Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PAKAN

“ Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik “

Oleh:

Kelas D

Kelompok 8

Kinanty Vemara 200110180208

Jundi Fauzan M 200110180252

Hadita Hegar Athina 200110180298

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK UNGGAS NON RUMINANSIA


DAN INDUSTRI MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum “Pengolahan

Bahan Pakan Secara Fisik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata

kuliah Teknologi Pakan.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada

dosen Teknologi Pakan yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan

praktikum ini serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

laporan akhir ini.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar ke

depannya laporan akhir ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan akhir

ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Sumedang, 13 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................. v

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 6
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 7
1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................... 7
1.4 Waktu dan Tempat............................................................................ 7

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan................................................................................................. 8
2.2 Jagung ............................................................................................... 8
2.3 Penggilingan ..................................................................................... 9
2.4 Penyaringan ...................................................................................... 10
2.5 Pengeringan ...................................................................................... 10
2.6 Kadar Air .......................................................................................... 11
2.7 Densitas............................................................................................. 12

III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA


3.1 Alat dan Bahan ................................................................................. 13
3.1.1 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Tinggi .................. 13
3.1.2 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Rendah ................ 13
3.1.3 Evaluasi Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik .................... 13
3.2 Prosedur Kerja .................................................................................. 14
3.2.1 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Tinggi .................. 14
3.2.2 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Rendah ................ 14
3.2.3 Evaluasi Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik .................... 15

iii
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik ............................................ 17
4.1.1 Hasil Pengamatan ................................................................... 17
4.1.2 Pembahasan ............................................................................ 19
4.2 Evaluasi Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik .............................. 23
4.2.1 Hasil ........................................................................................ 23
4.2.2 Pembahasan ............................................................................ 25

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30

LAMPIRAN ................................................................................................. 32

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Tabel 1. Produktivitas Mesin Hammer Mill dengan Kadar Air Tinggi ... 17
Tabel 2. Proporsi Ukuran Partikel Jagung dalam (%) dengan Kadar
Air Tinggi .................................................................................... 17
Tabel 3. Produktivitas Mesin Hammer Mill dengan Kadar Air Rendah ... 18
Tabel 4. Proporsi Ukuran Partikel Jagung dalam (%) dengan Kadar
Air Rendah .................................................................................. 19
Tabel 5. Uji Volume ................................................................................. 23
Tabel 6. Berat Benis Bahan....................................................................... 24
Tabel 7. Densitas Tepung Jagung ............................................................. 24

v
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kualitas nutrisi dalam bahan pakan terus menurun seiring waktu yang

diakibatkan karena banyak faktor, sehingga perlu adanya pengolahan bahan pakan

agar menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan kandungan nutrisi

pada bahan pakan tersebut. Pengolahan pakan dapat dilakukan dengan cara

mekanik, teknis, kimia, biologis bahkan campuran dari berbagai pengolahan.

Proses pengolahan secara fisik adalah pengolahan bahan pakan dari

bentuk fisiknya dengan menggunakan mesin atau alat bantu yang mengubah

bentuk asli dari bahan pakan tersebut menjadi bahan pakan yang mudah

digunakan. Pengolahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah penggilingan

dan juga penyaringan. Hasil pengolahan secara fisik tersebut akan mengubah

bentuk dan ukuran partikel sehingga sangat berhubungan dengan densitas.

Densitas akan mempengaruhi banyaknya pakan yang akan disajikan, keuntungan

dan palatabilitas ternak, dan sangat berhubungan dengan penyimpanan bahan

pakan.

Pengolahan secara fisik salah satunya, yaitu dilakukan pengeringan.

Pengeringan ini sangat penting karena dapat mengurangi kandungan air dan resiko
kerusakan bahan sehingga dapat dipertahankan kualitasnya. Pengetahuan

mengenai pengolahan bahan pakan ini merupakan hal yang penting dalam

penyediaan pakan ternak, maka dilakukan praktikum mengenai Pengolahan Bahan

Pakan secara Fisik yang meliputi penggilingan, penyaringan, menghitung densitas

dan pengeringan.
7

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pengolahan bahan pakan secara fisik dengan kadar air yang

tinggi sekitar 16-18% sebelum pengeringan?

2. Bagaimana pengolahan bahan pakan secara fisik dengan kadar air yang

rendah sekitar 10-12% setelah pengeringan?

3. Bagaimana evaluasi hasil pengolahan bahan pakan secara fisik?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui pengolahan bahan pakan secara fisik dengan kadar air yang

tinggi sekitar 16-18% sebelum pengeringan.


2. Mengetahui pengolahan bahan pakan secara fisik dengan kadar air yang

rendah sekitar 10-12% setelah pengeringan.

3. Mengatahui evaluasi hasil pengolahan bahan pakan secara fisik

1.4 Waktu dan Tempat

Hari, Tanggal : Selasa, 15, 22, dan 29 September 2020

Waktu : 12.30 – 14.30 WIB

Tempat : Aplikasi Google Classroom dan Google Meeting


7

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian

atau seluruhnya, dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut

pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas dan

tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal, 1994).

Kebutuhan pakan terkait erat dengan jenis ternak, umur ternak, tingkat produksi.
Konsumsi bahan kering pakan ditentukan oleh tubuh ternak. Macam ransum,

umur, penyakit, lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient tertentu

(Tillman, 1998).

Berdasarkan bentuknya dan fisiknya, bahan baku ternak digolongkan

menjadi empat kategori, yaitu : bentuk butiran, tepung pellet dan bentuk cairan.

Bentuk butiran umumnya lebih disukai unggas, seperti bahan baku pakan jagung,

gandum, sorghum dan lain-lain. Bentuk tepung umumnya diperoleh dari bahan

baku seperti bekatul, dedak gandum, tepung tulang, tepung ikan dan lain-lain

dengan komposisi ekonomis 25% - 35% (Murtidjo, 2003).

2.2 Jagung

Jagung atau bisa disebut dengan maize adalah makanan serta pakan

penting dibelahan bumi bagian barat. Jagung dapat tumbuh diberbagai kondisi

iklim. Sejak zaman pra sejarah, jagung telah menjadi makanan pokok bangsa

Meksiko dan Amerika Latin. Kata maize dalam perdagangan global lebih sering

digunkaan daripada jagung. Meksiko merupakan Negara tempat jagung berasal.


9

Meksiko memiliki banyak varietas jagung, yaitu sebanyak 65. Tanaman jagung

merupakan tanaman biji-bijian yang lain (Malti dkk, 2011).

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap

perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh

hingga ketinggian 3 meter, jagung memiliki nama latin zea mays. Tidak seperti

tanaman biji-bijian lain, tanaman jagung merupakan satu-satunya tanaman yang

buga jantan dan betinanya terpisah (Belfied dan Brown, 2008).

Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300

mm perbulan. Curah hujan kurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan


kerusakan pada tanaman jagung, namun demikian, factor dari kelembapan tanah

juga berdampak pada berkurangnya hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).

2.3 Penggilingann

Penggilingan hasil pertanian terutama yang berbentuk biji-bijian untuk

dibuat tepung dapat dilakukan secara kecil-kecilan (tradisional) yang dilakukan

secara basah dan secara besar-besaran (menggunakan mesin penggiling) yang

dilakukan dengan proses kering. Tepung yang dihasilkan dari proses kering lebih

baik mutunya dan bisa langsung dikemas (Pratomo, dkk., 1982).

Penggilingan dengan proses shearing dapat dilakukan dengan

menggunakan mesin penggiling tipe disk mill (cakram) yang merupakan proses

penggilingannya menggunakan gaya tekan dan sobek. Penggilingan dengan mesin

disk mill akan menghasilkan produk yang lebih halus dan seragam. Sebelum

dilakukan proses penggilingan ada beberapa pertimbangan yang harus

diperhatikan yaitu varietas, kekerasan bahan, struktur mekanis dan kadar air bahan

(Wirakartakusumah, dkk., 1992).


10

2.4 Penyaringan

Penyaringan atau screening adalah suatu unit operasi dimana suatu

campuran dari berbagai jenis ukuran partikel padat dipisahkan ke dalam dua atau

lebih bagian-bagian kecil dengan cara melewatkannya di atas screen (ayakan)

(Fellows, 2000). Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan screen yaitu

kapasitas (kecepatan hasil yang diinginkan), kisaran ukuran (size range), sifat

bahan (densitas, kemudahan mengalir/flowability), unsur bahaya bahan (mudah

terbakar, berbahaya, debu yang ditimbulkan), ayakan kering atau basah (Taggart,

1927).
Saringan bertingkat dengan nilai mesh sama akan memperbaiki kualitas

dan keseragaman hasil, sedangkan saringan bertingkat dengan nilai mesh berbeda

akan menghasilkan beberapa produk dengan keseragaman berbeda. Shaker screen

ini akan menghasilkan 2 output yaitu over size, dan under size. Over size

merupakan ukuran yang lebih besar dari lubang ayakan yang berada diatas lubang

ayakan dan under size adalah ukuran lebih kecil dari lubang ayakan sehingga

produk dapat lolos melalui lubang-lubang kecil ayakan yang berada dibawah dari

ayakan tersebut. Prinsip kerja dari alat shaker screen adalah proses pengayakan

dengan cara menggoyangkan atau mengayunkan. Screen yang sering disebut

pengayakan dan shaker yaitu goyangan( Fellows, 2000).

2.5 Pengeringan

Pengeringan merupakan operasi pengurangan kadar air bahan padat

sampai batas tertentu sehingga bahan tersebut bebas terhadap serangan

mikroorganisme, enzim, dan insekta yang merusak. Secara lebih luas,

pengeringan merupakan proses yang terjadi secara simultan (serempak) antara


11

perpindahan panas dari udara pengeringan ke bahan yang dikeringkan dan terjadi

penguapan uap air dari bahan yang dikeringkan. Pengeringan dapat terjadi karena

adanya perbedaan kelembapan (humidity) antara udara kering dengan bahan yang

dikeringkan (Wirakartakusumah, 1992).

Pengeringan terhadap bahan pangan harus diusahakan agar suhu yang

digunakan tidak terlalu tinggi untuk mencegah proses-proses kimia yang tidak

diinginkan, seperti reaksi browning.Penggunaan suhu yang tidak terlalu tinggi

diimbangi dengan waktu yang tidak sebentar agar mencapai kondisi yang

maksimal. Penggunaan suhu yang terlalu rendah harus dihindari agar bahan
pangan tidak mengkerut dan jangan pula terlalu tinggi agar bahan pangan tidak

mengalami kondisi pengeringan yang tidak merata. Pengeringan juga harus

meminimalisasikan senyawa-senyawa yang volatil karena dengan terjadinya

oksidasi khususnya lemak dapat menimbulkan ancidity (Yuni, 2010).

2.6 Kadar Air

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Tingkat konsumsi

dipengaruhi oleh faktor ternak, faktor pakan, dan faktor lingkungan. Faktor

lingkungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan yang

berpengaruh langsung pada hewan (kelembapan, sinar matahari) dan faktor

lingkungan yang berpengaruh tidak langsung adalah kadar air dan zat makanan lain.

(Darakkasu 1995). Kadar air akan dipengaruhi oleh proses pengolahan secara fisik,

besarnya gesekan bahan yang terjadi selama proses penggilingan akan

menghasilkan panas sehingga mengakibatkan terjadinya penguapan air dari bahan

(Taib dkk, 1987). Wirakartakusumah dkk (1982) menyatakan bahwa kadar air
12

bahan dapat menyebabkan melekatnya hasil gilingan pada permukaan saringan

dan alat penggiling sehingga dapat mengakibatkan menurunya rendemen. Ratna

(2013) menyatakan bahwa secara umum semakin besar kadar air biji jagung

semakin besar pula kapasitas giling yang dihasilkan.

2.7 Densitas

Densitas adalah salah satu analisis pakan yang sering dipakai dan

merupakan cara pengukuran yang sederhana. Analisis ini terutama dipakai pada

analisis zat cair namun dapat juga dipakai pada analisis bahan padat. Perubahaan
terkecil dalam volume pencampuran suatu komponen dan konsentrasi

berhubungan erat dengan densitas. Perubahan perunit denditas merupakan

perubahan yang besar dalam konsentrasi bahan (Pomeranz, 1971).

Densitas digunakan untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan,

tekstur pakan yang kompak akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga

ikatan antara partikel penyusun pakan menjadi kuat dan ruang antara partikel

penyusun pakan menjadi sangat kuat dan ruang antara partikel bahan pakan tidak

terisi rongga udara (Murdinah, 1989).

Zat baik dalam bentuk padat, cair maupun gas termasuk bahan hasil

pertanian memiliki densitas dan bobot jenis. Densitas atau rapat massa (mass

density) suatu bahan merupakan massa bahan per satuan volume. Satuan SI

densitas bahan adalah kg/m3 (Gardjitod dkk, 2003).


11

III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Tinggi

1. Hammer mill.

2. Saringan no. 14 (1,41 mm), 18 (1 mm) dan 30 (0,59 mm).

3. Screen ukuran 2 dan 3.

4. Wadah atau baki penampungan.

5. Timbangan.

6. Butiran jagung dengan kadar air tinggi sebanyak 30 kg

3.1.1 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Rendah

1. Hammer mill.

2. Saringan no. 14 (1,41 mm), 18 (1 mm) dan 30 (0,59 mm).

3. Screen ukuran 2 dan 3.

4. Wadah atau baki penampungan.

5. Timbangan.

6. Butiran jagung dengan kadar air rendah sebanyak 30 kg

3.1.2 Evaluasi Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik

1. Wadah besil 1 liter (literan beras).

2. Cawan petridish.

3. Kertas etiket.

4. Pipet tetees.

5. Timbangan.

6. Mistar garis.
14

7. Corong plastik.

8. Larutan uji iodine.

9. Jagung yang telah digiling.

10. Aquadest.

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Tinggi

1. Disiapkan sampel bahan (jagung) sebanyak 30 kg (kadar air tinggi).

2. Sampel dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian sebanyak 15 kg.

3. Disiapkan screen (dies) 3 dan screen 2.

4. Mesin hammer mill dinyalakan dan dibiarkan beberapa saat

sampai mesin stabil.

5. Jagung 15 kg dituangkan secara bertahap ke dalam mesin dengan

ukuran screen 3 sambil menyalakan timer/stopwatch (untuk

mencatat waktu penggilingan)

6. Ditunggu hingga jagung habis, timer/stopwatch dimatikan.

7. Jagung halus yang dihasilkan ditimbang.

8. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh jagung halus dihitung (kg/jam).

9. Dilakukan hal yang sama pada hammer mill dengan screen 2.

10. Perhitungan produktivitas mesin hammer mill.

11. Perhitungan ukuran partikel

3.2.2 Pengolahan Fisik Bahan Pakan Kadar Air Rendah

1. Disiapkan sampel bahan (jagung) sebanyak 30 kg (kadar air rendah).

2. Sampel dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian sebanyak 15 kg.

3. Disiapkan screen (dies) 3 dan screen 2.


15

4. Mesin hammer mill dinyalakan dan dibiarkan beberapa saat

sampai mesin stabil.

5. Jagung 15 kg dituangkan secara bertahap ke dalam mesin dengan

ukuran screen 3 sambil menyalakan timer/stopwatch (untuk

mencatat waktu penggilingan)

6. Ditunggu hingga jagung habis, timer/stopwatch dimatikan.

7. Jagung halus yang dihasilkan ditimbang.

8. Waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh jagung halus dihitung (kg/jam).

9. Dilakukan hal yang sama pada hammer mill dengan screen 2.

10. Perhitungan produktivitas mesin hammer mill.

11. Perhitungan ukuran partikel.

3.2.3 Evaluasi Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik Pengukuran Massa

Jenis

1. Disiapkan bahan pakan yang akan diperlakukan (jagung giling, hasil

seperasi) 1 gram.

2. Disiapkan media uji massa jenis (aquadest 50 mL) pada gelas ukur 100 mL.

3. Bahan perlakuan ditempatkan ke dalam media uji massa jenis, diaduk secara

merata.

4. Dilakukan evaluasi ketinggian permukaan dari campuran butir jagung

dengan aquadest (perubahan volume suspensi).

3.2.4 Pengukuran Densitas Ruang

1. Disiapkan bahan pakan yang akan diperlakukan (jagung giling, hasil

separasi) 1 kg.

2. Disiapkan media uji densitas (media berisi udara 1 liter) pada wadah besi 1

liter.
16

3. Bahan perlakuan ditempatkan ke dalam media uji densitas ruang, diaduk

secara merata sampai homogen, dimanpatkan dengan suatu tekanan dan

diukur perubahan volume permukaan (tinggi permukaan).

4. Dilakukan evaluasi ketinggian permukaan dari campuran butir jagung,

akibat tekanan (perubahan volume suspensi)


IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik

4.1.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Produktivitas Mesin Hammer Mill dengan Kadar Air Tinggi

Ukuran Screen Jumlah Jagung Lama Waktu Produktivitas

(kg) (menit) Mesin (kg/jam)

2 3 2,5 72

3 3 1,83 98,36

Screen 2

= Jumlah jagung digiling/lama waktu digiling x 60 menit

= 3 kg/2,5 menit x 60 menit

= 72 kg/jam

Screen 3

= Jumlah jagung digiling/lama waktu digiling x 60 menit

= 3 kg/1,83 menit x 60 menit

= 98,36 kg/jam

Tabel 2. Proporsi Ukuran Partikel Jagung Dalam (%) dengan Kadar Air Tinggi

Ukuran Berat Tidak Lolos Tidak Lolos Tidak Lolos Lolos

Screen Jagung Saringan 14 Saringan 18 Saringan 30 Saringan 30

Awal Gram % Gram % Gram % Gram %


(gram)

2 1000 45 4,5 300 30 335 33,5 320 32

3 1000 545 54,5 200 20 135 13,5 120 12


18

Screen 2

Tidak Lolos Saringan 14 = 45 gram/1000 gram x 100% = 4,5%

Tidak Lolos Saringan 18 = 300 gram/1000 gram x 100% = 30%

Tidak Lolos Saringan 30 = 335 gram/1000 gram x 100% = 33,5%

Lolos Saringan 30 = 320 gram/1000 gram x 100% = 32%

Screen 3

Tidak Lolos Saringan 14 = 545 gram/1000 gram x 100% = 54,5%

Tidak Lolos Saringan 18 = 200 gram/1000 gram x 100% = 20%

Tidak Lolos Saringan 30 = 135 gram/1000 gram x 100% = 13,5%

Lolos Saringan 30 = 120 gram/1000 gram x 100% = 12%

Tabel 3. Produktivitas Mesin Hammer Mill dengan Kadar Air Rendah

Ukuran Screen Jumlah Jagung Lama Waktu Produktivitas

(kg) (detik) Mesin (kg/jam)

2 3 37 291,89

3 3 45 240

Screen 2

= Jumlah jagung digiling/lama waktu digiling x 60 menit

= 3 kg/37 detik x 3600 detik

= 291,89 kg/jam

Screen 3

= Jumlah jagung digiling/lama waktu digiling x 60 menit

= 3 kg/45 detik x 3600 detik

= 240 kg/jam
19

Tabel 4. Proporsi Ukuran Partikel Jagung Dalam (%) dengan Kadar Air Rendah

Ukuran Berat Tidak Lolos Tidak Lolos Tidak Lolos Lolos

Screen Jagung Saringan 14 Saringan 18 Saringan 30 Saringan 30

Awal Gram % Gram % Gram % Gram %


(gram)

2 1000 13 1,3 232 23,2 325 32,5 428 42,8

3 1000 358 35,8 211 21,1 195 19,5 232 23,2

Screen 2

Tidak Lolos Saringan 14 = 13 gram/1000 gram x 100% = 1,3%


Tidak Lolos Saringan 18 = 232 gram/1000 gram x 100% = 23,2%

Tidak Lolos Saringan 30 = 325 gram/1000 gram x 100% = 32,5%

Lolos Saringan 30 = 428 gram/1000 gram x 100% = 42,8%

Screen 3

Tidak Lolos Saringan 14 = 358 gram/1000 gram x 100% = 35,8%

Tidak Lolos Saringan 18 = 211 gram/1000 gram x 100% = 21,1%

Tidak Lolos Saringan 30 = 195 gram/1000 gram x 100% = 19,5%


Lolos Saringan 30 = 232 gram/1000 gram x 100% = 23,2%

4.1.2 Pembahasan

Praktikum yang telah kami laksanakan yaitu mengenai pengolahan pakan

secara fisik, yang meliputi penggilingan dan penyaringan menggunakan bahan

pakan jagung, serta evaluasi pengolahan fisik bahan butiran. Pengolahan pakan ini

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dari bahan pakan. Menurut

Syarief dan Nugroho (1992) bahwa reduksi ukuran mengakibatkan peningkatan

luas permukaan spesifik bahan sehingga dapat mempermudah proses


20

pencampuran, meningkatkan palatabilitas pakan, meningkatkan daya cerna

ternak, menghilangkan benda-benda asing dan memperkecil resiko adanya bahan-

bahan yang terbuang percuma.

Pengolahan pakan secara fisik yang pertama yaitu dengan cara

penggilingan. Penggilingan bertujuan untuk meningkatkan kecernaan dan efisiensi

penggunaan pakan, memudahkan proses pencampuran, menyeragamkan bentuk

dan ukuran partikel bahan baku (Herrman, 2000). Bahan pakan yang digunakan,

yaitu jagung sebanyak 3 kg. Pertama, dilakukan pengamatan mengenai

produktivitas mesin hammer mill dengan kadar air tinggi 16-18% dengan ukuran

saringan 2 dengan lama penggilingan 2,5 menit produktivitas saringan 2 yaitu 72

kg/jam. Lalu, saringan 3 dengan lama waktu penggilingan selama 1,83 menit dan

produktivitasnya selama 98,36 kg/jam. Sebagaimana menurut Behnke (2001)

yang menyatakan bahwa ukuran partikel bahan dari hasil proses penggilingan

dengan kategori fine (halus) memiliki permukaan yang luas sehingga mudah

menyerap air dan menerima panas.

Berat yang didapat setelah penggilingan berkurang. Hal tersebut

dikarenakan adanya jagung halus yang menempel pada kain penampung hasil

gilingan, adanya jagung halus yang berterbangan karena tertiup angin, lalu dapat

disebabkan pula karena adanya partikel-partikel jagung yang tertinggal di dalam

alat mesin hammer mill. Namun saat proses penggilingan tidak terjadi kemacetan

mesin sehingga waktu penggilingan berlangsung cepat dan menyebabkan

produktivitas mesin tinggi.Selain itu produktivitas dipengaruhi oleh ukuran screen

yang digunakan dan operator yang bekerja cekatan. Sesuai dengan pendapat

Sudigdo, dkk (2000) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan kerja
21

alat, yaitu keterampilan operator, kecepatan putaran mesin (rpm), ukuran alat dan

diameter lubang saringan.

Menurut Koch dan Waldroup (1997) terdapat dua metode pemecahan bahan

baku utama, yaitu dengan menggunakan Hammer Mill dan Roller Mill, walaupun

sebenarnya masih terdapat metode lainnya, antara lain Burr Mill (Disk Mill). Ada

dua ukuran screen pada pelaksanaan praktikum, yaitu screen 2 dengan ukuran 2

mm, dan screen 3 dengan ukuran 3 mm. Screen akan menentukan besarnya

ukuran partikel yang dihasilkan setelah proses penggilingan. Penggilingan jagung

diamati dan dihitung waktu penggilingan untuk 3 kg jagung butir hingga menjadi

serbuk halus (mesh), serta dihitung produktivitas mesin tersebut. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan (Francius Affandi, 2008) Untuk pakan butiran/pellet

ukuran jagung harus sehalus mungkin, biasanya menggunakan saringan 3 mm

karena halus dan cepat, kehalusan jagung dan unsur bahan baku lainnya akan

sangat membantu kualitas butiran/pellet yang dihasilkan. Faktor yang

memepengaruhi produktivitas mesin juga pada keterampilan operator sesuai

dengan pernyataan (Sudigdo, dkk.2000) bahwa faktor yang berpengaruh

kemampuan kerja alat yaitu keterampilan operator, kecepatan putaran mesin

(rpm), ukuran alat dan diameter lubang saringan.

Selanjutnya, dari hasil pengamatan yang didapatkan, waktu yang

dibutuhkan untuk menggiling butiran jagung sebanyak 5 kg dengan menggunakan

screen 5 rata rata lebih cepat selesai. Jika dibandingkan dari hasil praktikum yang

dilakukan kelompok lain yang menggunakan screen 2. Waktu yang dibutuhkan

untuk menggiling butiran jagung menjadi jagung halus pada screen 2 lebih lama.

Hal ini dapat disebabkan ukuran lubang penggilingan yang lebih kecil

dibandingkan dengan screen 5. Selain itu terjadi perbedaan tekstur, dan berat yang
22

dihasilkan. Pada screen 5 terhitung rata rata lebih berat yang dihasilkan

dibandingkan dengan berat jagung halus pada screen 2. Hal ini dapat disebabkan

tekstur jagung yang dihasilkan dari screen 2 lebih halus dibandingkan dengan

screen 5 sehingga jagung halus tersebut banyak yang berterbangan karena tertiup

angin.

Jagung dengan kadar air tinggi yang telah digunakan memiliki kandungan

air sebesar 16- 18% yang telah digiling menggunakan hammer mill dengan screen

2 dan screen 3. Penyaringan dilakukan dengan tiga ukuran saringan/ayakan, yaitu

saringan 14, saringan 18, dan saringan 30. Hasil praktikum menunjukan bahwa

partikel yang tidak lolos ayakan dengan kadar air 16-18% dengan ukuran screen 2

14 sebanyak 45 gr atau 4,5%, 18 sebanyak 300 gr atau 30%, dan 30 sebanyak

335gr atau 33,5% dan yang loolos saringan 30 sebanyak 320 gram atau 32%.

Efesiensi screen 2 adalah 4,5% + 30% + 33,5% + 32% = 100% Hasil praktikum

menunjukan bahwa partikel yang tidak lolos ayakan dengan kadar air 16-18%

dengan ukuran screen 3 14 sebanyak 545 gr atau 54,5%, 18 sebanyak 200 gr atau

20%, dan 30 sebanyak 135gr atau 13,5% dan yang lolos saringan 30 sebanyak 120

gram atau 12%.

Pengolahan dengan secara fisik dnegan kadar air rendah berdasarkan

perhitungan jagung yang digunakan memiliki kandungan air sebesar 10- 12%

yang telah digiling menggunakan hammer mill dengan screen 2 dan screen 3.

Penyaringan dilakukan dengan tiga ukuran saringan/ayakan, yaitu saringan 14,

saringan 18, dan saringan 30. Hasil praktikum menunjukan bahwa partikel yang

tidak lolos ayakan dengan kadar air 10-12% dengan ukuran screen 2 14 sebanyak

1,3 gr atau 1,3%, 18 sebanyak 232 gr atau 23,2%, dan 30 sebanyak 345gr atau

34,5% dan yang lolos saringan 30 sebanyak 428 gram atau 42,8%. Efesiensi
24

screen 2 adalah 1,3% + 23,2% + 34,5% + 42,8% = 99,8%. Hasil praktikum

menunjukan bahwa partikel yang tidak lolos ayakan dengan kadar air 10-12%

dengan ukuran screen 3 14 sebanyak 358 gr atau 35,8%, 18 sebanyak 211gr atau

21,1%, dan 30 sebanyak 195 gr atau 19,5% dan yang lolos screen 30 sebanyak

232 gram atau 23,2%. Berdasarkan hasil tersebut ada perbedaan pada efisiensi

pakan kandungan air tinggi dan kandungan air rendah yang menyebakan pakan

dengan kadar air tinggi lebih halus. Hal tersebut karena pada jagung yang

memiliki kadar air tinggi (16-18%) memiliki ciri fisik yang lebih lembab sehingga

saat penghilingan lebih mudah screen dalam proses menggiling, sedangkan jagung

yang memiliki kadar air rendah lebih rendah (10-12%) akan menyulitkan screen

dalam menggiling sehingga penggilingan kurang baik. Sesuai dengan penyataan

(Taggart,1927) yang menyatakan bahwa faktor yang harus diperhatikan dalam

pemilihan screen yaitu kapasitas (kecepatan hasil yang diinginkan), kisaran

ukuran, sifat bahan (densitas, kadar air), kadar air tinggi semakin halus produk

output.

4.2 Evaluasi Pengolahan Bahan Pakan Secara Fisik

4.2.1 Hasil Pengamatan

Tabel 5. Uji Volume

Ukuran Berat Gelas Ketinggian Air Ketinggian

Screen Bahan Bekker Akhir (ml) Bahan (ml)

(gram) (ml)

2 10 50 57 7

3 10 50 58 8

Lolos 3 10 50 57 7
24

Tabel 6. Berat Jenis (BJ) Bahan

Ukuran Screen Bobot Bahan Perubahan Berat Jenis (BJ)

Pakan (Gram) Volume

Aquiadest (ml)

2 10 7 1,43

3 10 8 1,25

Lolos 3 10 7 1,43

Berat Jenis (BJ) = Bobot Bahan Pakan (gram)/Perubahan Volume Aquadest (ml)
BJ Screen 2 = 10/(57-50) = 1,43

BJ Screen 3 = 10/(58-50) = 1,25

BJ Lolos Screen 3 = 10/(57-50) = 1,43

Tabel 7. Densitas Tepung Jagung

Ukurang Ukurang Timbangan Tinggi Tinggi

Screen Pengurangan Bahan (gram) Silinder Air Akhir

Ketinggian (mm) (mm)

(mm)

2 15 604 106 109


3 11 667 106 109
25

Tabel 8. Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Ukuran Bobot r (mm) T Volume Volume Kerapatan

Screen Bahan (mm3) (ml) Pemadatan

Pakan Tumpukan

(gram)

2 604 54,5 91 849.491,5 849,49 0,711

3 667 54,5 95 886.831,79 886,83 0,752

Volume bahan pakan screen 3

Vtabung = phi x r2 x t
= 3,14 x 54,5 mm x 95 mm

= 886.831,78mm3

= 886,83278 ml

Volume bahan pakan screen 2

Vtabung = phi x r2 x t

= 3,14 x 54,5 mm x 91 mm
= 849.491,5 mm3

= 849,4915 ml

4.2.2 Pembahasan

Densitas adalah gambaran volume ruang yang ditempati bahan sejumlah

berat tertentu (Susanti dan Nurhidayat, 2008). Pengukuran densitas pada

praktikum ini dengan cara memasukan jagung hasil gilingan ke dalam silinder dan

dijatuhkan dari ketinggian 15 cm. Tinggi jagung yang hilang atau keluar dari

silinder tersebut diukur untuk dihitung densitasnya.


26

Ukuran partikel jagung hasil gilingan bila kecil maka semakin sedikit

ruang kosong yang masih tersisa pada silindris, namun jika partikel jagung besar

akan semakin banyak ruang kosong silindris. Hal ini berarti bahwa semakin halus

atau semakin kecil ukuran bahan pakan, akan semakin efisien dalam

penyimpanannya. Keuntungan mengetahui densitas bahan pakan jagung ini, yaitu

dapat diperhitungkan secara tepat berapa banyak jumlah bahan dan mengetahui

apakah padatan utuh atau serbuk karena perubahan densitas setelah pengolahan

fisik akan mempengaruhi konsentrasi pakan. Hal ini sesuai pernyataan Pomeranz

(1971) bahwa perubahan perunit densitas merupakan perubahan yang besar dalam

konsentrasi bahan. Menurut Herdeson dan Perry (1976), bahwa kadar kehalusan

bahan menunjukan adanya keseragaman hasil penggilingan.

Hasil pengamatan densitas jagung pada screen 3 lebih besar dibandingkan

screen 2. Perbedaan tersebut dipengaruhi ukuran partikel screen 3 yang lebih

halus. Penggilingan dan penyaringan yang dilakukan menjadi faktor yang

mempengaruhi besarnya densitas. Menurut Murdinah (1989) densitas digunakan

untuk mengetahui kekompakan dan tekstur pakan. Tekstur pakan yang kompak

akan tahan terhadap proses penekanan sehinggga ikatan antara partikel penyusun

pakan menjadi kuat ruang antara partikel bahan pakan tidak terisi rongga udara.

Evaluasi pengolahan fisik meliputi pengukuran massa jenis dan densitas

ruang. Pengukuran massa jenis bahan pakan menggunakan media air untuk

mengetahui volume dari bahan pakan yang ditimbang sehingga dapat dihitung

berat jenis dari bahan pakan tersebut. Menurut Retnani dkk (2015), berat jenis

diukur menggunakan hukum archimides, yaitu dengan melihat perubahan volume

aquades pada gelas ukur setelah dimasukkan bahan-bahan yang massanya telah

diketahui ke dalam gelas ukur tersebut. Perubahan volume aquades diperoleh dari
27

volume akhir dikurangi dengan volume aquades (50 mL). Perubahan volume

aquades screen 3 yaitu 8 mL sedangkan perubahan volume aquades screen 2 dan

lolos no.30 yaitu 7 mL. Berat jenis diperoleh dari bobot bahan pakan dibagi

dengan perubahan volume aquades. Berat jenis screen 3 yaitu 1,25 gr/mL dan

berat jenis screen 2 dan lolos no.30 adalah 1,4285 gr/mL.


28

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Jagung dengan kadar air tinggi digiling menggunakan hammer mill

dengan screen 2 dan screen 3. Penyaringan dilakukan dengan tiga ukuran

saringan/ayakan, yaitu saringan 14, saringan 18, dan saringan 30. Hasil

praktikum menunjukan bahwa partikel yang tidak lolos ayakan dengan

ukuran screen 2 saringan 14 sebanyak 45 gr atau 4,5%, 18 sebanyak 300

gr atau 30%, dan 30 sebanyak 335gr atau 33,5% dan yang loolos saringan

30 sebanyak 320 gram atau 32%. Hasil praktikum menunjukan bahwa

partikel yang tidak lolos ayakan dengan ukuran screen 3 saringan 14

sebanyak 545 gr atau 54,5%, 18 sebanyak 200 gr atau 20%, dan 30

sebanyak 135 gr atau 13,5% dan yang lolos saringan 30 sebanyak 120

gram atau 12%.

5.1.2 Jagung dengan kadar air rendah digiling menggunakan hammer mill

dengan screen 2 dan screen 3. Penyaringan dilakukan dengan tiga ukuran

saringan/ayakan, yaitu saringan 14, saringan 18, dan saringan 30. Hasil

praktikum menunjukan bahwa partikel yang tidak lolos ayakan dengan

ukuran screen 2 saringan 14 sebanyak 1,3 gr atau 1,3%, 18 sebanyak 232

gr atau 23,2%, dan 30 sebanyak 345gr atau 34,5% dan yang lolos saringan

30 sebanyak 428 gram atau 42,8%. Hasil praktikum menunjukan bahwa

partikel yang tidak lolos ayakan dengan ukuran screen 3 saringan 14

sebanyak 358 gr atau 35,8%, 18 sebanyak 211gr atau 21,1%, dan 30


29

sebanyak 195 gr atau 19,5% dan yang lolos screen 30 sebanyak 232 gram

atau 23,2%.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum metode daring, sebaiknya keterangan dalam

video diperjelas. Sehingga mempermudah pengamatan dan penulisan hasil

praktikum.
30

DAFTAR PUSTAKA

Behnke, K. C. 2001. Processing Factrors Influencing Pelet Quality. Feed Tech. 5


(40: 1-7)
Belfield, Stephanie dan Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A
Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra.
Darakkasu A. 1995. Ilmu nutrisi dan Makan Ternak. Jakarta: Penerbit
Universitas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar
Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Fellows, P. 2000. Food Processing Technology, Second Edition. Ellis Horwood
Limited. England.
Francius Affandi, Hadi Gunawan, Dr. Vinai Rakphongpairoj, Dr. Peraphon
Gardjito, Murdijati dan Agung Setya Wardana. 2003. Hortikultura, Teknik
Analisis Pasca Panen. Transmedia Global Wacana. Yogyakarta.
Gardjito, Murdijati dan Agung Setya Wardana. 2003. Hortikultura, Teknik
Analisis Pasca Panen. Transmedia Global Wacana. Yogyakarta.
Herrman,T. J. 2000. Feed Quality Assurance. American Soybean Association:
Singapore. House, ltd Ram Nagar, New Delhi
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Khurmi RS Gupta, JK., 2005, Text Book of Machine Design Eurasia, Publising
Kualitas Pakan. Divisi Agro Feed Business Charoen Pokphand Indonesia.
Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative
Anatomy of Maize and its Aplication. International Journal of Bio-
resources and Stress Management.
Murdinah, 1989. Studi Stabilitas dalam Air dan Daya Pakan Udang Bentuk
Pellet. (Tesis) Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Pomeranz and Meloan. 1971. Food Analysis: Theory and Practice. The Avi
Publishing Company Inc. Connecticut.
Pratomo, M., A.K. Irwanto dan D. Pakpahan. 1982. Alat dan Mesin Pertanian 2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan
Menengah Keguruan. Jakarta.
Prayooravong, Paulus Setiabudi, Dr. Desianto B. Utomo. 2008. Mengukur
Retnani, Y., I.G. Permana, N.R Kumalasari, dan Tarsayati. 2015. Teknik
Membuat Biskuit Pakan Ternak dari Limbah Pertanian. Penebar Swadaya,
Jakarta
Retnani, Y., I.G. Permana, N.R Kumalasari, dan Tarsayati. 2015. Teknik
Membuat Biskuit Pakan Ternak dari Limbah Pertanian. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sudigdo. 2000. Uji Kerja Alat Penggiling Putak Type Palu dengan Model Palu
Yang Berbeda. Tesis SI. Fakultas Pertanian UKAW. Kupang
31

Susanti, Emmy dan Nurhidayat. 2008. Pengaruh Ukuran Partikel yang Berbeda
pada Pakan Limbah Agroindustri terhdap Kualitas Fisiknya. Seminar
Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Soedirman: Purwokerto.
Syarief, A. M dan E. A. Nugroho. 1992. Teknik Reduksi Ukuran Bahan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. Taggart, F.A. 1927. Hand Book of Mineral Dressing, Ores and
Industrial Materials. New York: John Willie & Sons. Inc.
Taggart . 1927 . Hand Book of Mineral Dressing, Ores and Industrial Materials.
New York : John Willie & Sons.Inc.
Taib, G., G. Said dan S. Wiraatmaja. 1987. Operasi Pengeringan pada
Pengolahanhasil Pertanian. Madyatama sarana perkasa, Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Toftruben, J. 1977. Food and Nutrition. University of Illinois at Urbana-
Champaign
Wirakartakusumah, A, Subarna, M. Arpah, Dahrulsyah dan S.Y. Budiwati. 1992.
Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi, IPB, Bogor.
Wirakartakusumah, A, Subarna, M. Arpah, Dahrulsyah dan S.Y. Budiwati. 1992.
Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wirakartakusumah, Aman. 1992. Petunjuk Laboratorium Peralatan dan Unit
Proses Industri Pangan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Yuni.2010. Pengaruh Waktu Pengeringan terhadap Karakteristik Singkong dan
Labu Siam. Laporan Penelitian Universitas Padjajaran. Bandung.
32

Lampiran
Kinanty Vemara Editor dan Tinjauan Pustaka

Jundi Fauzan Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Hadita Hegar Alat, Bahan, Prosedur, dan Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai