Anda di halaman 1dari 9

Perkawinan

Campuran
Dwi Margi Rahayu (182710012)
Yoga Pratama (182710014)
Perkawinan campuran adalah perkawinan antara
dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarga
negaraan Indonesia. Hukum Islam adalah
peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan
kehidupan berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.
Menurut perspektif fikih klasik, pembahasan tentang perkawinan campuran
akan mengantarkan pada kajian tentang perkawinan beda agama. Sejalan
dengan praktiknya saat ini, perkawinan tidak hanya melibatkan antara laki-laki
dan perempuan yang seagama dan satu kewarganegaraan saja, karena
terdapat banyak kasus dimana suami isteri berasal dari latar belakang agama
dan atau kewarganegaraan yang berbeda. Mereka berdalih atas nama
demokrasi dan hak asasi manusia sebagai dasar dalam membenarkan
tindakan mereka, khususnya dalam hal praktik perkawinan dengan latar
belakang agama yang bebeda. Terkait dengan persoalan ini, tidak sedikit
kalangan akademisi yang membolehkan praktik perkawinan campuran antara
laki-laki muslim dan perempuan ahli kitab. Pandangan ini dilatarbelakangi oleh
pendapat mayoritas ulama yang membolehkan seorang laki-laki muslim untuk
menikahi seorang wanita kitabiyah.
Dengan demikian praktek perkawinan campuran di Indonesia saat ini dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu perkawinan campuran karena
perbedaan agama dan perkawinan campuran karena perbedaan
kewarganegaraan. Hal tersebut menunjukkan bahwa praktek perkawinan
campuran saat ini telah berkembang dan tidak lagi mengacu pada pandangan
klasik yang cenderung memahami perkawinan campuran karena perbedaan
agama semata.
Yang dimaksud dengan perkawinan
Sehubungan dengan perkawinan
campuran dalam Undang-undang ini
Saudara yang dilakukan menurut
ialah perkawinan antara dua orang
agama Islam, mengenai tata cara
yang di Indonesia tunduk pada hukum
pencatatan perkawinan dapat diihat
yang berlainan, karena perbedaan
dalam Pasal 2 ayat (1) PP
kewarganegaraan dan salah satu pihak
Perkawinan yang berbunyi:
berkewarganegaraan Indonesia.
Pasal 2 ayat Pencatatan perkawinan dari
Pasal 57 UU
(1) PP
Perkawinan mereka yang melangsungkan
Perkawinan
perkawinannya menurut agama
Islam, dilakukan oleh Pegawai
Pencatat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 1954 tentang Pencatatan
Nikah, Talak dan Rujuk.
M E N U R U T
PENDAPAT KAMI
Menurut pandangan kami, ada 2 (dua) cara pilihan penyelesaian hukum
yang Saudara bisa lakukan untuk mencatatkan/mendaftarkan pernikahan tersebut.

• Pertama, oleh karena perkawinan tersebut telah dilangsungkan secara agama


atau dengan kata lain tidak dilakukan di hadapan Pegawai Pencatat
Nikah Kantor Urusan Agama (“KUA”), maka Anda hanya memperoleh surat
keterangan menikah, namun tidak memperoleh salinan Akta Nikah (“Buku
Nikah” dari KUA). Dengan demikian, langkah hukum yang dapat ditempuh
adalah dengan mengajukan permohonan itsbat nikah pada Pengadilan
Agama setempat. Hal ini di atur dalam Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam
Pasal 7 Kompilasi Hukum Islam

(1) Perkawinan (2) Dalam hal (3) Itsbat nikah (4) Yang berhak
hanya dapat perkawinan tidak yang dapat mengajukan
dibuktikan dapat dibuktikan diajukan ke permohonan itsbat
dengan Akta dengan Akta Pengadilan nikah ialah suami
Nikah yang Nikah, dapat Agama terbatas atau istri, anak-anak
dibuat oleh diajukan itsbat mengenai hal-hal mereka, wali nikah
Pegawai nikahnya ke yang berkenaan dan pihak yang
Pencatat Nikah. Pengadilan dengan: berkepentingan
Agama. dengan perkawinan
itu

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;


b. Hilangnya akta nikah;
c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;
d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974;
e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan
menuru Undang undang Nomor 1 tahun 1974
M E N U R U T
PENDAPAT KAMI
Atau Kedua, oleh karena perkawinan dilakukan di wilayah Indonesia, maka
prosedur ketertiban yang harus dilakukan dan dipenuhi adalah dengan mendatangi Kantor
Urusan Agama (“KUA”) Kecamatan sesuai dengan tempat tinggal (domisili) Anda untuk
dinikahkan kembali secara hukum negara, dengan melengkapi dokumen-
dokumen/berkas-berkas yang harus dipenuhi oleh Warga Negara Asing diantaranya:
1) AktaKelahiran/Kenal Lahir;
2) Surat Tanda Melapor Diri (STMD) dari Kepolisian (tingkat Polda atau Polres);
3) Surat Keterangan Model KII dari Dinas Kependudukan;
4) Tanda Lunas Pajak Bagi Orang Asing;
5) Keterangan Izin Untuk Sementara (KIMS) dari Imigrasi;
6) Paspor; dan
7) Surat Keterangan dari Kedutaan/Perwakilan Diplomatik yang bersangkutan
(Terjemahan Bahasa Asing ke Bahasa Indonesia-Penerjemah Tersumpah).
Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan;
3. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai