Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Lignoselulolitik Rumen Kerbau Sebagai Pendegradasi Komponen Serat
Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Lignoselulolitik Rumen Kerbau Sebagai Pendegradasi Komponen Serat
SKRIPSI
Oleh:
DIAN RIZKI PURBA
130306068
SKRIPSI
Oleh:
DIAN RIZKI PURBA
130306068
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian meja hijau di
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing
Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M. Si Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
Tanggal ACC :
Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi yang
saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan informasi yang
digunakan dalam skripsi ini telah dinyatakan secara jelas dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi serta dapat diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum
pernah di ajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan
tinggi lain.
Sumatera Utara pada tanggal 31 Mei 1995, merupakan anak kedua dari tiga
melanjutkan ke SMP Negeri 3 Raya dan lulus tahun 2010. Pendidikan sekolah
menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Raya dan lulus tahun 2013. Penulis
Perguruan Tinggi pada kegiatan Penguatan Pakan Induk Sapi Potong 2017, dan
Asisten Praktikum Genetika Dasar 2015 2016 2017, Asisten Praktikum Ilmu
Pemulian 2016, Asisten Praktikum Ilmu Ternak Potong 2016, Asisten Praktikum
Teknologi Hasil Ternak 2017 dan Asisten Praktikum Mikrobiologi Nutrisi 2017.
Sentang pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2016. Melaksanakan
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat
dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada ibu Nevy Diana Hanafi selaku ketua
komisi pembimbing dan kepada bapak Ma’ruf Tafsin selaku anggota komisi
skripsi ini.
civitas akademika di Program Studi Peternakan dan Fakultas Pertanian serta rekan
mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
kesempurnaan skripsi ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga
Hal
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan penelitian ................................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian............................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Cairan Rumen...................................................................................................... 4
Mikroba Rumen .................................................................................................. 5
Bakteri Perombak Lignoselulosa ......................................................................... 7
Jamur Perombak Lignoselulosa ........................................................................... 11
Isolasi Bakteri......................................................................................................` 16
Kultivasi Bakteri ................................................................................................. 17
Pola Pertumbuhan Bakteri .................................................................................. 19
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 21
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan ....................................................................................................... 21
Alat .......................................................................................................... 22
Metode Penelitian................................................................................................ 22
Peubah yang diamati .......................................................................................... 25
Analisis Data ...................................................................................................... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Bakteri Rumen Kerbau ............................................................................ 26
Pengukuran Aktivitas Semikuantatif Bakteri
Pengukuran Zona Bening Bakteri Selulolitik.......................................... 27
No Hal
No Hal
Latar Belakang
dalam mendegradasi komponen serat, hal ini disebabkan karena ternak ruminansia
berkualitas rendah menjadi tinggi di dalam rumen karena peran mikroba tersebut.
Dalam rumen ternak ruminansia terdapat bakteri dan fungi yang mampu
memecah komponen serat. Populasi mikroba rumen tiap jenis ternak berbeda-beda
jenis dan jumlah mikrobanya. Hal ini disebabakan pola makan tiap jenis ternak
rumen sapi, hal ini disebabkan kerbau sering digembalakan dan mengkonsumsi
hijauan yang berkualitas rendah, rumput lapangan, limbah pertanian yang struktur
sehigga mikroba yang tumbuh pada rumen kerbau lebih bervariasi daripada cairan
rumen sapi. Wahyudi dan Masduqie (2004) melaporkan bahwa cairan rumen
ruminansia lainnya. Pada cairan rumen kerbau dijumpai tujuh koloni mikroba
koloni.
energi dari serat kasar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi ini terjadi karena 20%
sampai 70% selulosa tidak tercerna dan keluar bersama feses (Varga dan Kovler,
1997). Fakta pencernaan serat kasar dalam rumen belum optimal juga dibuktikan
berdasarkan kenyataan bahwa kadar serat kasar pada feses tinggi dan proses
bakteri dari sekelompok yang terdapat dalam habitat yang sama sehingga
mendapatkan bakteri murni yang hanya terdiri dari satu spesies saja, dalam hal ini
dalam rumen ternak dan populasi bakteri yang tinggi pada cairan rumen kerbau
Kegunaan Penelitian
yang tinggi.
Cairan Rumen
akhir yang dapat diasimilasi. Papila berkembang dengan baik sehingga luas
yang diproduksi, 85% diabsorbsi melalui epitelium yang berada pada dinding
sesuai dan dapat hidup dapat ditemukan didalamnya. Tekanan osmos pada rumen
mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 38–42oC, pH
mempertahankan pH tetap pada 6,8. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar ion
ditempatkan ke dalam termos yang telah dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu
39oC. Cairan rumen disaring dengan kain kasa dan ditampung kedalam wadah
yang telah ditempatkan di dalam water bath pada suhu 39oC. Cairan rumen
anaerob, yaitu bakteri, protozoa, jamur dan virus. Dari keempat mikroorganisme
tersebut bakteri mempunyai jenis dan populasi yang paling tinggi. Cacahan sel per
yang telah ditemukan sebanyak 200 species (Mackie et al., 2000) sedangkan
populasi kedua yang tertinggi adalah protozoa yang dapat mencapai 105-106pada
kondisi ternak yang sehat (McDonald et al., 2002) dangenus yang ditemukan
produk fermentasi berupa Volatil Fatty Acid(asam asetat, asam propionat, asam
lemak dan protein. Interaksi yang terjadi antar mikroba rumen adalah simbiosis
lainnya berbeda. Hal ini karena populasi mikroba rumen dipengaruhi oleh
manajemen pemberian pakan, spesies ternak dan tipe dari pakan tercerna (Hobson
mampu memecah struktur dari selulosa, hemiselulosa, pektin, fruktosa, pati dan
polisakarida lainnya menjadi monomer atau dimer dari gula melalui proses
fermentasi. Produk fermentasi yang dihasilkan merupakan hasil dari kerja bakteri
rumen. Produk hasil fermentasi dari mikroba rumen adalah asam propionat, asam
1.Sarcina bakteri : merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk sel batang
berbentuk koma
5.Selenomonas: merupakan bakteri rumen yang berflagel pada salah satu sisinya
panjang.
Bakteri yang penting dalam proses fermentasi pakan adalah bakteri yang
bakteri yang telah diisolasi dari cairan rumen ternak ruminansia antara lain :
gandum(Mackie et al.,2000).
50%/berat).
secara alami terjadi di dalam ekosistem anaerob seperti dalam sedimen tanah,
lahan terendam air, tumpukan kotoran ternak, atau di dalam saluran pencernaan
ruminansia (Stams et al., 2003). Tiga kelompok bakteri yang berperan dalam
perombakan anaerob adalah: (1) Bakteri perombak polimer dan monomer yang
juga sejumlah asam lemak volatil seperti propionat dan butirat serta alkohol, (2)
butirat menjadi asetat dan hidrogen dan (3) Kelompok bakteri metanogenik
1. Perombak lignin
jamur wood rot fungi, hanya beberapa penelitian yang melaporkan penggunaan
bakteri sebagai perombak lignin (Odier et al., 1981). Hasil penelitian Ruttimann et
penggunaan senyawa aromatik bercincin (aromatic ring) dan rantai samping yang
ada pada lignin. Bakteri juga berperan dalam perombakan lebih lanjut pada
namun beberapa peneliti telah melaporkan bahwa mikrobia anaerob dalam rumen
dipercaya dapat merombak lignin (Peres et al., 2002), dan protein enzim serupa
lakasedari bakteri telah diisolasi dan digunakan dalam proses pembuatan kompos.
2. Perombak selulosa
air. Mikrobia memiliki dua tipe sistem kerja enzim ekstraseluler: (1) Sistem
merombak selulosa dan hemiselulosa, dan (2) Sistem oksidatif dan sekresi lignase
(Peres et al., 2002), baik di dalam rumen, sekum maupun kolon (Anonymous,
1991). Sekum dan kolon gajah serta kuda juga mengandung mikrobia dengan
mikrobia rumen (DeGregorio et al., 1984; Ullrey et al., 1997), bahkan feses
kambing pada konsentrasi 160-170 gram per liter aquades dapat pula digunakan
sebagai sumber mikrobia pengganti cairan rumen (Utomo et al., 2006). Mikrobia
di dalam rumen terdiri atas bakteri (1010– 1011sel/gram isi rumen), protozoa (105–
Soejono, 1990).
spesies lainnya dianggap kecil perannya karena terdapat dalam jumlah sedikit atau
ternak mengkonsumsi hijauan tetapi bakteri selulolitik juga terdapat pada ternak
substrat cukup tersedia, ketiga spesies tersebut terdapat dalam jumlah hampir
adalah paling besar di dalam rumen sapi dan domba. Produk akhir hasil
perombakan selulosa oleh bakteri selulolitik adalah suksinat, asetat, format atau
butirat. Ketiga spesies bakteri selulolitik rumen memiliki karakteristik antara lain
Menurut Peres et al., (2002) silanase bakteri pada umumnya lebih stabil pada
kambing dan ruminansia lainnya serta sekum kuda dan gajah semua mengandung
jamur meskipun jumlahnya sedikit (Jouany, 1991). Namun jamur dari saluran
pencernaan herbivora memiliki tipe berbeda dengan jamur dari tanah maupun
hubungan yang erat ini diduga menjadi dasar bahwa jamur rumen mampu
merombak komponen dinding sel tanaman (Jouany, 1991). Dinding sel yang tidak
dapat dihidrolisis oleh bakteri akan dirombak oleh jamur rumen. Rizobium atau
hifa jamur rumen mampu masuk ke dalam jaringan xylem, sclerenchym dan
cuticula tanaman dan secara parsial merombaknya (Akin dan Borneman, 1990).
Jamur rumen tumbuh dalam kisaran temperatur antara 33 – 41oC tanpa oksigen,
Menurut Akin dan Borneman (1990) jamur rumen dapat ditumbuhkan pada
media semisintetik yang biasa digunakan untuk bakteri rumen dengan mengatur
pH antara 6,5 sampai 6,7 dan temperatur 39oC. Cairan rumen dapat diganti
dengan campuran media mengandung ekstrak yeast, tripton, hemin, dan asam-
pertumbuhannya.
Kondisi alamiah yang spesifik dari zoospora dan obligat anaerob di dalam
jamur pada umumnya. Jamur rumen dibagi menjadi dua kelompok spesies yaitu
monosentris dan polisentris (Akin dan Borneman, 1990; Jouany, 1991). Spesies
Neocallimastic sp. dengan spora poliflagella dan rizobium bercabang banyak, (2)
Piromonas sp. dengan spora monoflagella dan rizobium bercabang, dan (3)
joyonii.
dan feses gajah (Akin dan Borneman, 1990). Namun hasil temuan lainnya
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jenis jamur polisentris pada kerbau, sapi
Neocallimastic sp. dengan spora poliflagella dan rizobium bercabang banyak, (2)
Piromonas sp. dengan spora monoflagella dan rizobium bercabang, dan (3)
joyonii. Jamur anaerob ditemukan di dalam rumen hewan ruminansia, sekum kuda
dan feses gajah (Akin dan Borneman, 1990). Namun hasil temuan lainnya
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jenis jamur polisentris pada kerbau, sapi
1.Perombak lignin
penting dalam siklus karbon. Jamur rumen juga berperan penting dalam proses
perombakan lignin (Madigan et al., 1997). Ciri khas jamur rumen terkait dengan
jamur perombak lignin dikelompokkan atas dasar warna saat fermentasi substrat
menjadi soft rot, brown rot dan white rot(Paul, 2007). Lebih lanjut Paul (2007)
mendiskripsikan ketiga kelompok jamur tersebut sebagai berikut : (1) Soft rot
Contoh : Chaetomium dan Preussia. (2) Brown rot adalah jamur mayoritas
perombak kayu. Brown rottidak memiliki enzim pembuka cincin tetapi mampu
lignin dengan cara demetilasi dan melepaskan rantai samping metil menghasilkan
coklat. Pemisahan polisakarida dari lignin terjadi secara oksidasi non enzimatik
melalui pembentukan radikal hidroksil (OH). Reaksi ini menjadikan Brown rot
mampu merombak struktur kayu tanpa merusak struktur lignin. Contoh: Poria dan
Gloeophyllum. (3) White rot adalah jamur paling aktif merombak lignin. Ada
ribuan spesies jamur white rot telah diketahui utamanya berasal dari kelompok
lignin menjadi CO2 dan H2O. Jamur white rot menghasilkan tiga kelas enzim
2. Perombak selulosa
diketahui berperan aktif pada proses pencernaan serat kasar pakan. Semua jamur
bentuk thallus dan flagella, dan dalam bentuk kultur murni terbukti dapat
merombak selulosa menjadi VFA (Madigan et al., 1997). Jamur rumen perombak
selulosa diduga tidak esensial karena jumlahnya sangat sedikit, namun diyakini
memiliki peran sangat penting dalam perombakan serat kasar pakan kualitas
rendah, oleh karena itu diperlukan penelitian perannya di dalam rumen (Jouany,
1991).
