Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan
kesehatan lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang pengaturannya ditujukan dalam
rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya
pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan
lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas
umum.
Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, antara lain Malaria pada tahun 2012 sebanyak
417.819 kasus dan Anual Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69
per1.000 penduduk. Demam Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 90.245
kasus dengan jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR= 0.9). Sedangkan
penemuan Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12 %.
Angka kesakitan diare pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 per
1000 penduduk pada tahun 2006 menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun
2010, hasil survey morbiditas tahun 2006 dan tahun 2010 memperlihatkan bahwa
tidak ada perubahan episode diare pada balita sebesar 1,3 kali (Hasil kajian
morbiditas diare, Depkes, 2012). WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada
peringkat 5 dunia jumlah penderita TB Paru (WHO Global Tuberculosis Control
2010).
Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan
berdampak buruk terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan
permasalahan terhadap penyakit. Hal lain yang menyebabkan meningkatnya
permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses masyarakat
terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban
sehat sebanyak 69% (sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena
meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko Lingkungan, Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai

1
fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam pengaturan
Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat yang
bersifat esensial adalah berupa Pelayanan Kesehatan Lingkungan.Upaya
kesehatan masyarakat esensial tersebut harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan.
Untuk memperjelas lingkup penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas perlu diatur mengenai uraian kegiatan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan sebagai acuan bagi petugas Puskesmas dan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan tersebut.

B. Tujuan
1. Umum
Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
upaya preventif, promotif, dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan.
2. Khusus
a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan dan meningkatnya kualitas
kesehatan lingkungan.
b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku
masyarakat untuk mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan, serta untuk mewujudkan
perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dengan
memberdayakan masyarakat.
C. Sasaran
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23 /1992,Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tempat Umum : Hotel,terminal,pasar,pertokoan, dan usaha- usaha
sjenis
2. Lingkungan Pemukiman : Rumah tinggal,asrama
3. Lingkungan kerja :Perkantoran.kawasan Industri

2
4. Angkutan Umum : Kendaraan darat,laut dan Udara yang digunakan
untuk umu
5. Lingkungan lainya : Misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berda dalam keadaan darurat,bencana perpindahan penduduk
secara besar besaran,reactor/tempat yang bersifat khusus.
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup Kesehatan lingkungan menurut Penilaian Kinerja

Puskesmas Tahun 2016 adalah merupakan pelayanan kesehatan lingkungan

yang meliputi pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi timbulnya

gangguan kesehatan, antara lain :

1. Penyehatan Air

a. Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air

b. Penentuan sumber air, dan perlindungan kesehatan masyarakat dari

pencemaran dan atau pajanan kandungan unsur dari proses

pengolahan air.

c. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air yang tercemar.

2. Penyehatan makanan dan minuman

a. Pemeriksaan kualitas fisik, kimia, mikrobiologi dan parasitologi

b. Perlindungan kesehatan masyarakat dari pencemaran dan atau pajanan

kandungan unsur dari proses pengelolaan makanan

c. Penggerakan masyarakat dalam pengelolaan makanan dan minuman

yang terkontaminasi.

3. Penyehatan perumahan dan sanitasi dasar

4. Pembinaan Tempat tempat umum

5. Klinik sanitasi

6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat/Pemberdayaan masyarakat

E. Batasan Operasional
Pusat kesehatan masyarakatyang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

3
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif

dann rehabilitative, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Sanitarian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan, dan pemberdayaan

masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk

dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan

sehat.

Pelayanan kesehatan lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian

kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat

baik dari aspek fisik, kimia, biologi , maupun social guna mencegah penyakit

dan atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor risiko lingkungan.

Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan

yang dilakukan dalam bentuk :

1. Konseling

Konseling adalah hubungan komunikasi antara tenaga kesehatan

lingkungan dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan

memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.

2. Inspeksi kesehatan lingkungan

Inspeksi kesehatan lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan

pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka

pengawasan berdasarkan standar, norma dan baku mutu yang berlaku

untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat. Inspeksi kesehatan

lingkungandilaksanakan berdasarkan hasil konseling terhadap pasien dan

atau kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit dan atau

kejadian kesakitan akibat factor risiko lingkungan. Inspeksi kesehatan

lingkungan juga dilakukan secara berkala, dalam rangka investigasi

4
kejadian luar biasa (KLB) dan program kesehatan lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Intervensi kesehatan lingkungan

Intervensi kesehatan lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan

dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik

dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun social, yang dapat berupa :

a. Komunikasi, informasi, dan edukasi, serta pergerakan/pemberdayaan

masyarakat.

b. Perbaikan dan pembangunan sarana

c. Pengembangan teknologi tepat guna

d. Rekayasa lingkungan

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber daya Manusia ( PMK 75)
Setiap puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan,

pelayanan kesehatan lingkungan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

paripurna yang diberikan kepada pasien. Pelayanan kesehatan lingkungan

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

No Jenis Standart Pendidikan Kompetensi


ketenagaan jumlah
1 DIII Kesehatan 1 D3 Kesehatan D3 Kesehatan
lingkungan dan Lingkungan Lingkungan
tidak merangkap

B. Distribusi Ketenagaan( berbentuk bagan) kapus,pj UKM, pengelola


program
Kepala Puskesmas

Penanggung Jawab
Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM)

Penanggung Jawab Penanggung Jawab


UKM Essensial UKM Pengembangan

Pengelola Program
Kesehatan Lingkungan

6
C. Jadwal Kegiatan
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan setiap hari kerja, yang meliputi

pelayanan :

1. Konseling setiap hari kerja mulai pukul 07.00 sd 10.00 WIB

2. Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan secara insidental

3. Intervensi kesehatan lingkungan menyesuaikan perjanjian dengan pemilik

sarana

D. Landasan Hukum

Regulasi yang menjadi landasan hukum dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan lingkungan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang


Perumahan dan Permukiman.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang


Pengelolaan Sampah

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Lingkungan.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-


Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 258 Tahun 1992


Tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374 Tahun 2010


Tentang Pengendalian Vektor.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010


Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736 Tahun 2010


Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1031 Tahun 2011
Tentang Batas Maksimum Cemaran Radioaktif Dalam Pangan.

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.

7
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096 Tahun 2011
Tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga.

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012


Tentang Bahan Tambahan Pangan.

14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1 Tahun 2013


Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan
Pesantren.

15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013


Tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan.

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013


Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian.

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2013


Tentang Penyelenggaraan tindakan Hapus Tikus Dan Hapus Serangga
Pada Alat Angkut Di Pelabuhan, Bandar Udara Dan Pos Lintas Batas
Darat.

18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013


Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan Pembinaan Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan.

19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014


Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014


Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum.

21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Puskesmas.

22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015


Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas.

23. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur negara Nomor 19


Tahun 2000 (2006) Tentang Jabatan Fungsional sanitarian dan Angka
Kreditnya.

24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun


2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.

25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942 Tahun 2003
Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.

27. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098 Tahun


2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran.
8
28. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 Tahun 2004
Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

29. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun


2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

30. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1206 Tahun


2004 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Sanitarian dan Angka
Kreditnya.

31. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428 Tahun


2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas

32. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429 Tahun


2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.

33. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.

34. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852 Tahun 2008
Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan

9
B. Standart Fasilitas
Standar Fasilitas

1. Ruang untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain

2. Laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan laboratorium

yang ada di puskesmas

3. Peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan lingkungan

4. Media komunikasi, informasi dan edukasi

5. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 Tentang

Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian.

Daftar Peralatan Kesehatan Lingkungan dan Pengguna

10
Pengguna Peralatan
Asiste Teknisi
N Teknisi Teknisi
Nama Alat/Peralatan n Sanitar
o Sanitar Sanitar Sanitar
Teknisi ian
ian ian ian
Sanitar Pratam
Madya Utama
ian a
Water Contamination
1 √ √ √
Monitoring Test Kit
Water Quality GPS Multi
2 √ √ √
Parameter
3 Simple Water Test Kit √ √ √
4 Waste Water Test Kit √ √ √
Water Test Kit for
5 √ √ √
Microbiology
Public Places Inspection
6 √ √ √
Test Kit
Environment Air Quality
7 √ √ √
Monitoring
Indoor Air Inspection Test
8 √ √ √
Kit
Complete Multi Gas
9 √ √ √
Monitor for Ambient
Hospital Air Contamination
10 √ √ √
Test
Stack Gas and Dust
11 √ √ √
Sampler
12 Portable Gas Sampler √ √ √
13 Radiation Inspection Kit √ √
14 Soil Test Kit √ √ √
Digital Soil Monitoring Test
15 √ √ √
Kit
Kitchen Hygiene
16 √ √ √
Inspection Kit
Microbiology Food
17 √ √ √
detection Kit
Portable Food
18 √ √ √
Contamination Test Kit
19 Food Detection Kit √ √ √
20 Sanitarian Field Kit √ √ √
21 Surveillance Vector Kit √ √ √ √
22 Cholinesterase Test Kit √ √
Portable Digital System
23 √ √ √
Cholinesterase Test
24 Visual Inspection Kit √ √

BAB IV
TATA LAKSANA

11
A. Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan di dalam gedung dan diluar

gedung yang meliputi kegiatan pengamatan, pengawasan dan pemberdayaan

masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk

dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan

sehat.

B. Metode Pelayanan Kesehatan Lingkungan

Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan di dalam


gedung dan luar gedung Puskesmas, meliputi:
1. Konseling;
Alur kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dapat dilihat
pada skema dengan uraian berikut:
Pelayanan Pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan.
 Pasien mendaftar di ruang pendaftaran.
 Petugas pendaftaran mencatat/mengisi kartu status.
 Petugas pendaftaran mengantarkan kartu status tersebut ke petugas ruang
pemeriksaan umum.
 Petugas di ruang pemeriksaan umum Puskesmas (Dokter, Bidan, Perawat)
melakukan pemeriksaan terhadap Pasien.
 Pasien selanjutnya menuju Ruang Promosi Kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan Konseling.
 Untuk melaksanakan Konseling tersebut, Tenaga Kesehatan Lingkungan
mengacu pada Contoh Bagan dan Daftar Pertanyaan Konseling
(terlampir).
 Hasil Konseling dicatat dalam formulir pencatatan status kesehatan
lingkungan dan selanjutnya Tenaga Kesehatan Lingkungan memberikan
lembar saran/tindak lanjut dan formulir tindak lanjut Konseling kepada
Pasien.
 Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut
Konseling.
 Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau hasil
surveilans kesehatan menunjukkan kecenderungan berkembang atau
meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko

12
Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji Inspeksi
Kesehatan Lingkungan.
 Setelah Konseling di Ruang Promosi Kesehatan, Pasien dapat mengambil
obat di Ruang Farmasi dan selanjutnya Pasien pulang.
Pelayanan Pasien yang datang untuk berkonsultasi masalah kesehatan
lingkungan (dapat disebut Klien)
 Pasien mendaftar di Ruang Pendaftaran.
 Petugas pendaftaran memberikan kartu pengantar dan meminta Pasien
menuju ke Ruang Promosi Kesehatan.
 Pasien melakukan konsultasi terkait masalah kesehatan lingkungan atau
penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko
Lingkungan.
 Tenaga Kesehatan Lingkungan mencatat hasil Konseling dalam formulir
pencatatan status kesehatan lingkungan, dan selanjutnya memberikan
lembar saran atau rekomendasi dan formulir tindak lanjut Konseling untuk
ditindak lanjuti oleh Pasien.
 Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut
Konseling.
 Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor
Risiko Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji dengan
Pasien untuk dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan selanjutnya
Pasien dapat pulang.
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan

Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan


Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat
tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap.
Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan
Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang
menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas
Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa. Terkait hal ini Lintas Program
Puskesmas berperan dalam:
a. Melakukan sinergisme dan kerja sama sehingga upaya promotif, preventif
dan kuratif dapat terintegrasi.
b. Membantu melakukan Konseling dan pada waktu kunjungan rumah dan
lingkungan.

13
c. Apabila di lapangan menemukan penderita penyakit karena Faktor Risiko
Lingkungan, harus melaporkan pada waktu lokakarya mini Puskesmas,
untuk diketahui dan ditindaklanjuti.

3. Intervensi Kesehatan Lingkungan


Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan,
pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, yang dapat
berupa:
- komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
- perbaikan dan pembangunan sarana;
- pengembangan teknologi tepat guna; dan
a. rekayasa lingkungan.
Dalam pelaksanaannya Intervensi Kesehatan Lingkungan harus
mempertimbangkan tingkat risiko berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan.Pada prinsipnya pelaksanaan Intervensi Kesehatan Lingkungan
dilakukan oleh Pasien sendiri.Dalam hal cakupan Intervensi Kesehatan
Lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan bersama pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat/swasta.

A. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta Penggerakan/Pemberdayaan


Masyarakat.
Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan prilaku masyarakat terhadap masalah
kesehatan dan upaya yang diperlukan sehingga dapat mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan akibat Faktor Risiko Lingkungan. KIE dilaksanakan
secara bertahap agar masyarakat umum mengenal lebih dulu, kemudian menjadi
mengetahui, setelah itu mau melakukan dengan pilihan/opsi yang sudah disepakati
bersama.
Pelaksanaan penggerakan/pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui kerja bersama (gotong
royong) melibatkan semua unsur masyarakat termasuk perangkat pemerintahan
setempat dan dilakukan secara berkala.
Contoh:

14
 Pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan lingkungan
pada permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas
umum;
 Pelatihan masyarakat untuk 3M (menutup, menguras, dan mengubur),
pembuatan sarana sanitasi dan sarana pengendalian vektor;
 Pemicuan, pendampingan, dan percontohan untuk menuju Sanitasi Total
pada kegiatan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat/STBM;
 Gerakan bersih desa;

B. Perbaikan dan Pembangunan Sarana


Perbaikan dan pembangunan sarana diperlukan apabila pada hasil Inspeksi
Kesehatan Lingkungan menunjukkan adanya Faktor Risiko Lingkungan penyebab
penyakit dan/atau gangguan kesehatan pada lingkungan dan/atau rumah
Pasien.Perbaikan dan pembangunan sarana dilakukan untuk meningkatkan akses
terhadap air minum, sanitasi, sarana perumahan, sarana pembuangan air limbah
dan sampah, serta sarana kesehatan lingkungan lainnya yang memenuhi standar
dan persyaratan kesehatan lingkungan.
Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat memberikan desain untuk perbaikan dan
pembangunan sarana sesuai dengan tingkat risiko, dan standar atau persyaratan
kesehatan lingkungan, dengan mengutamakan material lokal.
Contoh perbaikan dan pembangunan sarana sebagai berikut:
 penyediaan sarana cuci tangan dengan material bambu;
 pembuatan saringan air sederhana;
 pembuatan pasangan/cincin pada bibir sumur untuk mencegah kontaminasi
air dan berkembangbiaknya vektor;
 pemasangan genteng kaca untuk pencahayaan ruangan;
 pembuatan tangki septik, pembuatan ventilasi, plesteran semen pada lantai
tanah, dan pembuatan sarana air bersih yang tertutup.
C. Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Pengembangan teknologi tepat guna merupakan upaya alternatif untuk
mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyebab penyakit dan/atau
gangguan kesehatan.Pengembangan teknologi tepat guna dilakukan dengan
mempertimbangkan permasalahan yang ada dan ketersediaan sumber daya
setempat sesuai kearifan lokal.
Pengembangan teknologi tepat guna secara umum harus dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat, memanfaatkan sumber daya yang ada, dibuat sesuai
kebutuhan, bersifat efektif dan efisien, praktis dan mudah

15
diterapkan/dioperasionalkan, pemeliharaannya mudah, serta mudah
dikembangkan.
Contoh:
 pembuatan saringan pasir cepat/lambat untuk mengurangi kekeruhan
dan/atau kandungan logam berat dalam air;
 pembuatan kompos dari sampah organik;
 pengolahan air limbah rumah tangga untuk ternak ikan;
D. Rekayasa Lingkungan
Rekayasa lingkungan merupakan upaya mengubah media lingkungan atau
kondisi lingkungan untuk mencegah pajanan agen penyakit baik yang bersifat fisik,
biologi, maupun kimia serta gangguan dari vektor dan binatang pembawa penyakit.
Contoh rekayasa lingkungan:
 menanam tanaman anti nyamuk dan anti tikus;
 pemeliharaan ikan kepala timah atau guppy;
 pemberian bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang tidak
tertutup;
 membuat saluran air dari laguna ke laut agar ada peningkatan salinitas.

C. Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Mempersiapkan tempat untuk pelayanan kesehatan lingkungan dalam

gedung

b. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan

lingkungan dalam gedung dan luar gedung

2. Perencanaan

a. Menyusun rencana usulan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan

b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan

lingkungan

c. Menyusun panduan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan

d. Menyusun kerangka acuan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan

e. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pelayanan kesehatan

lingkungan

3. Pelaksanaan

16
a. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan sesuai

dengan jadual yang sudah tersusun.

b. Menyusun laporan hasil kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan

4. Monitoring

a. Monitoring pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan yang terkait

dengan kegiatan lintas program dan lintas sector.

b. Monitoring pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan

terkait dengan jadual kegiatan

5. Evaluasi

a. Evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan

b. Evaluasi terhadap target pelayanan kesehatan lingkungan

BAB V

LOGISTIK

17
Kebutuhan dana dan logistic untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan

direncanakan dalam perencanaan tahunan puskesmas sesuai dengan tahapan

kegiatan dan metode yang digunakan.

1. Konseling

Dalam Kegiatan Konseling logistic yang diperlukan yaitu bukun register

klinik sanitasi, kartu status pasien klinik sanitasi,leflet,lembar balik

penyuluhan kesehatan lingkungan

2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan

Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan


Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang
menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas
Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa. Terkait hal ini Lintas Program
Puskesmas berperan dalam:
a. Melakukan sinergisme dan kerja sama sehingga upaya promotif, preventif
dan kuratif dapat terintegrasi.
b. Membantu melakukan Konseling dan pada waktu kunjungan rumah dan
lingkungan.
c. Apabila di lapangan menemukan penderita penyakit karena Faktor Risiko
Lingkungan, harus melaporkan pada waktu lokakarya mini Puskesmas,
untuk diketahui dan ditindaklanjuti.
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan  tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Intervensi Kesehatan Lingkungan
adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan pengendalian untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial, yang dapat berupa:
d. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
e. perbaikan dan pembangunan sarana;
f. pengembangan teknologi tepat guna; dan
b. rekayasa lingkungan.
Dalam pelaksanaannya Intervensi Kesehatan Lingkungan harus
mempertimbangkan tingkat risiko berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan.Pada prinsipnya pelaksanaan Intervensi Kesehatan Lingkungan

18
dilakukan oleh Pasien sendiri.Dalam hal cakupan Intervensi Kesehatan
Lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan bersama pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat/swasta.

C. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta Penggerakan/Pemberdayaan


Masyarakat.
Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan prilaku masyarakat terhadap masalah
kesehatan dan upaya yang diperlukan sehingga dapat mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan akibat Faktor Risiko Lingkungan. KIE dilaksanakan
secara bertahap agar masyarakat umum mengenal lebih dulu, kemudian menjadi
mengetahui, setelah itu mau melakukan dengan pilihan/opsi yang sudah disepakati
bersama.
Pelaksanaan penggerakan/pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui kerja bersama (gotong
royong) melibatkan semua unsur masyarakat termasuk perangkat pemerintahan
setempat dan dilakukan secara berkala.
Contoh:
 Pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan lingkungan
pada permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas
umum;
 Pelatihan masyarakat untuk 3M (menutup, menguras, dan mengubur),
pembuatan sarana sanitasi dan sarana pengendalian vektor;
 Pemicuan, pendampingan, dan percontohan untuk menuju Sanitasi Total
pada kegiatan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat/STBM;
 Gerakan bersih desa;
D. Perbaikan dan Pembangunan Sarana
Perbaikan dan pembangunan sarana diperlukan apabila pada hasil Inspeksi
Kesehatan Lingkungan menunjukkan adanya Faktor Risiko Lingkungan penyebab
penyakit dan/atau gangguan kesehatan pada lingkungan dan/atau rumah
Pasien.Perbaikan dan pembangunan sarana dilakukan untuk meningkatkan akses
terhadap air minum, sanitasi, sarana perumahan, sarana pembuangan air limbah
dan sampah, serta sarana kesehatan lingkungan lainnya yang memenuhi standar
dan persyaratan kesehatan lingkungan.
Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat memberikan desain untuk perbaikan dan
pembangunan sarana sesuai dengan tingkat risiko, dan standar atau persyaratan
kesehatan lingkungan, dengan mengutamakan material lokal.
Contoh perbaikan dan pembangunan sarana sebagai berikut:

19
 penyediaan sarana cuci tangan dengan material bambu;
 pembuatan saringan air sederhana;
 pembuatan pasangan/cincin pada bibir sumur untuk mencegah kontaminasi
air dan berkembangbiaknya vektor;
 pemasangan genteng kaca untuk pencahayaan ruangan;
 pembuatan tangki septik, pembuatan ventilasi, plesteran semen pada lantai
tanah, dan pembuatan sarana air bersih yang tertutup.
E. Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Pengembangan teknologi tepat guna merupakan upaya alternatif untuk
mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyebab penyakit dan/atau
gangguan kesehatan.Pengembangan teknologi tepat guna dilakukan dengan
mempertimbangkan permasalahan yang ada dan ketersediaan sumber daya
setempat sesuai kearifan lokal.
Pengembangan teknologi tepat guna secara umum harus dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat, memanfaatkan sumber daya yang ada, dibuat sesuai
kebutuhan, bersifat efektif dan efisien, praktis dan mudah
diterapkan/dioperasionalkan, pemeliharaannya mudah, serta mudah
dikembangkan.
Contoh:
 pembuatan saringan pasir cepat/lambat untuk mengurangi kekeruhan
dan/atau kandungan logam berat dalam air;
 pembuatan kompos dari sampah organik;
 pengolahan air limbah rumah tangga untuk ternak ikan;
F. . Rekayasa Lingkungan
Rekayasa lingkungan merupakan upaya mengubah media lingkungan atau
kondisi lingkungan untuk mencegah pajanan agen penyakit baik yang bersifat fisik,
biologi, maupun kimia serta gangguan dari vektor dan binatang pembawa penyakit.
Contoh rekayasa lingkungan:
 menanam tanaman anti nyamuk dan anti tikus;
 pemeliharaan ikan kepala timah atau guppy;
 pemberian bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang tidak
tertutup;
 membuat saluran air dari laguna ke laut agar ada peningkatan salinitas.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

20
Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang
terbaik untuk mencapai luaran yang optimum. (The Canadian Patient Safety
Dictionary, October 2003). Keselamatan sasaran menghindarkansasaran dari
potensi masalah dalam pelayanan promosi kesehatan yang sebenarnya bertujuan
untuk membantu sasaran.

Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan


sasaran pelayanan kesehatan lingkungan Puskesmas Tunjung, meningkatnya
akuntabilitas (tanggung jawab) petugas kesehatan lingkungan terhadap sasaran,
menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan), serta terlaksananya program-
program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak
diharapkan).

Sasaran keselamatan sasaran pelayanan Kesehatan Lingkungan


sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :

1) Ketepatan identifikasi sasaran;


Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan promosi
kesehatan sesuai rencana kegiatan unit pelayanan kesehatan lingkungan
yang telah disusun.

2) Peningkatan komunikasi yang efektif


Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran
kesehatan lingkungan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi di akhir pelayanan promosi
kesehatan dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah memahami
informasi yang diberikan.

3) Peningkatan keamanan sarana kesehatan lingkungan


Memantau lokasi, bangunan dan material kesehatan lingkungan yang dapat
membahayakan keselamatan sasaran kesehatan lingkungan.

4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran Menyusun dan


menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan kesehatan
lingkungan untuk menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran
pelayanan kesehatan lingkungan
5) Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan Kesehatan Lingkungan
Resiko psikososial seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat terjadi
selama pelayanan promosi kesehatan berlangsung. Untuk meminimalisir

21
bahkan menghindari hal tersebut diperlukan komitmen bersama sasaran,
memilih metoda yang tepat dan memberikan reward.

6) Pengurangan risiko sasaran jatuh/terluka


Memilih dan memantau lokasi pelayanan kesehatan lingkungan untuk
menghindari sasaran mengalami cedera baik dalam perjalanan maupun
selama dalam ruangan menerima pelayanan kesehatan lingkungan.

 Sistem Keselamatan Sasaran Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan


dengan melakukan assesment resiko, identifikasi resiko, dampak dan menyusun
implementasi solusi untuk mengendalikan atau meminimalkan timbulnya resiko.

Sistem Keselamatan Sasaran Unit Pelayanan kesehatan lingkungan

N LOKASI RISIKO SASARAN DAMPAK/ PENGENDALIAN


O AKIBAT
1 Dalam gedung Salah memahami Salah menerapkan  Menyampaikan
informasi yang informasi yang materi yang benar
diterima diterima dan jelas
menggunakan
metoda yang tepat.
 Mengevaluasi hasil
penyuluhan
Fisik (dinding, lantai,  Sakit akibat  Pemantauan
pencahayaan, tersandung berkala fisik
suhu/kelembaban, terpeleset, bangunan
kebisingan) tertabrak  Rambu peringatan
 Kepanasan,
pengap
 Kenyamanan
terganggu
2 Luar gedung Transportasi menuju Kecelakaan lalu  Pemilihan lokasi
lokasi Intervensi lintas yang mudah dan
lingkungan aman dijangkau
sasaran
Psikososial  Mengantuk  Membangun
 Pusing komitmen bersama
 Bosan  Penyampaian
 Lelah materi efektif dan
efisien
 Pemilihan metoda
promosi kesehatan
lingkungan yang
tepat

BAB VII

22
KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
dilaksanakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa
Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung Puskesmas.
Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko
dan dampak atau akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu
upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya.
Penyelenggaraan kesehatan kerja petugas di unit pelayanan Promosi Kesehatan
Puskesmas Tunjung adalah sebagai berikut :
Sistem Keselamatan Kerja Unit Pelayanan Kesehatan Lingkungan
N LOKASI POTENSI DAMPAK/ PENGENDALIAN
O BAHAYA/ AKIBAT
FAKTOR RISIKO
1 Dalam Kesalahan Menurunkan Menggunakan
gedung informasi yang tingkat referensi / rujukan
diberikan melalui kepercayaan terpercaya/resmi.
media promosi sasaran
kesehatan
Fisik (dinding,  Sakit akibat  Pemantauan
lantai, tersandung berkala
pencahayaan, terpeleset,  Rambu
suhu/kelembaban, tertabrak peringatan
kebisingan)  Kepanasan, 
pengap
 Kenyamanan
terganggu
2 Luar Transportasi Kecelakaan lalu  Penggunaan APD
gedung menuju lokasi lintas di perjalanan
sasaran kerja  Pemeliharaan
kendaraan
operasional
secara rutin
Beban kerja  Stress kerja  Membangun
 Pusing komitmen
 Bosan bersama
 Lelah  Pengorganisasian
kerja
 Intensif/reward
 Refreshing

23
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur
dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada sasaran.  Pengendalian
mutu pada unit pelayanan promosi kesehatan Puskesmas Tunjung diperlukan agar
terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai
sasaran.Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui
berbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang
dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan
menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau
kaizen mutu pelayanan promosi kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk
suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya
mengacu pada upaya peningkatan mutu.

Pada unit pelayanan kesehatan Lingkungan Puskesmas Tunjung kegiatan


pelayanan Kesehatan lingkungan dimulai dari pendataan/survey sasaran dan
kebutuhan sasaran, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan
kegiatan, penyusunan dokumen pelaporan kegiatan, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan rencana tindak lanjut hasil
evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan disusun standar operasional
prosedur (SOP) untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang sesuai standar
pelayanan. Evaluasi dan rencana tindak lanjut dilaksanakan untuk mengatasi
adanya kesenjangan antara perencanaan dan hasil kegiatan. Hasil kegiatan
didokumentasikan secara periodik. Adapun jadwal tahap kegiatan unit pelayanan
Kesehatan lingkungan Puskesmas Tunjung adalah sebagai berikut :

Tahap Kegiatan Unit Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tunjung

24
NO. KEGIATAN WAKTU KETERANGAN

Pendataan sasaran dan Desember tahun Petugas promosi


1.
kebutuhannya sebelumnya kesehatan

Penyusunan rencana Bersama lintas program


2. Januari
kegiatan

3. Pelaksanaan kegiatan Januari - Desember Bersama jaringan

Penyusunan dokumen Februari – Petugas promosi


4.
pelaporan kegiatan Desember kesehatan

Monitoring dan Evaluasi Bersama pimpinan


Februari -
5. kegiatan dan hasil
Desember
kegiatan

Penyusunan rencana Februari – Pengelola program


6.
tindak lanjut Desember kesehatan lingkungan

25
BAB IX

PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas Tunjung dan lintas

program/lintas sector terkait dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan

di puskesmas. Keberhasilan pelayanan kesehatan lingkungan tergantung pada

komitmen yang kuat dari semua pihak sehingga terwujud kualitas lingkungan yang

sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun social guna mencegah penyakit

dan atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh factor risiko lingkungan.

Lumajang, Januari 2017

Kepala Puskesmas Tunjung

dr. Tanti Umiyati

NIP. 19710503 2000503 2 009

26
27

Anda mungkin juga menyukai