnya pembayaran setiap tahun, maka :


premi tunggal bersih = Rax

Contoh:
Pada usia 20 tahun seorang membeli premi pada perusahaan asuransi dengan pembayaran
yang dia terima setiap awal tahun sebesar $ 1000.
Berapakah besarnya premi tunggal bersih tersebut ?

29
Penyelesaian :
Premi Tunggal Bersih = 1000 a20

= 1000 (27,114232)
= $ 27.114,232

5.3.Anuitas Hidup Yang Ditangguhkan


Adalah suatu dereten pembayaran per tahun yang pembayarannya ditangguhkan
selama ia masih hidup.
Jika k / a x = nilai tunai anuitas hidup akhir yang ditangguhkan selama k tahun

dengan pembayaran sebesar 1 satuan per tahun selama ia masih


hidup, maka :
v k 1lx  k 1  v k  2lx  k  2    v w  x 1lw 1  v w  xlw
k / ax 
lx

vx
Kalikan ruas kanan dengan , maka menjadi :
vx

v x  k 1l x  k 1  v x  k  2 l x  k  2    v w 1l w 1  v w l w
k / ax 
v xl x

N x  k 1
k / ax 
Dx

Jika k / ax = nilai tunai anuitas hidup awal yang ditangguhkan selama k tahun

dengan pembayaran 1 satuan per tahun, maka :

v k l x  k  v k 1l x  k 1    v w  x 1l w 1  v w  x l w
k / ax 
lx

v x  k l x  k  v x  k 1l x  k 1    v w 1l w 1  v w l w
k / ax 
v xl x
N xk
k / ax 
Dx

Contoh :
Seorang yang berusia 45 tahun mempunyai uang tunai sebesar Rp 500.000,00. Jika uang
tersebut dipakai membeli anuitas seumur hidup yang dimulai pada waktu umur 65 tahun,
berapa besarnya pembayaran setiap tahunnya ?

30
Penyelesaian :
Misalkan besarnya pembayaran per tahun sebesar R, maka nilai tunai dari anuitas yang
dimaksud adalah R 20 / a45 , dan ini sama dengan Rp 500.000,00 , sehingga diperoleh

persamaan :
R 20 / a45 = 500.000

N 65
R  500.000
D45

D45
R = 500.000
N 65

280638,95
R = 500.000
1172129,79
R = Rp 119. 713,25
Jadi besarnya pembayaran setiap tahunnya adalah Rp 119.713,25

5.4.Anuitas Hidup Akhir Berjangka (Ordinary Temporary Life Annuity)


Adalah suatu anuitas hidup yang pembayarannya dilakukan pada setiap akhir
tahun dan terbatas sampai n tahun.
Jika a x :n adalah nilai tunai dari anuitas hidup akhir berjangka n tahun bagi seorang yang
berusia x tahun dengan pembayaran sebesar 1 satuan, maka :
a x:n  a x  n / a x

N x  1  N x  n 1
a x :n 
Dx
5.5. Anuitas Hidup Awal Berjangka (Temporary Life Annuity Due)
Adalah suatu anuitas hidup yang pembayarannya dilakukan pada setiap awal
tahun bagi seorang yang berusia x tahun selama n tahun.
Jika ax :n adalah nilai tunai dari anuitas hidup awal bagi seorang yang berusia x tahun
dengan pembayaran sebesar 1 satuan selama n tahun, maka :
N x  N xn
ax :n 
Dx

5.6.Dana Kehidupan (Pure Endowment)


Adalah suatu pembayaran yang dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu jika
seseorang tetap hidup sampai pada jangka waktu tersebut.
31
Jika nE x menyatakan nilai tunai dari dana kehidupan berjangka n tahun terhadap orang

yang berusia x tahun dengan pembayaran sebesar 1 satuan, maka :

nE x  v n  nPx

l
= vn  xn
lx

vx
Kalikan ruas kanan dengan
vx

v xn  lxn
=
v xl x

Dx  n
nE x 
Dx

Suatu anuitas hidup berjangka dapat dipandang sebagai suatu deretan dari dana
kehidupan, sehingga dapat ditulis sebagai :
a x :n  1E x  2 E x    nE x

D x 1 D x  2 D
=     xn
Dx Dx Dx

N x 1  N x  n 1
a x:n 
Dx
Contoh :
1. Seseorang yang sekarang berusia 20 tahun, dijanjikan sejumlah uang sebesar 5 juta
rupiah jika dia mencapai umur 40 tahun. Tentukan nilai tunai dari janji tersebut.
Penyelesaian :
R = Rp 5000.000,00 , n = 20 , x = 20 tahun sehingga :
Nilai tunai = 5000.000 20 E 20

D40
= 5000.000
D20
328983,61
= 5000.000
580662,42
= 283283
Jadi nilai tunainya sebesar Rp 283.283,00

32
2. Tentukan premi tunggal bersih dari ordinary temporary life annuity untuk
15 tahun dengan pembayaran per tahun $ 1000 untuk seorang yang berusia
45 tahun.
3. Tentukan net single premium dari temporary life annuity due 10 tahun sebesar $ 3000
per tahun untuk seorang yang berusia 18 tahun.

Catatan :
Suatu anuitas dapat pula yang pembayarannya ditunda beberapa tahun, misalnya m tahun
dan pembayarannya dapat berlangsung seumur hidup atau selama jangka waktu tertentu
(sementara). Jadi jika :
a. m / n  a x = nilai tunai anuitas akhir seumur hidup bagi seorang yang berusia x

tahun, ditunda selama m tahun dengan jangka waktu pembayaran n


tahun, maka :
N x  m 1  N x  m  n 1
m / n  ax 
Dx

b. m / n  ax = nilai tunai anuitas awal seumur hidup bagi seorang yang berusia x

tahun, ditunda selama m tahun dengan jangka waktu pembayaran n


tahun, maka :
N xm  N xmn
m / n  ax 
Dx

Latihan :
1. Tentukan premi tunggal bersih untuk anuitas akhir seumur hidup dari $ 1000 per
tahun bagi orang yang berusia 25 tahun.
2. Tentukan premi tunggal bersih untuk whole life annuity due dari $ 1000 per tahun
untuk seorang yang berusia 28 tahun.
3. Pada usia 65 tahun, Ali membayar $ 30.000 untuk whole life annuity. Berapa
pembayaran per tahun yang diterima ?
4. Pada usia 54 tahun, Mamat membayar $ 50.000 untuk whole life annuity yang
pembayaran pertamanya pada usia 65 tahun. Berapakah besarnya pembayaran per
tahun ?

33
5. Berapakah besarnya pembayaran per tahun untuk 15 tahun ordinary temporary life
annuity, jika seseorang yang berusia 60 tahun membeli $ 20.000.
6. Amat yang sekarang berusia 25 tahun ingin membeli suatu rencana pension mulai usia
55 tahun dengan penerimaan $ 3000 per tahun. Pembayaran pertama pada hari ulang
tahun yang ke 55. Untuk itu dia akan melakukan pembayaran pada setiap awal tahun,
mulai sekarang dan berakhir pada hari ulang tahunnya yang ke 54. Berapakah
besarnya pembayaran per tahun ?
7. Pada usia 31 tahun, Banu membayar polis asuransi sebesar $ 500 pada setiap awal
tahun selama dia hidup. Jika dia membayar premi tahunan untuk 20 tahun, berapakah
besarnya premi tahunan tersebut ?

34
BAB VI
ASURANSI JIWA

Pada hakekatnya asuransi jiwa adalah pelimpahan resiko (risk shifting ) atas
kerugian keuangan (financial loss) oleh pemegang polis kepada penanggung atau
perusahaan asuransi. Resiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah resiko
hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan sebagai akibat dari hilangnya
jiwa seseorang atau karena mencapai usia lanjut sehingga tidak produktif lagi.
Pada sub bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang asuransi jiwa yang merupakan
pengembangan dari anuitas hidup.

TIK : Setelah mempelajari sub bab ini diharapkan mahasiswa dapat menghitung premi
tunggal bersih dari suatu asuransi.

Dalam asuransi jiwa terdapat surat polis (surat perjanjian kontrak) yang isinya adalah
besar premi yang harus dibayar (harga premi), jadwal pembayaran dan besar santunan
asuransi (claim).
Terdapat 3 (tiga) macam bentuk asuransi jiwa, yaitu :

6.1. Asuransi Seumur Hidup (Whole Life Insurance)


Asuransi Seumur Hidup mem berikan santunan santunan sejumlah uang
pertanggungan kepada ahli waris apabila pemegang polis meninggal dunia.
Misalkan sejumlah l x orang sepakat untuk menyerahkan uang pertanggungan

sebesar 1 satuan ( Ax ), maka pada akhir tahun akan dibayarkan kepada ahli waris

orang yang meninggal di antara mereka sepanjang tahun sebesar 1 satuan.


Banyaknya orang yang meninggal dalam 1 tahun adalah d x , maka orang yang

meninggal dalam 2 tahun adalah d x 1 , untuk 3 tahun adalah d x  2 dan seterusnya

sampai orang sebanyak l x meninggal semua.

Jadi jika :
Ax = premi tunggal bersih asuransi seumur hidup untuk orang yang berusia x

tahun dengan uang pertanggungan sebesar 1 satuan, maka :


Axl x  vd x  v 2 d x 1  v 3d x  2    v w  x d w 1  v w  x 1d w

35
vd x  v 2d x 1  v3d x  2    v w  x d w 1  v w x 1d w
Ax 
lx

vx
Kalikan ruas kanan dengan , menghasilkan :
vx
v x 1d x  v x  2 d x 1  v x  3d x  2    v wd w 1  v w 1d w
Ax 
v xl x

C x  C x 1  C x  2    C w
=
Dx
Mx
Ax 
Dx

Contoh :
Tentukan premi tunggal bersih untuk polis asuransi seumur hidup sebesar $ 1000
untuk orang yang berusia 22 tahun.
Penyelesaian :
M 22
Premi tunggal bersih = 1000
D22
193.897,0141
= 1000
549.956,28
= $ 352,57
Premi tunggal bersih dapat juga dibayar secara periodik pertahun.

Jika Px adalah premi bersih tahunan asuransi jiwa seumur hidup bagi seorang
yang berusia x tahun dengan uang pertanggungan 1 satuan, maka pembayaran
premi membentuk anuitas awal seumur hidup yang dibayar Px pertahun, sehingga

diperoleh persamaan :
Ax  Px ax

Mx N Mx
 Px x atau Px 
Dx Dx Nx

36
Jika pembayaran premi dibatasi dalam jangka waktu tertentu (misal m thn), maka:
mPx adalah premi bersih tahunan untuk m pembayaran polis asuransi seumur

hidup sebesar 1 satuan bagi seorang yang berusia x tahun.


Pembayaran premi membentuk anuitas hidup awal berjangka yang dibayar mPx
pertahun, sehingga diperoleh persamaan :
Ax  mPx ax:m

Mx N  N xm
 mPx x atau
Dx Dx
Mx
mPx 
N x  N xm

Contoh :
1. Tentukan premi tahunan untuk polis asuransi seumur hidup sebesar $ 1000
bagi seorang yang berusia 22 tahun.
Penyelesaian :
Premi tahunannya adalah :
M 22
1000 P22  1000
N 22
2. Tentukan premi tahunan untuk 10 pembayaran polis asuransi seumur
hidup sebesar $ 1000 bagi seorang yang berusia 22 tahun.
Penyelesaian :
Premi tahunannya adalah :
M 22
100010 P22  1000 
N 22  N 32

6.2. Asuransi Berjangka (Term Insurance)


Dalam polis asuransi jiwa berjangka, uang pertanggunan akan dibayarkan jika
tertanggung meninggal dalam jangka waktu tertentu atau jangka waktu asuransi.
Misalkan sejumlah l x orang setuju bahwa setiap orang menyetor uang sebesar

Ax' :n ke perusahaan asuransi, maka akan dibayarkan kepada ahli waris sebesar 1

satuan.

37
Jika banyaknya orang yang meninggal selama satu tahun adalah d x , selama dua

tahun adalah d x 1 dan seterusnya hingga sampai n tahun adalah d x  n , maka


besarnya premi tunggal bersih asuransi berjangka n tahun bagi seorang yang
berusia x tahun, dengan uang pertanggungan 1 satuan adalah :
Ax' :n  l x  vd x  v 2 d x 1    v n d x  n 1
vd x  v 2 d x 1    v n d x  n 1
Ax' :n 
lx

vx
Kalikan ruas kanan dengan , menghasilkan :
vx

v x 1d x  v x  2 d x 1    v x  n d x  n 1
Ax' :n 
v xl x

C x  C x 1    C x  n 1
=
Dx

M x  M xn
Ax' :n 
Dx
Contoh :
Tentukan premi tunggal bersih/net single premiun (NSP) untuk polis asuransi
berjangka 10 tahun sebesar $ 1000 bagi seorang yang berusia 30 tahun.
Penyelesaian :

' M 30  M 40
NSP = 1000 A30 :10  1000
D30

Jika Px' : n adalah premi tahunan untuk polis asuransi berjangka n tahun sebesar 1

satuan bagi seorang yang berusia x tahun, maka premi tahunan membentuk anuitas
berjangka n tahun, sehingga diperoleh persamaan :

Ax' :n  Px' :n  ax :n

M x  M xn N  N xn
 Px' :n  x atau
Dx Dx
M x  M xn
Px':n 
N x  N xn

38
Misalkan m Px' :n menyatakan premi tahunan dari polis asuransi berjangka n tahun

dan m pembayaran, sebesar 1 satuan bagi orang yang berusia x tahun dengan
m  n , maka :
M x  M xn
Px':n 
N x  N xm
m

Contoh :
1. Tentukan premi tahunan untuk asuransi berjangka 10 tahun sebesar $ 1000
diberikan pada seorang yang berusia 30 tahun
Penyelesaian :
Besar premi tahunan adalah :

' M 30  M 40
1000  P30 :10  1000 
N 30  N 40
182.403  165.360
= 1000 
10.594.280  6.708.573
= $ 4,39

2. Tentukan premi tahunan untuk 15 pembayaran, untuk polis asuransi dalam


jangka 20 tahun senilai $ 2000, diberikan kepada seorang yang berusia 30
tahun.
Penyelesaian :
m = 15, n = 20 dan x = 30, sehingga :
M 30  M 50
200015 P30' :20  2000 
N 30  N 45

6.3. Asuransi Dwiguna (Endomen Insurance)


Asuransi dwiguna adalah gabungan dari asuransi berjangka n tahun dan dana
kehidupan (pure endomen), jadi benefitnya terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Uang pertanggungan sebagai benefit kematian jika tertanggung
meninggal dalam jangka waktu asuransi dan,
b. Uang pertanggungan sebagai dana kehidupan jika tertanggung masih
hidup sampai akhir jangka waktu asuransi.

39
Misal Ax:n menyatakan premi tunggal bersih untuk polis asuransi dwiguna n

tahun dengan pemberian sebesar 1 satuan yang dikeluarkan bagi seorang yang
berusia x tahun, maka :

Ax:n  Ax' :n  n E x

M x  M x  n Dx  n
= 
Dx Dx
M x  M x  n  Dx  n
Ax:n 
Dx

Contoh :
Tentukan premi tunggal bersih untuk asuransi dwiguna dalam jangka waktu 25
tahun senilai $ 1000 dikeluarkan bagi seorang yang berusia 40 tahun.
Penyelesaian :
Premi tunggal bersih :
M 40  M 65  D65
1000  A40:25  1000 
D40
165.360  87.500  116.088
= 1000 
328.984
= $ 589,54

Jika Px :n adalah premi tahunan untuk asuransi dwiguna dalam jangka waktu n
tahun senilai 1 satuan diberikan pada seorang yang berusia x tahun, maka :
Ax :n  Px :n  ax :n

Dx  n  M x  M x  n N  N xn
 Px:n x atau
Dx Dx

Dx  n  M x  M x  n
Px:n 
N x  N xn

Jika mPx:n adalah premi tahunan untuk pembayaran m kali, dari polis asuransi
dwiguna n tahun sebesar 1 satuan yang diberikan pada seorang yang berusia x
tahun, maka :

40
M x  M x  n  Dx  n
mPx:n 
N x  N xm

Contoh :
1. Tentukan premi tahunan untuk 25 tahun polis asuransi dwiguna sebesar
$ 1000 bagi orang yang berusia 40 tahun.
Penyelesaian :
M 40  M 65  D65
Premi tahunannya adalah : 1000  P40:25  1000 
N 40  N 65
2. Tentukan premi tahunan untuk 20 pembayaran, dari polis asuransi dwiguna
25 tahun sebesar $ 1000 bagi seorang yang berusia 40 tahun.
Penyelesaian :
M 40  M 65  D65
Premi tahunannya adalah : 100020 P40:25 
N 40  N 60

Latihan :
1. Suatu polis asuransi RP 1.000.000,00 diberikan kepada seorang yang berusia 30
tahun jika dia meninggal sebelum usia 65 tahun. Jika dia hidup mencapai usia 65
tahun, maka sejumlah uang Rp 500.000,00 akan menjadi miliknya. Berapa
besarnya premi tunggal bersih.
2. Seorang yang berusia 30 tahun membeli polis asuransi sebesar Rp 800.000,00 yang
menjanjikan santunan sebesar satu juta rupiah jika ia meninggal sebelum usia 65
tahun serta pembayaran sebesar B jika ia hidup mencapai 65 tahun. Tentukan B.
3. Tentukan premi tunggal bersih suatu asuransi jiwa bagi seorang yang berusia 20
tahun dengan pembayaran santunan sebagai berikut :
Jika dia meninggal sebelum usia 60 tahun maka kepada ahli warisnya akan dibayar
10 juta rupiah, jika dia mencapai usia 60 tahun, maka pada hari ulang tahunnya
yang ke 60 ia mendapat 1 juta rupiah dan setiap tahun dia hidup sesudah itu dia
menerima setengah juta rupiah.

41
BAB VII

ASURANSI SYARIAH

Pada saat ini selain perbankan syariah juga telah berkembang asuransi syariah
yang banyak diminati oleh umat islam, karena prinsip dari asuransi syariah adalah saling
tolong-menolong.

TIK : Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan


pengertian, dasar hukum dan akad dalam transaksi asuransi syariah.

7.1 Pengertian Asuransi Syariah

Dalam bahasa Arab, asuransi syariah mempunyai persamaan makna dengan


Takaful, ta’min dan tadhamun. Asuransi syariah dapat diartikan sebagai suatu perjanjian
antara dua pihak yang mana pihak yang satu berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pembayar iuran. Adapun pengertian Takaful, ta’min dan tadhamun akan diuraikan
sebagai berikut:

1. Takaful

Takaful dari segi bahasa mempunyai makna yang satu menanggung yang lain
dengan berbagai cara, antara lain dengan membantunya apabila ia amat membutuhkan
bantuan, terutama bila yang bersangkutan atau keluarganya ditimpa oleh suatu musibah.

Takaful dalam pengertian fiqih mu’amalah adalah saling memikul risiko di antara
sesama muslim sehingga antara satu dan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko
yang lainnya. Saling memikul risiko dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam
kebaikan dengan cara setiap orang mengeluarkan dana kebaikan yang ditujukan untuk
menanggung risiko tersebut. Takaful dalam pengertian yang dimaksud sejalan dengan
firman Allah dalam surah Al-Ma’idah (5) ayat 2 yang artinya: Dan tolong-menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.

42
2. At-Ta’min

At-Ta’min dari segi bahasa mempunyai makna memberi perlindungan,


ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Seeorang yang menta’minkan sesuatu
berarti orang itu membayar atau menyerahkan sejumlah uang secara mencicil dengan
maksud ia atau ahli warisnya akan mendapat sejumlah uang sebagaimana perjanjian yang
telah disepakati dan atau orang itu mendapat ganti rugi atas hartanya yang hilang. Singkat
kata seseorang mempertanggungkan (menta’minkan) hidup, rumah atau kendaraan yang
dimilikinya. Tujuan kesepakan ta’min adalah menghilangkan rasa takut atau was-was
dari suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang akan menimpanya, sehingga dengan
adanya jaminan maka rasa takutnya akan hilang dan merasa terlindungi.

3. At-Tadhamun

At-Tadhamun dari segi bahasa berarti saling menolong. Maksudnya adalah


bertujuan untuk menutupi kerugian atas suatu peristiwa dan musibah yang dialami oleh
seseorang. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang menanggung untuk memberikan
sesuatu kepada orang lain yang ditanggung berupa pengganti (sejumlah uang atau barang)
karena adanya musibah yang menimpa tertanggung.

Berdasarkan pengertian di atas, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia


(DSN-MUI) memberikan pengertian asuransi syariah sebagai berikut: Asuransi syariah
(ta’min, Takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui dana investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat.

Dari pengertian DSN-MUI, dapat disimpulkan bahwa asuransi syariah dilaksanakan oleh
seseorang atau lebih untuk memperkuat ikatan solidaritas dan tanggung jawab sosial bagi
kaum muslimin melalui mekanisme saling menolong untuk menciptakan keharmonisan
dan stabilitas dalam kehidupan nasional masyarakat.

43
Menurut pendapat sebagian besar ulama bermu’amalah dengan at-takaful, at-
tadhamun, dan at-ta’min adalah mubah, selama tidak mengandung unsur:

a) Gharar, yaitu ketidakjelasan, baik ketidakjelasan pada persentase maupun


kepastian waktu mendapatkannya.
b) Maysir, yaitu untung-untungan mendapatkannya. Hal ini berarti kalau nasibnya
baik, dia akan mendapat bagian dan kalau nasibnya tidak baik, maka premi-premi
yang sudah dilunasinya akan melayang semuanya.
c) Riba, yaitu mendapat tambahan jumlah tanpa ada imbalan yang sah atau keihlasan
dari pemilik.

Apabila ada salah satu dari 3 unsur di atas terdapat pada sesuatu perjanjian untuk jamin-
menjamin, pada hukum perjanjian itu adalah haram walaupun namanya baik. Sebaliknya,
apabila semua unsur di atas tidak ada di dalamnya, maka hukumnya adalah sah atau
mubah meskipun namanya adalah asuransi, ta’min atau takaful.

Pendirian asuransi yang menggunakan prinsip syariah di Indonesia merupakan


suatu ketegasan bahwa islam mempunyai sistem asuransi yang tentunya secara
operasional berbeda dengan asuransi konvensional lainnya. Salah satu kiat yang
dikembangkan takaful adalah prinsip tolong-menolong, yaitu setiap pemegang polis wajib
memberikan derma untuk keperluan dana tolong-menolong, serta untuk dana
pengembangan kegiatan pembinaan umat dan semua peserta di samping mendapatkan
keuntungan pribadi, juga mendapatkan keuntungan bersama. Oleh karena itu asuransi
syariah takaful ini diawasi oleh satu badan atau dewan pengawas syariah seperti yang
ada pada bank yang menggunakan prinsip syariah. Keberadaan dewan pengawas mutlak
diperlukan untuk mengawasi penggunaan dan pendistribusian dana yang diperoleh serta
mensahkan produksi yang akan dipasarkan serta tata cara pemasaran atau operasional di
lapangan.

7.2 Dasar Hukum Asuransi Syariah

Asuransi syariah mempunyai beberapa landasan hukum, yaitu:

1. Al Qur’an

Allah SWT memerintahkan untuk mempersiapkan masa depan, sesuai dengan QS.
An-Nisaa’ (4) ayat 9, yang artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang

44
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Ayat ini menggambarkan kepada manusia agar berpikir tentang pentingnya perencanaan
yang matang dalam mempersiapkan masa depan. Sebagai contoh Nabi Yusuf as.
mempersiapkan segala sesuatu dalam menghadapi kemungkinan buruk di masa yang akan
datang, sesuai dengan QS. Yusuf (12) ayat 43-49, yang artinya: Raja berkata (kepada
orang-orang terkemuka dari kaumnya): Sesungguhnya aku melihat tujuh ekor sapi betina
gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh butir
(gandum) yang hijau dan tujuh butir (gandum) yang kering. Hai orang-orang yang
terkemuka: Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat
mentakwilkan mimpi. Mereka menjawab: Itu adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami
sekali-sekali tidak tahu tentang takwil mimpi itu. Dan berkatalah orang yang selamat di
antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya:
Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) mentakwilkan mimpi
itu, maka utuslah aku (kepadanya). (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia
berseru): Yusuf , hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang
tujuh ekor sapi betina gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-
kurus dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku
kembali kepada orang-orang itu supaya mereka mengetahuinya. Yusuf berkata: Supaya
kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai
hendaklah kamu simpan, kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit (bibit gandum) yang kamu simpan.
Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan
cukup) dan pada masa itu mereka memeras anggur.

Berdasarkan ayat Al Qur’an di atas, sebagian ulama menjadikan dasar hukum


tentang kebolehan (mubah) dalam melaksanakan asuransi yang berdasarkan prinsip
syariah. Hal ini berarti seseorang harus memprediksi kehidupannya bila terjadi sesuatu
musibah di masa yang akan datang, seperti kematian, kecelakaan lalu lintas, kebakaran,
dan lain-lain.

45
2. Hadist

Ada beberapa hadist yang dapat dijadikan pedoman, yaitu:

Diriwayatkan dari Abu Musa ra, berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Seorang mukmin
terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan dimana sebagiannya
menguatkan sebagian yang lain.

Diriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir ra., berkata: Rasulullah saw. Bersabda:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling mencintai
adalah seperti sebatang tubuh, apabila salah satu anggotanya sakit, maka seluruh
anggota tubuh yang lain turut merasa sakit.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda:
Seorang muslim itu adalah bersaudara dengan muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi
dan menyusahkannya. Barangsiapa mau memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah
akan memenuhi kebutuhannya. Barangsiapa melapangkan satu kesusahan seorang
muslim, maka Allah akan melapangkan salah satu kesusahan-kesusahan di hari kiamat
nanti. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di
hari kiamat.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, berkata: Nabi Muhammad saw. Bersabda: Tidak
sempurna iman seseorang sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri.

3. Pendapat Para Ulama

Para ahli hukum Islam (Fuqaha) menyadari sepenuhnya bahwa status hukum
asuransi syariah belum pernah ditetapkan oleh para ulama zaman dahulu. Pemikiran
mengenai asuransi muncul ketika terjadi akulturasi antara budaya Islam dengan budaya
Eropa. Namun bila dicermati secara mendalam, maka ditemukan di dalam asuransi itu
terdapat kemaslahatan (kemanfaatan) sehingga para ahli hukum islam mengadopsi
managemen asuransi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Berdasarkan hal tersebut, para ahli hukum islam mendorong warga masyarakat
islam untuk membuka perusahaan-perusahaan asuransi yang menggunakan prinsip
syariah. Dorongan tersebut semakin kuat sesudah muncul fatwa dan rekomendasi yang
dikeluarkan oleh “ Muktamar Ekonomi Islam” yang berlangsung pertama kali di Makkah

46
pada tahun 1976. Rekomendasi dikuatkan dalam pertemuan Majma Al-Fiqh Al-Islamiy di
Jeddah tahun 1985. Para ahli hukum islam menyerukan agar warga masyarakat islam di
seluruh dunia menggunakan asuransi ta’awun.

7.3. Asuransi dan Takdir


Berasuransi tidak berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakkalan
seorang muslim kepada Allah SWT, karena segala sesuatu terjadi di dunia adalah
ditentukan oleh Allah SWT . Namun dalam mengerjakan segala sesuatu kita harus
berpikir dengan baik, sungguh-sungguh, teliti dan cermat. Manusia hanya diminta oleh
Allah SWT untuk berusaha semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam QS. At-Taghabun (64) ayat 11 yang artinya: Tidak ada sesuatu musibah pun yang
menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.

Berdasarkan ayat di atas, pada dasarnya ajaran islam mengakui bahwa kecelakaan,
kebakaran, sakit, kematian dan musibah yang lain merupakan qadha dan qadar Allah yang
tidak bisa ditolak. Namun manusia diminta berhati-hati dan mengantisipasi agar terhindar
dari musibah serta merencanakan hari depan, sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-
Hasyr (59) ayat 18: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan.

Oleh karena itu, asuransi bukanlah suatu bentuk upaya melawan takdir, melainkan
sebuah perencanaan hidup yang sesuai tuntunan Al Qur’an. Adapun kontrak dan
operasional bisnis asuransi dibuat sefleksibel mungkin dan harus memenuhi unsur-unsur
syariah.

7.4. Fifosifi Asuransi Syariah


Konsep dasar asuransi syariah seperti yang telah diuraikan di atas adalah
berasaskan takaful, yaitu perpaduan rasa tanggung jawab dan persaudaraan di antara
sesama peserta asuransi. Karena itu, semua peserta asuransi sudah mempunyai suatu niat
dalam bentuk persetujuan untuk memberikan sumbangan keuangan sebagai derma
(tabarru’) karena Allah SWT bila ada di antara peserta asuransi tertimpa musibah,

47
seperti kecelakaan, kematian dan lain-lain. Filosofi syariah yang dimaksud, dasar
hukumnya bersumber dari Al Qur’an dan hadis dan bersifat sebagai berikut:

1. Saling Bertanggung Jawab

Saling bertanggung jawab dalam konteks hukum islam bersumber dari:

Hadis Ibnu Umar ra. Nabi telah bersabda: Kamu semua adalah pemimpin dan kamu
semua akan bertanggung jawab terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang pemerintah
adalah pemimpin manusia dan dia akan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Seorang
suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan bertanggung jawab terhadap
mereka. Demikian juga seorang istri adalah pemimpin rumah tangga dan anak-anaknya,
dia akan bertanggung jawab kepada mereka. Seorang hamba adalah panjaga harta
tuannya dan dia akan bertanggung jawab terhadap apa yang dijaganya.

Dalam hadis yang lain Nabi Muhammad saw bersabda: Barangsiapa yang tidak
mempunyai perasaan belas kasihan, maka ia tidak akan mendapatkan belas kasihan dari
Allah SWT.

Oleh sebab itu, sesama peserta asuransi syariah takaful bila ada di antara sesama
peserta asuransi mengalami musibah, akan menjadi tanggunan dari sesama peserta
asuransi syariah. Sebagai contoh: Misalkan seseorang membeli mobil dengan mengangsur
selama 60 bulan yang kemudian diasuransikan ke Asuransi Syariah Takaful. Namun
setelah berjalan 30 bulan mengangsur, mobil itu rusak berat (diperkirakan menghabiskan
biaya sekitar 40 juta untuk perbaikan), sementara pemilik kendaraan itu tidak mempunyai
uang untuk perbaikan mobilnya. Berdasarkan aturan yang berlaku pada Asuransi Syariah
Takaful, maka setiap kendaraan yang rusak akibat kecelakaan atau musibah lainnya akan
ditanggung oleh pihak Asuransi Syariah Takaful sehingga pemilik kendaraan tidak perlu
mengeluarkan uang untuk biaya kerusakan mobilnya.

2. Bekerja Sama untuk Saling Membantu

Bekerja sama untuk saling membantu sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan nabi
Muhammad saw sesuai dengan:

QS. Al-Ma’idah (5) ayat 2 yang artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.

48
QS. Al-Baqarah (2) ayat 177 yang artinya: Bukankah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi suatu kebajikan itu adalah beriman
kepada Allah, hari kemudian/akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi; dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya; mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan , dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.

