Anda di halaman 1dari 9

A.

Perilaku
1. Pengertian
Perilaku dilihat dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut
pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan,
dan manusia berperilaku, karena punya aktivitas masing-masing.
Perilaku (manusia) adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmojdo, 2010).
Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seorang terhadap
stimulus (ransangan dari luar) yang dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
luar atau observable behavior.

2. Ilmu-ilmu Dasar Perilaku (Notoatmodjo, 2010)


Perilaku terbentuk dalam diri seseorang dari dua faktor utama
yakni stimulus (faktor eksternal) dan respons (faktor internal).
a. Stimulus (faktor eksternal)
Stimulus (faktor eksternal) merupakan faktor lingkungan, baik
lingkungan fisik, dan nonfisik, dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor
eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku
manusia adalah faktor sosial dan budaya dimana seseorang tersebut
berada.
Faktor sosial sebagai faktor ekternal yang mempengaruhi perilaku
antara lain, struktur sosial, pranata-pranata sosial, dan permasalahan-
permasalahan sosial yang lain. Ilmu yang mempelajari masalah-
masalah ini adalah sosiologi. Faktor budaya sebagai faktor eksternal
yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain : nilai-nilai, adat
istiadat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat, tradisi, dan sebagainya.
Ilmu yang mempelajari masalah-masalah ini adalah antropologi.
b. Respons (faktor internal)
Respons merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan
(faktor internal). Faktor Internal yang menentukan seseorang itu
merespon stimulus dari luar adalah : perhatian, pengamatan, persepsi,
motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya dicakup oleh psikologi.

3. Pengertian perilaku kesehatan


Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang
baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Becker (1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan dan
membedakan menjadi tiga, yakni :
a. Perilaku sehat (healty behavior)
Perilaku sehat yaitu perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, antara lain :
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet)
2. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup
3. Tidak merokok dan minum minuman keras serta menggunakan
narkoba
4. Istirahat yang cukup
5. Pengendalian atau manejemen stress
6. Perilaku atau gaya hidup positif
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit yaitu berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang
yang sakit untuk mencari penyembuhan atau teratasi masalah
kesehatan yang lain. Pada saat seseorang sakit, ada beberapa tindakan
atau perilaku yang muncul, antara lain :
1. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan, tetap
menjalankan kegiatan sehari-hari.
2. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self
treatment atau self medication). Pengobatan sendiri ini ada dua
cara, yakni : cara tradisional dan cara modern.
3. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar, yakni ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang dibedakan menjadi dua, yakni : fasilitas
atau pelayanan kesehatan tradisional dan fasilitas atau pelayanan
kesehatan modern atau profesional.
c. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles),
yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Menurut Becker (1979), hak dan kewajiban orang
yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the
sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain :
1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan
yang tepat untuk memperoleh kesembuhan.
3. Melakukan kewajiban sebagai pasien antara lain mematuhi
nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat
kesembuhannya.
4. Tindakan melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses
penyembuhannya.
5. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan
sebagainya.

4. Klasifikasi perilaku
Benyamin Bloom (1908) membuat klasifikasi perilaku menjadi 3
tingkat ranah perilaku untuk kepentingan pendidikan sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yakni :
1. Tahu (know) diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (comprehension) diartikan mampu
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
3. Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip-prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
4. Analisis (analysis), adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah
atau objek yang diketahui.
5. Sintesis (synthesis), menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu.
b. Sikap (attitude)
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Newcomb, salah seorang ahli psikologi menyatakan
bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau
menerima stimulus yang diberikan (objek).
2. Menanggapi (responding), diartikan memberikan jawaban atau
tanggapan terhadap pernyataan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing), diartikan subjek atau seseorang
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus.
4. Bertanggung jawab (responsible), diartikan bahwa seseorang telah
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya.
c. Tindakan atau Praktik (Practice)
Tindakan atau praktik adalah hal apa yang dilakukan seseorang terkait
dengan kesehatan (pencegahan penyakit), cara peningkatan kesehatan,
cara memperoleh pengobatan yang tepat, dan sebagainya. Tindakan
atau praktik terwujud oleh adanya faktor lain, diantaranya fasilitas atau
sarana dan prasarana yang dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan
menurut kualitasnya, yakni :
1. Praktik terpimpin (guided response), apabila subjek atau seseorang
telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau
menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme (mechanism), apabila subjek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis.
3. Adopsi (adoption), apabila subjek atau seseorang telah melakukan
sesuatu tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi.
Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan dapat digambarkan sebagai
berikut:

STIMULUS REAKSI
PROSES
(rangsangan 4. TERBUKA
STIMULUS
) (tindakan)

REAKSI
5.
TERTUTUP
(pengetahuan
6.
dan sikap)

Gambar 2.1 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2010)

5. Perilaku Pencarian Pengobatan (Notoatmodjo, 2010)


Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku orang atau masyarakat yang
sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan lainnya, untuk memperoleh
pengobatan sehingga sembuh atau teratasi masalah kesehatannya. Apabila
seseorang dalam keadaan sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang lain,
biasanya keputusan yang diambil adalah :
a. Tidak dilakukan tindakan apa-apa (no action)
Tidak dilakukan tindakan apa-apa (no action) artinya sakit diabaikan, tetap
menjalankan kegiatan sehari-hari.
b. Melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self medication)
Ada tiga pola perilaku pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat,
yakni :
1. Obat-obat modern, baik beli di warung maupun Apotek.
2. Obat-obat tradisional, baik yang diramu atau dibuat sendiri dari daun-
daunan.
3. Obat-obat lainnya, yakni obat-obatan lain yang tidak termasuk dua jenis
di atas. Obat-obat ini biasanya diberikan oleh paranormal atau dukun,
yang berupa air, atau benda-benda lain yang diberi mantera-mantera.
c. Mencari pengobatan keluar
Perilaku pencarian pengobatan keluar (tidak diobati sendiri) pada waktu sakit
terwujud dalam fasilitas atau pelayanan kesehatan yang digunakan oleh
anggota masyarakat, dikelompokkan dalam :
1. Rumah Sakit, baik Rumah Sakit pemerintah maupun swasta
2. Praktek dokter
3. Pusat Kesehatan Masyarakat
4. Petugas kesehatan
5. Dukun dan atau pengobatan tradisional

A. KIRANTI

Kiranti bermanfaat untuk meredakan nyeri haid. Kiranti adalah jamu atau obat


herbal yang diminum sebelum dan sesudah haid.
Dalam 1 botol kiranti, terkandung bahan herbal berupa kunyit, asam jawa,
kencur, pandan, jahe, dan kayu manis. Kombinasi bahan-bahan ini yang
dipercaya bermanfaat untuk mengatasi nyeri haid.
Selain membantu mengatasi nyeri datang bulan (nyeri haid), kiranti juga
berkhasiat bagi seseorang yang mengalami telat datang bulan atau sebagai
pelancar haid. Terdapat juga varian produk Kiranti untuk mengatasi pegal
linu.
Macam-Macam Kiranti
Kiranti dikemas dalam bentuk minuman kemasan botol. Ada 3 macam produk
Kiranti, yaitu:

 Kiranti Sehat Datang Bulan rasa original.


 Kiranti Sehat Datang Bulan rasa jeruk.
 Kiranti Pegal Linu rasa madu jahe.

Tentang Kiranti
Ekstrak kunyit, asam jawa, kencur, pandan, jahe, dan kayu
Bahan Aktif
manis
Golongan Obat herbal
Kategori Obat bebas
Manfaat Membantu mengatasi nyeri haid dan terlambat haid
Dikonsumsi oleh Wanita dewasa
Kategori N: Belum dikategorikan. Kiranti tidak dianjurkan
Kategori kehamilan dan untuk ibu hamil.Belum diketahui efek obat terhadap ibu
menyusui menyusui. Agar aman, konsultasikan dengan dokter
terlebih dahulu sebelum minum Kiranti saat menyusui.
Bentuk obat Sirup

Peringatan:

 Nyeri haid (dismenore) normal dialami wanita saat menstruasi. Namun bila


nyeri haid baru dirasakan untuk pertama kalinya setelah usia 25 tahun atau
nyeri haid dirasakan semakin memburuk, segeralah berkonsultasi
dengan dokter kandungan.
 Kebanyakan wanita mendapatkan haid setiap 28 hari sekali. Siklus menstruasi
masih dikatakan normal bila terjadi setiap 21-35 hari. Konsultasikan dengan
dokter bila panjang siklus menstruasi Anda di luar rentang waktu tersebut,
apalagi jika tadinya siklus menstruasi teratur.
 Bagi wanita yang aktif berhubungan seksual dan tidak
menggunakan kontrasepsi, bila mengalami telat haid, segera tes kehamilan.
Kiranti tidak dianjurkan untuk ibu hamil.
 Penderita penyakit empedu, diabetes, gangguan pembekuan darah, penyakit
refluks asam lambung, miom, endometriosis, serta kanker payudara atau
kanker ovarium harus berhati-hati dalam mengonsumsi obat herbal yang
mengandung kunyit.
 Segera ke dokter bila timbul gejala alergi obat setelah minum Kiranti.

Aturan Minum Kiranti
Kiranti Sehat Datang Bulan dapat diminum 1-2 botol per hari, sejak 3 hari sebelum
menstruasi hingga 3 hari setelah menstruasi.

Cara Mengonsumsi Kiranti dengan Benar


Agar aman, selalu ikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan obat
sebelum menggunakan Kiranti, atau berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Simpan Kiranti sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasan. Jauhkan
Kiranti dari jangkauan anak-anak.
Kebanyakan orang berpikir bahwa mengonsumsi obat herbal selalu aman karena
kandungannya alami. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena obat herbal tidak
melewati tahap pengujian seperti obat-obatan dari dokter. Oleh karena itu, efek
samping dan interaksi obatnya juga belum diketahui secara pasti.
Sebaiknya tanyakan dulu pada dokter sebelum mengonsumsi obat herbal dan jangan
menghentikan obat lain yang diberikan oleh dokter tanpa berkonsultasi terlebih
dahulu.
Olahraga teratur, istirahat cukup, serta mengelola stres dengan baik dapat membantu
mengurangi nyeri saat haid dan membuat menstruasi lebih teratur. Segera
konsultasikan dengan dokter kandungan bila Anda khawatir dengan nyeri haid yang
Anda alami atau bila haid Anda tidak teratur.

Efek Samping Kiranti dan Interaksi dengan Obat Lain


Kunyit yang ada terkandung di dalam Kiranti berisiko menimbulkan efek samping,
antara lain:

 Pusing
 Mual
 Gangguan pencernaan
 Diare

Kunyit juga dapat meningkatkan efek pengencer darah dari aspirin,


ibuprofen, diclofenac, clopidogrel, dan warfarin. Segera hubungi dokter jika muncul
memar tanpa sebab yang jelas atau terjadi perdarahan yang sulit berhenti.

Anda mungkin juga menyukai