Anda di halaman 1dari 5

ANASTESI BEDAH ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


047 / / 26 /07 / 2016 00 1/3

Tanggal terbit Ditetapkan


STANDAR 27 Juli 2016 Direktur RSUD Provinsi NTB
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr. H. L. Hamzi Fikri, MM
NIP.197406212002121007

PENGERTIAN Anestesia Bedah Anak adalah anestesia yang dilakukan pada pediatri
pasien usia  12 tahun. yang termasuk pediatri adalah : neonatus, infant,
toddler, preschool children.
TUJUAN 1. Membantu menciptakan kondisi
optimal untuk prosedur bedah yang akan dijalani.
2. Mencegah terjadi morbiditas dan
mortalitas selama pembedahan dan paska bedah.
KEBIJAKAN 1. Peraturan direktur nomor tentang kebijakan pelayanan Rumah Sakit
2. Peraturan Direktur nomor tentang Pedoman Pelayanan Kamar
Operasi
PROSEDUR Peralatan :
 Persiapan kamar operasi :
a. Sirkuit anestesia : sirkuit terbuka Mapleson D (Jackson Ress)
dengan aliran gas segar 2,5 – 3 x ventilasi semenit untuk
mencegah rebreathing.
b. Volume kantung sesuai besar kapasitas vital.
c. Anak dengan BB : 10 – 20 kg dapat menggunakan sirkuit
setengah tertutup yang berdiameter kecil.

 Sarana kamar operasi :


a. Obat – obat anestesia termasuk obat resusitasi.
b. Monitor berupa EKG, tekanan darah, pulse oksimeri, stetoskop
prekordial.
c. Mesin anestesi beserta kelengkapan pasokan gas.
d. Peralatan jalan napas : sungkup muka, ETT, guedel.
e. Laringoskop dengan bilah anak, stylet dan laryngeal mask.
f. Peralatan penghangat tubuh anak dan alat pemantau suhu.
g. Alat untuk pemberian cairan intravena termasuk kanulasi vena.
h. Alat penghisap (suction).

 Bilah laringoskop :
a. Dianjurkan bilah lurus (miller) untuk usia <2 tahun.
b. Standar ukuran bilah laringoskop :

Umur Bilah
Prematur dan Neonatus Miller 0
Bayi s/d 6 – 8 bulan Miller 0 – 1
9 bulan s/d 2 tahun Miller 1
ANASTESI BEDAH ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


047 / / 26 /07 / 2016 00 1/3

2 s/d 5 tahun Macintosh 1


Miller 1 – 1,5

 Endo Tracheal Tube


a. Tanpa cuff dapat digunakan sampai usia 10 tahun.
(tergantung jenis operasi).
b. Prematur. : 2,5 – 3,0 mm
c. Neonatus s/d 6 bulan : 3,0 – 3,5 mm
d. 6 bulan s/d 1 tahun : 3,5 – 4 mm
e. 1-2 tahun : 4,0 - 5,0 mm
f. >2 tahun : 4,0 – 5,0 mm
g. Kedalaman tube dari mulut : 10+ usia(tahun)/2
 Pengaturan suhu kamar operasi :
a. Suhu optimal antara 26 – 32 C.
b. Terpasang penghambat alas (blanket rol).
c. Cairan infus, darah dan cairan irigasi harus dihangatkan.
 Peralatan pemberian cairan intravena :
a. BB  10 kg menggunakan buret atau infus pump untuk
mencegah pemberian cairan berlebih.
b. BB  10 kg digunakan set infus anak, 1 cc = 60 tetes.
c. Hindari udara yang masuk intravena.
d. Dapat menggunakan three way untuk memberi obat suntik
jarak jauh.
Prosedur :
1. Lakukan kunjungan pre anestesia sebelum operasi sesuai dengan
kesempatan dan waktu yang tersedia.
2. Meminta informed consent sebelum tindakan anestesia dilakukan.
3. Pada pre operatif sudah didapat data mengenai :
a. Riwayat usia kehamilan dan berat badan.
b. Proses persalinan (APGAR SCORE).
c. Riwayat perawatan di rumah sakit.
d. Ada kelainan bawaan atau metabolik.
e. Ada kelainan jalan napas.
4. Pemeriksaan fisik yang mencakup :
a. Keadaan umum, tanda vital, berat badan.
b. Keadaan mulut, rongga mulut, gigi yang dapat mempersulit
intubasi.
c. Keadaan jalan napas, respirasi dan sistem kardiovaskuler.
Tempat pemasangan kanulasi perifer.
5. Laboratorium rutin yang harus ada : Hb, Ht, Lekosit, Trombosit,
masa perdarahan dan masa pembekuan. Untuk keadaan khusus
dapat diperiksa foto thorak, EKG, tes fungsi hati, ginjal dan gula
darah.
6. Persiapan preanestesi :
a. Puasa :
ANASTESI BEDAH ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


047 / / 26 /07 / 2016 00 1/3

Bila memungkinkan pada saat puasa pasien sudah terpasang jalur


intravena dengan
Usia (Bulan) Susu/makan Cairan jernih infus (N2/N4/RL
padat sesuai umur) atau
6 4 jam 2 jam bila jadwal operasi
6 – 36 6 jam 3 jam tertunda.
> 36 8 jam 3 jam 7. Premedikasi dan
teknik induksi :
7.1. Premedikasi
a. Tidak perlu pada anak  18 bulan, anak > 18 bulan dapat
diberikan midazolam atau diazepam per oral.
b. Tidak perlu diberikan pada anak dengan kelainan mental
atau gangguan jalan napas.
c. Terapi penyakit kronis harus tetap diberikan.
d. Obat sedatif, narkotik, antiemetik dan antikolinergik
dapat diberikan sesuai indikasi.
7.2. Tehnik Induksi
Bayi  8 bulan atau BB <7 kg masuk kamar operasi tanpa
sedasi dan induksi dengan tehnik inhalasi.
7.3. Induksi Inhalasi
Dapat dilakukan bila belum terpasang jalur intravena. Anak
usia 8 bulan – 5 tahun atau anak yang tidak kooperatif
dapat dilakukan induksi inhalasi setelah disedasi dengan
midazolam. Dekatkan sungkup muka ke wajah dengan aliran
gas rendah (1-3 lt/mnt) N2O dan O2. Konsentrasi volatile
anestesi ditingkatkan bertahap. Saat reflek bulu mata hilang
letakkan sungkup muka dan angkat rahang. Naikan aliran gas
segar 2,5 – 3 kali volume semenit.
7.4. Induksi intramuskular
Untuk anak yang tidak kooperatif atau retardasi mental dapat
diinduksi dengan ketamin 3 – 5 mg/kgBB im.
7.5. Induksi Intravena
Untuk anak yang sudah terpasang jalur intravena dapat diinduksi
dengan propofol 3-4 mg/kgBB IV atau thiopental 4-6 mg/kgBB IV.
Propofol tidak dianjurkan digunakan pada anak < 3 tahun
Anak dengan lambung penuh
Prinsip sama dengan pasien dewasa dengan tambahan :
a. Atropin 0,02 mg/kg diberikan untuk mencegah bradikardia.
b. Lakukan dekompresi dengan pemasangan pipa naso –
gastrik atau orogastrik.
c. Berikan ranitidine 2 mg/kg/hari IV dibagi 3 dosis. Untuk
mengurangi volume lambung dan meningkatkan PH.
d. Intubasi sadar merupakan pilihan pada bayi sakit berat atau
dengan kelainan jalan napas hebat.
8. Intubasi dan pemeliharaan anestesia.
8.1. Intubasi
ANASTESI BEDAH ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


047 / / 26 /07 / 2016 00 1/3

a. Pemilihan ETT atau laryngeal mask sesuai kebutuhan.


b. Pemasangan ETT atau LM bisa dilakukan dengan atau tanpa
pelumpuh otot.
c. Penggunaan ETT dengan cuff sesuai indikasi (misal :
operasi dirongga mulut).
8.2. Pemeliharaan anestesia
a. Dalam dilakukan dengan inhalasi (halotan, isofluran,
sevofluran).
b. Pemeliharaan obat intravena dan pelumpuh otot sesuai
indikasi dan kebutuhan.
9. Pemberian cairan
a. Diberikan cairan dengan rumus 4-2-1 :
10 kg pertama : 4 cc/kgBB/jam
10 kg kedua : 2 cc/kgBB/jam
Kenaikan BB berikutnya : 1 cc/kgBB/jam
b. Cairan yang digunakan adalah ringer laktat dan dapat
ditambahkan cairan yang mengandung glukosa untuk
mencegah hipoglikemia.
c. Bila diperlukan cairan infus atau tranfusi sesuai dengan
perhitungan kebutuhan cairan perioperatif.
10. Proses pemulihan dan perawatan
10.1. Proses pemulihan
a. Bila menggunakan pelumpuh otot golongan non depolar,
dapat dipertimbangkan pemberian penawar pelumpuh otot.
b. Ekstubasi dilakukan setelah pernapasan adekuat dan mulut
bersih dari cairan atau bekuan darah.
c. Pada pasien dengan kelainan jalan napas atau tidak puasa
maka ekstubasi dilakukan setelah pasien sadar.
d. Laringospasme dapat terjadi selama proses bangun.
e. Gunakan oropharingeal airway bila pasien belum sadar.
f. Paska anestesia diberikan O2 100%.
Observasi pernapasan selama transportasi ke ruang pulih
Perawatan paska pembiusan
a. Ada supervisi oleh dokter spesialis anestesiologi.
b. Ada perawat anestesia yang mampu mengenali tanda –
tanda kegawatan pada anak paska anestesia.
c. Tanda vital harus segera dinilai setiba diruang pemulihan
dan dibuat laporan tertulis yang akurat selama diruang
pemulihan.
d. Tersedia alat monitoring, oksigen dan alat penghisap untuk
setiap setiap pasien.
e. Pasien dapat pindah keruang rawat jika sudah sadar, tanda
– tanda vital baik.

UNIT TERKAIT 1. Kamar Operasi IBS


2. Kamar Operasi IGD
ANASTESI BEDAH ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


047 / / 26 /07 / 2016 00 1/3

3. Ruang Rawa Inap


4. HCU/ ICCU/ NICU
5. Ruang Radiologi

Anda mungkin juga menyukai