Anda di halaman 1dari 3

Bentrok Sengketa Lahan di Kebumen, TNI

Bersenjata Pukul Warga


CNN Indonesia | Kamis, 12/09/2019 06:58 WIB
Bagikan :    

Ilustrasi prajurit TNI saat latihan. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah anggota TNI dikabarkan memukuli warga


yang merupakan petani di Desa Brencong Kecamatan Bulupesantren
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, pada Selasa (10/9). Pemukulan itu
buntut konflik agraria di Urutsewu. 

Teguh Purnomo, pengacara publik yang berada di lokasi kejadian,


mengatakan peristiwa itu terjadi saat prajurit TNI melakukan pemagaran di
sebuah lahan yang hingga kini masih menjadi sengketa antara warga dan
TNI.

"Warga yang melihat aksi tersebut langsung berbondong-bondong ke lokasi


menghalau pemagaran itu, terjadi sekitar pukul 08.00. Sesampainya di lokasi,
warga disuruh bubar dan diadang oleh TNI bersenjata lengkap," kata Teguh
kepada CNNIndonesia.com, Rabu (11/9).

Teguh mengatakan, TNI tak hanya menyuruh bubar tetapi juga memukuli
warga. Akibatnya, warga yang sebelumnya berbondong-bondong pun bubar.
Mereka menuju kantor Bupati Kebumen untuk mendesak agar pemagaran
tersebut dihentikan.

Lihat juga:
 RUU Pertanahan Dinilai Memuat Belasan Pasal Bermasalah

"Sesampainya di lokasi warga disuruh bubar dan diadang oleh TNI bersenjata
lengkap untuk menjaga pemagaran tersebut. TNI yang menjaga, memukuli
warga supaya bubar," kata Teguh.

Teguh mengkritik pemerintah yang dinilai lamban menangani konflik agraria


tersebut. Menurutnya TNI seharusnya tak mengambil langkah sendiri untuk
melakukan pemagaran.

"Ini akar masalahnya adalah konflik tanah yang lamban dan cenderung
diabaikan penyelesaiannya oleh pemerintah. Harusnya TNI tidak main hakim
sendiri memagar tanah rakyat dan melakukan kekerasan seperti itu," ujarnya.

Atas konflik tersebut, sedikitnya 16 warga terkena pukulan. Mereka di


antaranya Wiwit Herwanto (30) terkena luka pukul di kaki dan dinjak-injak;
Imam Suryadi (25) terkena pentungan di punggung; Haryanto (38) terkena
luka tembak di pantat akibat peluru karet; Edi Afandi (32) dipukul di kepala;
Supriyadi (40) dipukul di kepala, punggung dan kaki.

Lihat juga:
 Suku Anak Dalam Jalan Kaki Jambi-Jakarta Tagih Janji Jokowi

Selain itu, Wawan (26) terkena luka pukul di kepala; Manto (34) luka pelipis
kanan; Partunah (42) ditendang-tendang kakinya dan diseret; Saikin (53)
dipukul di kepala; Sartijo (52) luka paha di belakang; Sartono (45) luka pukul
di kepala; Wadi (27) ditendang kakinya; Tolibin (30) luka pukul di kaki;
Sumarjo (70) luka pukul di punggung; Martimin (35) luka pukul kepala;
Saryono (34) luka pukul di kepala.
Massa Koalisi Lawan Perampasan Tanah menggelar aksi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

TNI Klaim Warga Tak Bisa Dikendalikan

Kodam IV Diponegoro mengklaim bentrokan tersebut dipicu sikap warga yang


berusaha melawan dan tak bisa dikendalikan saat menolak pemagaran
Lapangan Tembak Dislitbangad.

Kepala Penerangan Kodam IV Diponegoro Letkol Kav. Susanto mengatakan


anggota TNI gabungan dari Kodim 0709/Kebumen dan Yonif 403/WP yang
sedang mengamankan pekerjaan pemagaran aset TNI AD terpaksa bertindak
represif terhadap aksi demo yang dilakukan ratusan warga yang menolak
pemagaran.
Dia menjelaskan, kejadian itu bermula dari pekerjaan proyek pemagaran
tahap III areal Lapbak Dislitbangad yang berlokasi di Desa Brencong. Pada
saat yang sama datang masyarakat yang mengaku memiliki tanah tersebut,
namun tidak mempunyai surat kepemilikan yang sah.

Lihat juga:
 Kaitkan Jokowi dengan Konflik Agraria, Faisol Diciduk Polisi

Menurutnya, kegiatan pemagaran yang dilakukan Kodam IV/Diponegoro


untuk mengamankan aset negara. Selain itu, untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan karena area tersebut merupakan daerah latihan atau tepatnya
lapangan tembak.

Namun, kata Susanto, masyarakat tetap diperbolehkan untuk menggarap


lahan tersebut dengan catatan tidak boleh mengklaim tanah tersebut
merupakan tanah miliknya sampai dengan ada keputusan lebih lanjut.

"Perlu diketahui, berdasarkan Surat DJKN Kanwil Prov. Jateng Nomor S-


825/KN/2011 tanggal 29 April 2011 tentang Penjelasan bahwa tanah kawasan
latihan TNI seluas 1.150 HA diperoleh dari peninggalan KNIL tahun 1949.
Saat ini tanah tersebut sudah masuk daftar Barang Milik Negara dengan
Nomor Registrasi 30709034, jadi bukan milik warga," ujarnya.

Susanto mengatakan pengusiran warga yang dilakukan oleh aparat dengan


tindakan keras di lapangan karena masyarakat tidak mau meninggalkan area
tersebut dengan cara baik-baik. Menurutnya, masyarakat sudah tidak bisa
dikendalikan dan cenderung berbuat onar. Tindakan represif pun dilakukan
agar warga dapat meninggalkan lokasi.

"Apa yang dilakukan TNI semata-mata melaksanakan perintah yang tertuang


dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara.
Jadi apa yang dilakukan TNI adalah konstitusional," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai