Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ajeng Fatih Aliatantri

NIM : 21040120120016
Kelas : PWK A

MINERAL dan BATUAN

Mineral dan batuan diatur dalam Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan batubara. Hal tersebut ditujukan untuk melestarikan dan
menghindari dari kejahatan pertambangan tanpa izin (Undang- Undang Republik Indonesia,
2009). Berikut merupakan pemaparan mineral dan batuan :

A. Mineral
Mineral merupakan senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, berfase padat,
dan memiliki komposisi dan unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu. Mineral
dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai.
1) Sifat Fisik
Mineral dapat dikenali berdasarkan sifat fisiknya meliputi bentuk kristal, berat
jenis, bidang belah, warna, kekerasan, goresan dan kilap. Mineral memiliki bentuk
kristalnya yang khas yang merupakan perwujudan kenampakan luar dan terjadi akibat
dari susunan kristal didalamnya. Setiap mineral juga memiliki berat yang dapat
ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur
tersebut dalam susunan kristalnya. Selain itu, mineral memiliki bidang lemah dimana
kecendurungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah. Warna dalam
mineral juga digunakan untuk mengenali adanya unsur didalamnya, seperti warna gelap
menunjukkan adanya unsur besi. Belahan mineral dipengaruhi oleh ikatan lemah antar
molekul. Kekerasan mineral menunjukkan besarnya gaya tekan untuk membelah atau
merusak stuktur mineral tersebut. Beberapa jenis mineral memiliki goresan pada
bidangnya, contohnya pyrit. Selain itu, kilap atau kilau mineral juga merupakan sifat
fisik yang dapat digunakan untuk identifikasi mineral.
2) Sifat kimiawi
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dibedakan menjadi mineral silikat dan
mineral non silikat, seperti Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat,
Hidroksida, dan Phospat (Noor, 2009).

B. Batuan
Menurut KBBI, batuan merupakan mineral atau paduan mineral yang membentuk
bagian utama kerak bumi. Berikut berbagai macam batuan:
1. Batuan beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras tanpa adanya proses kristalisasi. Batuan beku di bagi menjadi dua
yaitu batuan plutonik yang terbentuk saat magma mulai mendingin dan
terkristalisasi secara perlahan didalam kerak bumi, contohnya granite dan batuan
vulkanik yang terbentuk saat magma keluar ke permukaan bumi sebagai lava atau
fragment bekuan, contohnya batu apung dan basalt.
Tekstur batuan beku umumnya ditentukan dalam tiga hal yang penting,
yaitu: kristalinitas, granularitas, bentuk kristal dan hubungan antar kristal.
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Tekstur ini berfungsi untuk mengetahui berapa
banyak kristal yang dapat terbentuk dan juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuan berlangsung lambat maka
kristal akan bertekstur kasar dan begitu juga sebaiknya.
Granularitas dapat diartikan sebagai ukuran besar butir pada batuan beku.
Dapat dibedakan menjadi dua kelompok tekstur ukuran, seperti phaneritic
merupakan batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral
yang berukuran kasar dan aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya
tersusun oleh mineral berukuran halus.
Berdasarkan bentuk kristal terjadi ketika pembekuan magma mineral-
mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang
terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak
sempurna. Contoh yaitu euhendral (sempurna), subhedral (kurang sempurna), dan
anhedral (tidak sempurna). Selain itu, hubungan antar kristal dapat didefinisikan
sebagai hubungan antara kristal/ mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan. Umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu equigranula dimana
memiliki ukuran butir penyusun batuannya hampir sama dan inequigranular yaitu
ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.
Pengelompokan batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan
komposisi mineralnya. Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah gelas,
afanitik, fanerik, porfiritik (Zuhdi, 2019).
2. Batuan Gunung api
Batuan gunung api adalah batuan yang berasal akibat aktivitas gunung berapi
berupa piroklastik dan lava.
a) Batuan piroklastik yaitu batuan beku ekstrusif dari yang terlontar dari tubuh
gunung api (volkanisme).
• Bom vulkanik yaitu fragmen berukuran lebih besar dari 64 mm. Hal
ini, dikarenakan pada saat pelemparan ke udara keadaannya masih
bersifat lelehan lalu mengeras secara berkala dan berbetuk bulatan.
• Lapili adalah fragmen yang berukuran 64 dan 2 mm apabila
memadat akan membentuk lapilli aglomerat.
• Debu vulkanik berukuran lebih kecil dari 2 mm dan apabila
memadat akan membentuk tufa (lapilli atau breksi).
b) Lava merupakan magma yang keluar dan mengalir dari mulut gunung berapi
dan bersifat encer pijar.
• Lava basaltis adalah lava yang terbentuk dari magma yang bersusun
mafis, bersuhu tinggi, dan viskositas rendah.
• Lava andesitis, memiliki sifat fisik kental, tidak mampu mengalir
jauh dari pusatnya.
• Lava rhyolitis yaitu lava yang bersifat sangat kental dan terletak di
bawah permukaan sebelum erupsi karena sudah terjadi pembekuan.
3. Batuan Sedimen
Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan
material batuan. Material sedimen tersebut akan terkompaksi, mengeras, dan
mengalamilitikfikasi. Batuan sedimen dapat terjadi akibat pengendapan material
hasil erosi yang terdiri berbagai partikel baik halus, berat, maupun ringan. Tekstur
batuan seperti ukuran butir dan berwarna terang.
a) Batuan Sedimen Klastik
Batuan yang berasal dari hasil rombakan batuan yang telah ada berupa
batuan beku, metamorf, atau sedimen lalu terangkut melalui media air
maupun angin kemudian mengendap dalam cekungan dan mengalami
proses kompaksi, diagenesa, sementasi dan litifikasi. Contohnya yaitu
breksi, konglomerat, batu pasir, dan lain sebagainya.
b) Batuan Sedimen Non-klastik
Batuan yang terbentuk akibat proses kimiawi ataupun proses organik.
Contohnya yaitu batu bara dan batu gamping (Rock, 2015).
4. Batuan Metamorfosa
Batuan metamorfosa merupakan batuan yang terbentuk sebagai hasil dari proses
metamorfosa, baik berupa metamorfosa termal, dinamo (perubahan tekanan),
ataupun metamorfosa dinamo-termal pada batuan yang sudah ada sebelumnya.Tipe
metamorfosa di bagi menjadi empat yaitu
a) Metamorfosa kataklastik merupakan metamorfosa yang diakibatkan oleh
deformasi mekanis, seperti dua blok batuan yang bergeser melewati satu sama
lain sepanjang zona sesar
b) Metamorfosa burial merupakan metamorfosa yang terjadi pada batuan sedimen
yang berada di kedalaman tertentu dan memiliki kondisi suhu lebih dari 300°
C.
c) Metafora kontak adalah metamorfosa yang terjadi di dekat intrusi batuan beku
dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi.
d) Metamorfosa regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang
memiliki tingkat deformasi cukup tinggi dibawah tekanan diferensial, seperti
Slate, Schists, dan Gneisses.

Daftar Pustaka
Noor, D. (2009) ‘Program studi teknik geologi’, Pengantar Geologi, (2009), p. 279.
Rock, S., Rock, I. and Rock, M. (2015) ‘Asosiasi mineral dalam batuan | 60’, pp. 60–73.
Undang- Undang Republik Indonesia, N. 4 (2009) ‘Pertambangan Mineral Dan Batubara’, Uu
No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Dan Batubara, p. 4.
Zuhdi, M. (2019) Buku Ajar Pengantar Geologi, Lombok.

Anda mungkin juga menyukai