Hadis nabi, diriwayatkan dari Jabir ra. Katanya: Dua orang anak muda yang mana salah
seorang di antaranya dari kaum Muhajirin dan seorang lagi dari kaum Anshar sedang
bertengkar. Seorang dari kaum Muhajirin atau mungkin juga beberapa orang dari kaum
Muhajirin berteriak. Wahai orang Muhajirin! Dan juga kaum Anshar berteriak. Wahai
orang Anshar! Setelah mendengar suasana begitu Rasulullah saw. Keluar dan bersabda:
Ada apakah panggilan seperti jahiliah ini? Mereka menjawab: Tidak ada apa-apa wahai
Rasulullah. Hanya ada dua anak muda sedang bertengkar di mana salah satu dari
keduanya berusaha memukul bagian tubuh yang satunya. Rasulullah saw bersabda:
Kamu tidak perlu menyembunyikan persoalan. Seharusnya kamu menolongnya baik yang
zalim maupun yang dizalimi . Sesungguhnya itu berarti telah menolongnya. Manakala
terhadap yang dizalimi hendaklah membelanya.

Hadist yang lain: Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah Swt akan
memenuhi kebutuhannya.

3. Saling melindungi dari Segala Kesusahan

Saling melindungi dari segala kesusahan mempunyai dasar hukum yang bersumber dari
Al Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. Sebagai berikut:

QS. Quraisy (106) ayat 4 yang artinya: Yang telah memberi makanan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Hadis nabi yang artinya: Sesungguhnya seseorang yang beriman ialah barangsiapa yang
memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia.

49
Hadis nabi yang artinya: Demi diriku yang dalam kekuasaan Allah SWT bahwasanya
tiada seorang pun yang masuk surga sebelum mereka memberi perlindungan kepada
tetangganya yang berada dalam kesempitan.

Hadis nabi yang artinya: Tidaklah beriman seseorang itu selama ia dapat tidur nyenyak
dengan perut kenyang, sedangkan tetangganya meratap karena kelaparan.

7.5. Akad dalam Transaksi Asuransi Syariah

Akad-akad yang dapat digunakan dalam asuransi syariah sangat ditentukan oleh
tujuan ber-akad dari kedua belah pihak dalam melakukan investasi, sehingga akad yang
digunakan adalah akad mudharabah, musyarakah , wadhi’ah dan yang lainnya sesuai
dengan hukum islam. Tetapi bila tujuan investasi murni untuk berta’min atau asuransi
syariah maka akad yang tepat adalah akad wakalah. Dalam akad wakalah terdapat
beberapa bentuk penyerahan urusan kepada perusahaan untuk mengelola dana tersebut,
sehingga ia dapat berinvestasi dan menyerahkan urusan untuk membayar bantuan kepada
setiap peserta yang ditimpa musibah. Adapun akad antara peserta asuransi adalah akad
hibah, artinya peserta menghibahkan sebagian hartanya untuk setiap peserta yang ditimpa
musibah.

Dalam transaksi, akad merupakan kunci utama, tanpa adanya akad maka
transaksinya diragukan, karena dapat menimbulkan persengketaan pada suatu saat. Islam
telah menganjurkan kepada warga masyarakat khususnya pemeluknya agar membuat
akad dari setiap transaksi yang mereka lakukan antara sesama manusia.

Akad-akad investasi bagi hasil yang dapat diaplikasikan pada produk asuransi dan
lembaga keuangan syariah yang lain adalah sebagai berikut:

1. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik modal (shahibul mal) dengan
pelaksana proyek (mudharib) dimana keuntungan akan dibagi antara kedua pihak sesuai
dengan perjanjian atau kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih.

Mudharabah dibagi menjadi dua bagian:

50
(a) Mudharabah muthlaqah, yaitu perjanjian antara pemilik modal dan pelaksana
proyek tidak dibatasi spesfikasi usaha, tempat, dan waktu selagi dalam batas-
batas yang dibenarkan oleh hukum islam.
(b) Mudharabah muqayyadah, yaitu usaha kerja sama yang dalam perjanjiannya
akan dibatasi oleh kehendak pemilik modal selagi dalam bentuk-bentuk yang
dihalalkan oleh hukum islam.

2. Al-Musyarakah

Musyarakah adalah perjanjian (akad) antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha
tertentu, yaitu masing-masing pihak akan memberikan kontribusi berdasarkan
kesepakatan, misalnya: kalau ada keuntungan atau kerugian masing-masing pihak
mendapat margin dan menanggung risiko.

Musyarakah dibagi menjadi dua bagian:

(a) Syarikah muawwadah, yaitu pemilik modal secara bersama-sama


berkontribusi dalam modal dan manajemen
(b) Syarikah al-inan, yaitu tidak semua pemilik modal melibatkan diri dalam
managemen.

Dasar hukum syarikat adalah QS. Shad (38) ayat 24 yang artinya: Dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
berfirman “Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat (berkongsi) selama salah
satunya tidak mengkhianatinya yang lainnya”.

3. Wadhi’ah (Deposit)

Wadhi’ah pada dasarnya adalah berfungsi untuk penitipan barang dan jasa, karena pada
zaman Rasulullah tujuan wadhi’ah hanya demikian, tetapi tetap ada kasus yang
membolehkan dana titipan diinvestasikan berdasarkan ketentuan bahwa dana yang
digunakan sebagai wadhi’ah dikembalikan seutuhnya kepada pemilik

Apabila dilihat dari aspek teknik, wadhi’ah berarti harta atau uang yang dititipkan
kepada orang lain untuk tujuan disimpan, sehingga dana yang disimpan tersebut tidak

51
boleh digunakan, tetapi bila pemilik mengijinkan dananya digunakan, maka orang yang
dititipi boleh menggunakannya dan keuntungan yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh
orang yang dititipi. Namun jika terjadi kerugian, maka orang yang dititipinya wajib untuk
mengganti. Sesuai dengan QS. An-Nisa’ (4) ayat 58 yang artinya: Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Dan dalam
QS. Al-Baqarah (2) ayat 283 yang artinya: Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah.

4. Al-Muzara’ah

Al-Muzara’ah adalah akad yang dilakukan antara pemilik lahan dan penggarap untuk
melaksanakan suatu aktivitas pertanian, seluruh modal dari pemilik lahan atau pemodal,
petani hanya menggarap saja, keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai kesepakan
bersama. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad saw yang yang artinya: Rasulullah
saw memberikan tanah Khaibar kepada penduduknya dengan mensyaratkan bahwa
penggarapnya mendapat imbalan dari hasil garapan tersebut berupa buah-buahan dan
tanaman.

Latihan :

1. Jelaskan secara singkat pengertian asuransi syariah!

2. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur yang menyebabkan muamalah menjadi haram!

3. Sebutkan beberapa hadis yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum asuransi
syariah!

4. Apakah asuransi melawan takdir? Jelaskan!

5. Apakah yang dimaksud dengan akad Mudharabah? Jelaskan!

52
BAB VIII
SELEKSI RISIKO ASURANSI SYARIAH
Seleksi risiko merupakan sesuatu yang penting dalam perusahaan asuransi syariah
untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu mengetahui jenis seleksi risiko dalam
asuransi
TIK : syariah
Setelahadalah mutlak diperlukan.
mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
pengertian, dan jenis seleksi risiko dalam asuransi syariah.
8.1 Pengertian Seleksi Risiko Asuransi Syariah
Seleksi risiko adalah sebutan untuk sebuah proses menetapkan derajat risiko calon
peserta, apakah dapat atau tidak menjadi peserta. Jika dapat masuk klasifikasi risiko yang
mana. Dari pengertian ini, seleksi risiko berkaitan dengan menilai risiko calon peserta
1. Menentukan kelas risiko calon peserta. Kelas risiko dibagi menjadi tiga kelas:
yaitu risiko mortalitas. Adapun tujuan dari kegiatan seleksi risiko adalah sebagai berikut
a. Kelas risiko standar, yaitu orang-orang yang memiliki risiko mortalitas rata-rata.
b. Kelas risiko substandar, yaitu orang-orang yang memiliki risiko mortalitas di
atas rata-rata.
c. Kelas risiko uninsurable, yaitu orang-orang yang memiliki risiko mortalitas
yang tinggi sehingga tidak mungkin dijamin asuransi.
2. Menetapkan besar tabarru’
3. menghindarkan diri adanya anti seleksi, yaitu kecenderungan orang-orang yang
memiliki risiko lebih besar dari risiko rata-rata untuk memperoleh perlindungan
asuransi. Misalnya orang yang memiliki kecenderungan kesehatan buruk atau
bekerja pada tempat yang berbahaya lebih cenderung mengikuti program asuransi.

8.2. Jenis Risiko


Sebelum petugas seleksi risiko(underwriter) menetapkan klasifikasi risiko setiap
calon peserta, underwriter harus mempertimbangkan terlebih dahulu jenis risiko dan jenis
polis yang
1. diinginkan
Risiko Menaik peserta. Ada tiga jenis risiko, yaitu:
Ada beberapa jenis penyakit tertentu yang besarnya risiko akan menaik seiring
dengan bertambahnya usia calon peserta. Berat badan yang berlebih (overweight)
mungkin saat ini bukan merupakan risiko/bahaya yang berarti, tetapi sejalan dengan
2. Risiko Menurun
bertambahnya usia, akan makin meningkat risikonya pada sistem jantung.
Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama polis, makin lama polis, risiko
makin turun.
3. Risiko Ekstra yang Tetap
Risiko tambahan yang berada pada tingkat yang tetap selama perjanjian
berlangsung. Contoh: seseorang bekerja sebagai pendaki gunung. Risiko kecelakaan tetap
ada sepanjang perjanjian jika dia tetap bekerja sebagai pendaki gunung.
8.3 Seleksi Risiko Asuransi Individu
Faktor-faktor yang diperhatikan oleh petugas seleksi risiko dalam menentukan kelas
risiko seorang calon peserta adalah sebagai berikut:
1. Bentuk dan Ukuran Tubuh
Pada bagian ini berkaitan dengan tinggi dan berat badan. Karena tinggi dan berat
badan mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang.
53
2. Riwayat Pribadi

Riwayat pribadi ini menyangkut riwayat kesehatan calon peserta dalam kurun waktu
tertentu, termasuk di dalamnya penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol.

3. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga terutama tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
dekat calon peserta sebab ada beberapa jenis penyakit yang bersifat menular dan penyakit
bawaan, seperti TB, kencing manis, penyakit mental, dan lain-lain.

4. Kebiasaan

Kebiasaan hidup termasuk salah satu faktor meningkatnya angka mortalitas dan
morbiditas calon peserta. Misalnya kebiasaan merokok.

5. Hobi

Hobi dapat meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas , terutama hobi-hobi


yang dikatagorikan berbahaya, seperti: panjat tebing, arung jeram dan balap motor. Jika
calon peserta memiliki salah satu hobi tersebut dan mencantumkannya dalam formulir
permintaan asuransi, maka petugas seleksi risiko akan memperhitungkan risiko tersebut
dengan cara menaikkan tabarru’

6. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas calon


peserta. Oleh karena itu, perusahaan asuransi melakukan klasifikasi pekerjaan
berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkannya, dari risiko yang standar sampai risiko
yang sangat berbahaya, seperti di bawah ini.

a. Kelas I, meliputi pekerjaan-pekerjaan administratif, seperti:

1) Tenaga administrasi, termasuk pimpinan kantor pemerintah atau swasta.

2) Pegawai bank, pegawai asuransi, pegawai hotel, akuntan, pengacara, notaris,


dosen dan guru.

3) Pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis.

54
b. Kelas II, meliputi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan lebih banyak di luar ruangan,
seperti:

1) Sales dan kolektor.

2) Kontraktor, Konsultan, dan wartawan.

3) Bidan dan petugas rumah sakit.

4) Pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis.

c. Kelas III, meliputi pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan mesin-mesin ringan,


seperti:

1) Buruh pada pabrik pertanian dan pabrik sepatu.

2) Insinyur dan teknisi pendingin dan pemanas air.

3) Insinyur, montir dan pekerjaan lain di bandar udara.

4) Sopir dan kondektur bis umum.

5) Pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis.

d. Kelas IV, meliputi pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya berbahaya, seperti:

1) Pekerja pada galangan kapal.

2) Pekerja tambang.

3) Pekerjaan-pekerjaan lain yang sejenis.

7. Moral Hazard

Petugas seleksi risiko sangat sulit untuk mengidentifikasi dari sisi moral hazard.
Moral hazard adalah kemungkinan calon peserta dengan sengaja menyembunyikan atau
salah memberikan informasi sehingga dapat mengakibatkan keputusan petugas seleksi
risiko yang tidak menguntungkan. Sedangkan morale hazard adalah kondisi seseorang
yang kurang berhati-hati sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Hal
ini mereka lakukan karena mereka sudah mengetahui bahwa kerugian yang akan
dialaminya akan dijamin oleh asuransi.

55
8. Usia

Usia menjadi perhatian utama karena berkaitan langsung dengan tingkat mortalitas
dan morbiditas calon peserta.

9. Kondisi Fisik

Untuk mengetahui kondisi fisik/kesehatan calon peserta, petugas seleksi risiko


terkadang meminta calon peserta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada dokter
yang ditunjuk.

10. Insurable Interest

Insurable interest atau kepentingan yang dapat diasuransikan adalah penting untuk
dinilai. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya usaha untuk mencari keuntungan
atas jiwa seseorang yang diasuransikan. Misalnya membunuh tertanggung demi manfaat
asuransi.

Konsep insurable interest ada apabila peserta meninggal dunia maka penerima
manfaat akan mengalami kerugian ekonomi/finansial. Misalnya, jika suami (pemegang
polis) meninggal dunia maka istri dan anak-anaknya akan mengalami kerugian finansial.
Oleh sebab itu istri dan anak-anak memiliki Insurable interest (kepentingan yang dapat
diasuransikan) atas suaminya.

Pada asuransi syariah dikenal adanya pemegang polis sekaligus tertanggung dan
penerima manfaat. Pemegang polis sekaligus sebagai tertanggung yaitu pihak yang
membayar premi sekaligus sebagai pihak yang diasuransikan. Artinya, jika dia mendapat
musibah, ahli waris atau penerima manfaat akan menerima santunan. Sedangkan
penerima manfaat adalah orang yang ditunjuk menerima manfaat asuransi sesuai dengan
hukum waris yang berlaku bagi peserta yang beragama islam.

8.4 Selesi Risiko Asuransi Kumpulan

Asuransi kumpulan adalah asuransi untuk sekelompok orang yang bersama-sama


ikut program asuransi dalam polis yang sama. Anggota kelompok yang ikut program
asuransi kumpulan dalam satu polis tidak perlu menyerahkan bukti layak asuransi
(evidence of insurability) untuk dapat diterima oleh program tersebut. Dengan demikian

56
seleksi risiko dilakukan atas kelompok secara keseluruhan, bukan atas orang per orang
yang membentuk kelompok.

Polisnya dimiliki organisasi yang biasa disebut pemegang polis, sedangkan anggota
kelompok hanya mendapat sertifikat. Perusahaan asuransi hanya memiliki hubungan
dengan organisasi, bukan dengan anggota-anggota kelompok.

Organisasi atau kelompok yang diasuransikan harus yang bersifat permanen dan
stabil. Artinya kelompok tersebut bukan dibentuk karena keinginan untuk mendapatkan
perlindungan asuransi, melainkan anggota kelompok tersebut harus terikat dengan
organisasi tersebut, seperti karyawan perusahaan, anggota organisasi profesi dan anggota
serikat buruh.

Sistem pembayaran premi pada asuransi kelompok ada dua macam. Pertama, sistem
kontribusi, yaitu anggota kelompok ikut iuran membayar premi, misalnya 25% dan
pemegang polis 75%. Kedua, sistem nonkontribusi, yaitu pembayaran premi dilakukan
sepenuhnya oleh pemegang polis.

Faktor-faktor yang diperhatikan oleh petugas seleksi risiko dalam seleksi risiko pada
asuransi kumpulan adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Partisipasi Karyawan

Tingkat partisipasi anggota kelompok menjadi penting untuk mengurangi terjadinya


antiseleksi. Makin mendekati partisipasi penuh, makin mendekati risiko standar sehingga
dapat mengkompensasi anggota kelompok yang kesehatannya telah impaired. Oleh sebab
itu, tingkat partisipasi anggota ditetapkan minimum 75% dari jumlah karyawan.

2. Besarya Kelompok

Batas minimum biasanya bervariasi, bergantung pada produk asuransi kumpulan


nyang diikuti.

3. Jenis Pekerjaan

Seperti halnya seleksi risiko pada polis individu, pada polis kumpulan, masalah
pekerjaan juga menjadi faktor untuk menentukan faktor risiko kelompok tersebut.
Misalnya, karyawan pengeboran minyak lepas pantai tentu memiliki risiko mortalitas
lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan pabrik kertas.

57
4. Lokasi Perusahaan

Lokasi tempat perusahaan menjadi pertimbangan petugas seleksi risiko karena


memungkinkan dapat meningkatkan mortalitas para anggota.

5. Jenis Usaha

Jenis usaha sangat diperhatikan oleh underwriter karena memungkinkan tingginya


tingkat mortalitas. Misalkan, Jenis usaha yang bergerak pada bidang hahan-bahan kimia
yang berbahaya.

6. Jenis Kelamin

Jenis kelamin turut diperhatikan dalam seleksi risiko asuransi kelompok sebab
risiko morbiditas wanita lebih tinggi dibandingkan risiko morbiditas pria. Hal ini
mempengaruhi penentuan tarif premi. Jadi dalam praktik asuransi premi wanita selalu
lebih besar dari premi pria. Contohnya dalam asuransi kesehatan kumpulan, premi wanita
pasti lebih tinggi dari premi pria.

7. Usia (Penyebaran Usia)

Usia calon peserta menjadi sangat penting bagi underwriter untuk menentukan
derajat risiko suatu kelompok. Biasanya batas usia telah ditentukan, misalnya maksimal
60 tahun. Usia calon peserta yang bervariasi sangat mendukung untuk terjadinya subidi
silang antara peserta yang masih berusia muda dan peserta yang berusia tua.

8.5 Ekstra Tabarru’

Ekstra tabarru’ adalah penambahan tabarru’ di atas tabarru’ standar yang


dikenakan pada calon peserta karena memiliki risiko mortalitas di atas rata-rata.

Penetapan ekstra tabarru’ yang dilakukan terhadap peserta yang memiliki


kemungkinan risiko tinggi, bersifat tetap selama masa perjanjian berlangsung. Apabila
peserta meminta penghapusan ekstra tabarru’ karena kesehatannya sudah dalam kondisi
baik, atau jenis pekerjaannya sudah masuk dalam kelas I, maka perusahaan asuransi akan

58
menolak. Sebaliknya jika kondisi kesehatan peserta memburuk, maka perusahaan juga
tidak boleh menaikkan ekstra tabarru’ kepada peserta.

Dalam penetapan ekstra tabarru’, dapat digunakan sistem numerical value, yaitu
nilai bilangan untuk tingkat mortalitas tiap-tiap calon peserta. Mortalitas rata-rata atau
standar diberi nilai 100, yang berarti 100 persen mortalitas standar. Hal-hal yang
mempengaruhi secara negatif terhadap tingkat mortalitas calon peserta ditandai dengan
plus (+) atau debit, sedangkan hal-hal yang memberikan pengaruh menguntungkan diberi
tanda minus (-) atau kredit. Nilai angka ditetapkan bagi calon peserta menentukan
klasifikasi risikonya. Makin tinggi nilai angkanya, makin tinggi tingkat risiko yang
diberikan calon peserta. Misalnya, calon peserta memiliki kelebihan berat badan akan
diberikan debit sebesar +150. Artinya, calon peserta tersebut memiliki risiko di atas rata-
rata sebesar 50 persen dan kepadanya dapat dikenakan ekstra tabarru’.

Latihan :

1. Jelaskan tujuan pelaksanaan seleksi risiko!

2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis risiko!

3. Sebutkan dan jelaskan 4 faktor yang harus diperhatikan dalam seleksi risiko asuransi
individu!

4. Jelaskan pengertian ekstra tabarru’!

59
BAB IX

ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI KONVENSIONAL

Secara garis besar asuransi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asuransi syariah
dan asuransi konvensional. Asuransi syariah dan asuransi konvensional memiliki banyak
perbedaan yang perlu dikaji lebih mendalam sehingga kita tidak salah memilih dalam
berasuransi.

Pada sub bab berikut ini akan diuraikan beberapa perbedaan yang mendasar antara
asuransi syariah dan asuransi konvensional.

TIK : Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan


perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional.

9.1 Perbedaan Mengenai Konsep

a. Pengertian Asuransi Syariah

Pengertian asuransi syariah telah diuraikan pada BAB VI dalam modul ini, namun
tak ada salahnya untuk mengemukakan sepintas guna membandingkan dengan asuransi
konvensional. Asuransi syariah mempunyai tiga pengertian, diantaranya adalah at-ta’min.
Mu’ammin adalah penanggung sedangkan mun-ta’min berarti tertanggung. Di dalam QS.
Quraisy (106) ayat 4 yang artinya: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari
ketakutan. Ada kata aman dari rasa takut, berarti memberi rasa aman. Jadi istilah at-
ta’min, antara men-ta’min-kan sesuatu berarti seseorang membayar atau menyerahkan
uang angsuran agar dia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sesuai yang telah
disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, sehingga dapat
dikatakan bahwa seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya,
rumahnya atau kendaraannya.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNI) mengeluarkan fatwa


tentang pedoman umum asuransi syariah, memberikan pengertian asuransi syariah
(ta’min, kakaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’ yang

61
memberikan pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui aqad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.

b. Pengertian Asuransi Konvensional

Asuransi konvensional secara bahasa adalah ”pertanggunan”. Istilah


pertanggungan di kalangan orang Belanda disebut verzekering. Hal ini melahirkan istilah
assurantie, assuradeur bagi penanggung dan geassureeder bagi tertanggung.

Definisi yang lain dari asuransi yaitu alat atau institusi belaka yang bertujuan
untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko agar
kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi
tersebut kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-
unit dalam gabungan tersebut.

Di dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian merupakan


pertanggungan yang di dalamnya ada perjanjian antara dua paihak atau lebih, yaitu pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan.

9.2 Perbedaan Mengenai Sumber Hukum

a. Sumber Hukum Asuransi Syariah

Sumber hukum asuransi syariah adalah Al Qur’an, Sunnah, Ijma’, Qiyas dan
fatwa DSN-MUI. Oleh karena itu sistem yan ada pada asuransi syariah sejalan dengan
prinsip syariah. Dalam menetapkan prinsip-prinsip, praktik, dan operasional dari asuransi
syariah , parameter yang menjadi rujukan adalah syariah islam yang bersumber dari Al
Qur’an, hadis , dan fiqih islam. Karena itu asuransi syariah mendasarkan diri pada
prinsip kejelasan dan kepastian, sehingga kejelasan yang meyakinkan kepada peserta
asuransi dengan akad secara syariah antara perusahaan dengan peserta asuransi, baik
yang akadnya jual beli (tadabuli) maupun akad tolong-menolong (takafuli).

Sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nisa’ (4) ayat 59 yang artinya: Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri di antara

62
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.

b. Sumber Hukum Asuransi Konvensional

Asuransi konvensional mempunyai sumber hukum yang didasari oleh pikiran


manusia, falsafah, dan kebudayaan. Sedangkan modus operandinya didasarkan atas
hukum positif. Karena itu tidak memiliki sumber hukum yang jelas sehingga cenderung
membuat transaksi yang tidak memiliki kepastian dan kejelasan ke depan.

9.3 Perbedaan Mengenai Dewan Pengawas Asuransi

a. Asuransi Syariah

Asuransi syariah mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan


bagian tak terpisahkan dengan asuransi syariah. DPS mengawasi jalannya operasional
sehari-hari agar selalu berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Artinya menghindari
penyimpangan terhadap hukum islam yang dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu
DPS berfungsi untuk:

1) Melakukan pengawasan secara periodik pada Lembaga Keuangan Syariah yang


berada di bawah pengawasannya.

2) Berkewajiban mengajukan unsur-unsur pengembangan Lembaga Keuangan Syariah


kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan Dewan Syariah Nasional.

3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional Lembaga Keuangan Syariah


kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.

4) Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan-pembahasan DSN.

63
b) Asuransi Konvensional

Asuransi konvensional tidak mempunyai dewan pengawas dalam melaksanakan


perecanaan, proses, dan praktiknya. Asuransi konvensional tidak memiliki sebuah wadah
kontrol yang independen yang tugasnya mengawasi perjalanan asuransi tersebut sehingga
mudah terjadi penyimpangan-penyimpangan.

9.4 Perbedaan Mengenai Akad Perjanjian

a. Asuransi Syariah

Asuriansi syariah mempunyai akad yang di dalamnya dikenal dengan tabarru’ yang
bertujuan kebaikan untuk menolong di antara sesama manusia. Hal ini sesuai dengan
hadis nabi Muhammad yang artinya: Barangsiapa memenuhi hajat saudaranya, Allah
akan memenuhi hajatnya.

Selain itu, akad transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan kejelasan
sehingga peserta asuransi menerima polis asuransi sesuai dengan apa yang dia bayarkan
ditambah dengan dana tabarru’ dari setiap peserta asuransi.

b. Asuransi Konvensional

Akad pada asuransi konvensional adalah pihak perusahaan asuransi dengan peserta
asuransi melakukan akad mu’awwadah, yaitu masing-masing dari kedua belah pihak yang
berakad di satu pihak sebagai penanggung dan pihak lain sebagai tertanggung. Pihak
penanggung memperoleh premi asuransi sebagai pengganti uang pertanggungan yang
telah dijanjikan pembayarannya. Sedangkan pihak tertanggung memperoleh uang
pertanggunan jika terjadi peristiwa atau bencana sebagai pengganti dari premi-premi yang
dibayarkannya.

Sistem kontrak tersebut mengandung unsur untung-untungan, yaitu keuntungan


yang diperoleh tertanggung bila tejadi musibah dan si penanggung mendapat keuntungan
bila tidak terjadi musibah dan dipandang dari hasil mengambil risiko.

64
9.5 Perbedaan Mengenai Kepemilikan dan Pengelolaan

a. Asuransi Syariah

Asuransi syariah menganut sistem kepemilikan bersama. Hal ini berarti dana yang
terkumpul dari setiap peserta asuransi dalam bentuk iuran atau kontribusi yang
merupakan milik peserta. Pihak perusahaan asuransi syariah hanya sebagai penyangga
aman dalam pengelolaannya. Dana tersebut, kecuali tabarru’ (nonkomersial) dapat
diambil kapan saja dan tanpa dibebani bunga. Di sinilah letak perbedaan mendasar life
insurance apabila seorang peserta karena kebutuhan yang sangat mendesak boleh
mengambil dari akumulasi dananya yang ada. Selain itu, pengelolaannya untuk produk-
produk yang mengandung unsur tabungan, dana yang dibayarkan peserta langsung dibagi
dalam dua rekening, yaitu rekening peserta dan rekening tabarru’. Demikian juga proses
hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme pertanggungan, pada asuransi
syariah adalah saling menanggung risiko. Hal ini menunjukkan bahwa sistem asuransi
syariah selalu mendasarkan diri pada prinsip tolong-menolong (ta’awun), yaitu dana yang
terkumpul dalam bentuk tabarru’ diinvestasikan dan dikembangkan yang hasilnya dapat
digunakan untuk kepentingan peserta asuransi, bukan untuk badan pengelola asuransi.

b. Asuransi Konvensional

Kepemilikan harta dalam asuransi konvensional adalah milik perusahaan, tidak ada
pemisahan antara dana peserta dan dana tabarru’ sehingga semua dana bercampur
menjadi satu. Perusahaan bebas mengelola dan menginvestasikan tanpa ada pembatasan
halal dan haram. Selain itu, dana yang terkumpul dikelola oleh badan pengelola yang
keuntungannya hanya untuk kepentingan badan pengelola dan membayar polis peserta,
pengelola menganggap mempunyai pertambahan keuntungan sebagai usaha yang
dikelolanya.

9.6 Perbedaan Mengenai Premi dan Sumber Pembiayaan Klaim

a. Asuransi Syariah

Unsur-unsur premi pada asuransi syariah terdiri dari unsur tabarru’ (nonkomersial)
dan tabungan (untuk asuransi jiwa). Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening
tabarru’, yaitu rekening dana tolong-menolong bagi seluruh peserta, yang sejak awal

65
sudah diakadkan dengan ikhlas oleh setiap peserta untuk keperluan saudara-saudaranya
yang ditakdirkan Allah SWT meninggal dunia atau mendapat musibah seperti kebakaran,
gempa bumi, banjir, dan lain-lain.

b. Asuransi Konvensional

Dalam asuransi konvensional unsur-unsur preminya terdiri dari:

1) Tabel mortalitas, yaitu daftar tabel kematian yang berguna untuk mengetahui
besarnya klaim yang kemungkinan timbul kerugian dikarenakan kematian, serta
meramalkan berapa lama batas umur seseorang bisa hidup.

2) Penerimaan bunga (untuk menentukan tarif, perhitungan bunga harus dikalkulasi di


dalamnya)

3) Biaya-biaya asuransi: terdiri dari biaya administrasi, biaya komisi, biaya luar dinas,
biaya reklame, dan lain-lain.

9.7 Perbedaan Mengenai Kebersihan Usaha dari Maisir, Gharar dan Riba

a. Asuransi Syariah

Apabila memperhatikan sistem operasional asuransi syariah yang bersumber dari Al


Qur’an dan hadis, maka jelas terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh syariat islam,
yaitu maisir, gharar, dan riba. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari segi mekanisme dan
pengelolaan dananya. Para pengelola asuransi syariah memisahkan antara rekening dana
peserta dengan rekening tabarru’ agar tidak terjadi pencampuran dana. Dengan demikian
mekanisme ini tidak mengandung unsur riba, baik dalam praktik kerugian maupun jiwa
dengan cara menggunakan instrumen syariah sebagai pengganti sistem riba, misalnya
mudharabah, wadhi’ah, dan sebagainya. Oleh karena itu, hal yang menonjol di dalam
asuransi syariah adalah saling bertanggung jawab, saling membantu, dan saling
melindungi di antara sesama peserta sehingga para nasabah benar-benar menyumbangkan
preminya (kontribusi) kepada pengelola sebagai amanah untuk mengelolanya demi
terciptanya pertolongan kepada peserta yang membutuhkannya atau yang berhak
disantuni karena mangalami musibah. Perusahaan asuransi menjalankan pelayanannya

66
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati atau berdasarkan akad yang menggunakan
prinsip syariah yang dapat menghindari dari hal-hal yang diharamkan.

b. Asuransi Konvensional

Salah satu perbedaan yang paling penting dan tidak dapat dilepaskan yaitu dari
kebersihan dari suatu usaha, apakah ada unsur judi, ketidakjelasan karena adanya praktik-
praktik yang menipu dan merugikan orang lain. Hasil Sidang Dewan Hibah Persis yang
ke-12 tanggal 26 Juni 1996 mengambil keputusan bahwa asuransi konvensional
mengandung unsur maisir, gharar, dan riba. Majelis Tarjih Muhammadiyah membagi
asuransi menjadi dua katagori: pertama, asuransi yang berdimensi spekulatif yang
memiliki bobot judi yang jelas hukumnya haram. Kedua, asuransi yang memiliki bobot
tolong-menolong hukumnya ibadah. Karena itu asuransi dana pensiun pegawai negeri
atau asuransi beasiswa hukumya ibadah. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan
bahwa asuransi konvensional disemangati oleh harapan pesertanya (tertanggung) harta
jaminan atau tanggungan melebihi jumlah pembayaran preminya, oleh karena itu
hukumnya haram, juga dikatakan bahwa asuransi tersebut mengandung
ketidakjelasan/kabur (gharar) terutama dalam penentuan hitungan uang yang diperoleh
tertanggung bila terjadi kerugian atau risiko yang menimpa peserta asuransi.

Latihan :

1. Jelaskan perbedaan mengenai sumber hukum antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional!

2. Jelaskan perbedaan mengenai akad perjanjian antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional!

3. Jelaskan perbedaan mengenai kepemilikan dan pengelolaan antara asuransi syariah


dan asuransi konvensional!

67

Anda mungkin juga menyukai