(1990) adalah : (1) mampu menghasilkan enzim selulase dan silanase kadar tinggi,
(2) mampu mengkoloni jaringan dinding sel tanaman lebih baik dibandingkan
bakteri, (3) hasil inkubasi pakan berserat oleh jamur rumen lebih lunak
3.Perombak hemiselulosa
(Madigan et al., 1997). Semua jamur perombak selulosa umumnya adalah juga
silanase lebih tinggi dibandingkan jamur anaerob lainnya (Akin dan Borneman,
1990). Namun produksi silanase tersebut dipengaruhi oleh adanya gula, jika
terdapat gula maka produksi silanase terhambat. Beberapa jenis jamur seperti
yang memiliki ukuran lebih besar (antara 90 - 122 kDa), namun umumnya kurang
Isolasi Bakteri
terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan
bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja. Bakteri yang sudah
kultur bakteri murni dalam jumlah banyak. Fardiaz (1988) menyebutkan bahwa
terdapat tiga jenis isolasi yang umum dilakukan yaitu isolasi pada media cawan,
isolasi pada medium cair, dan isolasi sel tunggal. Isolasi agar cawan dilakukan
metode ini sangat tinggi karena kebanyakan bakteri, kapang dan khamir dapat
membentuk koloni pada media padat sehingga mudah diisolasi dengan cara
yang terpisah. Isolasi medium cair digunakan untuk beberapa bakteri yang ukuran
selnya besar, tidak dapat tumbuh pada agar cawan, hanya dapat tumbuh pada
kultur cair. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran. Metode ini
yang jumlahnya dominan dalam suatu campuran populasi mikroba. Isolasi sel
tunggal digunakan untuk mengisolasi sel mikroba yang ukurannya besar serta
harus sesuai dengan habitat aslinya sehingga isolat yang dibiakkan dapat
berkembang dengan baik. Saat kondisi media kultivasi sesuai dengan habitat
aslinya, maka pertumbuhan dan reproduksi bakteri dapat diamati dan diukur,
baik tergantung pada kebutuhan nutrisi yang terdapat dalammedia biakan. Nutrisi
Nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri antara lain : sumber karbon (karbohidrat),
kehidupannya (Pelczar dan Chan, 1986). Volk dan Wheleer (1988) menambahkan
bahwa proses perombakan bahan organik menjadi bahan yang diperlukan oleh sel
protein, karbohidrat dan lipid dalam sel. Bryant dan Robinson (1961) menyatakan
glukosa, selubiosa, maltosa, dan pati sebagai sumber energinya (Henning dan Van
sebagai sumber karbohidrat oleh bakteri (Leedle et al., 1982). Pada umumnya
substrat yang digunakan adalah pati, pektin, xilan, glukosa dan selulosa. Media
lingkungan fisik yang sesuai. Beberapa persyaratan lingkungan fisik yang harus
dipenuhi antara lain: suhu, atmosfer gas, dan derajat keasaman, serta beberapa
atmosfer seperti oksigen dan karbondioksida. Atas dasar ini maka, terdapat empat
tumbuh dengan baik jika hanya ada sedikit oksigen dalam lingkungannya (Pelczar
dan C han, 1986). Pertumbuhan bakteri juga tergantung dari jumlah energi
(Russell dan Bruckner, 1991).Sebagian besar bakteri tumbuh dengan baik pada
pH 6,5 sampai 7,5. Namun, terdapat sebagian bakteri yang mampu tumbuh pada
bakteri ini dapat disebabkan oleh senyawa yang dihasilkan oleh bakteri tersebut
pada perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan bukan
komponen seluler yang lain seperti DNA, RNA dan protein. Sebagian besar
bakteri cara reproduksinya adalah pembelahan biner, satu sel membelah diri
menghasilkan dua sel. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah
diri dikenal sebagai waktu generasi. Waktu generasi setiap species dengan kondisi
dalam inokulum, jumlah bakteri yang ada pada akhir waktu tertentu dan interval
waktu.
(fase log). Pada fase ini, populasi bakteri bertambah secara teratur menjadi dua
kali lipat pada interval waktu tertentu selama inkubasi. Pola pertumbuhan
kemudian fase kedua adalah periode pertumbuhan cepat (fase log), kemudian
mendatar (fase statis) dan akhirnya diikuti oleh suatu penurunan populasi sel-sel
hidup (fase kematian).Fase adaptasi terjadi 1-2 jam pasca pemindahan kultur.
yang terbatas terjadi fase kamatian. Fase kematian jumlah populasi bakteri
2007).
Bahan
1992) dan rumen kerbau mampu menghasilkan koloni bakteri selulolitik lebih
ternak ruminansia lain. Aktivitas selulase cairan rumen kerbau juga lebih tinggi
isolasi. Selulosa, silan dan asam tanat digunakan sebagai substrat dalam medium
Alat
jar, anaerobic generating kit, laminar air flow, water bath, inkubator 39oC,
Mineral berupa formula larutan No. 32 sesuai petunjuk Bryant and Burkey
(Ogimoto and Imai, 1981; Bachrudin, 1985) dibuat dengan cara menimbang 6
Komposisi larutan pengencer merupakan medium No.14 oleh Bryant and Burkey
dalam Ogimoto dan Imai, (1981) dengan komposisi 7,50 ml mineral I, 7,50 ml
mineral II, 0,05g HCl-cistein; 0,30g Na 2 CO 3 ; 0,10ml Rezasurin 0,1% larutan; 100
dikeluarkan dari otoklaf pada temperatur 45 – 50oC tabung dialiri dengan gas CO2
sampai indikator resazurin berubah dari warna pink menjadi tidak berwarna,
kemudian ditutup dengan penutup karet steril dan disimpan dalam refrigerator
sebagai sediaan.
dalam termos kaca berisi penuh air hangat (temperatur sekitar 39oC) yang telah
udara dan segera digunakan untuk penelitian.Sampel dari termos harus terlindung
Burkey dalam Ogimoto and Imai, (1981) yaitu dengan cara 45 ml larutan
pengencer ditempatkan pada tabung steril dan dialiri gas CO2, dan ditambahkan 5
gram isi rumen atau sampel sumber mikrobia. Larutan 10-1 ini diaduk selama 5
tetap dialiri CO2. Untuk mendapatkan hasil yang baik diinokulasikan 0,5 ml dari
Hungate dengan cara setiap satu liter medium mengandung 400 ml cairan rumen
yang sudah disentrifuge selama 10 menit 3000 rpm sebagai sumber nutrient, 20 g
mineral II, 250 ml aquadest dan 2 g substrat. Semua bahan tersebut dimasukkan
ke dalam tabung Erlenmeyer 1000 ml dan dipanaskan pada 100oC selama 5 menit
selanjutnya dijaga pada 45oC dalam water bath. Suasana anaerob tercapai ditandai
dengan hilangnya warna pink. Selanjunya 32,3 ml sodium karbonat dan 16,7 ml
HCl-cistein ditambahkan.
tabung sambil terus diisi gas CO 2 dan disterilisasi dengan otoklaf pada 121oC
pengenceran 105 diinokulasikan segera ke dalam tabung pada temperatur 45oC dan
diisi gas CO 2 . Tabung selanjutnya ditutup rapat dan digojok sampai homogen,
kemudian diputar di atas nampan berisi air es (rolling tube) sampai kondisi agar
memadat. Kultur selanjutnya diinkubasi pada 39oC selama 7 hari. Koloni bakteri
tunggal.
secara individual dipilih dan dipindahkan ke dalam medium padat cawan petri
secara anaerob. Komposisi medium padat sama dengan medium selektif dengan
hilangnya warna pink dalam medium padat cawan petri. Cawan petri selanjutnya
diinkubasi pada 39oC selama 7 hari dalam anaerobic jar yang telah diisi
semikuantitatif dengan mencatat warna, diameter dan zona difusi koloni serta
Pengukuran diameter zona difusi dan zona bening koloni. Diameter zona
Martani (2003) dari luas zona difusi berwarna coklat di sekeliling koloni pada
Kelas 2 ; terjadi difusi warna coklat muda sampai coklat tua di bagian bawah
koloni,
Kelas 3: terjadi difusi warna coklat muda sampai coklat tua di bagian bawah
Kelas 4 : terjadi difusi warna coklat muda sampai coklat tua di bagian bawah
koloni dengan jarak perluasan 6 – 10mm, Kelas 5 : terjadi difusi warna coklat tua
Analisis Data
Data data yang diperoleh dari penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel
terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan
bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja. Bakteri yang sudah
kultur bakteri murni dalam jumlah banyak. Fardiaz (1988) menyebutkan bahwa
terdapat tiga jenis isolasi yang umum dilakukan yaitu isolasi pada media cawan,
isolasi pada medium cair, dan isolasi sel tunggal. Isolasi agar cawan dilakukan
Pada penelitian ini, metode isolasi rumen kerbau yang digunakan adalah
metode Hungate (Ogimoto dan Imai, 1981; Bachrudin, 1985 yang dimodifikasi)
yaitu menggunakan medium selektif yang ditumbuhkan pada medium roll tube.
Koloni bakteri selulolitik yang tumbuh dalam medium roll tube secara individual
koloni tumbuh seperti bintik bintik oval di sekeliling media dan berwarna putih.
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Siti et al., 2010) yang menyatakan Koloni
mulai terlihat pada hari ketiga inkubasi pada temperatur 390C dalam media agar
selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau mempunyai bentuk oval berwarna
dengan metode streak quadrant pada medium pertumbuhan selektif pada cawan
ditemukan 14 isolat (5 isolat tumbuh pada medium cmc, 5 isolat tumbuh pada
medium xyilan, 5 isolat tumbuh pada medium asam tanat) yang mempunyai ciri
bening yang terbentuk pada medium yang mengandung substrat Carboxy Methyl
Cellulosa/CMC. Semakin luas zona bening yang terbentuk maka semakin tinggi
Hasil pengukuran zona bening pada tiap isolat tersaji pada Tabel 2.
paling tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya. Lebih jelasnya tersaji pada
besar dalam mencerna serat. Terlihat bahwa isolat bakteri selulolitik CMC 1
mempunyai zona bening yang paling luas, sedangkan isolat bakteri selulolitik
CMC4 memiliki zona bening paling sedikit. Hal ini berarti bahwa isolat bakteri
Siti et al., (2010) menyatakan bahwa hasil penelitian isolasi bakteri selulolitik
rumen kerbau sebagai probiotik untuk meningkatkan kecernaan ampas tahu pada
pengukuran zona bening isolat diperoleh isolat bakteri selulolitik B-6 yang
mempunyai kemampuan paling besar dalam mencerna serat yaitu mempunyai zona
Hasil pengukuran zona bening pada tiap isolat tersaji pada Gambar 2 dan
Tabel 3.
diameter yang berbeda-beda. Besar kecilnya zona bening dan jelas tidaknya zona
selulosa, demikian juga cepat dan lambatnya timbul zona bening tersebut
silanolitik yang paling tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya. Lebih jelasnya
tersaji pada tabel 3. Isolat bakteri silanolitik XY5 yang mempunyai kemampuan
silanolitik XY5 mempunyai zona bening yang paling lebar, sedangkan isolat
bakteri silanolitik XY3 memiliki zona bening paling sedikit. Hal ini berarti bahwa
bakteri dalam memecah molekul lignin yang kompleks, menjadi monomer yang
lebih sederhana untuk dapat dimanfaatkan sabagai sumber karbon utama bagi
pertumbuhan isolat bakteri. Zona coklat yang terbentuk juga merupakan hasil
menggunakan asam tanat sebagai sumber karbon, dan diasumsikan sebagai hasil
Hasil pengukuran zona bening pada tiap isolat tersaji pada Gambar 3 dan
Tabel 4.
aktivitas lignolitik yang paling tinggi dibandingkan dengan isolate lainnya. Lebih
jelasnya tersaji pada tabel 3. Isolat bakteri lignolitik AT4 yang mempunyai
kemampuan paling besar dalam mencerna lignin. Terlihat bahwa isolat bakteri
lignolitik AT4 mempunyai zona difusi warna coklat yang paling lebar, sedangkan
isolat bakteri lignolitik AT1 memiliki zona difusi warna coklat paling sedikit. Hal
ini berarti bahwa isolat bakteri lignolitik AT4 mempunyai kemampuam dalam
lignolitik mempunyai kualitas yang baik dalam mencerna lignin. Hal ini
dibuktikan dengan hasil pengukuran zona difusi warna coklat yang nilainya diatas
10 mm. Berdasarkan klasifikasi Subba Rao (1993) dan Martani (2003) keempat
ditentukan berdasarkan klasifikasi Subba Rao (1993) dan Martani (2003) adalah :
Kelas 0 ; negatif, tidak ada warna dibawah atau di sekeliling koloni, Kelas 1 ;
warna coklat muda sampai coklat tua di bagian bawah koloni, Kelas 3: terjadi
difusi warna coklat muda sampai coklat tua di bagian bawah koloni dengan jarak
perluasan difusi warna 1 – 5mm, Kelas 4 : terjadi difusi warna coklat muda
sampai coklat tua di bagian bawah koloni dengan jarak perluasan 6 – 10mm,
Kelas 5 : terjadi difusi warna coklat tua dengan jarak perluasan difusi lebih dari 10
mm.
Kesimpulan
dengan pengukuran zona bening dan zona difusi warna coklat maka yang memilki
Saran
Church, D.C. 1988. Livestock Feeds and Feeding. Third Edition. Prentice Hall.
International Ed. New Jersey
DeGregorio, R.M., R.E. Tucker, G.E. Mitchell, and W.W. Gill. 1984. Acetate and
propionate production in the cecum and proximal colon of lamb, J Anim
Sci. : 58(1): 203-7 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?
Martani, E., N. Haedar dan S. Margino. 2003. Isolasi dan karakterisasi bakteri
pendegradasi lignin dari beberapa substrat alami. Gama Sains
Ruttimann, C., R. Vicuna, M.D. Mozuch, and T.K. Kirk. 1991. Limited bacteria
mineralization of fungal degradation in termediate from synthhetic lignin.
Appl. Environ. Microbiol.p. 3652 – 3655.
Stams, A. J. M., S. J. W. H. O. Elferink, and P. Wastermann. 2003. Metabolic
interactions between methanogenic consortia and anaerobic respiring
bacteria. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Subba Rao, N.S. 2001. Soil Microbiology, 4thed. Science PublishersInc. New
Hampshire 03748.
Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid I. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Wanapat, M., 2001, Swamp buffalo rumen ecology and its manipulation,
Proceedings bufallo workshop, December.
http://www.mekarn.org/procbuf/wanapat.htm
Weimer, P. J., G.C. Waghorn, and DR. Merten S., 1999. Effect of diet on
population of three species of ruminal cellulolytic bacteria inlactating
dairy cows. J. Dairy Sci. 82 : 122-134
Widyastuti, A. 2004. Isolasi dan uji kemampuan enzim selulase dari simbion
rayap. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.