Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengendalian Vektor

Pengendalian vector bertujuan :

1. Mengurangi atau menekan populasi vector serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi
sebagaimana penularan penyakit.

2. Menghindarkan kontak antara vector dan manusia.

a. Pengendalian vector secara alami

• Adanya gunung, lautan, danau dan sungai yang luas yang merupakan rintangan bagi
penyebaran serangga.

• Ketidakmampuan mempertahankan hidup beberapa spesies serangga di daerah yang terletak


di ketinggian tertentu dari permukaan laut.

• Perubahan musim yang dapat menimbulkan gangguan pada beberapa spesies serangga.

• Iklim yang panas, udara kering dan tanah tandus tidak memungkinkan perkembangbiakan
sebagian besar serangga. Iklim yang panas atau yang dingin untuk beberapa spesies tertentu
tidak sesuai dengan kelestarian hidupnya.

• Angin besar dan curah hujan yang tinggi dapat mengurangi jumlah populasi serangga di
suatu daerah.

• Adanya burung, katak, cicak, dan binatang lain yang merupakan pemangsa serangga.

• Penyakit serangga.

b. Pengendalian secara buatan

1. Pengendalian lingkungan (Environmental control). Pengendalian dilakukan dengan


cara

Mengelola lingkungan, yaitu memodifikasi atau memanipulasi lingkungan, sehingga


terbentuk Lingkungan yang tidak cocok (kurang baik) yang dapat mencegah atau membatasi
perkembangan Vector. Cara ini merupakan cara paling aman terhadap lingkungan karena
tidak merusak Keseimbangan lingkungan dan tidak mencemari lingkungan.

• Modifikasi lingkungan. Cara ini berkaitan dengan mengubah sarana fisik yang ada dan
hasilnya Bersifat permanen. (1) pengaturan system irigasi, (2) penimbunan tempat-tempat
yang dapat Menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampah, (3) penimbunan tempat
pengaliran air Yang menggenang menjadi kering, (4) pengubahan rawa menjadi sawah, (5)
pengubahan hutan Menjadi tempat pemukiman.

• Manipulasi lingkungan. Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana
fisik Yang telah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat perindukan atau tempat istirahat
serangga. Dan hasilnya bersifat tidak permanen sehingga harus dilakukan secara terus
menerus. (1) Membersihkan tanaman air yang mengapung di danau, (2) melancarkan air
dalam got yang Tersumbat, (3) membuang atau mencabut tumbuhan air yang tumbuh di
kolam atau rawa, (4)Melesrarikan kehidupan tanaman bakau.

2. Pengendalian kimiawi. Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang


berkhasiat membunuh serangga

(insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja. Kebaikannya ialah dapat dilakukan
dengan segera, meliputi Daerah yang luas, sehingga dapat menekan populasi serangga dalam
waktu yang singkat. Keburukannya karena Pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya Resistensi serangga terhadap
insektisida. Contoh cara ini adalah (1) menuangkan solar atau minyak tanah di tempat
Perindukan sehingga larva serangga tidak dapat mengambil oksigen, (2) penggunaan
insektisida berupa residualSpray untuk nyamuk dewasa.

3. Pengendalian mekanik. Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang


langsung dapat membunuh,

Menangkap atau menghalau, mengeluarkan serangga. Contoh cara ini (1) menggunakan baju
pelindung, (2) Memasang kawat di jendela untuk menghindarkan kontak antara nyamuk
dengan vector.

4. Pengendalian Fisik. Pada cara pengendalian ini digunakan alat fisika untuk
pemanasan, pembekuan dan Penggunaan alat listrik untuk pengadaan angina,
penyinaran yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan Serangga.
5. Pengendalian Biologik. Dengan memperbanyak pemangsa dan parasite sebagai
musuh alami bagi serangga, Dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi
vector atau menjadi hospes perantara.
6. Pengendalian genetika. Pengendalian ini bertujuan mengganti populasi serangga yang
berbahaya dengan Populasi baru yang tidak merugikan. Beberapa cara berdasarkan
mengubah kemampuan reproduksi dengan jalan Memandulkan serangga jantan.
7. Pengendalian legislative. Untuk mencegah tersebarnya serangga berbahaya dari suatu
daerah ke daerah lain Atau dari luar negeri ke Indonesia, diadakan peraturan dengan
sanksi oleh pemerintah.

Peraturan pemerintah yang mengatur mengenai vector

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 374 Tahun 2010 Tentang
Pengendalian Vektor

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan


Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai