Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH TENTANG TUGAS DAN PERKEMBANGAN

KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA (PELEPASAN)

Disusun Oleh
KELOMPOK V:
RIVEL PATINASARANI
SKOLASTIKA NARTI
SELVI PANGLORO
RIRIN IRIANTI
RINA SETIANI
SANDIA

UNIVERSITAS CENDERAWASIH FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JAYAPURA
2021

1
BAB I
TUGAS DAN PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN ANAK DEWASA (PELEPASAN)

1.1. Pendahuluan
A. Pengertian keluarga
Dalam paradigma keperwatan komunitas, manusia sebagai klien meliputi
individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Salah satu aspek penting dari
keperawatan tersebut penekanan nya yaitu pada keluarga sebagi unit pelyanan
keperawatan. Secara empiris, kesehatan dan kualitas anggota keluarga memiliki
hubungan yang erat sehingga mempengaruhi dan membentuk kesehatan
kelompok juga komunitas secara keseluruhan. Perhatian saat ini terhadap
keluarga mulai berkembang, baik menyangkut program pendidikan maupun
program pemerintah yang berorientasi pada keluarga.
Menurut Friedman 2003 dalam Nadirawati 2018 menyebutkan bahwa
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi diri nya sebagai
bagian dari keluarga. Friedmand dkk, 2003 dalam IPKKI 2017, mengatakan
bahwa keluarga juga merupakan sebagai unit terkecil atau unit dasar dari suatu
masyarakat, sangat memengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat itu
sendiri.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009,
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri suami, istri atau
suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya dan ibu dan anaknya. Keluarga
juga merupakan satuan individu/seseorang yang tidak diikat dalam hubungan
keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam suatu rumah, misalnya
seseorang atau janda/duda sebagai anggota keluarga sendiri atau dengan anak
yatim piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011 dalam Sahar dkk 2019 ).
Menurut Whall 1986 dalam Nadirawati 2018 menyebutkan bahwa
keluarga adalah sebuah kelompok yang megidentifikasi diri dan terdiri atas dua
orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosinal
tidak hanya berdasarkan ikatan darah atau hokum dan dapat juga tidak, namun

2
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri nya sebagai
keluarga dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari kelurga.
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggotanya di sepanjang waktu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses. Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan waktu tertentu
yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan
keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman, 2002) meskipun setiap
keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum
seluruh keluaraganya mengikuti pola yang sama.Tiap tahap perkembangan
membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut
dengan sukses.
Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-
pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa awal
di harapkan memainkan peran baru seperti suami/istri, orang tua, dan pencari
nafkah, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru dan nilai-
nilai baru sesuai tugas baru. Masa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-
kira 40 tahun (Harlock, 1996 dalam Sahar dkk 2019).
Menurut (Santrock, 2011 dalam Sahar dkk 2019 ) bahwa masa dewasa
awal adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk masa transisi dari remaja
menuju dewasa. Rentang usia ini berkisar antara 18 tahun hingga 25 tahun, masa
ditandai oleh kegiatan bersifat eksperimen dan ekplorasi. Transisi dari masa
remaja menuju masa dewasa diwarnai dengan perubahan yang
berkesinambungan. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat
dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu
rumah, (Friedman, 2002).
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama terakhir kali meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua, Nadirawati 2018.

3
Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda permulaan dari fase
kehidupan keluarga ditandai oleh anak pertama sampai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah orang tua sehingga dikenal sebagai “sarang yang kosong”.
Tahap ini dapat berjalan singkat atau agak panjang, tergantung pada beberapa
banyaknya anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah setelah tamat
dari SMA dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya berlangsung
dalam 6 atau 7 tahun, namun tahap melepaskan anak juga dapat berlangsung
lebih lama dalam keluarga dengan orang tua, mengingat anak-anak yang lebih
tua baru meninggalkan orangtua setelah menyelesaikan sekolah ditingkat yang
lebih tinggi dan mulai bekerja.
Keluarga di tuntut untuk dapat memenuhi tugas perkembangan disetiap
periode transisi perkembangan keluarga. Keluarga mampu memenuhi tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dengan pemahaman terhadap tugas
perkembangan keluarga.
B. Tingkatan praktik keperawatan keluarga
Menurut Friedman 2003 dalam Nadirawati 2018 terdapat lima tingkatan praktik
keperawatan keluarga adalah :
1. Tingkat I : Keluarga sebagai konteks
Ciri-ciri nya adalah :
a. Keperawatan keluarga dikonseptualisasikan sebagai bidang dimana
keluarga di pandang sebagai konteks bagi klien atau anggota keluarga.
b. Asuhan keperawatan berfokus pada individu
c. Keluarga meru[akan focus sekunder, sedangkan individu sebagai focus
primer.
d. Perawat dapat melibatkan keluarga hingga tingkat tertentu
e. Keluarga menjadi sumber dukungan utama.
2. Tingkat II : Keluarga sebagai penjumlahan anggota nya
Ciri-ciri nya adalah :
a. Perawatan diberikan kepada semua anggota keluarga
b. Model ini dipraktekkan dalam keperawatan kesehatan komunitas secara
implisit

4
c. Dalam tingkatan ini garis depan nya adalah masing-masing klien yang di
liaht sebagai unit yang terpisah dari unit yang berinteraksi.
3. Tingkat III : Subsistem keluarga sebagai klien
Ciri-ciri nya adalah :
a. Subsistem keluarga adalah fokus dan penerima pengkajian serta
intervensi
b. Keluarga inti, keluarga besar dan subsistem keluarga lain nya adalah
unit analisis dan asuhan.
c. Fokus telaahan keperawatan adalah hubungan anak dan orang tua,
interaksi perkawinan, isu-isu pemberi perawatan dan perhatian.
4. Tingkat IV : Keluarga sebagai klien
Ciri-ciri nya adalah :
a. Keluarga sebagai focus utama pengkajian atau asuhan
b. Keluarga menajdi bagian depan dan anggota keluarga secara individual
sebagai latar belakang atau konteks.
c. Keluarga di pandang sebagai sistem yang saling berinteraksi
d. Fokus hubungan dan dinamika keluarga secara internal, fungsi, dan
struktur keluarga sama baik dalam berhubungan dengan subsistem
keluarga dalam keseluruhan dan dengan lingkungan luar nya.
e. Sistem keperawatan keluarga menggunakan pengkajian klinik lanjut dan
keterampilan intervensi berdasarkan intervensi berdasarkan integrasi
keperawatan, terapi keluarga, dan teori sistem.
5. Tingkat V : Keluarga sebagai komponen social
Pada tingkatan ini, keluarga digambarkan sebagai salah satu bagian dari
subsistem dari sistem yang lebih besar, yaitu komunitas (sosial). Keluarga
dipandang sebagai salah satu lembaga dasar di masyrakat, seperti lembaga
pendidikan, kesejahteraan dan agama.

5
C. Struktur keluarga
Menurut Friedman 2003 dalam Nadirawati 2018 struktur keluarga terdiri dari :
1. Pola dan proses komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi
yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana penting untuk
mengembangkan makna diri.
2. Struktur kekuatan
Sifat struktur di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Struktur egalisasi
Masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi).
b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka, artinya mendorong
kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku.
Struktur yang suka melawan dan bergantung pada peraturan.
e. Struktur yang bebas artinya tidak ada peraturan yang memaksakan.
f. Struktur yang kasar (menyiksa, kejam dan kasar)
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi dan sukar berteman)
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu atau stress emosinal).
Sedangkan struktur kekuatan terdiri dari :
i. Legitimate power atau di sebut juga hak untuk mengontrol (seperti
orang tua terhadap anak)
j. Referent power (seseorang yang di tiru )
k. Resource or expert power ( pendapat, ahli, dll)
l. Reward power (pengaruh kekuatan karena ada nya harapan yang akan di
terima)
m. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai dengan keinginan
nya)
n. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui persuasi)

