Anda di halaman 1dari 17

PLATO, THALES DAN ARISTOTELES

MAKALAH

Disusun Oleh:

MUHAMMAD INDRA MULYADI (190502047)


MUHAMMAD SULTAN AZQA WILDAN (190502080)
MUHAMMAD HAVIDZ LUTHFI TANJUNG (190502070)

Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora


Prodi Bahasa dan Sastra Arab

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
1442 H/2021 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bpk. Hardiansyah A.,STh.I.,M.Hum Selakut pengajar kami pada
mata kuliah Filsafat Umum.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.

Banda Aceh, 14 April 2021

(Penulis)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................5
A. PLATO...................................................................................................................................................5
B. THALES.................................................................................................................................................7
C. ARISTOTELES....................................................................................................................................10
BAB III ....................................................................................................................................................16

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................16

B. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran filsafat Yunani periode awal biasa disebut sebagai filsafat alam. Penyebutan tersebut
didasarkan pada munculnya banyak ahli pemikir alam yang memfokuskan pemikirannya pada apa yang
diamati di sekitarnya, yakni alam semesta. Mereka berusaha mencari arche (prinsip atau asas) yang
dianggap sebagai asal dari segala sesuatu. Pemikiran ini menimbulkan pemahaman fundamental bagi
perkembangan pemikiran filsafat.Adapun tiga filsuf yang akan dibahas pada pembahasan kali ini yaitu ;
Plato,Thales dan Aristoteles.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana riwayat hidup Plato, Thales dan Aristoteles ?

2. Bagimana pemikiran filsafat Plato, Thales dan Aristoteles ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui riwayat hidup Plato, Thales dan Aristoteles.

2. Untuk mengetahui pemikiran filsafat Plato Thales dan Aristoteles.

BAB II
4
PEMBAHASAN

A. PLATO

a. Biografi

Plato (427-347 SM) dilahirkan di lingkungan keluarga bangsawan kota Athena. Semenjak muda ia
sangat mengagumi Socrates (470-399), seorang filsuf yang menentang ajaran para sofis, sehingga
pemikiran Plato sangat dipengaruhi sosok yang di kemudian hari menjadi gurunya tersebut. Plato
memiliki bakat yang sangat besar untuk menjadi pengarang, terbukti hingga saat ini setidaknya 24 dialog
Plato dianggap sebagai kesusastraan dunia. Sebagaimana Socrates, Plato selalu mengadakan percakapan
dengan warga Athena untuk menuliskan pikiran-pikirannya. Pada tahun 387 SM, Plato mendirikan
sekolah filsafat yang dinamakannya Akademia.

Salah satu pemikiran pemikiran Plato yang terkenal ialah pandangannya mengenai realitas.
Menurutnya realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia: dunia yang terbuka bagi rasio dan dunia yang
hanya terbuka bagi panca indra. Dunia pertama terdiri atas idea-idea dan dunia berikutnya ialah dunia
jasmani. Pemikiran Plato tersebut bahkan berhasil mendamaikan pertentangan antara pemikiran
Heraklitus dan Parmenides. Pemikiran Plato inilah yang akan penyusun jadikan sebagai tema pembahasan
dalam makalah ini.Pemikiran Plato

Diantara pemikiran Plato yang terpenting adalah teorinya tentang ide-ide, yang merupakan upaya
permulaan yang mengkaji masalah tentang universal yang hingga kini pun belum terselesaikan. Teori ini
sebagian bersifat logis, sebagian lagi bersifat metafisis. Dengan pendapatnya tersebut, menurut Kees
Berten (1976), Plato berhasil mendamaikan pendapatnya Heraklitus dengan pendapatnya Permenides,
menurut Heraklitus segala sesuatu selalu berubah, hal ini dapat dibenarkan menurut Plato, tapi hanya bagi
dunia jasmani (Pancaindra), sementara menurut Permenides segala sesuatu sama sekali sempurna dan
tidak dapat berubah, ini juga dapat dibenarkan menurut Plato, tapi hanya berlaku pada dunia idea saja.

Plato menjelaskan bahwa, jika ada sejumlah individu memiliki nama yang sama, mereka tentunya juga
memiliki satu “ide” atau “forma” bersama. Sebagai contoh, meskipun terdapat banyak ranjang, sebetulnya
hanya ada satu “ide” ranjang. Sebagaimana bayangan pada cermin hanyalah penampakan dan tidak
“real”. Demikian pula pelbagai ranjang partikular pun tidak real, dan hanya tiruan dari “ide”, yang
merupakan satu-satunya ranjang yang real dan diciptakan oleh Tuhan. Mengenai ranjang yang satu ini,
yakni yang diciptakan oleh Tuhan, kita bisa memperoleh pengetahuan, tetapi mengenai pelbagai ranjang
yang dibuat oleh tukang kayu, yang bisa kita peroleh hanyalah opini.

Perbedaan antara pengetahuan dan opini menurut Plato adalah, bahwa orang yang memiliki
pengetahuan berarti memiliki pengetahuan tentang “sesuatu”, yakni “sesuatu” yang eksis, sebab yang
tidak eksis berarti tidak ada. Oleh karena itu pengetahuan tidak mungkin salah, sebab secara logis
mustahil bisa keliru. Sedangkan opini bisa saja keliru, sebab opini tidak mungkin tentang apa yang tidak
eksis, sebab ini mustahil dan tidak mungkin pula tentang yang eksis, sebab ini adalah pengetahuan.
Dengan begitu opini pastilah tentang apa yang eksis dan yang tidak eksis sekaligus.

Maka kita tiba pada kesimpulan bahwa opini adalah tentang dunia yang tampil pada indera, sedangkan
pengetahuan adalah tentang dunia abadi yang supra-inderawi; sebagai misal, opini berkaitan dengan

5
benda-benda partikular yang indah, sementara pengetahuan berkaitan dengan keindahan itu sendiri. Dari
sini Plato membawa kita pada perbedaan antara dunia intelek dengan dunia inderawi. Plato berusaha
menjelaskan perbedaan antara visi intelektual yang jelas dan visi persepsi inderawi yang kabur dengan
jalan membandingkannya dengan indera penglihatan. Kita bisa melihat obyek dengan jelas ketika
matahari menyinarinya; dalam cahaya temaram penglihatan kita kabur; dan dalam gelap gulita kita tidak
dapat melihat sama sekali. Menurutnya, dunia ide-ide adalah apa yang kita lihat ketika obyek diterangi
matahari, sedangkan dunia dimana segala sesuatu tidak abadi adalah dunia kabur karena temaramnya
cahaya. Namun untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang dimaksudnya, Plato
memberikan sebuah tamsil, yakni tamsil tentang gua.

Menurut tamsil itu, mereka yang tidak memiliki pengetahuan filsafat bisa diibaratkan sebagai
narapidana dalam gua, yang hanya bisa memandang ke satu arah karena tubuhnya terikat, sementara di
belakangnya ada api yang menyala dan di depannya ada dinding gua. Mereka hanya dapat melihat
bayang-bayang yang dipantulkan pada dinding gua oleh cahaya api. Mereka hanya bisa menganggap
bayang-bayang itu sebagai kenyataan dan tidak dapat memiliki pengertian tentang benda-benda yang
menjadi sumber bayang-bayang.

Sedangkan orang yang memiliki pengetahuan filsafat, ia gambarkan sebagai seorang yang mampu
keluar dari gua tersebut dan dapat melihat segala sesuatu yang nyata dan sadar bahwa sebelumnya ia
tertipu oleh bayang-bayang. Namun ketika ia kembali ke gua untuk memberitahukan kepada teman-
temannya tentang dunia nyata, ia tidak dapat lagi melihat bayang-bayang secara jelas jika dibandingkan
dengan teman-temannya, sehingga di mata teman-temannya ia tampak menjadi lebih bodoh daripada
sebelum ia bebas.

Demikianlah pemikiran Plato mengenai realitas yang sebenarnya. Teori Plato tentang ide-ide tersebut,
menurut penyusun, mengandung sekian kesalahan yang cukup jelas. Kendati demikian, pemikiran itu pun
menyumbangkan kemajuan penting dalam filsafat, sebab inilah teori pertama yang menekankan masalah
universal, yang dalam pelbagai bentuknya, masih bertahan hingga sekarang.

b. Pemikiran Plato Tentang Mimesis

Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimesis
diartikan sebagai pendekatan sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk
mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles
menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan
antara persoalan filsafat dengan kehidupan .

Pandangan Plato mengenai mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya mengenai konsep Idea-
idea yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya mengenai seni.

Plato menganggap Idea yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang sempurna
dan tidak dapat berubah. Idea merupakan dunia ideal yang terdapat pada manusia. Idea oleh manusia
hanya dapat diketahui melalui rasio,tidak mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan panca indra. Idea
bagi Plato adalah hal yang tetap atau tidak dapat berubah, misalnya idea mengenai bentuk segitiga, ia
hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang terbuat dari kayu dengan jumlah

6
lebih dari satu . Idea mengenai segitiga tersebut tidak dapat berubah, tetapi segitiga yang terbuat dari kayu
bisa berubah .

Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat memandang rendah
seniman dan penyair dalam bukunya yang berjudul Republic bagian kesepuluh. Bahkan ia mengusir
seniman dan sastrawan dari negerinya. Karena menganggap seniman dan sastrawan tidak berguna bagi
Athena, mereka dianggap hanya akan meninggikan nafsu dan emosi saja. Pandangan tersebut muncul
karena mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan khayalan tentang
kenyataan dan tetap jauh dari ‘kebenaran’. Seluruh barang yang dihasilkan manusia menurut Plato hanya
merupakan copy dari Idea, sehingga barang tersebut tidak akan pernah sesempurna bentuk aslinya (dalam
Idea-Idea mengenai barang tersebut). Sekalipun begitu bagi Plato seorang tukang lebih mulia dari pada
seniman atau penyair. Seorang tukang yang membuat kursi, meja, lemari dan lain sebagainya mampu
menghadirkan Idea ke dalam bentuk yang dapat disentuh panca indra. Sedangkan penyair dan seniman
hanya menjiplak kenyataan yang dapat disentuh panca indra (seperti yang dihasilkan tukang), mereka
oleh Plato hanya dianggap menjiplak dari jiplakan .

Menurut Plato mimesis hanya terikat pada ide pendekatan. Tidak pernah menghasilkan kopi
sungguhan, mimesis hanya mampu menyarankan tataran yang lebih tinggi. Mimesis yang dilakukan oleh
seniman dan sastrawan tidak mungkin mengacu secara langsung terhadap dunia ideal. (Teew.1984:220).
Hal itu disebabkan pandangan Plato bahwa seni dan sastra hanya mengacu kepada sesuatu yang ada
secara faktual seperti yang telah disebutkan di muka. Bahkan seperti yang telah dijelaskan di muka, Plato
mengatakan bila seni hanya menimbulkan nafsu karena cenderung menghimbau emosi, bukan rasio .

B. THALES

a. Biografi

Thales dilahirkan dan tinggal di Miletus (Sekarang wilayah turki) pada tahun 620 SM.Dia adalah
seorang filsuf,matematikawan,dan saintis.Dalam filsafat ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Yunani Kuno
yang mengawali timbulnya filsafat dalam masyarakat Yunani kuno. Thales digelari bapak filsafat karena
dia adalah orang yang pertama mengajukan pertanyaan yang amat mendasar yaitu “what is the nature of
the world stuff ?“ ( Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? ) 1. Terlepas dari apapun jawabannya
pertanyaan ini mengangkat namanya menjadi filosof pertama. Thales menjawab air, jawabannya sangat
sederhana, karena Thales menjawab air sebagai dasar alam semesta. Barangkali karena ia melihatnya
sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi terapung di atas
air. Ia juga orang yang pertama kali mencoba mendobrak tradisi Yunani kuno dan mesir kuno.Sulit sekali
mengetahui biografi dan pemikiran -pemikirannya secara menyeluruh dikarenakan ia tidak pernah
menulis buku selama hidupnya.Adapun informasi mengenai dirinya diperoleh melalui buku - buku murid
- muridnya dan paling banyak dituliskan oleh Phytagoras dan Aristoteles.Ia juga mendirikan sekolah
filsafat alam Milesian dan bersama murid - muridnya,ia mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan
dibidang filsafat,matematika dan sains.Kemudian ia meninggal pada tahun 546 SM.

b. Pemikiran Thales

1
Ahmad Tafsir,Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra,(Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1990)hal.48
7
Air adalah Substansi Fundamental Pembentuk Segala Hal

Thales berpendapat bahwa air adalah unsur yang membentuk segala hal yang ada didunia ini dan
segala sesuatu yang hancur akan kembali menjadi air lagi.Bagi thales air memiliki sifat serta potensi
dimana air dapat berubah menjadi banyak hal baik itu dalam hal botani,fisiologis,meteorologis maupun
geologis.Menurut thales,air menunjukkan perubahan yang lebih masuk akal dan lebih jelas daripada unsur
atau elemen - elemen lainnya karena dapat menjadi padat,menguap serta menjadi cair.

Sebenarnya pemikiran thales ini bisa ditelusuri alurnya karena ia juga hidup ditepi pantai miletus dan
juga pernah bepergian ke mesir kuno ditepi sungai nil,dimana disana ia mengamati bagaimana air dapat
membuat kehidupan.

c. Bentuk Bumi Thales

Thales berpendapat bahwa menurutnya seluruh bumi ini berada diatas air,dan apabila air ini bergetar
atau bergelombang maka akan menyebabkan gempa di bumi yang ada diatasnya.Terlepas teorinya yang
kontroversi,namun ia adalah pemikir pertama yang berusaha mencari jawaban atas permasalahan dan
pertanyaan melalui akal pikiran dan observasi.

Bagi thales air juga memiliki potensi dalam memelihara serta menghasilkan alam semesta,bahkan
matahari dan bintang - bintang menurutnya berasal dari penguapan air.

d. Pandangan Tentang Jiwa Naluriah Imanen

Thales adalah animisme, yang mempercayai bahwa bukan hanya yang hidup saja mempunyai jiwa.
Aristoteles menamakan pendapat Thales yang menyatakan bahwa jagad raya ini memiliki jiwa dengan
nama hylezoisme. Dalam pandangan Thales, animisme ialah kepercayaan bahwa bukan saja barang yang
hidup mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati. Kepercayaan Thales tersebut didasari oleh
pengalamannya, besi berani dan batu api yang digosok sampai panas dapat menarik barang yang berada
di dekatnya.Karena itulah Thales mempunyai pandangan bahwa segala sesuatu mempunyai jiwa. 2

e. Matematika

Ia juga adalah ilmuwan matematika yang sangat berjasa.Karena ia telah menemukan berbagai hal
dibidang matematika.Ia adalah orang pertama yang merumuskan konsep diameter yakni garis yang
membagi lingkaran menjadi dua melalui titik pusatnya.Kemudian ia juga yang menemukan besaran dari
sudut – sudut alas segitiga itu sama dengan kaki.Ia juga orang yang merumuskan bahwa sudut – sudut
vertikal terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lurus menyilang yang sama
besarnya.Kemudian sudut dalam setengah lingkaran adalah sudut kanan.

Penemuan – penemuannya tersebut ini lebih dikenal sebagai Teorema Thales.Ia juga orang pertama
yang merumuskan tinggi piramida mesir kuno dengan mengukurnya melalui bayangan piramidanya,hal

2
Atang abdul Hakim,dkk.Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi(Bandung:CV.Pustaka Setia,2008)Cet.ke-1.hal.148-151
8
ini ia rumuskan setelah ia mampu mengukur tinggi tubuhnya melalui bayangannya sendiri.Selain itu ia
juga memiliki keahlian dalam hal pengukuran tanah setelah bidang tanah dirusak oleh genangan air.

f. Astronomi

Ia juga orang pertama yang berhasil memperkirakan terjadinya gerhana matahari pada 28 mei tahun
585 SM.Pada waktu itu tengah terjadi perang antara Media dan Lydia di Miletus.Kemudian tiba – tiba
langit siang hari menjadi gelap sehingga menimbulkan kepanikan antara kedua belah pihak.Hal ini cukup
wajar menimbulkan kepanikan dikarenakan pada zaman itu fenomena yang luar biasa tersebut merupakan
fenomena yang sangat langka sehingga menimbulkan ketakutan yang sangat luarbiasa yang kemudian
dianggap sebagai peringatan dari ilahi dan terpaksa membuat kedua pihak berdamai.Diketahui bahwa
Thales memperkirakan terjadinya gerhana mathari ini melalui pengetahuannya mengenai siklus Saros
atau siklus Exeligmos.

g. Pendiri Sekolah Filsafat Pertama

Thales digadang – gadang adalah orang yang mendirikan sekolah khusus untuk mempelajari filsafat
lebih khususnya mengenai filsafat alam.Dimana disana banyak melahirkan banyak filsuf - filsuf alam
lainnya seperti Anaximander,Anaximenes dan masih banyak lagi.

Disana mereka bekerja dan belajar bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang sama yakni
mengenai sifat materi dan sifat perubahan.Walaupun masing - masing dari mereka memiliki pemikiran -
pemikiran mereka masing - masing.Hal ini dikarenakan murid - muridnya tidak diwajibkan untuk
mengikuti ajaran dari guru - guru mereka.
Kritik Terhadap Mitologi

Thales adalah seorang pemikir yang orisinal. Dimana semasa ia hidup,ia sangat mengkritik budaya -
budaya tradisional yang ada didalam masyarakat.Ia melihat masyarakat yang masih bergantung kepada
mitos ilahi dalam menjawab berbagai persoalan yang ada ditengah masyarakatPemikirannya ini adalah
bentuk kritik terhadap orang mesir kuno dan Yunani kuno yang mencari dan menjawab suatu
permasalahan berdasarkan mitos yang ada.

Contohnya saat hujan tidak turun, maka orang Yunani kuno beranggapan bahwa dewa zeus tengah
marah. Hal - hal seperti inilah yang dikritik oleh thales pada waktu itu. Aristoteles sendiri menilai
bahwasannya thales ini adalah seseorang yang sangat berbeda.Dimana menurutnya thales adalah orang
tidak kuno dan primitif,karena thales berusaha memberikan metode ilmiah yang baru dan menarik dalam
melihat dan menjawab suatu fenomena alam yang terjadi.Maka dari itu tidak heran apabila ia juga disebut
sebagai Pendiri Filsafat Alam.3

h. Pandangan Politik Berdasarkan catatan Herodotus

Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari
Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk
3
http://filsafatilmu.com/artikel/teori/sejarah-fisika-para-filsuf-alam-yunani-kuno-thales
9
membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di
seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari
keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu
dan tersentralisasi.

i. Karya Thales

Thales tidak pernah menulis buku,informasi mengenai dirinya didapat dari murid – muridnya,Sebagian
besar diceritakan oleh Aristoteles dalam bukunya Metaphysics

C. ARISTOTELES

a. Biografi

Aristoteles lahir di Kota Stageria, semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM, dan
meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM. Ia adalah anak dari Nicomachus, seorang dokter istana
Macedonia pada masa pemerintahan Raja Amyntas II. Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia anak-
anak. Kemudian ia dididik oleh ayah angkatnya, Proxenus sampai berumur 18 tahun. Pada umur 18 ini
Aristoteles dikirim pleh ayah angkatnya untuk belajar di Akademy Plato di Athena. Ia tinnggal di sana
kira-kira 20 tahun sampai Plato meninggail dunia (384 SM). Pada waktu berada di Akademy, Aristoteles
menerbitkan beberapa karya, dan juga mengajar anggota-anggota Akademy yang lebih muda.

Setelah Plato meninggal, Aristoteles meninggalkan Athena bersama Xenokrates menuju Assos di
pesisir Asia Kecil. Di mana Hermeias pada waktu itu menjadi penguasa negara.

Pada tahunn 342 SM Aristoteles diundang oleh Raja Philippos dari Macedonia untuk mengajar
anaknya, Alexander yang berusia 13 tahun. Aristoteles berusaha melatih moral dan intelektual kepada
Alexander, yang nantinya akan menerima warisan tahta sebagai Alexander Agung. Dengan cara ini secara
tidak langsung akan memperluas paham dan cita-cita Aristoteles dalam mencerdaskan manusia dan
membentuk negara kota sebagai pusat kehidupan.

Pada tahun 340 SM Alexander diangkat menjadi pejabat Raja Macedonia dan empat tahun kemudian
ia menggantikan ayahnya menjadi Raja macedonia. Setelah Alexander Agung diangkat menjadi raja,
Aristoteles kembali ke Athena dan atas bantuan Raja Alexander, ia mendirikan sekolah sendiri yang
diberi nama Lykeion. Dalam sekolah ini Aristoteles mengajarkan paham dan ilmu-ilmu yang berkembang
pada waktu itu. Ia juga membuat perpustakaan dengan mengumpulkan manuskrip-manuskrip dan peta
bumi. Dalam pengumpulan bahan-bahan ini, Alexander sangat berperan penting, yaitu memerintahkan
kepada semua pemburu, penangkap unggas, dan nelayan di kerajaannya untuk melaporkan kepada
Aristoteles mengenai semua hasil yang menarik dari sudut ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
Aristoteles dan Alexander sebagai murid sampai saat itu cukup harmonis. Keretakan hubungan mereka
baru terjadi ketika Alexander memerintahkan pasukannya untuk membunuh keponakan Aristoteles,
Carlisthenes karena dicuriagai ikut kelompok pemberontak.

Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal dunia. Hal ini menyebabkan suatu gerakan Anti
Macedonia oleh kota-kota yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Macedonia, dan salah
satunya adalan Athena. Karena kedekatan Aristoteles dengan Raja Alexander Agung, maka ia dituduh
10
durhaka. Dengan adanya gejolak ini, Aristoteles terpaksa meninggalkan Athena dan menyerahkan
Sekolah Lykeion kepada muridnya Theopratos. Selanjutnya Aristoteles melarikan diri ke Khalkis, tempat
asal ibunya. Ia tinggal di situ sampai akhirnya jatuh sakit dan meninggal pada usia 62 tahun.

b. Realisme Aristoteles

Dengan memasuki abad ke-20, realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika Utara. Real berarti
yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda - benda atau kejadian - kejadian yang
sungguh sungguh, artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real
menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni
bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada
apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat,
kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis.

Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-
benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada
hubungannya dengan pikiran kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita
lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan
hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan yang belum dicoba
kebenarannya.

Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray mengatakan: “Kita tidak bisa melepaskan diri dari
fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide”. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang
sesuatu benda, suatu fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah
realitas dan ide adalah “bagaimana benda itu nampak pada kita”. Oleh karena itu, maka fikiran kita harus
menyesuaikan diri dengan benda-benda, jika mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita
menjadi benar, jika ide kita cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak
menyesuaikan dengan ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu
menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar. Cara berpikir common sense semacam itu adalah
cara yang realis; cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan “benda” adalah bukan “ide” sebagai
ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan benda itu dari real dan ide itu penampakkan benda
yang benar atau yang keliru. Realisme menegaskan bahwa sikap common sense yang diterima orang
secara luas adalah benar, artinya, bahwa bidang aam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita,
dan bahwa pengalaman kita tidak mengubah watak benda yang kita rasakan

Kecenderungan berfikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan
banyak menggunakan metode empiris. Jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya
bersifat abstrak dan idealisme, maka orientasi yang di kemukakan Aristoteles lebih pada hal-hal yang
kongkret (empiris).

Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan menjadi, ia menerima yang
berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya, yang semua itu berada di dunia pengalaman
sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut sebagai realisme.

Meskipun 20 tahun menjadi Plato, Aristoteles menolak ajaran Plato tentang dunia ide. Menurutnya
tidak ada ide-ide yang abadi. Pemahaman Plato tidak lain adalah bentuk abstrak yang tertanam dalam

11
realitas inderawi. Menurut Aristoteles, ajaran Plato tentang ide-ide merupakan interpretasi salah terhadap
kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal-hal yang empiris.
Untuk menjelaskan kemampuan itu tidak perlu menerima alam ide-ide abadi. Aristoteles menjelaskannya
dengan kemampuan akal budi manusia untuk membuat abstraksi, untuk mengangkat bentuk-bentuk
universal dari realitas empiris individual.

Tidak hanya itu, Aristoteles juga menolak paham Plato tentang ide yang baik dan bahwa hidup yang
baik tercapai dengan kontemplasi atau penyatuan dengan ide yang baik tersebut. Ia beranggapan bahwa
paham yang baik itu sedikitpun tidak membantu seseorang untuk mengetahui bagaimana ia harus bekerja
dengan baik. Apa yang membuat hidup manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas
manusia sendiri.

Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide (atau bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi
tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki sifat
universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua
memiliki berbagai bentuk dan ukuran dan tidak ada dua yang sama. Kami melakukan semua berbagi
sesuatu yang universal yang disebut “kemanusiaan.” Kualitas universal ini tentunya nyata karena itu ada
secara mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal (gagasan atau
esensi), yang merupakan aspek nonmaterial dari setiap objek materi tunggal yang berhubungan dengan
semua benda lain dari grup tersebut.

c. Ajaran Pokok Realisme

Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal: manusia, hewan, tumbuhan,
benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar-benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.

Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.Manusia dapat
menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini.Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek
hukumnya dan hubungannya satu sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan
tindakan manusia.

Proses awal mengetahui adalah dengan sensasi. Sensai adalah tanggapan indera manusia ketika
menangkap objek-objek yang ada. Hasilnya adalah pengalaman indrawi atau data sensori. Kemudian akal
atau pikiran menyortir, merangkai, mengklasifikasi, mengabstraksikan hasil tangkapan indera tersebut.
Proses abstraksi diartikan sebagai bekerjanya akal pikiran untuk mencari unsur-unsur umum segala obyek
yang harus ada dan selalu ditemukan dalam suatu objek. Dan unsur-unsur lain yang bersifat kontingen.
Proses abstraksi ini sangat penting bagi subjek yang ingin mendapatkan pengetahuan yang hakiki tentang
objek tertentu. Sebagai contoh, kita melihat segala jenis kuda, ada kuda zebra, kuda australia, kuda
sumbawa, kuda poni dan sebagainya. Walaupun kuda poni lebih kecil dibandingkan kuda lainnya tetapi
kita tahu bahwa kuda poni termasuk jenis kuda. Sebaliknya, walaupun kita tahu bahwa sapi itu besarnya
sama dengan kuda tapi kita tahu bahwa sapi tidak termasuk golongan kuda. Hal ini disebabkan kita
mengabstraksikan berbagai hewan yang dilihat yang mempunyai unsur unsur umum yang dapat
digolongkan ke dalam jenis hewan bernama kuda. Jadi sebenarnya dalam proses abstraksi itu seseorang
menangkap bentuk umum suatu objek, sedangkan sensasi menghadirkan materi sebuah obyek.

12
Bagi kaum realis, mengetahui adalah dua buah sisi proses yang melibatkan sensasi dan abstraksi.
Proses ini sesuai dengan konsep realis tentang alam raya yang dualistic, tersusun atas materi dan struktur
(komponen dan forma). Bila sensasi diperkenalkan dengan obyek dan memberi kita informasi tentang
aspek material dari obyek ini dan kemudian data masuk ke dalam pikiran kita seperti data yang masuk
kedalamprogram computer. Sekali masuk kedalam pikiran data sensori ini dipilih dipilih den digolongkan
dan didaftar. Melalui sesuatu proses asbtraksi, akal sehat merangkai data dalam dua kategori besar, yang
satu sebagai sesuatu yang harus ada yang selalu ditemukan dalam sebuah objek dan yang lainnya bersifat
kontingen atau kadang-kadang ditemukan dalam sebuah objek. Yang selalu hadir itulah yang harus ada
atau esensial bagi objek, disebut juga bentuk atau struktur. Bentuk adalah objek tepat dari abstraks.

d. Pemikiran dan Pandangan

Pemikiran Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan, pertama ketika ia masih belajar di Akademi
Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika ia memimpin akademi
Lyceum, dan yang terakhir pada waktu ia mengungsi ke daerah Yunani utara, di tempat kelahirannya.
Selama memimpin Lyceum, ia menerbitkan enam karya tulis yang membahas masalah logika, yang
dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika,
etika, politik, ilmu kedokteran, ilmu alam dan karya seni. Memang ciri khas kebudayaan Yunani, yang
selalu ingin mengubah ketidakteraturan menjadi keberaturan, menerapkan keberaturan buatan manusia ke
dalam dunia alami yang kacau. Aristoteles juga berusaha membuat keberaturan dalam sistem
pemerintahan. Ia menciptakan sistem klasifikasi monarki, oligarki, tirani, demokrasi dan republik, yang
masih dipakai hingga sekarang. Di bidang ilmu pengetahuan alam, ia merupakan orang pertama yang
mengelompokkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Observasinya ini
termasuk suatu bentuk dari keberaturan yang ia ciptakan untuk menggambarkan hukum alam dan
keseimbangan pada alam, yaitu metabolisme, perubahan suhu, pemrosesan informasi, embriogenesis, dan
pewarisan sifat. Hingga kini, Metode Aristoteles digunakan oleh ahli biologi moderen ketika menjelajahi
wilayah baru, yaitu dengan mengumpulkan data secara sistematis, menemukan pola, dan membuat
kesimpulan dari penjelasan kausal yang mungkin saja terjadi. Berlawanan dengan Plato, yang
menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak
mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak, ia selalu
mengatakan bahwa semua benda bergerak menuju satu tujuan. Karena benda tidak dapat bergerak dengan
sendirinya, maka harus ada penggerak. Penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya, hingga tiba
pada penggerak pertama yang tak bergerak, yang kemudian disebut dengan theos, yaitu Tuhan dalam
pengertian Bahasa Yunani.

e. Pengaruh Pemikiran Aristoteles

Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam. Di zaman dulu
dan zaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin, Arab, Itali,
Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Kami-kami Yunani yang muncul kemudian, begitu pula filosof-
filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah
pikirannya banyak membawa pengaruh pada filosof Islam dan berabad- abad lamanya tulisan-tulisannya
mendominir cara berpikir Barat. Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka,
mencoba merumuskan suatu perpaduan antara Teologi Islam dengan rasionalisme Aristoteles.
Maimomides, pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme.

13
Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya cendikiawan
Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik pandai abad tengah
yang terpengaruh demikian dalamnya oleh pikiran Aristoteles.

Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah ketika keadaan
sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan Aristoteles lebih
merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan problem lebih lanjut daripada
semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti dan memikirkan ihwal dirinya tak salah
lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.

Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang. Misalnya, dia
mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam. Dia percaya kerendahan
martabatwanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini tentu saja mencerminkan pandangan yang berlaku pada
zaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya,
misalnya kalimatnya “Kemiskinan adalah bapaknya revolusi dankejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa
yang sudah merenungi dalam-dalamseni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium
tergantung pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang
kita kenal sekarang).

Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot. Namun, ada yang berpikir
bahwa pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama sehingga saya menyesal tidak
bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini
terutama akibat amat pentingnya ketiga belas orang yang mendahuluinya dalam urutan. Filsafat
Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato
ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir
pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang
dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika,
Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan
spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa
kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles
menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah
tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang
dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada
penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak
pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa
Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif
(deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran
tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

14
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang
dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Misalkan ada dua pernyataan (premis). Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).

Sokrates adalah manusia (premis minor) Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan
mati.

Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan
skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti
Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan
ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles
sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan
dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.

Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut
Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai
dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan
perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang
akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam
kenyataan.Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang
meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi.

BAB III

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan singkat mengenai pemikiran Plato, dapat kita simpulkan adanya perbedaan yang
cukup mendasar antara keduanya tentang realitas hakiki. Plato ada pada pendapat, bahwa pengalaman
hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan) dalam diri seseorang terhadap apa yang sebenarnya
telah diketahuinya dari dunia idea, — konon sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini.
Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi,

15
maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang
semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.

Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai


dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam
penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Ini adalah persoalan ada (“being”) dan mengada (menjadi,
“becoming”).

Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles sejak masa keemasan
filsafat Yunoni Kuno, hingga pada akhirnya Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan
utama untuk menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan
ibu dari pendekatan sosiologi sastra yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik sastra yang lain.

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat barat pada abad ke-6 SM. Sebelum
Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran
Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-
gejala di dalamnyatanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Selain sebagai filsuf,
Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan
anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos. Pemikiran Thales mengawali pemikiran yang
ilmiah. Thales menggunakan metode yang mengandalkan pola pikir untuk menjelaskan fenomena alam.
Dengan demikian Thales membuka cakrawala pemahaman baru, dimana dunia tidak hanya sekedar
menyebut dewa dewi semata. Pemikiran-pemikiran filsafat Thales: a) Air sebagai prinsip dasar segala
sesuatu Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah dunia ini datar seperti papan yang
mengapung di atas air sehingga kepulauan yang berada di sekitar Miletus dianggap sebagai bukti
kebenaran bahwa bumi ini layaknya papan-papan mengapung di atas air dan semua makhluk hidup
mengandung air. b) Pandangan tentang jiwa Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagad raya ini
mempunyai jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat pada benda hidup, tetapi juga pada benda mati. c) Teorema
Thales Teorema Thales dikenal dalam bidang geometri. d) Pandangan politik Thales menyarankan orang-
orang Lonia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi di kota Teos yang memiliki posisi
sentral di seluruh lonia.

Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut
Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai
dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan
perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang
akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut.

B. DAFTAR PUSTAKA

 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet. II, 2004 (di terjemahkan dari “History
of Western Philosophy and its Connection with Political and social Circumstances from the
Earlies Times to the Present Day” oleh Sigit Jatmiko, dkk),

 Bertens, K. 1979. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

16
 Luxemberg, Jan Van dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia (judul asli Inleiding in
de literatuur Wetenschap. 1982. Muiderberg: Dikck Countinho B.V Vitgever. Diterjemahkan oleh
Dick Hartoko)

 Ravertz, Jerome R. 2007. Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Yogyakarta:
Pelajar Offset (Judul asli The Philosophi of Science. 1982. Oxford University Press,
diterjemahkan oleh Saut Pasaribu)

 Ahmad Tafsir,Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra,(Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,1990)

 Atang abdul Hakim,dkk.Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi(Bandung:CV.Pustaka


Setia,2008)Cet.ke-1

 Teew. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

 Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, 2009

 Maksum, Ali, Pengantaar Filsafat, Yogykarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai