BAB II
KONSEP DAN SISTEM HUKUM
sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial; Ketiga, sebagai sarana untuk
menciptakan keadaan tertentu.(Soerjono Soekanto, 1986: 21)
Sebagai suatu konsep, istilah “hukum“ itu sendiri sebenarnya mempunyai
definisi yang sangat luas sehingga ia dapat diartikan apa saja sesuai dengan
paradigma hukum ataupun pemahaman hukum oleh masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, hukum dapat diartikan sebagai suatu Disiplin, Ilmu Pengatahuan,
Kaidah, Tata Hukum, Keputusan Pejabat, Petugas, Proses Pemerintahan, Perilaku
yang Ajeg, Jaringan Nilai, atau bahkan suatu seni. Lebih lanjut, akan diuraikan
pengertian hukum sebagai suatu Disiplin.
Disiplin adalah suatu sistem ajaran tentang kenyataan yang biasanya
mencakup Disiplin Analitis dan Disiplin Preskriptif. Disiplin hukum dikategorikan
sebagai Disiplin Preskriptif karena ia hanya akan bertitik tolak pada segi normatif
belaka. Disiplin hukum lazimnya diartikan sebagai suatu sistem ajaran tentang
hukum sebagai suatu norma (“normwissenchaft“) dan hukum sebagai sebagai suatu
kenyataan: perilaku/sikap tindak manusia (”tatsachenwissenchaft“), yang akan
mencakup segi umum dan segi khusus.
Segi umum dalam hukum, akan mencakup ilmu hukum (ilmu tentang kaedah
hukum, ilmu tentang pengertian pokok dalam hukum, dan ilmu tentang kenyataan
hukum) yang cenderung membatasi pada esensi suatu kaedah hukum sebagai suatu
patokan (boleh/tidak boleh) dalam bersikap tindak dengan didasari oleh dogmatik
hukum yang bersifat teoritis rasional.
Sehubungan itu, segi khusus dalam hukum akan mencakup hal-hal sebagai
berikut: Pertama, Sejarah Tata Hukum; kedua, Sistem Tata Hukum, yang mencakup
Hukum Negara, Hukum Pribadi, Hukum Harta Kekayaan (Benda, Perikatan dan Hak
atas Objek yang Immateriil), Hukum Keluarga, Hukum Waris dan Hukum Pidana,
dan Ketiga, Keahlian/keterampilan hukum.
Dilihat dari sudut Fungsinya bidang-bidang hukum tersebut adalah merupakan
bagian dari hukum nasional dan/atau hukum internasional, yang akan mencakup
juga hukum substantif (material) dan hukum ajektif (formil). Sedangkan dari sudut
bentuknya, maka bidang-bidang tersebut mencakup hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis ataupun hukum tercatat. Perlu diketahui, bahwa di dalam setiap bidang
3
tata hukum bisa saja terdapat aspek pidana, bilamana terhadapnya dirumuskan
sanksi-sanksi negatif yang merupakan ancaman hukuman terhadap pelanggaran
ataupun kejahatan. (Emon Makarim, 2003: 15)
Oleh karenanya pembicaraan satu bidang atau unsur atau subsistem hukum
yang berlaku di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari yang lain, sehingga mirip
dengan tubuh manusia, unsur hukum bagaikan suatu organ yang keberadaannya
tidak bisa dipisahkan dari organ yang lain. (Ilham Bisri, 2010: 39).
negara bekas jajahan maupun antara negara penjajah dengan negara bekas
jajahannya. Hal tersebut dikarenakan umunya kolonialisme membawa serta
hukumnya dan sudah tentu sedikit banyak terresepsi ke dalam hukum
bangsa yang dijajah atau negeri jajahan;
3. Persamaan ideologi, bagi negara-negara yang mempunyai ideologi yang
sama, hampir dipastikan mempunyai dasar dan tindakan yang tidak jauh
berbeda. Hal tersebut berpengaruh terhadap pembentukan hukumnya, yang
akan berakibat adanya persamaan di bidang hukum.
Adolf F. Schnitzer dalam karyanya “Vergleichende Rechtslehre” membagi
sistem hukum kepadalam enam kelompok keluarga hukum yang didasarkan atas
geografis dan agama, sebagai berikut: (Rachmadi Usman, 2003: 16)
1. Daerah Roman (Romanisches Gebiet):
a. Prancis;
b. Italia;
c. Ibrero – Amerika;
d. Benelux (Belgia, Nederland dan Luxemburg);
e. Yunani.
2. Daerah German (Germanisches Gebiet):
a. Jerman;
b. Negara-negara Alpia (Swiss, Liechtenstein, Austria);
c. Negara-negara Nordia;
d. Negara-negara Baltik.
3. Daerah Slavia (Schlawische Gebiet) :
a. Uni Sovyet;
b. Polandia;
c. Yugoslavia;
d. Albania;
e. Bulgaria;
f. Rumania;
g. Hongaria.
4. Anglo Amerika:
5
C. Pembedaan Hukum
Hukum dapat dibedakan atas beberapa macam menurut cara membedakannya,
yaitu menurut sumbernya, isinya, kekuatan mengikatnya, dasar pemeliharaannya,
keadaannya, tempat berlakuknya, bentuknya dan penerapannya.
1. Menurut sumbernya
Menurut Sumbernya, hukum dapat dibedakan atas:
a. Hukum undang-undang ialah hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan;
b. Hukum kebiasaan dan hukum adat ialah hukum yang terdapat dalam
kebiasaan dan adat-istiadat;
c. Hukum traktat ialah hukum yang ditetapkan oleh dua orang atau beberapa
negara yang mengadakan perjanjian bilateral ataupun multilateral;
d. Hukum yurisprudensi ialah hukum yang terbentuk karena putusan
pengadilan; dan
e. Hukum ilmu (doktrin), merupakan hukum yang dibuat oleh ilmu hukum,
yaitu hukum yang terdapat dalam pandangan ahli-ahli hukum.
2. Menurut Isinya
Menurut isinya, hukum dapat dibedakan atas:
a. Hukum publik ialah hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang
menyangkut kepentingan umum;
b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang
menyangkut kapentingan pribadi.
Antara hukum publik dan hukum privat sesungguhnya tidak dapat dipisahkan
secara tegas satu sama lain karena segala hubungan hukum dengan masyarakat
selalu dapat dikatakan termasuk hukum publik dan hukum privat. Perbedaannya
terletak pada titik berat kepentingan yang diatur. Hukum publik titik beratnya
mengatur kepentingan masyarakat (umum), sedangkan hukum privat titik beratnya
mengatur kepentingan perorangan (pribadi).(Wirjono Prodidikoro, 1996: 9)
Bidang hukum yang termasuk hukum publik adalah hukum tata negara, hukum
tata pemerintahan, hukum acara, hukum perburuhan, hukum pajak, hukum
internasional, dan hukum pidana. Sedangkan bidang hukum yang termasuk hukum
7
privat adalah hukum perdata, hukum dagang, hukum perselisihan nasional (hukum
antartata hukum), dan hukum perdata internasional. (Riduan Syahrani, 2004: 75).
a. Hukum objektif ialah segala macam hukum yang ada dalam suatu negara
yang berlaku umum. Hukum ini hanya menyebut peraturan hukum saja yang
mengatur hubungan-hubungan hukum.
b. Hukum subjektif ialah peraturan hukum (hukum objektif) yang dihubungkan
dengan seseorang tertentu dan dengan demikian menimbulkan hak dan
kewajiban. Hukum subjektif timbul jika hukum hukum objektif beraksi
karena adanya hubungan hukum. Hubungan hukum yang diatur hukum
objektif menimbulkan “hak” pada suatu pihak dan “kewajiban” pada pihak
lain. Namun, pada umumny hukum subjektif ini hanya disebut “hak” saja
tidak termasuk kewajiban, sehingga hanya bersifat sepihak.
6. Menurut tempat berlakuknya
Menurut tempat berlakuknya, hukum dapat dibedakan atas:
a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di wilayah satu negara saja;
b. Hukum internasional, yaitu hukum yang berlaku di wilayah berbagai negara.
7. Menurut waktu berlakunya
Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibedakan atas:
a. Ius Constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku dalam suatu
negara pada saat sekarang. Hukum yang berlaku sekarang ini di Indonesia
dinamakan ius constitutum atau juga sering disebut “tata hukum” Indonesia;
b. Ius constituendum ialah hukum yang diharapkan atau dicita-citakan berlaku
pada waktu yang akan datang. Ius constiuendum masih belum menjadi norma
dalam bentuk formil (undang-undang atau bentuk lainnya).
8. Menurut bentuknya
Menurut bentuknya, hukum dapat dibedakan atas:
a. Hukum tertulis (geschreven rech) ialah hukum sebagaimana tercantum
dalam peraturan perundang-undangan.
b. Hukum tak tertulis (ongeschreven rech) ialah hukum yang hidup dalam
masyarakat, meskipun tidak tertulis, tetapi ditaati dalam pergaulan hukum
dimasyarakat. Mengenai hukum yang tidak tertulis ini, ada kemungkinan
hukum tersebut betul-betul tak tertulis, dan ada pula hukum tak tertulis yang
tercatat (artinya, mungkin dicatat oleh pemimpin-pemimpin formal dan
9
E. Kesimpulan
Hukum ada pada setiap masyarakat manusia di mana pun juga di muka bumi
ini. Bagaimanapun primitifnya dan bagaimanapun modernnya suatu masyarakat
pasti mempunyai hukum. Hukum mempunyai 3 (tiga) peranan utama dalam
masyarakat, yakni pertama, sebagai sarana pengendalian sosial; Kedua, sebagai
sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial; Ketiga, sebagai sarana untuk
menciptakan keadaan tertentu. Hukum akan mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pertama, Sejarah Tata Hukum; kedua, Sistem Tata Hukum, yang mencakup Hukum
Negara, Hukum Pribadi, Hukum Harta Kekayaan (Benda, Perikatan dan Hak atas
Objek yang Immateriil), Hukum Keluarga, Hukum Waris dan Hukum Pidana, dan
Ketiga, Keahlian/keterampilan hukum.
Setiap hukum membentuk suatu sistem: Sistem mempunyai perbendaharaan
istilah untuk mengungkapkan konsep-konsep, peraturan-peraturannya disusun ke
dalam kelompok yang dibatasi oleh pandangan dari tertib sosial itu sendiri yang
menentukan bagaimana hukum diterapkan dan membentuk fungsi yang
sesungguhnya dari hukum dalam masyarakat tersebut. Hukum dapat dibedakan atas
beberapa macam menurut cara membedakannya, yaitu menurut sumbernya, isinya,
kekuatan mengikatnya, dasar pemeliharaannya, keadaannya, tempat berlakunya,
bentuknya dan penerapannya. Tujuan Hukum dari Pandangan Berbagai Aliran
Hukum, Pertama, Teori Etis (“etische theorie”), Kedua, Teori Utiliteis (“utilities
theorie”), dan Ketiga, Teori Campuran.
F. Latihan
1. Penyataan “ Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, tetapi justru
mempunyai hubungan timbal balik“, apakah makna dari kalimat ini?
2. Apakah yang menjadi dasar pengelompokkan dari sistem hukum di dunia?
3. Apakah perbedaan hukum menurut sumbernya dan menurut isinya?
4. Apakah perbedaan makna tujuan hukum yang berpandagan teori etis, teori
utilities dan teori campuran? Dan yang mana menurut anda yang paling
bagus? jelaskan