6
o. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan
cinta kasih).
3. Struktur peran
Peran menunjukkan beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam
situasi sosial tertentu. Peran lahir dari interaksi sosial. Peran juga biasa nya
menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang
dalam suatu sistem sosial tertentu. Sebagai anggota keluarga perilaku yang
diharapkan terjadi sesuai dengan posisi sosial yang diberikan, baik
menyangkut peran formal dalm keluarga maupun peran informal dalam
keluarga.
4. Struktur nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat anggota
yang mengikat dalam budya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku
yang di terima pada lingkungan social tertentu. Sistem nilai keluarga di
anggap sangat mempengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai keluarga
akan membentuk pola tingkah laku dalam menghadapi masalah yang di
alami keluarga. Keyakinan dan nilai ini akan menentukan bagaimana
keluarga mengatasi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
D. Fungsi keluarga
Menurut Friedman 2003 dalam Nadirawati 2018 mengatakan bahwa, ada
beberapa fungsi keluarga, yaitu :
1. Fungsi afektif dan koping
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota
dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stress.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk dalam
penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak nya

7
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota kelurga dan kepentingan di
masyarakat
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.
E. Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa (pelepasan):
Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa menurut Nadirawati,
2018:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4. Membantu anak untuk manndiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

1.2. Mengidentifikasi Masalah-Masalah Kesehatan


Masalah-masalah kesehatan menurut Friedman (2010) pada tahap perkembangan
keluarga dewasa awal adalah:
a. Komunikasi isu antar orang tua dan anak dewasa muda
b. Masalah transisi peran bagi suami dan istri
c. Kedaruratan masalah kesehatan kronik
d. Perencanan keluarga bagi anak dewasa muda
e. Perhatian terhadap menopause
f. Efek yang berkaitan dengan minum alcohol, merokok, dan praktek diet yang
buruk yang telah berlangsung dalam jangka panjang.

8
1.3. Peran dan Fungsi Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Dengan Tahap
Perkembangan keluarga dewasa (pelepasan)
A. Asuhan keperawatan
 Peran perawat dalam keperawatan keluarga secara umum, menurut
Nadirawati dalam buku ajar asuhan keperawatan (teori dan aplikasi prakter
tahun 2018) menyebutkan beberapa peran perawat, yakni:
a. Pendidik: dalam hal ini perawat mnegajarkan tentang kesehatan dan
penyakit pada keluarga.
b. Fasilitator: perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap
pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keluarga sehingga faktor
resiko dalam ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan keamanan dapat
diatasi.
c. Koordinator: perawat harus mampu melakukan koordinasi pelayanan
kesehatan yang diterima keluarga, disamping itu perawat juga harus
mampu berkolaborasi serta sebagai penghubung sumber-sumber yang
dibutuhkan klien.
d. Pemberi asuhan keperawatan: perawat harus bisa memberikan asuhan
keperawatan yang profesional baik yang bersifat promotif, prefentif,
kuratif, serta rehabilitatif melalui proses keperawatan.
e. Advokasi keluarga: perawat dituntut untuk mampu bekerja dan
berbicara atas nama keluarga.
f. Konsultan atau konselor: artinya perawat sebagai konsultan bagi
keluarga sekaligus sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan.
g. Clrifier: perawat dituntut mampu melakukan klarifikasi dan interpretasi
informasi.
h. Modifikasi lingkungan: perawat harus mampu memodifikasi
lingkungan, baik lingkungan rumah ataupun masyarakat agar tercipta
lingkungan yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan dan
keamanan.

9
i. Peneliti
Perawat harus mampu mengidentifikasi fenomena yang terjadi yang
dapat mempengaruhi ataupun mengancam kesehatan masyarakat.
Selanjutnya, perawat melakukan penelitian untuk dapat menemukan
faktor pencetus terjadinya permasalahan dan hasilnya akan diaplikasikan
dalam praktek keperawatan.
j. Role model
Perawat harus mampu menampilkan profesionalisme dalam bekerja
sehingga dapat dicontoh oleh keluarga terutama pada tingkat
pencegahan yang dititikberatkan pada PHBS.
k. Manajer kasus
Perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi antara keluarga dengan
sistem pelayanan dimana perawata harus mampu memberdayakan
keluarga dan sumber-sumber. Perawat juga berperan dalam memantu
dan menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga.
 Peran perawat dalam keperawatan keluarga merupakan tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai denagn kedudukan dan
sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social, baik dari profesi
perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran
perawat yang di maksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat
dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang
diakui dan di beri kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik
professional.
B. Fungsi asuhan keperawatan keluarga
 Fungsi perawat, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
 Sedangkan fungsi perawat secara khusus pada tahap perkembanagan
keluarga dengan anak usia dewasa atau pelepasan adalah memberi konsultasi

10
penyakit-penyakit yang dapat timbul, misalnya: penyakit kronis atau faktor-
faktor predisposisi misalnya kolesterol tinggi, obesitas, hipertensi, problem
monopouse, juga peningkatan kesehatan serta pola hidup sehat perlu
diperhatikan.
C. Sasaran Asuhan keperawatan.
 Sasaran dari asuahan keperawatan keluarga adalah keluarga sehat, keluarga
resiko tinggi yang rawan kesehatan dan keluarga yang memerlukan tindakan
lanjut, (Kepmenkes RI No.908/2010):
a. Keluarga sehat
Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan
tumbuh kembang keluarga.Fokus intervensi keperawatan terutama pada
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan
Jika satu atau lebih anggota keluarga memerlukan perhatian
khusus.Keluarga resiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki
kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan
anggota keluarga, keluarga dengan faktor resiko penurunan statsu
kesehatan misalnya: bayi BBLR, balita gizi buruk, bumil anemia, lansia
lebih dari 70 tahun atau dengan masalah kesehatan, remaja
penyalahgunaan narkoba.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut.
Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan dan
memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan/kesehatan
misalnya:klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit
degenerative, tindakan pembedahan, penyakit terminal.
D. Teori dan Model Keperawatan Keluarga:
Teori dan model keperawatan yang dapat diterapkan pada praktik keperawatan
keluarga antara lain:

11
Teori dan Model Keperawatan Keluarga (Nadirawati, 2018) :
1. Model Betty Neuman tentang Sistem Kesehatan.
Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara pandang
terhadap manusia sebagai makhluk holistic (memandang manusia secara
keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara dinamis seiring
dengan adanya stressor, baik dari lingkungan internal maupun eksternal
(Tomey & Alligood, 2006). Komponen utama dari model ini adalah adanya
stres dan reaksi terhadap stres. Klien di pandang sebagai suatu sistem
terbuka yang memiliki siklus input, proses, output, dan feedback sebagai
suatu pola organisasi yang dianamis. Dengan menggunakan perspektif
sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu, keluarga komunitas atau
kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disipilin
keilmuan.
2. Model Florence Nigthingale (Teori Lingkungan)
Nigthingale mempromosikan perawat kebidanan dan pelayanan kesehatan
berbasis rumah dan menulis catatan keperawatan dimana wanita dilibatkan
dalam asuhan anggota keluarga yang sakit dan pemeliharaan kesehatan
anak-anak dirumah. Dalam suatu dokumennya,”Pelatihan Perawat untuk
keluarga yang Miskin (Nightingale, 1949). Ia mennuliskan perawat
menyatukan perawatan untuk yang sakit dan perawatan kesehatan dalam
lingkungan rumah. Nigthingale banyak membuat upaya untuk
menganjurkan menugaskan wanita untuk memberikan asuhan keperawatan
yang baik di dalam rumah nya bersamaan dengan upaya nya untuk
menciptakan program pelatihan untuk perawat profesional. Ia mungkin
setuju dengan tulisan yang membedakan antara perawatan sebagai tindakan
dan perawatan sebagai suatu profesi dan suatu disiplin yang nyata.
(Friedman, 2003).

12
3. Teori Imogene King tentang pencapaian Tujuan (Interacting Systems
Framework Theory of Goal Attainment).
Yaitu adanya interaksi antara perawat dan pasien pada pelaksanaan asuhan
keperawatan. Hubungan interaksi antara perawat dan pasien membawa
pada pencapaian tujuan. King menyatakan pencapaian tujuan merupakan
sebuah konsep transaksi sebagai komponen integral dalam teori ini. Teori
ini berfokus pada pemberi dan penerima pelayanan keperawatan yang
berdasar pada pengembangan teori pencapaian tujuan yang dimulai dari
asumsi perawat dalam interaksi dengan klien yang kedua nya merupakan
sistem terbuka yang akan selalu berinteraksi dengan lingkungan. Teori
pencapaian tujuan mengambil simbol interaksi yang menggambarkan
individu sebagai anggota masyarakat yang akan bertindak untuk
membangun persepsi dan komunikasi melalui symbol-simbol.
4. Model Sister Callista Roy tentang Adaptasi (Adaptasi Model)
Teori Roy dikenal dengan “Model Adaptasi Roy”. Teori ini merupakan
model keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara
adaptif serta mampu mengubah perilaku yang mal adaptif . Adaptasi ini ada
karena adanya suatu stimulus. Stimulus umum yang memengaruhi adaptasi
antara lain:
a. Kultur-Status social ekonomi,etnis,sistem keyakinan
b. Keluarga-struktur dan tugas-tugas
c. Tahap perkembangan–Faktor usia, jenis, tugas, keturunan, dan genetic
d. Integritas Modes Adaptif-Fisiologis (mencakup patologi penyakit),
konsep diri, fungsi peran, interdependensi
e. Efektivitas Cognator-persepsi, pengetahuan, ketrampilan
f. Pertimbangan Lingkungan-Perubahan lingkungan internal atau
eksternal, pengelolaan medis, menggunakan obat-obat, alkohol,
tembakau (Marriner&Tomey 2006 dalam Nadirawati 2018).

13
Terdapat 3 tingkatan adaptasi pada manusia diantaranya, (Tomey, 2001
dalam Nadirawati 2018).
a. Stimuli fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang
individu
b. Stimuli Konstektual yaitu stimulus yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang dapat mempengaruhi kemudian dapat dilakukan
observasi, diukur secara subjektif.
c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang
ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkingan yang sukar dilakukan observasi.

Tiga proses adapatasi yang dikemukakan Roy adalah mekanisme koping


pengaturan sistem adaptasi dan congnator subsistem (Tomey,2001 dalam
Nadirawati 2018).
1) Mekanisme koping pada sistem ini terdapat dua mekanisme:
a) Pertama, Mekanisme koping bawaan yang prosesnya tidak disadari
oleh manusia yang ditentukan secara genetik atau secara umum
dipandang sebagai proses otomatis pada tubuh.
b) Kedua, yaitu mekanisme koping yang di dapat dimana koping
tersebut diperoleh melalui pengembangan atau pengalaman yang
dipelajarinya.
2) Pengaturan subsitem merupakan proses koping yang mnyertakan
subsistem tubuh, yaitu saraf, proses kimiawi dan sistem endokrin.
3) Cognator subsistem; proses koping seseorang yang menyertakan 4
sistem pengetahuan dan emosi, yakni: pengolahan persepsi dan
informasi, pembelajaran, pertimbangan dan emosi.

14
Sistem adaptasi memiliki 4 model adaptasi di antaranya:
a) Fungsi Fisiologis; sistem adaptasi fisiologis diantaranya adalah
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indra, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.
b) Konsep Diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
c) Fungsi Peran; proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhungan dengan orang lain
d) Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu ataupun kelompok.
Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:
a) Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat
mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia
b) Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontro
dari terminology keseimbangan sistem tubuh manusia atau tidak
dapat mencapai tujuan yang akak di raih.
5. Model Dorothea E.Orem tentang perawatan Diri (Self Care Deficit
Theory of Nursing).
Teori Orem focus pada perawatan diri, kurangnya perawatan diri, sistem
keperawatan berorientasi pada individu. Menurut Orem, Asuhan
keperawatan dilakukan dengan keyakinan, bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu,
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan kesejahteraannya.
Oleh karena itu, teori ini dikenal sebagai Self Care atau Self Care Defisit
Teori, (Tomey & Alligod 2006 dalam Nadirawati 2018).
Ada tiga prinsip dalam perawatan diri sendiri atau perawatan mandiri.
1) Pertama, perawatan mandiri yang bersifat holistic meliputi kebutuhan
oksigen, air makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, mencegah
trauma, serta kebutuhan hidup lainnya.

15
2) Kedua, perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai denagan
tumbuh kembang manusia.
3) Ketiga, perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan
atau penyakit untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan. Model
Orem juga megakomodasikan ketika asuhan keperawatan mungkin
langsung menuju pemberian asuhan keperawatan. Contoh: Asuhan
perawatan mungkin langsung menuju orang tua atau wali dari anak
yang sakit. Enam konsep sentral dari model orem adalah self care, self
care agency, terapeutik self care Demands, self care Deficit, Nursing
Agency, dan Nursing system (Friedman 2003 dalam Nadirawati 2018).
6. Teori Martha E. Rogers tentang Manusia seutuhnya ( Unitary Human
Beings)
Teori Rogers (1970, 1992) tentang Unitary Human Being mengantar kita
pada pandangan yang baru bagi dunia keperawatan; Perbandingan antara
Kesehatan dan penyakit. Fokus dari teori Rogers ini adalah adanya
hubungan timbal balik antara lingkungan dan kesatuan manusia. Teori dari
Martha E. Rooger “Unitary Human Beings” menjelaskan suatu kerangka
acuan bagi ilmu keperawatan untuk membedakan pengamatan pada
manusia, hubungan timbal balik manusia dan lingkungan, dan praktik ilmu
keperawatan. Dalam konsep “ Science Of Unitary Human Beings” perawat
ditantang untuk memberikan peranan melalui pengembangan secara konsep
tujuan teoritis dan praktik. Perawat bertanggung jawab untuk membuat
analis logis dari kerangka kerja dan generasi serta uji coba dari teori.
Sintesis bijaksana dari ilmu pengetahuan dan seni dari keperawatan adalah
penting jika kerangka kerja tersebut berperan untuk memenuhi perintah
profesi dalam menyediakan pelayanan bagi masyarakat. Semua perawat
yang terkait bertanggung jawab untuk mulai bekerja membuka ide
komunikasi, pertanyaan, tantangan, dan sangkalan yang dihasilkan oleh
kerangka dan pelaporan pekerjaan ilmiah dan praktik di dalam literature
ilmu perawatan. Inti teori Martha E. Rogers ( Marha Rogers And The
Science Of Unitary human Reing Beings, 2008) adalah energi Fields

16
(Bidang energi), Opennes (Terbuka), Pattern (Pola), dan
pandimensionality.
7. Model Friedman
Model ini dikembangkan oleh Friedman menggambarkan sistem sruktural-
fungsional, teori perkembangan keluarga, dan teori sistem. Menurut
Friedman keluarga merupakan sistem terbuka yang melakukan interaksi
dengan institusi lain dalam masyarakat, seperti pendidikan, keagamaan,
kesehatan dengan focus pada struktur dan fungsi keluarga. Proses
keperawatan keluarga akan berbeda bergantung pada siapa yang menjadi
focus perawatan. Perbedaan fokus ini bergantung pada konsep perawat
tentang keluarga dalam praktiknya. Perawat yang memandang keluarga
sebagai latar belakang atau konteks individu pasien, maka individu anggota
keluarga menjadi focus utama pelayanan, dan proses keperawatan
berorientasi pada individu. Hal ini merupakan cara tradisional untuk
memberikan asuhan keperawatan. Perawat yang mengkonseptualisasi
keluarga sebagai unit perawatan, maka keluarga dianggap sebagai sistem
(focus utamanya sistem didalam keluarga) dan ini jarang dilakukan
walaupun proses pemberian asuhannya tidak berbeda. Perawat keluarga
dalam praktiknya harus menstimulasi individu dan keluarga juga sistem
keluarga. Hal ini berarti dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga,
perawat harus menerapkan dua jalan yaitu perawatan pada individu dan
keluarga serta keluarga sebagai sistemnya. Dengan demikian, dalam
melakukan pengkajian, perawat merumuskan diagnosis keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan akan lebih konfleks
mendalam (Friedman, 2003).
Friedman dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga menerapkan
langkah-langkah terkait dengan lima langkah dalam proses keperawatan
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan pengkajian
keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan keluarga. Pengkajian
ditekankan pada struktur dan fungsi keluarga secara menyeluruh dan
terintegrasi.

17
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA ANAK DEWASA (PELEPASAN)

2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tugas Dan


Perkembangan Anak dewasa.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan mrnggunakan pendekatan proses
keperawatan meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga,
perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Pengkahian
merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah. Pengkajian bersifat
dinamais interaktif dan fleksibel. Data yang di kumpulkan secara sistematis dan
terus menerus dengan menggunakan alat pengkajian. Pengkajian keperawatan
keluarga dapat menggunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan
fisik (Maglaya, 2009).
Pengkajian keperawatan keluarga mempunyai 2 tahap, yaitu :
a. Pengkajian tahap satu berfokus pada kesehatan masalah keluarga.
b. Pengkajian tahap kedua berfokus pada kemampuan keluarga dalam
melakukan 5 tugas kesehatan keluarga.
Variable data dalam pengkajian keluarga mencakup:
a. Data umum/identitas keluarga
b. Mencakup nama kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, alamat,
agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak pelayanan kesehatan terdekat da alat
transportasi.
c. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga
Terdiri dari nama, hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, TTV, status imunisasi
dasar, dan penggunaan alat bantu /protesa serta status kesehatan anggota

18
keluarga saat ini, meliputi keadaan umum, riwayat penyakit atau alergi dan
genogram.
d. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat ini
sedang sakit).
Data ini meliputi nama individu yang sakit, diagnosa medis, rujukan
dokter, atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan,
pernafasan, musculoskeletal, neurosensory, kulit, istirahat dan tidur, status
mental, komuniksikasi, budaya, kebersihan siri, perawatan diri seharai-hari,
dan data penunjang medis individu yang sakit (USG, LAB, Radiologi,
EKG)
e. Data kesehatan lingkungan
Meliputi sanitasi lingkungan, pemukiman antara lain ventilasi, penerangan,
kondisi lantai, tempat pembuangan sampah dll.
f. Struktur keluarga
Mencakup peran baik formal maupun informal, nilai/norma yang di anut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan, komunikasi antar
anggota keluarga, dan sejauh mana kekuatan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
Komponen struktur keluarga ini akan menjawab pertanyaan tentang siapa
anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara anggota keluarga.
g. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini).
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi (tahap apa saja yang
belum terpenuhi dan kendala apa yang di hadapi).
3) Riwayat keluarga saat inti (asal mula terbentuk keluarga).
4) Riwayat kesehatan sebelum nya (riwayat kesehatan dari keluarga istri dan
suami).
Variabel perkembangan keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan
keluarga dan tugas perkembangan keluarga.

19
h. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga berdasarkan IPPKI, 2017.
1) Aspek instrumental
Aspek instrumental meliputi fungsi keluarga adalah aktifitas hidup
sehari-hari seperti makan, tidur, dan pemeliharaan kesehatan.
2) Aspek ekspresif fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi,
pemecahan masalah, keyakinan, dll.
Pengkajian variable fungsi keluarga mencakup kemampuan
keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga, meliputi
kemampuan mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
mengenai tindakan keperwatan yang tepat, merawat anggota
keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah yang sehat,
dan menggunakan fasilitas/layanan kesehatan di masyarakat.
Fungsi keluarga menurut friedman (2003) dalam buku ajar asuhan
keperawatan keluarga oleh Nadirawati 2018.
a) Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk dan
mempertahankan saat terjadi stres.
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping; memberikan feedbck dan memberikan penunjuk
dalam penyelesaian masalah.
c) Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anaknya.
d) Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan dimasyarakat.
e) Fungsi pemeliharaan kesehatan
Keluuarga memberikan keamanan dan kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhn dari sakit.

20
i. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek
Merupakan stressor yang di alami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu -/+ 6 (enam) bulan.
2) Stresor jangka panjang
Merupakan stressor yang di alami keluarga yang memerlukan waktu
penyelesaian dalam waktu lebih 6 (enam) bulan
3) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap situasi /stressor,
artinya sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stressor
4) Strategi koping yang digunakan, artinya strategi apa yang digunakan
oleh keluarga bila menghadapi permasalahan.
5) Strategi adaptasi disfungsional, artinya kita menjelaskan tentang
strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi masalah.
j. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan tidak berbeda dengan metode pemeriksaan fisik klinik baik per
sistem atau head to toe
k. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga meliputi :


a. Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat diperoleh dari
wawancara dengan klien berkaitan dengan kejadian sebelum nya dan
sekarang, penilaian subjektif misal nya pengalaman setiap anggota
keluarga, maupun temuan ynag objektif misal nya hasil observasi berbagai
fasilitas yang ada di rumah keluarga.
b. Sumber data keluarga dapat juga di peroleh dari informasi yang tertulis
atau lisan dari berbagai agency yang berhubungan dengan atau bekerja
sama dengan keluarga atau informasi dari anggota tim kesehatan lain.

21
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakan nya.
Diagnosis keperwatan keluarga di analisis dari hasil pengkajian terhadap ada nya
masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko
maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab
untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.
Tipologi atau sifat diagnosis keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga bersifat actual
Artinya terjadi deficit/gangguan kesehatan dalam keluarga dan dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan.
b. Diagnosis keperawatan keluarga bersifat resiko (ancaman kesehatan)
Artinya sdh ada data yang menunjang, namun belum terjadi gangguan, misal
nya lingkungan rumah yang kurang bersih atau pola makan tidak adekuat.
c. Diagnosis keperwatan keluarga bersifat keadaan sejahtera (wellness)
Merupakan suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.
Langkah-langkah membuat diagnosis keperawatan keluarga :
a. Analisis data
Terdiri dari data subyektif dan obyektif, etiologi dan masalah.
b. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
c. Rumusan masalah berdasarkan NANDA
d. Etiologi : berdasarkan dari tugas hasil perawatan kesehatan keluarga
e. Untuk diagnosis keperawatan potensial (sejahtera/ wellness) menggunakan/
boleh tidak menggunakan etiologi.

22
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas adalah (Malagya,
2009) :
a. Kriteria sifat masalah
b. Kemungkinan masalah dapat di ubah/di atasi :
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk mengatasi
masalah
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu
4) Sumberdaya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan masyarakat.
c. Kriteria potensi masalah untuk di cegah
1) Kepelikan dari masalah (berhubungan dengan beratnya penyakit/
masalah)
2) Lamanya masalah (berhubungan dengan jangka masalah itu ada)
3) Tindakan yang sedang dijalankan (adalah tindakan yang tepat dalam
memperbaiki masalah)
4) Adanya kelompok high risk menambah potensi untuk mencegah masalah
d. Menonjolnya masalah
Menurut buku Panduan asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC DAN
NIC di Puskesmas dan Masyarakat, 2017, diagnosa keperawatan yang bisa
muncul dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa/ pelepasan
(Lounching Centre Families) antara lain:
a. Gangguan proses keluarga (00060)
Definisi : Perubahan dalam hubungan dan atau fungsi keluarga
b. Penurunan koping keluarga (00074)
Definisi : Orang utama pendukung (anggota keluarga, kerabat, teman
dekat) kurang, tidak efektif atau penurunan dalam memberi dukungan,
rasa nyaman, bantuan, atau motovasi yang diperlukan oleh klien untuk
mengelola atau menguasai tugas-tugas adaptif terkait masalah kesehatan
nya.

23
c. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga (00080)
Definisi : Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses
keluarga, suatu program untuk pengobatan penyakit sekuelanya yang
tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu.
d. Resiko hambatan religious (00170)
Definisi : Rentan mengalami gangguan kemampuan untuk melatih
kebergantungan pada keyakinan agama dan atau berpartisipasi dalam
ritual tradisi kepercayaan tertentu.
e. Kesiapan meningkatkan proses keluarga (00159)
Definisi : Suatu pola fungsi keluarga untuk mendukung kesejahteraan
anggota keluarga dan dapat ditingkatkan.
f. Ketidakmampuan koping keluarga (00073)
Definisi: perilaku individu pendukung (anggota keluarga, orang terdekat
atau teman dekat) yang membatasi kapasitas/kemampuannya dan
kemampuan klien untuk secara efektif melakukan tugas penting untuk
adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.
g. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Definisi : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan atau
mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
h. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Definisi:ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
Diagnosa Keperawatan Prioritas :
1) Ketidakmampuan koping keluarga
2) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan kesehatan klien yang telah diidentifikasikan dan divalidasi

24
pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Rencana keperawatan adalah
kumpulan tindakan yang dilakukan oleh perawat bersama-sama sasaran
(keluarga) untuk dilaksanakan sehingga masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi dapat terselesaikan. Rencana tindakan
keperawatan keluarga merupakan langkah dalam menyusun alternatif-alternatif
dan mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan
perawatan mandiri, sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga. Dalam setiap rencana
keperawatan, perawat keluarga menetapkan aktifitas untuk setiap tujuan
perawatan. Perawat keluarga merencanakan apa kegiatan yang akan dilakukan,
kapan, bagaimana melakukan, siapa yang melakukan, dan berapa banyak yang
akan dilakukan. Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien
keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup
penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan.
1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana
keperawatan adalah :
a. Kualitas rencana
1) Harus berdasarkan masalah yang jelas
2) Harus realistis
3) Sesuai dengan tujuan
4) Di buat secara tertulis
5) Di buat bersama keluarga
b. Langkah-langkah perencanaan
1) Pengetahuan yang ada, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, tenaga dan keuangan
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, ketrampilan dan waktu
4) Sumber daya masyarakat : fasilitas, organisasi, masyarakat dan
dukungan masyarakat.

25
c. Menentukan tujuan
1) Tujuan merupakan akhir yang di tuju dengan semua usaha
2) Tujuan adalah pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dari tindakan keperwatan yang terdiri dari jangka pendek dan
jangka panjang
3) Tujuan jangka panjang/umum adalah : target dari kegiatan atau hasil
akhir yang diharapkan dari rangakain proses penyelesaian masalah
keperawatan (penyelesaian satu diagnosis). Biasanya berorientasi
pada perubahan perilaku : pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
4) Tujuan jangka panjang/khusus : hasil yang diharapkan dari setiap
akhir kegiatan yang dilakjukan pada waktu tertentu disesuaikan
dengan penjabaran jangka panjang.
d. Menentukan rencana evaluasi
1) Kriteria (tanda/indicator yang mengukur pencapaian tujuan, tolak
ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat penampilan sesuai
dengan tolak ukur yang ada.
2) Standar : Evaluasi “standar” mengacu pada teori yang ada.

2. Intervensi keperawatan keluarga berdasarkan prioritas masalah yang


ada:
a. Ketidakmampuan koping keluarga (00073)
Definisi: perilaku individu pendukung (anggota keluarga, orang terdekat
atau teman dekat) yang membatasi kapasitas/kemampuannya dan
kemampuan klien untuk secara efektif melakukan tugas penting untuk
adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan.
Intervensi:
1) Peningkatan keterlibatan keluarga (7110)
2) Terapi keluarga (7150)
3) Dukungan pengasuhan (7040)
4) Pendidikan kesehatan (5510)
5) Pengajaran proses penyakit (5602)

26
6) Fasilitas pembelajaran (5520)
7) Dukungan dalam membuat keputusan (5250)
8) Dukungan keluarga (7140)
9) Peningkatan koping (5230)
10) Dukungan emosional (5270)
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
Definisi: ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan atau
mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
Intervensi :
1) Pendidikan kesehatan proses penyakit (5510)
2) Dukungan membuat keputusan (5250)
3) Membangun harapan ( 5310)
4) Manajemen jalan nafas (3140)
5) Fisioterapi dada (3230)
6) Latihan batuk (3250)
7) Manajemen pengobatan (2380)
8) Identifikasi faktor resiko (6610)
9) Pencegahan infeksi (6550)
10) Rujukan (8100)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Definisi:ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
Intervensi:
1) Manajemen jalan napas (3140)
2) Manajemen batuk (3250)
3) Monitor pernapasan (3350)
3. Skala untuk Menentukan Prioritas (Maglaya,2009)

No. Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah
Skala:
Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2 2

27
Potensial 1
2. Kemungkinana masalah dapat diubah
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1
2
Tidak Dapat 0
3. Potensi Masalah Dapat Dicegah
Skala:
Tinggi 3
Cukup 2
1
Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
Segera 2
Tidak Perlu 1
1
Tidak Dirasakan 0

Cara Skoring:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor

X Bobot
Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:


Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat
masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk
dicegah dana menonjolnya masalah.
a. Kiteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat
diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
b. Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat
perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.

28
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.
c. Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
1) Kepelikan dari masalah, yang berhubungandengan penyakit atau
masalah
2) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah
d. Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
Nilai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi
keluarga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan
keperawatan keluarga yaitu:
1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan
untuk mencapai suatu hasil
2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar
bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga
3) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih oleh keluarga
4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan.
5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan harus
bersama-sama dengan keluarga.

29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.A DENGAN TUGAS DAN
PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA (PELEPASAN) DI
RT 04 RW IV KAMPUNG KOYA KOSO

30
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn. A
b. Alamat : Koya Koso
c. Agama : Islam
d. Suku : Jawa
e. Bahasa sehari-hari : Bahasa Indonesia
f. Jarak fasyankes terdekat : 10 KM
g. Alat transportasi : Motor
2. Data komposisi anggota keluarga dan kondisi kesehatan anggota
keluarga

Nama Umur Sex Hub dgn Pnddkn Pek. Status


keluarga kesehatan
Tn. A 56 th L Suami SD Swasta Sakit (TB paru)
Ny. K 48 th P Istri SMP Swasta Sehat
Nn. I 28 th P Anak SMA Swasta Sehat
Tn. U 25 th L Anak SMA Swasta Sehat

a. Status imunisasi dasar


1) Tn. A : sejak kecil belum pernah mendapatkan imunisasi
2) Ny. K: mendapatkan imunisasi dasar lengkap (BCG, DPT,
Polio, Hepatitis, campak)
3) An. I: mendapatkan imunisasi dasar lengkap (BCG, DPT,
Polio, hepatitis, campak)
4) An. U: mendapatkan imunisasi dasar lengkap (BCG, DPT,
Polio, hepatitis, campak).

b. Riwayat penyakit/alergi
Semua anggota keluarga tidak pernah mengalami sakit yang
sama, dan tidak pernah sakit yang harus di bawa ke rumah
sakit, hanya batuk pilek biasa.

31
c. Penggunaan alat bantu
Semua anggota keluarga tidak ada yang memakai alat bantu.
d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga inti (nuclear family)
yang terdiri Tn. A sebagai kepala kelurga dan Ny.J sebagai
istri dan kedua anak nya. Anak pertama perempuan dan anak
kedua laki-laki. Suku bangsa Tn. A dan Ny. J berasal dari
Jawa, dimana Tn. A berasal dari Jawa Tengah dan Ny. J
berasal dari Jawa Timur. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Indonesia dan bahasa daerah jawa.

GENOGRAM

Keterangan:

laki-laki

:peremepuan

:klien

:tinggal serumah

:garis keturunan

:meninggal

e. Suku Bangsa
Keluarga Tn.A semunya merupakan suku jawa dimana Tn. A
berasal dari Jawdan Timur istrinya berasal dari Jawa Timur.
f. Agama
seluruh keluarga Tn. A beragama Islam, keluarga TN. A
menjalani ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
g. Status sosial dan ekonomi
1) Status sosial

32
Tn.A mengatakan mereka adalah orang Jawa tapi sudah
lama tinggal di Koya Kosong dan mereka tidak
memandang status dalam hidup bermasyarakat.
2) Status Ekonomi
Pendapatan Tn.A sebagai pekerja swasta dan dalam
menafkahi keluarga dibantu oleh anak pertama yang
bekerja sebagai karyawan toko. Penghasilan tersebut bisa
mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari. Keluarga
tergolong KS 1.
h. Aktifitas rekreasi
Keluarga Tn.A biasanya pada saat malam hari kumpul bersama
keluara nya di ruang tv sambil nonton dan kadang berbincang-
berbincang bersama di ruang tv bersama anak nya.
3. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Saat ini keluarga berada dalam tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa dengan tugas perkembangan memperluas dan
mempersiapkan anak-anak nya dalam membentuk keluarga baru.
Masuk nya anggota keluarga baru yang didapatkan melalui
perkawinan anak-anak nya melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali kehidupan sebagai suami istri.
b. Tugas perkembangan keluarga Tugas perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi : Keluarga belum mampu menyediakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan, dan saat ini keluarga masih
harus merawat salah satu anggota keluarga yang sakit, yaitu Tn.A
yang saat ini sedang menderita sakit TBC.
c. Riwayat kesehatan sebelum nya
Orang tua Tn. A dan Ny. J sudah meninggal, menurut penuturan Tn.
A orang tua nya tidak mempunyai keturunan dengan riwayat TBC.
Sedangkan Ny.J juga tidak memiliki riwayat keturunan TBC. Untuk

33
penyakit hipertensi dan gula mereka juga mengatakan tidak
mempunyai nya, begitu pula dengan penyakit menular lain nya
d. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Saat ini Ny. J dan kedua orang anak nya dalam keadaan sehat dan
tidak memiliki penyakit keturunan.
e. Data penunjang keluarga
Rumah dan sanitasi lingkungan
Keterangan:
12 m
a, d, e: kamar

a b h b : ruang keluarga

6m c : ruang tamu

h : wc

g : dapur
c d e g

1) Kondisi/Karakteristik rumah
Kondisi rumah Tn. A berukuran 12x6 meter, Tn.A saat ini
mengontrak bersama keluarga nya, dimana lingkungan tempat
tinggal nya cukup padat, lantai nya berasal dari semen
a) Ventilasi : kurang
b) Pencahayaan : kurang
c) Saluran buang limbah : cukup
d) Sumber air bersih : sumur gali
2) PHBS di rumah tangga
a) Keluarga Tn. A menggunakan air bersih dari sumur gali
untuk kebutuhan makan dan minum dan untuk kebersihan
diri serta kebutuhan MCK.
b) Mencuci tangan namun jarang menggunakan sabun
c) Selalu membuang sampah pada tempat nya

34
d) Lingkungan rumah : lingkungan rumah Tn. A cukup bersih,
hanya saja banyak masyarakat yang tinggal di dekat rumah
Tn. A yang kadang membuang sampah sembarangan.
e) Setiap hari keluarga Tn. A mengkonsumsi lauk pauk
seadanya.
f) Jamban yang digunakan juga memenuhi syarat
g) Tempat sampah : ada
h) Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga
tidak memenuhi syarat(8m2/orang)
i) Menggunakan jamban sehat : iya
j) Memberantas jentik nyamuk seminggu sekali : tidak,
keluarga hanya menggunakan lotion anti nyamuk.
k) Melakukan aktifitas fisik setiap hari : keluarga Tn. A tidak
pernah melakukan aktifitas fisik sehari-hari.
l) Keluarga Tn. A juga tidak makan buah setiap hari karena
pendapatan keluarga yang tidak menentu terkadang hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, hanya jika
ada uang lebih baru mereka membeli buah untuk di
konsumsi.
m) Tidak merokok di dalam rumah : Tn. A merokok di dalam
rumah.
f. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan
anggota keluarga.
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggota nya yang menderita
sakit : Ada tapi kurang memperhatikan.
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang di alami
anggota keluarga : mengetahui, tetapi akses kepelayanan
kesehatan sulit terjangkau.
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang
di alami anggota dalam keluarga nya : tidak.

35
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah
kesehatan yang di alami anggota dalam keluarga nya : keluarga
tidak mengetahui
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang di
alami anggota dalam keluarga nya bila tidak di obati/di rawat :
tidak mengetahui
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah
kesehatan yang di alami anggota keluarga nya: kepada tetangga
dan keluarga lain.
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang di alami
anggota keluarga nya : perlu berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan hanya saja fasilitas kesehatan yang cukup jauh serta
kondisi ekonomi yang serba terbatas.
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang
di alami anggota keluarga secara aktif : iya, tapi hanya
menggunakan ramuan tradisional.
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah
kesehatan yang di alami keluarga nya : Mengetahui, hanya saja
kondisi ekonomi yang sulit membuat mereka hanya sesekali
kontrol ke layanan kesehatan.
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota
keluarga dengan masalah kesehatan yang di alami nya : tidak
bisa, karena mereka blm pernah merawat orang sakit sebelum
nya.
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah
kesehatan yang di alami anggota keluarga : iya, tapi keluarga
mengalami kesulitan, karena belum mengetahui cara-cara
pencegahan nya.
12) Apakah keluarga dapat memelihara/memodifikasi lingkungan
yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan : tidak.

36
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber
di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarga nya : kurang mampu
g. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Cara berkomunikasi antar anggota keluarga Tn.A antara orang
tua, orang tua dan anak serta anak dengan anak cukup baik. Jika
ada hal-hal yang penting selalu dibicarakan dengan bersama
dan dalam berkomunikasi mereka menggunakan bahasa daerah
dan bahasa Indonesia.
2) Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Tn.A dengan
meminta pendapat pada anggota keluarga yang lain. Setiap
anggota keluarga berhak mengeluarkan pendapat, dan jika ada
permasalahan keluarga selalu dibicarakan dan dicari solusinya
dengan melakukan musyawarah di dalam keluarga.
3) Struktur peran Peran masing-masing keluarga :
 Tn. A berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas
untuk mencari nafkah bekerja sebagai wiraswasta (buruh
bangunan)
 Ny. J berperan sebagai istri, mengurus rumah tangga
 Anak pertama Tn. A membantu mencari nafkah dan
sedangkan anak kedua baru lulus SMA.
4) Nilai dan norma keluarga dalam keluarga Tn.A selalu
mengajarkan tentang kesopanan kepada anak-anaknya,
terutama nilai kesopanan kepada orang yang lebih tua, Ny.J
juga menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak kecil kepada anak-
anaknya.

37
h. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Keluarga Tn. A yang saling menyayangi dan peduli terhadap
anggota keluarga yang sakit khusus nya Tn.A.
2) Fungsi sosialisasi
Tn.A dan Ny.J selalu mengajarkan dan menekankan pada
keluarganya bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan
lingkungan tempat tinggalnya.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.A khususnya Ny.J dahulu mengikuti KB dan
sekarang telah berhenti, mereka memiliki 2 orang anak berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan.
4) Fungsi ekonomi
Tn. A Mengatakan dari penghasilannya sendiri sebagai buruh
banguan dan di bantu anak pertama nya sebagai karyawan toko
di rasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk
sandang, pangan dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan.
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga Tn.A dalam hal kesehatan kurang mampu
mengenal masalah-masalah kesehatan, terbukti dengan
ketidaktahuan keluarga khususnya Tn.A tentang penyakit
yang di derita sehingga hanya memberi obat ramuan
tradisional di warung terdekat.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan.
Keluarga Tn.A belum mampu mengambil keputusan
mengenai akibat yang di timbulkan dari batuk yang
berkepanjangan, sehingga keluarga merasa khawatir tentang
kondisi kesehatan Tn.A. Sedangkan di sisi lain Tn.A juga
sering merokok di dalam rumah, apalagi jarak pelayanan

38
kesehatan yang cukup jauh dari rumah nya membuat
keluarga Tn.A enggan ke fasilitas layanan kesehatan.
c) Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
makanan dan pakaian disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi.
d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/
memelihara lingkungan yang sehat untuk perawatan
anggota keluarga yang sakit. Keluarga Tn.A kurang mampu
memodifikasi lingkungan terlihat dari pembuangan air
limbah di buang di belakang rumah, jendela jarang di buka,
kebersihan cukup bersih.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat. Keluarga belum mampu
menggunakan pelayanan kesehatan akan tetapi belum
maksimal dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
i. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Saat ini keluarga tidak merasakan ada nya masalah besar,
namun keluarga merasa khawatir terhadap keadaan kesehatan
Tn.A yang saat ini menderita TBC. Keluarga sangat
menginginkan bahwa Tn.A dapat segera sembuh, mengingat
Tn.A sudah sakit yang cukup lama. Hal ini pula yang membuat
Tn.A merokok terus menerus untuk menghilangkan stress nya.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga Tn. A menganggap semua orang pasti punya masalah
namun keluarga Tn.A berusaha untuk selalu bermusyawarah.
3) Strategi koping yang digunakan.
Keluarga Tn.A berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup nya, namun jika hasil belum sesuai, maka
mereka hanya berserah dan menerima apa ada nya.

39
4) Strategi adaptasi disfungsional
Pada Tn.A didapatkan strategi koping yang disfungsional,
dimana menurut Tn.A bila banyak berpikir tentang berbagai
persoalan hidup keluarga biasa nya pelarian nya dengan
mengisap rokok lebih banyak. Menurut nya dengan mengisap
rokok pikiran menjadi tenang.
j. Data pengkajian individu yang mengalami masalah/sakit
1) Nama : Tn. A
2) Diagnosa medis : TB Paru
3) Status rujukan : Rujukan Rumah Sakit
4) Pemeriksaan fisik

Komponen Tn.A Ny. J Ny. I Tn.U


Keadaan Kesadaran: CM Kesadaran:Cm Kesadaran:Cm Kesadaran:
umum GCS: E4V5M6 GCS: E4V5M6 GCS: E4V5M6 Cm
TD:140/90 TD:120/80 TD:110/70mmHg GCS:
mmHg N:80 N:81 x/m E4V5M6
N: 88x/m RR:18 x/m SB: 36,5 0C TD: 110/80
RR:32x/m SB:36,7 0C RR: 20 x/mnt mmHg
SB: 37,5 0C TB:155 cm BB:50 kg N: 85 x/mnt
BB: 65Kg BB:70 Kg TB:155 cm Rr: 20
TB:170 cm x/mnt
SB: 37,0 0C
BB: 60 kg
TB:160 cm
Keluhan Sesak, Batuk, ada - - -
secret tapi susah
mengeluarkan.
Kepala dan Keadaan umum - - -
rambut bersih, distribusi
rambut baik.
Mata Gerak bola mata, - - -
visus dan lapang
pandang tidak
ada kelainan.
Hidung Terdapat sekret - - -
Dada Menggunakan - - -
otot bantu nafas
saat bernafas,
pergerakkan

40
simetris, suara
paru ronchi,
bunyi jantung
reguler.
Abdomen B.U. 8x/menit - - -
Ekstremitas Kekuatan, refleks - - -
dan ROM tidak
ada kelainan baik
ekstremitas atas
maupun
ekstremitas
bawah.

5) Tidur/Istirahat
Susah tidur : iya
Waktu tidur : 5-6 jam/hari
Bantuan obat : tidak menggunakan bantuan obat
6) Mental
 Cemas: Tn. A merasa cemas dengan kondisi nya yang sakit
saat ini, jadi susah tidur, gelisah.
 Takut: Tn. A merasa takut bila sakit nya ini tidak bisa
sembuh, karena harus minum obat cukup lama
 Depresi: Tn. A tidak mengalami depresi.
7) Komunikasi dan budaya
Interaksi dengan keluarga
 Baik/terhambat: Baik.
 Berkomunikasi: tidak ada hambatan
8) Kegiatan social sehari-hari : Tn. A berinteraksi dengan
tetangga namun keluarga membatasi.
9) Pemeriksaan laboratorium
Darah : tampak ada nya peningkatan lekosit dan limfosit
Pada radiologi foto thorax : di temukan bayangan yang berawan
atau bercak, adanya kavitas tunggal atau ganda.

k. Harapan keluarga

41
Keluarga Tn.A merasa senang dengan kedatangan perawat, keluarga
mengharapakan bisa berbincang-bincang dengan petugas kesehatan
dan bisa menambah pengetahuan keluarga tentang masalah-masalah
kesehatan.
l. Klasifikasi data

Data subyektif Data objektif


1. Tn. A mengatakan hanya lulusan 1. TTV :
SD dan istrinya juga mengatakan Kesadaran: CM
hanya lulusan SMP. GCS: E4V5M6
TD:140/90 mmHg
2. Tn. A mengatakan bahwa ia hanya
N: 88x/m
bekerja sebagai buruh bangunan, RR:32x/m
untuk menafkahi keluarga nya di SB: 37,5 0C
BB: 65Kg
bantu oleh anak pertama yang
TB:170 cm
bekerja sebagai karyawan toko.
2. Tampak sakit sedang,
3. Tn. A : sejak kecil belum pernah
3. Keluarga tampak belum mampu
mendapatkan imunisasi.
menyediakan lingkugan yang
4. Tn. A mengatakan bahwa keluarga
dapat meningkatkan kesehatan,
nya tidak pernah berekreasi,
keluarga juga sedang merawat
rekreasi nya hanya menonton
salah satu anggota keluarga sakit.
televisi bersama keluarga di rumah.
4. Tn.A tampak merokok
5. Tn.A mengatakan bahwa iya
5. Tampak pembuangan sampah di
menderita batuk berdahak sudah
sekitar rumah Tn.A yang sangat
lama kurang lebih 2 bulan. Ia juga
dekat dengan pemukiman.
mengatakan bahwa nafsu makan
6. Lingkungan Tn.A tampak bising.
nya menurun, napas berat.
7. Jarak antara rumah dan pelayanan
6. Tn.A mengatakan jika ada anggota
kesehatan cukup jauh.
keluarga nya yang sakit hanya
minum ramuan obat tradisional.
7. Keluarga Tn.A mengatakan bahwa
jarak antara rumah ke pelayanan
kesehatan cukup jauh.
8. Keluarga Tn.A mengatakan merasa
khawatir tentang kondisi Tn.A yang

42
saat ini sedang sakit.
9. Tn.A mengatakan bahwa jika ia
sedang banyak pikiran ia
melampiaskan nya dengan cara
merokok lebih banyak, dengan
alasan jika merokok beban menjadi
ringan.
10. Keluarga Tn.A dalam hal kesehatan
kurang mampu mengenal masalah-
masalah kesehatan, terbukti dengan
ketidaktahuan keluarga khususnya
Tn.A tentang penyakit yang di
derita sehingga hanya memberi obat
ramuan tradisional di warung
terdekat.
11. Tn. A mengatakan keluarga
membatasi berinteraksi dengan
tetangga.
12. Tn.A mengatakan Sesak, Batuk,
ada secret tapi susah mengeluarkan.
13. Tn. A mengatakan belum mampu
menggunakan pelayanan kesehatan
secara maksimal dikarenakan jarak
tempuh yang cukup jauh ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
14. Keluarga Tn.A kurang mampu
memodifikasi lingkungan terlihat
dari pembuangan air limbah di
buang di belakang rumah, jendela
jarang di buka, kebersihan cukup
bersih.
15. Tn. A merasa cemas dengan
kondisi nya yang sakit saat ini,

43
jadi susah tidur, gelisah.
16. Tn.A mengatakan bahwa
Keluarganya belum mampu
menyediakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan,
dan saat ini keluarga masih harus
merawat salah satu anggota
keluarga yang sakit, yaitu Tn.A
yang saat ini sedang menderita
sakit TBC.

m. Analisah data
Data Masalah Penyebab
Ds: Ketidakmampua Ketidakmampuan
1. Tn.A mengatakan jika ada anggota n koping keluarga dalam
keluarga nya yang sakit hanya keluarga. menyelesaikan
minum ramuan obat tradisional. masalah.
2. Keluarga Tn.A mengatakan bahwa
jarak antara rumah ke pelayanan
kesehatan cukup jauh.
3. Tn.A mengatakan bahwa jika ia
sedang banyak pikiran ia
melampiaskan nya dengan cara
merokok lebih banyak, dengan alasan
jika merokok beban menjadi ringan.
4. Tn. A mengatakan keluarga
membatasi berinteraksi dengan
tetangga.
DO:
1. Tn.A tampak merokok
2. Jarak antara rumah dan
pelayanan kesehatan cukup jauh.
DS: Ketidakefektifan Ketidakmampuan

44
1. Keluarga Tn.A mengatakan bahwa pemeliharaan keluarga dalam
dalam hal kesehatan kurang mampu kesehatan memelihara
mengenal masalah-masalah kesehaytan.
kesehatan, terbukti dengan
ketidaktahuan keluarga khususnya
Tn.A tentang penyakit yang di derita
sehingga hanya memberi obat
ramuan tradisional di warung
terdekat.
2. Keluarga Tn.A kurang mampu
memodifikasi lingkungan terlihat dari
pembuangan air limbah di buang di
belakang rumah, jendela jarang di
buka.
3. Keluarga Tn.A mengatakan bahwa
jarak antara rumah ke pelayanan
kesehatan cukup jauh.
4. Tn. A mengatakan belum mampu
menggunakan pelayanan kesehatan
secara maksimal dikarenakan jarak
tempuh yang cukup jauh ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Tn.A mengatakan bahwa
Keluarganya belum mampu
menyediakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan, dan saat ini
keluarga masih harus merawat salah
satu anggota keluarga yang sakit,
yaitu Tn.A yang saat ini sedang
menderita sakit TBC.

Data objektif:
1. Keluarga tampak belum mampu
menyediakan lingkugan yang dapat

45
meningkatkan kesehatan, keluarga
juga sedang merawat salah satu
anggota keluarga sakit.
2. Tn.A tampak merokok
3. Tampak pembuangan sampah di
sekitar rumah Tn.A yang sangat
dekat dengan pemukiman.
4. Lingkungan Tn.A tampak bising.
Ds: Ketidakefektifan Terjadi
1. Tn.A mengatakan bahwa iya menderita bersihan jalan peningkatan
batuk berdahak sudah lama kurang napas produksi
lebih 2 bulan. seputum.
2. Tn.A mengatakan Sesak, Batuk, ada
secret tapi susah mengeluarkan.
DO:
Tn.A tampak sesak, tampak batuk
terdengar bunyi ronchi.
TTV :
TD:140/90 mmHg
N: 88x/m
RR:32x/m
SB: 37,5 0C
Tampak sakit sedang.

Skala prioritaskan diagnosa:


1. Ketidakmampuan koping keluarga (00073)

No. Kriteria Skor Bobot Perhitunga Hasil


n
1. Sifat Masalah
Skala:
Wellness 3
3/3X2 1
Aktual 3
Resiko 2 2
Potensial 1
2. Kemungkinana masalah dapat diubah 1/2X2 1
Skala:
Mudah 2

46
Sebagian 1 2
Tidak Dapat 0
3. Potensi Masalah Dapat Dicegah
Skala:
Tinggi 3 2/3X1 2/3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
Segera 2 2/2X1 1
Tidak Perlu 1 1
Tidak Dirasakan 0
JUMLAH 3 2/3

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)

No. Kriteria Skor Bobot Perhitunga Hasil


n
1. Sifat Masalah
Skala:
Wellness 3
3/3X2 2
Aktual 3
Resiko 2 2
Potensial 1
2. Kemungkinana masalah dapat diubah
Skala:
Mudah 2 2/2X2 2
Sebagian 1 2
Tidak Dapat 0
3. Potensi Masalah Dapat Dicegah
Skala:
Tinggi 3 3/3X1 1
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
Segera 2 2/2X1 1
Tidak Perlu 1 1
Tidak Dirasakan 0
JUMLAH 6

3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)


No. Kriteria Skor Bobot Perhitunga Hasil

47
n
1. Sifat Masalah
Skala:
Wellness 3
3/3X2 2
Aktual 3
Resiko 2 2
Potensial 1
2. Kemungkinana masalah dapat diubah
Skala:
Mudah 2 2/2X2 2
Sebagian 1 2
Tidak Dapat 0
3. Potensi Masalah Dapat Dicegah
Skala:
Tinggi 3 3/3X1 1
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
Segera 2 2/2X1 1
Tidak Perlu 1 1
Tidak Dirasakan 0
JUMLAH 6

Prioritas masalah:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)


2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)

48
No. Diagnosa kep. Tujuan dan KH INTERVENSI IMPLEMENTASI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakkan 1. Monitor pernapasan (3350) 1. Melakukan monitor status
(00031). keperawatan selama 1x 24 2. Manajemen jalan napas (3140) : pernapasan dan oksigenasi.
Ditandai dengan: jam, diharapkan jalan napas 3. Manajemen batuk (3250) 2. Mengatur posisi untuk
Data subyektif: bebas, dengan KH: memaksimalkan ventilasi.
1. Tn.A mengatakan bahwa iya  Mendemonstrasikan 3. Mendemonstrasikan batuk
menderita batuk berdahak sudah batuk efektif. efektif.
lama kurang lebih 2 bulan.  Suara napas bersih 4. Meminta pasien untuk batuk
2. Tn.A mengatakan Sesak, Batuk, ada  Frekuensi napas norma dilanjutkan dengan beberapa
secret tapi susah mengeluarkan. ( 18-24/ mnt). periode napas dalam .
5. Memberikan edukasi tentang
Data obyktif:
kebutuhan cairan sesuai dengan
Tn.A tampak sesak, tampak batuk dan
kebutuhan.
terdengar bunyi ronchi.
TTV :
TD:140/90 mmHg
N: 88x/m
RR:32x/m
SB: 37,5 0C
Tampak sakit sedang
2. Ketidakefektifan pemeliharaan Setelah dilakukan tindakkan 1. Pendidikan kesehatan proses 1. Memberikan informasi yang
kesehatan (00099) keperawatan keluarga 1x 24 penyakit (5510) sesuai dengan kondisi klien dan

Ditandai dengan: jam diharapkan keluarga 2. Dukungan membuat keputusan keluarga denganbahasa yang
mampu meningkatkan (5250) mudah dimengerti sehingga
Data subyektif:

49
1. Keluarga Tn.A mengatakan pemeliharaan kesehatan 3. Membangun harapan ( 5310) mudah dipatuhi.
bahwa dalam hal kesehatan keluarga dengan KH: 4. Identifikasi faktor resiko (6610) 2. Membantu pasien dan keluarga
kurang mampu mengenal  Mampu menggunakan 5. Pencegahan infeksi (6550) untuk mengklarifikasi nilai dan
masalah-masalah kesehatan, pelayanan kesehatan harapan yang mungkin akan
terbukti dengan ketidaktahuan secara maksimal. membantu dalam membuat
keluarga khususnya Tn.A tentang  Mampu menjaga pola pilihan yang penting dalam
penyakit yang di derita sehingga hidup sehat (tidak pemeliharaan kesehatannya.
hanya memberi obat ramuan merokok). 3. Memfasilitasi antara pasien/
tradisional di warung terdekat.  Menunjukkan perilaku keluarga dan penyedia
2. Keluarga Tn.A kurang mampu yang menghindari resiko pelayanan kesehatan.
memodifikasi lingkungan terjadinya gangguan 4. Mendiskusikan bersama rencana

terlihat dari pembuangan air kesehatan. kegiatan pengurangan resiko


gangguan pemeliharaan
limbah di buang di belakang
kesehatan (menjalani pola hidup
rumah, jendela jarang di buka.
sehat).
3. Keluarga Tn.A mengatakan bahwa
5. Memberikan edukasi kepada
jarak antara rumah ke pelayanan
klien dan keluarga mengenai
kesehatan cukup jauh.
tanda dan gejala infeksi serta
4. Tn. A mengatakan belum mampu
kapan harus melaporkannya
menggunakan pelayanan
kepada pemberi layanan
kesehatan secara maksimal kesehatan.
dikarenakan jarak tempuh yang

50
cukup jauh ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Tn.A mengatakan bahwa
Keluarganya belum mampu
menyediakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan,
dan saat ini keluarga masih
harus merawat salah satu
anggota keluarga yang sakit,
yaitu Tn.A yang saat ini sedang
menderita sakit TBC.
Data objektif:
1. Keluarga tampak belum mampu
menyediakan lingkugan yang
dapat meningkatkan kesehatan,
keluarga juga sedang merawat
salah satu anggota keluarga sakit.
2. Tn.A tampak merokok
3. Tampak pembuangan sampah di
sekitar rumah Tn.A yang sangat
dekat dengan pemukiman.

51
4. Lingkungan Tn.A tampak bising

52
Daftar Pustaka

Muhlisin,Abi.2012 Keperawatan Keluarga.Gosyen Publising;Yogyakarta

Sahar,Junaiti.Setiawan,Aagus Attal,2019.Keperawatan Kesehatan Komunitas dan


Keluarga.Elsevier;Singapura

Sahar,Junaiti.Wiarsih,Wiwin Atall,2017.Panduan Asuhan Keperawatan Individu,


Keluarga,kelompok,dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA,ICNP, NIC dan
NOC di Puskesmas Dan Masyarakat. IPKKI.; Jakarta

NUrarif,Amin Huda.Kusuma Hardhi,2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.Mediaction.;Jogjakarta

Keliat,Budi Anna.Windarwati,Heni DWI att all.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi


Dan Klasifikasi edisi 10 2015-2017.EGC;Jakarta

Nurjannah,Intansari Tumanggor,Roxsana devi.2016.NIC Edisi Bahasa Indonesia.


Elsevier;Singapura

Nurjannah,Intansari.2016.Intan’s Screening Diagnosis Assesment (ISDA) Edisi Bahasa


Indonesia.Mocomedia.;Jogjakarta

Mubarak wahit Iqbal.Santoso Bambang Adi at all.2006.Buku Ajar Ilmu Keperawatan


Komunitas 2.Sagung Seto.;Jakarta

Nadirawati.2018.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluaraga.Refika;Bandung

Utomo Dewi, Ardiani Nurul.2020.Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap


Perkembangan Keluarga Dewasa. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=asuhan+keperawatan+keluarga+dalam+tahap+perke
mbangan+dewasa+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D3oDa1-wo3loJ, diakses
pada tanggal 3 Maret 2021.

53

Anda mungkin juga menyukai