Anda di halaman 1dari 194

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Klinis

2.1.1 Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2014).

Kehamilan adalah proses yang diawali dengan keluarnya

sel telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu

dengan sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan

tumbuh. (BKKBN, 2016)

Definisi masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin, lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Rukiyah, 2012).

Kehamilan dibagi dalam 3 trimester menurut (Rukiyah, 2009)

yaitu:

1. Trimester pertama dari 0-12 minggu.

2. Trimester kedua dari 13-27 minggu.

3. Trimester ketiga dari 28-40 minggu

10
Menurut Federasi Obsteri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi (Prawirohardjo, 2010).

2. Fisiologi Kehamilan

Menurut (Manuaba, 2014) proses kehamilan merupakan

matarantai yang bersinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus pembentukan plasenta, dan tumbuh

kambang hasil konsepsi sampai aterm.

a) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi

oleh system hormonial yang kompleks. Selama masa subur

yang berlangsung selama 20 sampai 35 tahun, hanya 420 ovum

yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal

– oogonium – folikel primer – proses pematangan pertama.

Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan

menjadi folikel de graf yang menuju ke permukaan

ovariumdisertai pembentukan cairan folikel.Selama

pertumbuhan menjadi folikel de graf, ovarium mengeluarkan

hormone esterogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba

yang semakin mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen tuba

11
semakin tinggi, peristaltic tuba semakin aktif.Ketiga faktor ini

menyebabkan aliran cairan dalam tuba semakin deras menuju

uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi

yang mendadak, terjadi pelepasan ovum, yang disebut ovulasi.

Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbriae)

maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap

olehfimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick

up mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan

mengikutii tuba menuju uterus, dalam bentuk pematangan

pertama, artinya siap dibuahi.

b) Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang

kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive

tubulus,menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit

kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa.

Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3cc

sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa

setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas

kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher

(penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10

kali kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak).

Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan

hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba

12
fallopii.Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia

wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu

untuk mengadakan konsepsi.

c) Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut

konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.

Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48

jam. Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis

dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri terjadi proses

kapasitasi yaitu proses pelepasan lipoprotein dari sperma

sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Kedua inti ovum dan

inti spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot.

d) Proses nidasi atau implantasi

Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,

terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu

membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Bersama

dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju

uterus. Hasil pembalahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam

ovum yang besarnya 100 MU atau 0.1 mm dan disebut stadium

morula.

Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk

ruangan yang mengandung cairan yang disebut blastula.

Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula dengan

13
fili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk

mengadakan nidasi. Sehingga dapat menanamkan diri di dalam

indometrium. Proses penanaman blastula yang disebut nidasi

atau implantasi terjadi pada hari ke enam sampai ke tujuh

setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke dalam

endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda

Hartman.

e) Pembentukan plasenta

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri

didinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel

trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula

dengan inner cell massakan tertanam ke dalam

endometrium.Sel trofoblas menghancurkan endometrium

sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer

vili korealis.

Pembuluh darah pada body stalk terdiri dari arteri

umbilikalis dan vena umbilikalis. Cabang arteri dan vena

umbilikalis masuk ke vili korealis sehingga dapat melakukan

pertukaran nutrisi dan sekaligus membuang hasil metabolisme

yang tidak diperlukan.

Dengan berbagai bentuk implantasi (nidasi) dimana posisi

plat embrio berada, akan dijumpai berbagai variasi dari insersio

14
tali pusat, yaitu insersio sentralis, para sentralis, marginalis dan

velamentosa.

Pada janin plasenta akan dibagi menjadi sekitar 200

kotiledon fetus. Setiap kotiledon fetus terus bercabang dan

mengambang ditengah aliran darah untuk menunaikan

fungsinya memberikan nutrisi, pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim ibu. Darah ibu dan darah

janin tidak berhubungan langsung dan dipisahkan oleh lapisan

trofoblas, dinding pembuluh darah janin.Fungsinya dilakukan

berdasarkan system osmosis dan enzimatik serta pinositosis.

Situasi plasenta demikian disebut system plasenta-hemokorial.

Sebagian dari vili korealis tetap berhubungan langsung

dengan pars basalis desidua, tetapi tidak sampai menembusnya.

Hubungan vili korealis dengan lapisan desidua tersebut dibatasi

oleh jaringan fibrotic yang disebut lapisan nitabusch. Melalui

lapisan nitabusch, plasenta dileapaskan pada saat persalinan

kala tiga. Dengan terjadinya nidasi maka desidua terbagi

menjadi desidua basalis yang berhadapan dengan korion

frondosum yang berkembang menjadi plasenta : desidua

kapsularis yang menutupi hasil konsepsi : desidua yang

berlawanan dengan desidua kapsularis disebut desidua

parietalis : kelanjutan antara desidua kapsularis dan desidua

15
parietalis disebut desidua refleksa. Vili-vili korealis yang

tumbuhnya tidak subur disebut korion leaf.

3. Tanda dan Gejala Kehamilan

1) Tanda Kehamilan Pasti

Tanda ibu yang diyakini sedang hamil maka dalam

pemeriksaan melalui USG (ultrasonografi) terlihat adanya

gambaran janin. Ultrasonografi memungkinkan untuk

mendeteksi jantung kehamilan (gestasional sac) pada minggu

ke-5 sampai ke-7, pergerakan jantung biasanya terlihat pada 42

hari setelah konsepsi yang normal atau sekitar minggu ke-8,

melalui pemeriksaan USG, dapat diketahui juga panjang,

kepala dan bokong (trown-sump lenghth/TRI) janin dengan

pemeriksaan radiology, terdengar adanya denyut jantung janin,

melalui pemeriksaan dengan ultrasonographi Doppler dapat

dideteksi dengan denyut jantung janin pada minggu ke-8

sampai minggu ke-12 setelah menstruasi terakhir dengan

stetoskop leanec denyut jantung terdeteksi pada minggu ke-18

sampai minggu ke-20. (Rukiyah, 2009)

2) Tanda-tanda presumtif kehamilan atau tidak pasti

a) Amenorea

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan Folikel de Graff dan Ovulasi, mengetahui

tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Neagle

16
dapat ditentukan perkiraan persalinan, amenorea (tidak

haid), gejala ini sangat penting karena umumnya wanita

hamil tidak dapat haid lagi. (Rukiyah, 2009)

b) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis)

Pengaruh esterogen dan progesterone terjadi

pengeluaran asam lambung yang berlebihan, menimbulkan

mual muntah terutama pagi hari yang disebut morning

sickness yang umumnya terjadi pada pagi hari tetapi tidak

selalu. (Rukiyah, 2009)

Perubahan hormonal dalam kehamilan (peningkatan

kadar HCG dan esterogen) berpengaruh terhadap system

gastrointestinal yanag dapat menyebabkan mual dan

muntah (Indrayani, 2011).

c) Mengidam
Mengidam (menginginkan makanan dan minuman

tertentu), sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan

tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

(Rukiyah, 2012)

d) Sinkope atau pingsan


Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

(sentral) menyebabkan iskemi susunan saraf pusat dan

menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini akan

menghilang setelah umur kehamilan 16 Minggu.

(Rukiyah, 2009)

17
e) Payudara tegang

Pengaruh esterogen-progesteron dan somatoma

motrophin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada

payudara. Payudara membesar dan tegang.Ujung saraf

tertekan sehingga menyebabkan rasa sakit terutama pada

hamil pertama.

Perubahan pada payudara disebabkan oleh

perubahan hormone esterogen dan progesteron yang

merangsang duktuli dan alveoli mammae. (Indrayani, 2011)

f) Sering Kencing

Sering kencing terjadi karena kandung kemih pada

bulan-bulan pertama kehamilan (antara minggu ke-8

sampai ke-14) tertekan oleh uterus yang mulai

membesar.Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini

hilang karena uterus mulai membesar keluar rongga

panggul. Pada triwulan akhir gejala ini timbul lagi karena

uterus turun dan menekan kembali kandung kemih oleh

bagian terbawah janin. (Indrayani, 2011)

g) Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic

usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

(Rukiyah, 2009)

18
h) Pigmentasi kulit

Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu

keatas. Keluarnya melanophore stimulating hormone

hypofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar

pipi (Kloasma Gravidarum). Pada dinding perut Linea alba

makin hitam. Sekitar payudara (hyperpigmentasi areola

mammae, putting susu makin menonjol, kelenjar

Montgomery menonjol, pembuluh darah manifest sekitar

payudara). Disekitar pipi (KloasmaGravidarum).

(Rukiyah, 2009)

4. Perubahan - Perubahan Fisiologi Kehamilan

Menurut (Rukiyah, 2009) dengan terjadinya kehamilan

maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang

mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan

pertumbuhan janin dan rahim. Plasenta dalam perkembangannya

mengeluarkan hormon somato mamotropin, estrogen, dan

progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian

tubuh dibawah ini :

1) Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan hiperplasia,

sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot

rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih

19
besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena

pertumbuhan janin.

Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan

isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada

pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh.

Perlunakan isthmus disebut tanda hegar. Hubungan antara

besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui

karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil

kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang

akan teraba lebih besar.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya

diisi oleh amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua

parietalis telah menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah

dari jarak simfisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk

seluruhnya.

b. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua

jari di bawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat

ditepi atas pusat.

c. Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar

tiga jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan

prosesus xifodeus.

20
d. Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah

setengah jarak prosesus xifodeus dan pusat.

e. Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar

satu jari di bawah prosesus xifodeus, dan kepala bayi belum

masuk pintu atas panggul.

f. Pada usia kehamilan usia 40 minggu fundus uteri akan

turun setinggi 3 jari di bawah prosesus xifoideus, oleh

karena saat ini kepala janin telah masuk pintu atas panggul.

Panjang fundus uteri pada usia 28 minggu adalah 25

cm, pada usia kehamilan 32 minggu panjangnya adalah 27 cm,

dan umur hamil 36 minggu, panjangnya 30 cm. Regangan

dinding janin karena besarnya pertumbuhan dan perkembangan

janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik keatas dan

menipis di segmen bawah rahim (SBR).

Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah,

tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi

plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama. Bentuk rahim

yang tidak sama disebut tanda piskaseck.

Perubahan konsentrasi hormonal yang mempengaruhi

rahim yaitu estrongen dan progesteron menyebabkan

progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi

rahim yang disebut Braxton Hicks. Terjadinya kontraksi

Braxton Hicks. Tidak dirasakan nyeri dan terjadinya bersamaan

21
seluruh rahim. Kontraksi Braxton Hicksakan menjadi kontraksi

untuk persalinan.

Bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, diikuti oleh makin besarnya aliran darah menuju

rahim dari arteri uterina dan arteri ovarika. Otot rahim

mempunyai susunan istimewa yaitu longitudinal, sirkuler, dan

oblika sehingga seluruhnya membuat anyaman yang dapat

menutup pembuluh darah dengan sempurna. Meningkatkan

pembuluh darah menuju rahim mempengaruhi serviks yang

akan mengalami perlunakan. Serviks hanya memiliki sekitar

10% jaringan otot.

Pada saat persalinan, terjadi pembukaan serviks secara

pasif, karena kuatnya kontraksi otot rahim Segera setelah

persalinan, serviks yang sedikit mempunyai otot, akan melipat

dan terjadi pengecilan dengan pasif. Serviks yang sedikit

mempunyai otot, tetap tebuka, tanpa mekanisme sfingter,

sehingga memberikan kesempatan untuk mengeluarkan lokia.

Pada pemeriksaan postpartum, serviks multipara mempunyai

dua bibir, bibir atas dan bibir bawah. (Rukiyah, 2009)

2. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh

darah karena pengaruh estrogen sehingga nampak semakin

22
berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).

(Rukiyah, 2009)

3. Ovarium

Dengan terjadi kehamilan, indung telur mengandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu.

Kejadian ini tidak bisa lepas dari kemampuan vili korealis yang

mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip

dengan hormon luteotropik hipofisis anterior. (Rukiyah, 2009)

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari pengaruh

hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan

somato mamotrofin.

a. Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian

ASI di jabarkan sebagai berikut:

a. Estrogen, berfungsi:

a) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta

garam sehingga payudara tampak makin membesar.

c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air

dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

23
b. Progesteron, berfungsi:

a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

b) Meningkatkan sel Asinus.

c. Somato mamotrofin, berfungsi:

a) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,

laktalbumin, dan laktoglobulin.

b) Menimbulkan lemak di sekitar alveolus payudara.

c) Mengeluarkan pengeluaran kolostrum pada

kehamilan.

d. Sirkulasi darah kehamilan. Peredaran darah ibu

dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

a) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi kebutuhan darah

sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan

dan pertumbuhan janin dalam rahim.

b) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena

pada sirkulasi retroplasenter.

c) Pengaruh hormon antrogen dan progesteron makin

meningkat.

e. Penampilan payudara pada ibu hamil

a) Payudara menjadi lebih besar

b) Areola payudara makin hiperpigmentasi (hitam)

c) Gladula Motgomey makin tampak

d) Puting susu makin menonjol

24
e) Pengeluaran ASI belum berlangsung. Karena

prolaktin belum berfungsi, karena hambatan dari

PIH (prolactine, inhibiling hormone) untuk

mengeluarkan ASI.

f) Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada

sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung.

g. Akibat faktor tersebut di jumpai beberapa perubahan

peredaran darah

1) Volume darah, volume darah semakin meningkat

dan jumlah serum darah lebih besar dari

pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodelusi), dengan puncaknya

pada usia kehamilan pada 32 minggu. Serum darah

(Volume darah) bertambah sebesar 25 sampai 30%

sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah

jantung akan bertambah sekitar 30%.

Bertambahnya hemodelusi darah mulai nampak

sekitar kehamilan sekitar 16 minggu, sehingga

penderita penyakit jantung dapat jatuh dalam

dekonpensasi kordis. Pada post partum, terjadi

hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai

kelima.

25
2) Sel darah, sel darah merah makin meningkat

jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan

janin dan rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak

seimbang dengan peningkatan volume darah

sehingga terjadi hemodelusi yang disertai anemia

fisiologis. Jumlah sel darah meningkat hingga

mencapai 10.000/ml. Dengan hemodelusidan

anemia fisiologis maka laju endap darah semakin

tinggi dan dapat mencapai 4 kali angka normal.

3) Protein darah dalam bentuk albumin dan

gamaglobin dapat menurun pada triwulan pertama,

sedangkan fibrinogren meningkat. Pada postpartum

dengan terjadinya hemokonsentrasi dapat terjadi

troboflebitis.

4) Sistem respirasi. Pada kehamilan terjadi juga

perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan O2. Di samping itu, terjadi desakan

diafragma karena dorongan rahim yang membesar

pada usia kehamilan 32 minggu. Sebagai

kompensasi terjadinya desakan rahim dan

kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan

bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari

pada biasanya.

26
5) Sistem pencernaan. Oleh karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat

menyebabkan:

a) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi)

b) Daerah lambung terasa panas

c) Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama di

pagi hari, yang disebut morning sickness.

d) Muntah, yang terjadi disebut emesis

gravidarum.

Muntahberlebihan sehingga mengganggu

kehidupan sehari-hari, disebut hiperemesis

gravidarum.

e) Progesteron menimbulkan gerak usus makin

berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.

6) Traktus Urinarius. Karena pengaruh desakan hamil

muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua,

terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering

berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung

kemih cepat terasa penuh. Hemodilusi

menyebabkan metabolisme air makin lancar

sehingga pembentukan urine akan bertambah.

Filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69

sampai 70%. Pada kehamilan, uretra membesar

27
untuk dapat menampung banyaknya pembentukan

urine. Terutama pada ureter kanan rahim yang

membesar dan terjadi perputaran ke kanan, dan

terdapat kolom dan sigmoid di sebelah kiri yang

menyebabkan perputaran rahim ke kanan. Tekanan

rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi

pielonefritis ginjal kanan.

7) Perubahan pada kulit. Pada kulit terjadi perubahan

deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh menphore stimulating hormone lobus

hipofisis anterior karena pengaruh kelenjar

suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae

gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla

mamae, linea nigra, pipi (khloasma gravidarum).

Setelah persalinan hiperpigmantasi ini akan

menghilang.

8) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan

metabolisme tubuh mengalami perubahan yang

mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi

untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian

ASI. (Prasetyono, 2009)

28
5. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil

Ketidaknyamanan pada ibu hamil menurut (Jimenez, 2010) meliputi

Trimester I, Trimester II dan Trimester III.

Ketidaknyamanan ibu hamil Trimester I :

1. Ketidaknyamanan Payudara, rasa nyeri, rasa tegang,

penghitaman kulit.

a. Penyebab

o Stimulasi hormonal yang menyebabkan pigmentasi.

o Adanya peningkatan pembentukan pembuluh darah

(vaskularisasi).

o Peningkatan hormon progesterone, estrogen dan

prolaktin.

b. Cara mengatasi

o Gunakan bra yang menyangga besar dan berat

payudara.

o Pakai nipple pad (bantalan) yang dapat menyerap

pengeluaran kolostrum.

2. Pusing/Sakit kepala

a. Penyebab

o Akibat kontraksi otot (leher, bahu dan penegangan pada

kepala), serta keletihan.

o Tegangan mata sekunder terhadap perubahan okuler,

dinamika cairan syaraf yang berubah.

29
b. Cara mengatasi

o Teknik relaksasI

o Istirahat

o Mandi air hangat

3. Rasa lemah dan mudah lelah

a. Penyebab

o Anemia

o Aliran darah yang lebih lambat

o Sesak nafas

b. Cara mengatasi

o Istirahat sesuai kebutuhan

o Konsumsi menu seimbang untuk mencegah anemia

o Konsumsi suplemen zat besi

4. Mual dan muntah (morning sickness)

a. Penyebab

o Respon emosional ibu terhadap kehamilan

o Menurunnya tekanan darah yang tiba-tiba

o Mengkonsumsi banyak makanan berminyak atau

mencium bau menyengat

b. Cara mengatasi

o Hindari perut kosong atau penuh

o Makan dengan porsi sedikit tapi sering

30
o Hirup udara segar, pastikan cukup udara didalam

rumah.

5. Keputihan

a. Penyebab

o Peningkatan pelepasan epitel vagina akibat peningkatan

o Pembentukan sel-sel

o Peningkatan produksi lendir akibat stimulasi hormonal

pada leher Rahim

b. Cara mengatasi

o Jangan membilas bagian dalam vagina

o Jaga kebersihan alat kelamin

o Segera laporkan ke tenaga kesehatan jika terjadi gatal,

bau tak sedap atau perubahan sifat dan warna.

Ketidaknyamanan ibu hamil Trimester II :

1.   Haemorroida

a. Penyebab

o Sering terjadi karena konstipasi

o Tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap

vena haemorroida

o Pembesaran uterus dapat meningkatkan tekanan-tekanan

spesifik pada vena haemorroid.

31
b. Cara mengatasi

o Mandi air hangat, air panas tidak hanya memberikan

kenyamanan tapi juga meningkatkan sirkulasi.

o Istirahat ditempat tidur dengan panggul diturunkan dan

dinaikkan

2. Miksi sering (nocturia)

a. Penyebab

o Adanya tekanan pada vesika urinaria oleh pembesaran

uterus sehingga bentuk vesika urinaria berubah dan

akibatnya vesika urinaria cepat penuh dan timbul

rangsangan untuk BAK.

b. Cara mengatasi

o Tidak minum 2-3 jam sebelum tidur

o Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum berangkat

tidur

o Perbanyak minum pada siang hari agar kebutuhan cairan

ibu tetap terpenuhi

o Jangan kurangi minum pada malam hari kecuali jika

nocturia mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan

o Batasi minum bahan diuretic alamiah seperti kopi, teh,

cola dengan cafein, dll.  

32
3. Anemia (kurang darah)

a. P

o Rendahnya asupan zat besi, misalnya ikan yang

membantu tubuh untuk membuat hemoglobin (darah).

b. Cara mengatasi

o Makan-makanan yang kaya zat besi

o Konsumsi produk hewani yang rendah kolestrol dan

lemaknya. Misalnya, ikan dan ayam.

o Mengkonsumsi sumber makanan vegetarian. Misalnya,

kacang-kacangan, polong-polongan, biji-bijian dan

sayur-sayuran.

Ketidaknyamanan ibu hamil Trimester III :

1.      Sesak nafas/ Hyperventilasi

a. Penyebab

33
o Pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil akan

merasa susah bernafas, hal ini karena tekanan bayi yang

berada dibawah diagfragma menekan paru ibu.

b. C

o Dorong agar secara sengaja, mengatur laju dan dalamnya

pernafasan pada kecepatan normal ketika terjadi

hyperventilasi

o Secara periodic berdiri dan merentangkan lengan kepala

serta menarik nafas panjang

34
o Mendorong postur tubuh yang baik melakukan

pernafasan interkostal

2. Nocturia (sering BAK)

a. Penyebab

o Tekanan uterus pada kandung kemih

o Ekskresi sodium yang meningkat bersamaan dengan

terjadinya pengeluaran air

b. Cara mengatasi

o Kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK

o Perbanyak minum pada siang hari

o Jangan kurangi minum pada malam hari kecuali jika

nocturia mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan

o Batasi minum bahan diuretic alamiah seperti kopi, teh,

cola dengan cafein, dll.

3. Rasa Tidak Nyaman dan Tekanan pada Perineum (jalan lahir)

a. Penyebab

o Pembesaran uterus terutama waktu berdiri dan jalan

b. Cara mengatasi

o Istirahat

o Atur aktivitas

o Relaksasi

o Senam hamil

35
4. Edema Dependen (pembengkakan di lengan atau kaki)

a. P

o Peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh

hormonal

o Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah

o Tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvis ketika

duduk/pada kafa inferior ketika berbaring

c. Cara mengatasi

o Hindari posisi berbaring terlentang

o Hindari posisi berdiri untuk waktu lama, istirahat dengan

berbaring ke kiri, dengan kaki agak ditinggikan.

o Angkat kaki ketika duduk/istirahat

o Hindari kaos yang ketat/tali/pita yang ketat pada kaki

o Lakukan senam secara teratur

5. Kram Kaki

a. Penyebab

36
o Kekurangan asupan kalsium

o Ketidakseimbangan rasio kalsium fosfor

o Pembesaran uterus, sehingga memberikan tekanan pada

dasar pelvic dengan demikian dapat menurunkan

sirkulasi darah dari tungkai bagian bawah.

b. Cara mengatasi

o Kurangi konsumsi susu (kandungan fosforna tinggi) dan

cari yang high kalsium

o Berlatih dorsifleksi pada kaki untuk meregangkan otot

yang terkena kram

o Gunakan penghangat untuk otot

o Terapi

6. Sakit punggung

a. Penyebab

o Sakit pada punggung ini disebabkan meningkatnya

beban berat janin sehingga membuat tubuh terdorong

kedepan dan untuk mengimbanginya cenderung

menegakan bahu sehingga memberatkan punggung

o Keletihan

b. Cara mengatasi

o Hindari sepatu atau sandal hak tinggi

37
o Hindari mengangkat beban yang berat

o Gunakan kasur yang keras untuk tidur

o Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung

6. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Tanda bahaya dalam kehamilan menurut (Manuaba, 2014)

meliputi trimester I, trimester II dan trimester III.

1) Trimester I

a. Hiperemesis Gravidarum

Adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan

sampai umur kehamilan 20 minggu.Mual dan muntah

mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan

perempuan mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi dan

cairan dengan diet, dan simotom akan teratasi hingga akhir

trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum

diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya

dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis.

b. Hamil ektopik

Merupakan kehamilan yang berbahaya karena

tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk

tumbuh kembang mencapai aterm.Kehamilan ektopik

adalah kehamilan yang berimplantasi diluar endometrium

normal.

38
c. Abortus

Adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum

kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang

dari 500 gr.

d. Kehamilan disertai dengan infeksi

Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi

dari berbagai mikroorganisme.Infeksi bisa disebabkan oleh

bakteri, virus, dan parasit, sedangkan penularan dapat

terjadi intrauterine, pada waktu persalinan atau pasca

bersalin. Transmisi bisa secara trans plasental ataupun

melalui aliran darah atau cairan amnion.

2) Trimester II

a. Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan

lahir pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu

atau lebih bisa berupa solusio plasenta atau plasenta previa.

b. Plasenta Previa

Pendarahan pervaginam pada usia kehamilan 20

minggu atau lebih yang berasal dari plasenta yang

implantasinya abnormal.

c. Abortus

39
Adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum

kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang

dari 500 gr.

d. IUFD (Intra Uterine Fetal Dead)

Adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat

badan 500 gr atau lebih atau kematian janin didalam rahim

pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

b. Persalinan preterm

Persalinan preterm atau kurang bulan adalah

persalinan yang berlangsung antara umur kehamilan 20-37

minggu dari hari pertama haid atau antara hari ke 140 dan

259 dengan berat.

c. Mola hidatidosa

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari

villi chorionic menjadi sejumlah kista yang menyerupai

buah anggur yang dipenuhi dengan cairan.

d. Preeklampsia

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah

20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.

3) Trimester III

a. Persalinan preterm

40
Persalinan preterm atau kurang bulan adalah

persalinan yang berlangsung antara umur kehamilan 20-37

minggu dari hari pertama haid atau antara hari ke 140 dan

259 dengan berat lahir janin kurang dari 2500 gr.

b. Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah

dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut

ketuban pecah dini pada kehamilan premature.

c. Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta

sebagian atau seluruhnya pada plasenta yang implantasinya

normal sebelum janin lahir.

7. Penatalaksanaan Dalam Kehamilan

a. Pengertian

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik optimalisasi luaran maternal dan

neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama

kehamilan. (Prawirohardjo, 2014)

b. Tujuan

Asuhan Kehamilan menurut (Rukiyah, 2009) yaitu :

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

41
b) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan,

termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

c) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

d) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

c. Kebijakan Program

a. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4

kali dalam kehamilan menurut (Prawihardjo, 2014) :

1) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 13 minggu)

2) Satu kali pada trimester kedua (antara minggu 13-27

minggu).

3) Dua kali pada trimester ketiga (antara minggu 28-36

minggu dan sesudah minggu ke 36)

b. Standar pelayanan ANC menurut (Pantikawati, 2010)

meliputi standar 14T, sehingga ibu hamil yang datang

memperoleh pelayanan komprehensif dengan harapan

ANC dengan standar 14 T dapat sebagai daya ukur

pelayanan kehamilan sesuai dengan yang diharapkan.

Pelayanan ANC minimal 5 T, meningkat menjadi 7 T, dan

42
menjadi 12 T, sedangkan untuk daerah gondok dan malaria

menjadi 14 T , sebagai berikut:

1) Timbang berat badan

Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali

kunjungan.

Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil

0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. Berat badan

wanita hamil akan mengalami kenaikan sekitar 6,5 –

16,5 kg. (Pantikawati, 2010).

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90

mmHgbila melebihi dari 140/90 mmHg perlu

diwaspadai adanya preeklamsi. (Pantikawati, 2010)

3) Ukur tinggi fundus uteri

Mengukur tinggi fundus uteri dapat dilakukan

dengan metode menurut Spiegelberg dengan cara

mengukur fundus uteri dari simfisis, atau menurut

Mc.Donald yaitu modifikasi dari metode spiegelberg

yaitu jarak fundus dalam cm dibagi 3,5 merupakan

kehamilan dalam bulan. (Rukiyah, 2009)

Tabel 2.1

Menentukan Usia Kehamilan Menurut Spiegelberg

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (cm)


22-28 Minggu 24-25 cm diatas simfisis

43
28 Minggu 26,7 cm diatas simfisis
30 Minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
32 Minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
34 Minggu 31 cm diatas simfisis
36 Minggu 32 cm diatas simfisis
38 Minggu 34 cm diatas simfisis
40 Minggu 37,7 cm diatas simfisis
Sumber : Rukiyah Ai Yeyeh. 2009. Asuhan Kebidanan I

(Kehamilan). Jakarta: TIM.

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama

kehamilan

Pemberian tablet besi pada ibu hamil adalah

untuk mencegah defisiensi zat besi. Wanita hamil perlu

menyerap zat besi rata-rat 60mg/hr, kebutuhannya

meningkat pada trimester ke II karena absorpsi usus

yang tinggi. Tablet Fe diberikan satu tablet sehari

setelah rasa mual hilang, minimal mendapatkan 90

tablet besi selama kehamilannya. Tablet Fe sebaiknya

tidak diminum bersamaan dengan teh atau kopi karena

akan mengganggu penyerapan (Rukiyah, 2009)

5) Pemberian imunisasi TT

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan

pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke

dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah

bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat

44
anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui

suntikkan. Imunisasi merupakan suatu pemindahan atau

transfer antibody secara pasif, sedangkan vaksinasi

adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat

merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari

system imun dalam tubuh. (Rukiyah, 2009)

Pemberian imunisasi Tetanus toxoid pada

kehamilan umumnya diberikan 2 kali. Pemberian I :

segera setelah kehamilan terdeteksi atau saat usia

kehamilan 16 minggu. Pemberian II: Minimal sebulan

setelah pemberian imunisasi pertama dan paling lambat

dua minggu sebelum waktu kelahiran. Pemberian III:

Minimal 6 bulan setelah pemberian imunisasi kedua

atau selama masa kehamilan berikutnya. Pemberian

IV : Minimal 1 tahun setelah pemberian imunisasi

ketiga atau selama masa kehamilan berikutnya.

Pemberian V: Minimal 1 tahun setelah pemberian

imunisasi keempat atau selama masa kehamilan

berikutnya. (Rukiyah, 2009)

Manfaat skrining imunisasi TT pada ibu hamil

yaitu melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus

neonatorum (tetanus neonatorum adalah penyakit

tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang

45
1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu

kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan

menyerang sistim saraf pusat), dan melindungi ibu

terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.

(Rukiyah, 2009)

Total 5 dosis TT yang diterima oleh WUS akan

memberi perlindungan seumur hidup. WUS yang

riwayat imunisasinya telah memperoleh 3 dosis

DPT/DT pada waktu bayi cukup diberikan 1 dosis TT

pada saat kehamilan pertama, ini akan memberikan

perlindungan terhadap seluruh bayi yang akan

dilahirkan. Dan status TT dilengkapi sampai TT5

dengan jarak minimal pemberian imunisasi 1 tahun

kemudian atau pada masa kehamilan berikutnya.

(Rukiyah, 2009)

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Interval Interval
(Selang Lama % (Selang
Antigen Antigen
waktu Perlindungan Perlindungan waktu
minimal) minimal)
Pada Pada

kunjungan kunjungan
TT1 - - TT1
pertama pertama

antenatal antenatal

46
4 Minggu 4 Minggu

TT2 setelah 3 Tahun 80 TT2 setelah

TT1 TT1
6 Bulan 6 Bulan

TT3 setelah 5 Tahun 95 TT3 setelah

TT2 TT2
1 Tahun 1 Tahun

TT4 setelah 10 Tahun 99 TT4 setelah

TT3 TT3
1 Tahun 25 1 Tahun

TT5 setelah Tahun/Seumur 99 TT5 setelah

TT4 hidup TT4

Sumber : Rukiyah Ai Yeyeh. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).

Jakarta: TIM.

6) Tes terhadap penyakit menular seksual

7) Temu wicara (konseling, termasuk perencanaan

persalinan, dan pencegahan komplikasi serta KB pasca

persalinan) (Pantikawati, 2010)

8) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

(DJJ)

9) Tes/periksaan HB

47
Pemeriksaan hemoglobin adalah pengambilan

darah melalui jaringan perifer, untuk mengetahui kadar

hemoglobin dalam darah. (Rukiyah, 2009)

Umumnya ibu hamil dianggap anemik jika

kadar hemoglobin dibawah 11g/dl. (Prawirohardjo,

2008)

10) Tes/pemeriksaan urine

11) Perawatan payudara (tekan pijat payudara)

12) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis

gondok.

14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis

malaria.

c. Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas)

LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagian

trisep. LILA digunakan untuk mendapatkan perkiraan tebal

lemak bawah kulit sehingga dapat memperkirakan berat

badan seseorang. Pengukuran LILA sangat penting untuk

menentukan apakah ibu hamil mengalami Kekurangan

Energi Kronis (KEK), LILA kurang dari 23,5 cm

menandakan KEK, sedangkan LILA 23,5 cm atau lebih

menandakan bukan KEK. Selain ibu hamil, pengukuran

LIA juga dapat dilakukan pada anak balita dan wanita usia

48
subur (WUS). Melakukan pengukuran LILA sangat mudah,

cepat dan sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit.

Caranya adalah, lengan diistirahatkan dengan telapak

tangan menghadap ke paha (sikap tegap). Untuk mencari

pertengahan lengan atas, posisikan siku sehingga

membentuk sudut 90°. Kemudian, ujung skala caliper (pita

ukuran) yang bertuliskan angka 0 diletakkan ditulang yang

menonjol. Pertengahan lengan kemudian diberi tanda

dengan sepidol, lengan kemudian diluruskan dengan posisi

telapak tangan menghadap ke paha. Caliper dilingkarkan

(tidak terlalu erat dan tidak terlalu longgar) pada bagian

tengah dan bagian trisep lengan dengan cara memasukan

ujung pita kedalam ujung yang lain; angka yang tertera

pada caliper (beberapa pita ukur bertanda panah)

menunjukan ukuran lingkaran lengan atas (LILA). Pita

untuk mengukur LILA memiliki kapasitas 33 cm dengan

ketelitian 0,1 cm. Pembacaan LILA harus dilakukan pada

skala yang diarahkan ke luar lengan dan sejajar dengan

mata pembaca skala. (Pantikawati, 2010)

d. Gerakan Janin

Gerakan janin bermula pada usia kehamilan mencapai

12 minggu, tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia

kehamilan 16-20 minggu karena di usia kehamilan tersebut,

49
dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi

lebih kuat. (Prawirohardjo, 2014)

Standar Pelayanan Antenatal Care

Terdapat 6 standar dalam pelayanan Antenatal Care menurut (Rukiyah,

2009) dan, seperti berikut ini :

1. Standar 3 yaitu identifikasi ibu hamil

a. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong

ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara

teratur.

b. Bidan melakukan anamnesa umum

1) Tentang keluhan-keluhan kehamilannya

2) Tentang haid, kapan terakhir (HT). Menghitung perkiraan

tanggal persalinan dapat menggunakan rumus naegle: Hari

pertama haid terakhir +7 –3 +1 = Tanggal persalinan

(April s/d Desember) dan + 7 + 9 = Tanggal persalinan

(Januari s/d maret). (Rukiyah, 2009).

3) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan

sebelumnya.

2. Standar 4 yaitu pemeriksaan dan pemantauan antenatal

50
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV,

memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan

serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka

harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya

untuk tindakan selanjutnya.

3. Standar 5 yaitu palpasi Abdomen

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama

dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan,

memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin

ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan

rujukan tepat waktu. Salah satu cara palpasi yaitu menurut Leopold.

Tahap pemeriksaan Leopold:

Leopold I

Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan

tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan umur kehamilan dapat

disesuaikan dengan tanggal haid terakhir. (Rukiyah, 2009)

Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur

sungsang kepala bulat keras dan melenting pada goyangan, pada

letak kepala akan teraba bokong pada fundus tidak keras tak

51
melenting dan tidak bulat pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi

oleh bagian-bagian janin. (Rukiyah, 2009)

Leopold II

Kemudian kedua lengan diturunkan menelusuri tepi uterus

untuk menetapkan bagian apa yang terletak di bagian samping. Pada

letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata

dengan tulang iga seperti papan cuci.Pada letak lintang dapat

ditetapkan dimana kepala janin. (Rukiyah, 2009)

Leopold III

Menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simpisis pubis.

Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak

keras dan tidak bulat. (Rukiyah, 2009)

Leopold IV

Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu untuk menetapkan

bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul.Bila bagian

terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya maka

tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila

lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa

konvergen. Menilai penurunan kepala janin dan menentukan tafsiran

berat janin. Menilai penurunan kepala janin dengan hitungan

perlimaan bagian kepala janin yang bisa di palpasi diatas simfisis

pubis. (Rukiyah, 2009)

52
5/5 : Jika seluruh kepala janin masih dapat teraba diatas simfisis

pubis

4/5 : Jika sebagian kepala janin masih berada diatas simfisis pubis

3/5 : Jika hanya tiga dari lima jari bagian kepala janin teraba diatas

simfisis

2/5: Jika hanya dua dari lima jari bagian kepala janin teraba diatas

simfisis pubis. Berarti hampir seluruh kepala janin telah

masuk ke dalam panggul

1/5 : Jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba diatas

Simfisis

0/5 : Jika kepala janin tidak teraba atau seluruhnya sudah melewati

simfisis pubis.

(Rukiyah, 2012)

Cara menentukan tafsiran berat janin menurut (Rukiyah,2009)

dengan metode (John Toshack), yaitu :

Tafsiran berat Janin = Tinggi Fundus Uteri (cm) – (11,12,13) x 155

gram. Ket: 13 bila kepala belum masuk PAP, 12 bila kepala masih

berada diatas spina ischiadika, 11 bila kepala sudah melewati PAP.

4. Standar 6 yaitu pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (Rukiyah, 2009)

5. Standar 7 yaitu pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.

53
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah

pada kehamilan dan mengenai tanda serta gejala preeklamsi lainnya,

serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. (Rukiyah,

2009)

6. Standar 8 yaitu persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami

serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa

persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan

akan direncanakan dengan baik, di samping persalinan transportasi

dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi kegawatdaruratan.

(Rukiyah, 2009)

2.1.2 Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun ke dalam jalan lahir sedangkan kelahiran adalah

proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melelui jalan

lahir. (Prawirohardjo, 2014)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 39

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Saifuddin, 2014)

54
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis). (JNPK-KR, 2013)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban terdorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan

dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2014)

Bentuk persalinan sesuai dengan pengertian diatas adalah:

1. Persalinan spontan atau partus biasa apabila persalinan dengan

presentasi belakang kepala tanpa memakai alat, tanpa melukai

ibu dan bayi atau seluruhnya atas kekuatan ibu sendiri,

biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

(Tando, 2013)

2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan

tenaga dari pihak lain dan atau menggunakan peralatan medis.

(Tando, 2013)

3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan karena rangsangan dari luar.

(Tando, 2013)

55
Macam-macam persalinan menurut umur kehamilan :

1. Partus immaturus, adalah persalinan hasil konsepsi pada umur

kehamilan pada 28-37 minggu, janin dapat hidup tetapi belum

cukup bulan, berat janin antara 1000-2500 gram. (Tando, 2013)

2. Partus maturus atau aterm, adalah persalinan pada kehamilan

37-40 minggu, janin matur, berat badan janin diatas 2500 gram.

(Tando, 2013)

3. Partus post maturus, adalah persalinan yang terjadi 2 minggu

atau lebih dari perkiraan waktu, janin disebut post matur.

(Tando, 2013)

4. Partus presipitatus, adalah persalinan yang berlangsung sangat

cepat, dimana terjadi kemajuan cepat dari persalinan yang

berakhir kurang dari 3 jam dari kelahiran.

a. Definisi Partus Presipitatus

Partus presipitatus adalah persalinan yang

berlangsung sangat cepat, dimana terjadi kemajuan cepat

dari persalinan yang berakhir kurang dari 3 jam dari

kelahiran. Partus presipitatus apabila terjadi di luar rumah

sakit adalah situasi kedaruratan yang dapat meningkatan

risiko komplikasi dan atau hasil yang tidak baik pada

klien/janin. (Doenges, 2001)

Saat kelainan terjadi, ibu mengalami robekan di

jalan lahir, pendarahan pasca persalinan serta infeksi. Selain

56
itu, jika kelahirannya terjadi pada posisi ibu kurang ideal

(misalnya saat masih berdiri) maka bayi beresiko

mengalami pendarahan di otak dan cedera akibat benturan

kepala serta robekan tali pusar. (Deri, 2013)

Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat

dilakukan karena biasanya bayi sudah lahir tanpa ada

seorang yang menolong. Kalau seorang ibu pernah

mengalami partus presipitatus, kemungkinan kejadian ini

akan berulang pada persalinan berikutnya. Oleh karena itu

sebaiknya ibu tersebut dirawat sebelum persalinan, sehingga

pengawasan dapat dilakukan dengan baik. Pada persalinan

keadaan diawasi dengan cermat, dan episiotomi dilakukan

pada waktu yang tepat untuk menghindari terjadinya rupture

perineum tingkat ke-3. (Prawirohardjo, 2014)

b. Etiologi/penyebab

Penyebab kejadian ini adalah terlalu kuatnya

kontraksi dan kurang lunaknya jaringan mulut rahim. Kasus

seperti ini sering terjadi pada ibu yang sudah pernah

melahirkan lebih dari sekali (anak kedua dan seterusnya).

(Deri, 2013)

Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan

lahir, abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu

kuat, dan pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh

57
tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak

menyadari adanya proses-proses persalinan yang sangat

kuat itu. (Doenges, 2001)

Menurut Harry Oxorn tahun 2010 keadaan yang

menjadi predisposisi atau turut berperanan bagi etiologi

partus presipitatus mencakup:

1) Multiparitas

2) Pelvis yang luas

3) Jaringan lunak yang lembek dan tidak ada tahanannya

4) Kontraksi uterus sangat kuat

5) Bayi kecil dalam posisi yang baik

6) Induksi partus dengan memecahkan ketuban dan infus

oxytocin

7) Pernah partus presipitatus

c. Tanda dan gejala partus presipitatus

Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya

atau tidak menyadari kontraksi abdominal. Kemungkinan

tidak ada kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada ibu

yang obesitas. Ketidaknyamanan punggung bagian bawah

(tidak dikenali sebagai tanda kemajuan persalinan).

Kontraksi uterus yang lama/hebat, ketidak adekuatan

relaksasi uterus diantara kontraksi. Dorongan invalunter

lintula mengejan. (Doenges, 2001)

58
Partus presipitatus ditandai dengan adanya sifat his

yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya

terletak pada kekuatan his. (Prawirohardjo, 2014)

d. Akibat pada ibu

Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi

maternal yang serius jika serviks mengadakan penipisan

serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah

teregang dan perineum dalam keadaan lemas (relaksasi).

Namun demikian, kontraksi uterus yang kuat disertai

serviks yang panjang serta kaku, dan vagina, vulva atau

perineum yang tidak teregang dapat menimbulkan ruptur

uteri atau laserasi yang luas pada serviks, vagina, vulva atau

perineum. Dalam keadaan yang terakhir, emboli cairan

ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk

terjadi. Uterus yang mengadakan kontraksi dengan kekuatan

yang tidak lazim sebelum proses persalinan bayi,

kemungkinan akan menjadi hipotonik setelah proses

persalinan tersebut dan sebagai konsekuensinya, akan

disertai dengan perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

(Prawirohardjo, 2014)

Bahaya partus presipitatus bagi ibu adalah terjadinya

perlukaan jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina, dan

perineum. (Prawirohardjo, 2014)

59
Pada partus presipitatus keadaan diawasi dengan

cermat, dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat

untuk menghindarkan terjadi rupture perineum grade III.

(Prawirohardjo, 2014)

e. Akibat pada fetus dan neonatus

Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus

presipatatus dapat meningkat cukup tajam karena beberapa

hal. Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan sering

dengan interval relaksasi yang sangat singkat akan

menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi darah janin.

Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap

proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma

intrakronial meskipun keadaan ini seharusnya jarang terjadi.

Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak didampingi, bayi

bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau memerlukan

resusitasi yang tidak segera tersedia. (Prawirohardjo, 2014)

Bahaya pada bayi adalah mengalami perdarahan

dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan

kuat dalam waktu yang singkat. (Prawirohardjo, 2014)

f. Komplikasi partus presipitatus

Persalinan presipitatus dapat menyebabkan emboli

cairan amnion pada ibu, rupture uteri, robekan serviks atau

jalan lahir. Dapat disertai hipotonus uterus postpartum

60
dengan resiko perdarahan. Perinatal juga sangat beresiko

mengalami hipoksia (terancamnya pertukaran darah

uteroplasenta akibat kontraksi) dan perdarahan intrakranial

perinatal (trauma langsung atau tidak langsung). Lebih

lanjut, persalinan yang tidak didampingi (trauma langsung,

tidak ada resusitasi, kedinginan) akan membahayakan bayi

baru lahir. (Ralph C, 2008)

g. Penanganan

Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak lazim,

tidak mungkin dapat diubah menjadi derajat kontraksi yang

bermakna oleh pemberian anastesi. Jika tindakan anastesi

hendak dicoba, takarannya harus sedemikian rupa sehingga

keadaan bayi yang akan dilahirkan itu tidak bertambah

buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya.

Penggunaan anastesi umum dengan preparat yang bisa

mengganggu kemampuan kontraksi rahim, seperti haloton

dan isofluran, seringkali merupakan tindakan yang terlalu

berani. Tentu saja, setiap preparat oksitasik yang sudah

diberikan harus dihentikan dengan segera. Preparat

tokolitik, seperti ritodrin dan magnesium sulfat parenteral,

terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau

menahan kepala bayi secara langsung dalam upaya untuk

memperlambat persalinan tidak akan bisa dipertahankan.

61
Perasat semacam ini dapat merusak otak bayi tersebut.

(Prawirohardjo, 2014)

5. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan untuk

memperoleh bukti tentang ada atau tidak adanya disproporsi

sefalopelvik (Tando, 2013)

6. Persalinan (kelahiran) yang tidak dikehendaki atau abortus

adalah pengehentian kehamilan sebelum usia 20 minggu

dengan berat janin di bawah 500 gram dan janin belum viable

(Tando, 2013)

2. Fisiologi Persalinan

Fisiologi persalinan menurut (Prawirohardjo, 2010)

meliputi turunnya kepala, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi,

putaran paksi luar, ekspulsi.

1) Turunnya Kepala

a. Masuknya kepala dalam pintu atas panggul

b. Majunya kepala

Pembagian ini berlaku bagi primigravida :

Primigravida sudah terjadi bulan terakhir dari

kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada

permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas

panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan

dengan fleksi yang ringan. Jika sutura sagitalis dalam

62
diameter antero posterior dari pintu atas panggul, maka

masuknya kepala tentu lebih sukar, karena menempati ukuran

yang lebih kecil dari pintu atas panggul. Jika sutura sagitalis

terdapat di tengah-tengah jalan lahir, ialah tempat diantara

simpisis dan pro masuknya kepala ke dalam pintu atas

panggul pada montorium, maka dikatakan kepala di dalam

“synclitismus”.

Pada synclitismus os pariental depan dan belakang

sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati

simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium,

maka kita hadapi “Asynclitismus“. Kita mengenal

“asynclitismus posterior“ adalah kalau sutura sagitalis

mendekati simpisis dan ospariental belakang lebih rendah

dari ospariental depan dan kita mengenal “asynclitismus

anterior“ adalah kalau sutura sagitalis mendekati

promontorium sehingga ospariental depan lebih rendah dari

os pariental belakang pada pintu atas panggul biasanya

kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.

Majunya kepala: Pada primigravida majunya kepala

terjadi setelah kepala masuk kedalam rongga panggul dan

biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya

majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul

terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan

63
gerakan-gerakan yang lain ialah : Fleksi, putaran paksi

dalam, dan ekstensi.

2) Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah

sehingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun

besar. Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa

ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter

suboccipito bregmatica (9,5 cm) menggantikan diameter

suboccipito frontalis (11 cm). Fleksi ini disebabkan karena

anak di dorong maju dan sebaliknya mendapatkan tahanan dari

pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar

panggul. Akibat dari kekuatan ini ialah terjadi fleksi karena

moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment

yang menimbulkan defleksi.

3) Putaran Paksi Dalam

Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga

bagian terendah dari bagian depan memutar kedepan ke bawah

simfisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah

ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan

memutar ke depan ke bawah simpisis. Putaran paksi dalam

mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi

merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

64
dengan bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang tengah dan

pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi

tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan

tidak terjadi sebelum kepala sampai hodge III, kadang-kadang

baru setelah kepala sampai dasar panggul.

4) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

disebabkan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk melalui. Kalau tidak terjadi

ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan

menembusnya. Pada kepala bekerja 2 kekuatan, yang satu

mendesak ke bawah dan satunya disebabkan tahan dasar

panggul yang menolak ke atas. Resultant adalah kekuatan

kearah depan atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir

bawah simpisis maka yang dapat maju karena kekuatan

tersebut diatas bagian yang berhadapan dengan suboksiput,

maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-

ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan

gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat putaran

disebut hypomoghlion.

5) Putaran Paksi Luar

65
Setelah kepala lahir, maka kepala anak berputar kembali

kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi pada putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran di

lanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber

ischiadikum. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi

luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu

(diameter bisacromial) menempatkan diri dalam diameter

antero posterior dari pintu bawah panggul.

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah

simfisis dan menjadi hipomoghlion untuk kelahiran bahu

belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya

seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

3. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda – Tanda Permulaan Persalinan

Menurut (Manuaba, 2014), dengan penurunan hormon progesteron

menjelang persalinan dapat terjadi kontaksi. Kontraksi otot rahim

menyebabkan:

1) Turunnya kepala, masuk ke PAP (Lightening).

2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.

66
3) Munculnya nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan

otot rahim. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat 

kontraksi otot rahim.

4) Terjadi pengeluaran lendir.

Tanda dan gejala persalinan

Menurut (Manuaba, 2014) tanda persallinan adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,

lendir bercampur darah).

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan,

pendataran, dan pembukaan serviks).

Tahapan Persalinan

1) Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8

jam. (Manuaba, 2014)

Menurut JNPK-KR (2013), kala satu persalian terdiri dari dua

fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten

67
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

3) Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

b. Fase aktif

1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat

secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika

terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih).

2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata

1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari

1 sampai 2 cm (multipara).

3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Menurut (Manuaba, 2014), hal yang perlu dilakukan dalam

kala I adalah:

a. Memperhatikan kesabaran parturien.

b. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur

perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.

c. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1

jam.

d. Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu

kosong.

68
e. Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran

Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian

janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin,

pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang

bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian

terendah janin).

f. Parturien tidak diperkenankan mengejan.

2) Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua

disebut juga kala pengeluaran bayi. (JNPK-KR, 2013)

Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primigravida

dan 1 jam pada multigravida. (Rukiyah, 2009)

Menurut JNPK-KR (2013), tanda dan gejala kala dua persalinan

adalah:

a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan/atau vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

69
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang

hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.

3) Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

(Saifuddin, 2014)

Menurut JNPK-KR (2013), tanda– tanda lepasnya plasenta

mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan

bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah

mendadak dan singkat.

Menurut JNPK-KR (2013), Manajemen aktif kala tiga

bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih

efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah

perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga

persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.

Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan

kala tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah,

mengurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama

dalam manajemen aktif kala tiga adalah pemberian suntikan

oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan

peregangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri selama 15

detik. (JNPK-KR, 2013)

70
4) Kala IV

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama post partum. (Saifuddin, 2008)

Menurut Manuaba (2014), Kala IV dimaksudkan untuk

melakukan observasi karena perdarahan post partum paling

sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan

yaitu :

a. Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena

tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.

b. Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu; kontraksi rahim yang keras;

perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka

episiotomi, perlukaan pada serviks; kandung kemih

dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.

c. Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya

agar dapat memulai pemberian ASI.

d. Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval

pemeriksaan setiap 2 jam.

e. Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap

bersama sama dengan bayinya.

Menurut (Rohani, 2011) asuhan dan pemantauan pada kala

IV yaitu :

71
a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,

untuk merangsang uterus berkontraksi.

b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan

secara melintang antara pusat dan fundus uteri.

c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah

ada laserasi atau episiotomi)

e. Evaluasi kondisi ibu secara umum.

f. Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV

persalinan di halaman belakang partograf segera setelah

asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (Sumarah,

2010) yaitu:

1) Power

His (kontraksi otot rahim): kontraksi otot rahim pada persalinan

yang sudah ada pada bulan terakhir dari kehamilan sebelum

persalinan dimulai kontraksi rahim bersifat berkala,yang harus

diketahui adalah:

a) Lamanya kontraksi 45-75 detik

b) Kekuatan kontraksi dapat menimbulkan naiknya intrauterine

sampai 35 mmHg

72
c) Interval antara keduanya pada permulaan persalinan akan

timbul 1 x 10 menit, kala pengeluran 1x dalam 2 menit.

(1) Tanda his sempurna:

a. Dominasi di fundus

b. Kontraksi simetris,makin lama makin kuat makin

sering

c. Relaksasi baik.

(2) Perubahan-perubahan akibat his:

a. Pada uterus dan serviks: Uterus terasa keras dan padat

karena kontraksi, tekanan hidrostatik air ketuban dan

tekanan intrautein sehingga menyebabkan serviks

menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).

b. Pada ibu terasa nyeri karena ischemia rahimdan

kontaksi rahim,ada kenaikan nadi dan rahim

c. Pada janin pembakaran oksigen pada sirkulasi

uteroplasenter kurang, maka timbul hipoksia janin.

Dengan makin tuanya kehamilan, pengeluaran estrogen

dan progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin

dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai

his palsu.

(3) Sifat his permulaan (palsu):

a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah

b. Datangnya tidak teratur

73
c. Tidak ada perubahan pada serviks/pembawa tanda

d. Durasinya pendek

e. Tidak bertambah bila beraktivitas

Tenaga mengejan: tenaga, usaha, daya, kekuatan

meneran seorang ibu pada waktu bersalin, dimana ibu

melakukan dorongan/mengejan dengan tenaga sendiri

pada waktu pembukaan sudah lengkap dan setelah

ketuban sudah pecah yang dipicu oleh adanya his.

2) Passanger

a) Janin

Letak janin: Bagaimana letak sumbu janin terhadap sumbu

ibu, bisa letak memanjang (presentasi kepala, presentasi

bokong/sungsang), letak melintang dan letak miring/oblique.

Sikap badan: menunjukkan bagian-bagian janin terhadap

sumbunya, khususnya terhadap tulang punggungnya, yaitu

sikap fleksi dan defleksi.

Presentasi: digunakan untuk menentukan saat periksa dalam

untuk menentukan bagian janin yang berada di bagian bawah

uterus yaitu presentasi kepala bokong, muka dan kaki.

Posisi: untuk menetapkan apakah bagian janin yang berada

dibawah uterus sebelah kiri, kanan, belakang, depan terhadap

sumbu ibu.

74
Diantara sudut tulang-tulang terdapat ruang yang ditutup

dengan membran disebut fontanella terdapat (fontanella

mayor (UUB) & fontanella minor (UUK). Batas antara 2

tulang: sutura (sutura sagitalis, sutura koronaria, sutura

lamboidea, sutura frontalis).

b) Uri / Plasenta

Bentuk bundar/oval,Diameter:15-20cm,Tebal: 2-3 cm, Berat:

500-600 gram (1/6 x BB janin). Terbentuk sempurna pada

kehamilan 16 minggu dan terletak dalam korpus uteri.

Pembagian plasenta:

(1) Bagian janin  khorion frondosum dan plasenta

(2) Bagian maternal  desidua kompakta yang terbentuk

dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20).

(3) Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian

permukaan janin (50-55 cm).

c) Air ketuban

Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri

dari lapisan amnion dan khorion, terdapat liquor amnii (air

ketuban). Volume air ketuban yang cukup bulan 1000-1500

cc, Warna air ketuban putih agak keruh, mempunyai bau

yang khas dan agak amis. Komposisi air ketuban terdiri dari

99 % air +1 % zat padat (protein, lemak, karbohidrat, garam

mineral, enzim-enzim, hormon plasenta, urea, asam urat,

75
pigmen empedu vernik kaseosa, lanugo dan sel-sel fetus yang

mengelupas).

3) Passage

a) Jalan lahir lunak (dibentuk oleh otot-otot

dan ligamentum)

b) Jalan lahir keras (dibentuk oleh tulang)

Bagian keras dibagi 2 bagian: Pelvis mayor: bagian pelvis

diatas linea terminalis, Pelvis minor: dibatasi oleh PAP (inlet)

& PBP (outlet) berbentuk saluran yang mempunyai sumbu

lengkung kedepan (sumbu carus).

Bidang Hodge

Hodge I : Setinggi pintu atas panggul (PAP) yang

dibentuk oleh promontorium, artikulasio

sakroiliaka, sayap sacrum, linea inominata,

ramus superior os pubis, tepi atas simfisis

pubis.

Hodge II : Sejajar Hodge I melewati pinggir bawah

simfisis

Hodge III : Setinggi spina ischiadika

Hodge IV : Telah melewati os coccygeus

76
Tabel 2.3. Pemeriksaan dalam

Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan

5/5 Kepala di atas PAP, mudah di

gerakkan.

4/5 H I – II Sulit di gerakkan, bagian

terbesar kepala belum masuk ke

panggul.

3/5 H II – III Bagian terbesar kepala blum

masuk ke panggul
2/5 H III + Bagian terbesar kepala sudah

masuk ke panggul

1/5 H III – IV Kepala di dasar panggul.

0/5 H IV Di perineum.

Sumber :Saifuddin, Abdul Bari.2010. Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:

Jakarta: EGC

4) Psikologis

Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu

memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung.

Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan

suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan,

77
memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi analgesi

jika diperlukan dan ysang paling penting berada disisi pasien

adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan kondisi

psikologis yang positif proses persalinan akan lebih mudah

5) Penolong

Tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan untuk

menolong persalinan

6) Posisi Ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan.

Mengubah posisi membuat rasa letih hilang. Posisi tegak

meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok.

5. Perubahan Dalam Proses Persalinan Menurut Rukiyah (2009)

1) Perubahan sistem Reproduksi

Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat

kontraksiini merupakan kontraksi otot fisiologis yang

menimbulkan nyeri pada tubuh. Selama kehamilan terjadi

keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam

darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar estrogen dan progesteron

menurun kira – kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai sehingga

menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi uterus mula – mula

jarang dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian

78
menjadi lebih sering, lebih lama, dan intensitasnya semakin kuat

seiring kemajuan persalinan.

2) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai

peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 5-

10 mmHg. Pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan darah

kembali ketingkat sebelum persalinan.Dengan mengubah posisi

tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah

selama kontraksi dapat dihindari.Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran

dapat semakin meningkat tekanan darah.

3) Perubahan Metabolisme.

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat dengan

kecepatan tetap.Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktifitas

otot, peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu

tubuh, denyut nadi, pernafasan, denyut jantung, dan cairan yang

hilang.

4) Perubahan Suhu

Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan

tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu

dianggap normal bila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C

yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.

5) Perubahan Denyut Nadi

79
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai

peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik puncak

sampai frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi diantara

kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai

frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok

selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada

posisi miring bukan telentang.Frekuensi denyut nadi diantara

kontraksi sedikit lebih meningkat dibanding selama periode

menjelang persalinan.Halini mencerminkan peningkatan

metabolisme yang terjadi selama persalinan.

6) Perubahan Pernafasan

Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan

danmencerminkan peningkatan metabolisme yang

terjadi.Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan

dapat menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada ekstremitas dan

perasaan pusing).

7) Perubahan Pada Ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan.Kondisi ini dapat

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan

dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran

plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang

karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama persalinan.

8) Perubahan pada Saluran Cerna

80
Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih

berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih

lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna

bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung

menjadi lebih lama. Cairan ini tidak dipengaruhi dan waktu yang

dibutuhkan untuk pencernaan dilambung tetap seperti biasa.

Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan

dan penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita

harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum

berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna

mempertahankan energi dan hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi

selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan.

9) Perubahan Hematologi

HB meningkat rata – rata 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan

kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca partum

jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi

darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih

lanjut selama persalinan.

6. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Persalinan merupakan hal yang normal dan menakjubkan bagi

ibu dan keluarga. Rasa kekhawatiran, ketakutan maupun cemas akan

muncul pada saat memasuki persalinan. Bidan merupakan

81
pendamping yang diharapkan dapat memberikan pertolongan,

bimbingan dan dukungan selama persalinan. Asuhan yang mendukung

selama persalinan merupakan standar pelayanan kebidanan. Yang

dimaksud dengan asuhan mendukung adalah bersifat aktif dan ikut

serta selama proses berlangsung. Kebutuhan dasar ibu selama

persalinan menurut Lesser dan Kenne meliputi:

1) Asuhan fisik dan psikologis

2) Kehadiran seorang pendamping secara terus-menurus

3) Pengurangan rasa sakit

4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya dan

5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.

Adapun  kebutuhan dasar ibu selama persalinan adalah sebagai berikut

menurut (Sulistyawati, 2010) yaitu :

1) Dukungan fisik dan psikologis

Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh bidan,

melainkan suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan yang

lain. Dukungan dapat dimulai sejak awal ibu mengalami

kehamilan. Dukungan fisik dan emosional harus sesuai dengan

aspek sayang ibu yaitu:

a. Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan

keselamatan jiwa ibu;

b. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional

serta merasa didukung dan didengarkan;

82
c. Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga

sebagai pengambil keputusan;

d. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana  sebelum

memakai teknologi canggih; dan

e. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta

dapat dipahami oleh ibu.

Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran meliputi:

mendengarkan dan melakukan observasi, melakukan kontak fisik,

bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien. Hasil penelitian

(Randomized Controlled Trial) membuktikan bahwa dukungan

fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan kelahiran

sangat efektif dan memberikan pengaruh apabila dilakukan

pendampingan terus-menerus. Adapun pengaruhnya adalah:

mengurangi kelahiran dengan tindakan vacum, forceps, dan operasi

sesar, mengurangi kejadian APGAR score bayi kurang dari 7,

memperpendek lama persalinan, dan kepuasan ibu semakin besar

dalam pengalaman persalinan.

2) Kebutuhan cairan dan nutrisi

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan

padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui.

Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini

dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung sehingga

dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan

83
akan cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu

memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum minuman yang

manis dan berenergi. (Sulistyawati, 2010)

Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten

persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja.

Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal

yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah

dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan

kurang efektif).Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum

selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu

menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama

persalinan. (Sulistyawati, 2010)

3) Kebutuhan eliminasi

Selama persalinan terjadi penekanan pada pleksus sakrum oleh

bagian terendah janin sehingga menyebabkan retensi urin maupun

sering berkemih. Retensi urin terjadi apabila:

a. Tekanan pada pleksus sakrum menyebabkan terjadinya inhibisi

impuls sehingga vesica uretra menjadi penuh tetapi tidak timbul

rasa berkemih;

b. Distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding vesica

uretra;

c. Tekanan oleh bagian terendah pada vesica uretra dan uretra;

d. Kurangnya privasi/postur yang kurang baik;

84
e. Kurangnya kesadaran untuk berkemih; dan

f. Anastesi regional, epidural, blok pudendal sehingga obat

mempengaruhi  saraf vesica uretra.

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi

agar membantu kemajuan persalinan dan pasien merasa

nyaman.Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk bereliminasi secara

spontan minimal 2 jam sekali selama persalinan, apabila tidak

mungkin dapat dilakukan kateterisasi.

Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai berikut:

a. Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila

berada di atas spina isciadika

b. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus

c. Menimbulkan nyeri yang tidak perlu

d. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II

e. Memperlambat kelahiran plasenta dan

f. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat

kontraksi uterus.

4) Posisi dan ambulasi

Persalinan merupakan peristiwa yang normal, tanpa disadari dan

mau tidak mau harus berlangsung.Selama persalinan, pemilihan

posisi dapat membantu ibu tetap tenang dan rileks.Oleh karena itu,

berikan pilihan posisi persalinan yang aman dan nyaman.Tidur

terlentang tidak perlu ibu lakukan terus menerus selama persalinan,

85
ibu dapat berdiri dan jalan-jalan. Memberikan suasana yang

nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi yang terburu–buru akan

memberikan kepastian pada ibu. Adapun posisi persalinan dapat

dilakukan dengan duduk/setengah duduk; merangkak; berjongkok/

berdiri; dan berbaring miring kekiri.

a. Duduk atau setengah duduk

Alasan: mempermudah bidan untuk membimbing kelahiran

kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum.

b. Posisi merangkak

Alasan: baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit,

membantu bayi melakukan rotasi dan meminimalkan

peregangan pada perineum.

c. Posisi berjongkok/berdiri

Alasan: membatu penurunan kepala bayi dan memperbesar

ukuran panggul yaitu menambah 28% ruang outletnya,

memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi

kontribusi pada laserasi perineum).

d. Posisi berbaring miring ke kiri

Alasan: memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi

oksigenasi yang baik bagi bayi dan membantu mencegah

terjadinya laserasi.

Selama persalinan tidak dianjurkan posisi litotomi, karena dapat

menyebabkan hipotensi yang berakibat ibu bisa pingsan dan

86
hilangnya oksigen bagi bayi, menambah rasa sakit, memperlama

proses persalinan, ibu sulit melakukan pernafasan, sulit buang air

kecil, membatasi gerakan ibu, ibu merasa tidak berdaya, proses

meneran menjadi lebih sulit, menambah kemungkinan laserasi pada

perineum dan menimbulkan kerusakan saraf pada kaki dan

punggung.

5) Pengurangan rasa sakit

Hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa sakit selama

persalinan adalah: cara pengurangan rasa sakit sebaiknya

sederhana, efektif dan biaya murah. Pendekatan pengurangan rasa

sakit menurut Varney’s Midwifery, sebagai berikut:

a. Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan;

b. Pengaturan posisi;

c. Relaksasi dan latihan pernafasan;

d. Istirahat dan privasi;

e. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan

dilakukan;

f. Asuhan diri; dan

g. Sentuhan

Menurut Penny Simpkin, cara pengurangan sakit dapat dilakukan

dengan mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya,

memberikan rangsangan alternatif yang kuat dan mengurangi

87
reaksi mental negatif, emosional dan reaksi fisik. Adapun secara

umum, teknik pengurangan rasa sakit, meliputi:

1) Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang

nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung;

2) Perubahan posisi dan pergerakan;

3) Sentuhan dan masase;

4) Counterpressure (mengurangi tegangan);

5) Pijatan ganda pada panggul;

6) Penekanan pada lutut;

7) Kompres hangat dan dingin;

8) Berendam;

9) Pengeluaran suara;

10) Visualisasi dan pemusatan perhatian; dan

11) Mendengarkan musik.

12)

7. Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan

Menurut (JNPK-KR, 2013) langkah asuhan persalinan normal ada 58 yaitu:

I. Mengenali gejala dan tanda kala II

1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala II Ibu

merasa ada dorongan kuat dan meneran

a) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum

dan vagina

b) Perineum tampak menonjol

88
c) Vulva dan sfingter ani membuka

II. Menyiapkan pertolongan persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan

bayi baru lahir.

3. Pakai celemek plastik

4. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik) dengan cara one hand atau satu tangan.

III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

dibasahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah

yang tersedia.

c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%  langkah 9)

89
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

a) Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepakan.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-

160x/menit)

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti

pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan

semua temuan yang ada.

90
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk

meneran secara benar.

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada

rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke

posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman). Setelah di informasikan baik buruknya posisi

tersebut.

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran:

a) Bimbingan ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai.

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

lebih dari 10 menit.

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.

f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)

meneran (multigravida).

91
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit pada primi dan 30 menit pada multi dan masih juga

belum ada dorongan meneran. Secara spontan pimpin pada waktu

puncak his rujuk bila belum berhasil.

V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. Persiapan pertolongan kelahiran bayi lahirnya kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

tidak terlalu cepat dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi.

92
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong di antara dua klem tersebut.

21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk saat kontraksi. Dengan lembut

gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah kedua bahu lahir, geser atau sanggah tangan bawah kearah

perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah

bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang

lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

VII. Penanganan bayi baru lahir

25. Lakukan penilaian (selintas)

a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

93
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap

segera lakukan tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut

ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan

asfiksia)

26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan

b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering

c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu

27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tunggal)

28. Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin

(agar uterus berkontraksi baik).

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi

lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari sisi luar

klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan

penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

94
a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi)

di antara 2 klem tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian

lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan

ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi terungkap di dada ibu. Luruskan bahu

bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut

ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan

posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi.

VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala III

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-6 cm dari vulva.

35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis,atau supra simpisis untuk mendeteksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas

(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).

95
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 menit, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

prosedur di atas.

a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-6 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat:

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.

2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

3. Minta kelurga untuk menyiapkan rujukan.

4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah

bayi lahir dan tidak keluar darah.

6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

96
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah disediakan.

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril

untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-

jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan

bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi

setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.

IX. Menilai perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke

dalam kantung plastic atau tempat khusus.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

Rata-rata dalam batas normal jumlah perdarahan adalah 250 cc atau

biasanya 100-300 cc. Perdarahan di anggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 300-400 cc. (Prawirohardjo, 2010)

X. Melakukan asuhan pasca persalinan

97
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada

ibu paling sedikit 1 jam).

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu

dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

payudara.

b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu.

44. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1mg intramuscular dipaha kiri

anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi.

45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian

Vitamin K1) dipaha kanan anterolateral.

a. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa

disusukan.

b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil

menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.

46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

98
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan

yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menitselama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam

pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5°C –

37,5°C)

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas dengan diterjen

peralatan setelah didekontaminasi di air bersih, mengalir.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

99
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih

dan kering.

54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%, bilas

dengan air DTT.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV. (JNPK-KR, 2013).

Melakukan pengecekan plasenta

a. Ketebalan plasenta

Plasenta normal : berat ±500 gram, diameter 15-20 cm, dan dengan

ketebalan 1,5-3 cm. (Damayanti, 2014)

b. Ukuran tali pusat

Tali pusat bentuknya bergulung dan berada bebas di dalam

kantung amnion, sehingga panjang tali pusat tidak mungkin dapat

diukur melalui pemeriksaan USG. Selama kehamilan tali pusat akan

100
bertambah panjang, dan mencapai panjang finalnya sekitar 50 – 60

cm. (JNPK-KR, 2013)

Partograf

1) Definisi

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik. (JNPK-KR, 2013)

2) Tujuan

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah:

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian dapat juga untuk mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya partus lama.

c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan

dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam

medic ibu bersalin dan bayi baru lahir. (JNPK-KR, 2013)

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan

membantu penolong persalinan untuk :

1. Mencatat kemajuan persalinan

2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya

101
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran

4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

peyulit persalinan

5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

Partograf harus digunakan:

a. Untuk semua ibu dimulai pada fase aktif kala satu persalinan

dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan.

Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik

normal maupun patologis, partograf sangat membantu

penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan

membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit

maupun yang tidak disertai dengan penyulit.

b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat

(rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)

c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses

kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum,

Residen, Dan Mahasiswa Kedokteran).

(JNPK-KR, 2013)

a. Pencatatan selama fase laten kala satu persalinan

102
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara

terpisah, baik dicatat kemajuan persalinan di buku KIA atau

Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu

harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase

laten persalinan. Semua suhan dan intervensi juga harus

dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi harus dicatat dengan seksama, yaitu:

1. Denyut jantung janin setiap ½ jam

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

3. Nadi ½ jam

4. Pembukaan serviks setiap 4 jam

5. Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

7. Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam

b. Pencatatan selama fase aktif persalinan

Observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan,yaitu:

Informasi ibu tentang :

1. Nama, umur

2. Gravida, para, abortus (keguguran);

3. Nomor catatan medik/nomor puskesmas;

103
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat

5. Waktu pecahnya selaput ketuban

Kondisi janin :

1) DJJ

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi air ketuban setiap kali melakukan

pemeriksaan dan nilai warna air ketuban jika selaput

ketuban pecah dan mempergunakan lambang-lambang

berikut :

1) U :Selaput ketuban belum pecah (utuh)

2) J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

3) M:Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

4) D : Selaput ketuban sudah pecah dan bercampur darah

5) K :Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak

mengalir lagi (“kering”). (JNPK-KR, 2013)

3) Penyusupan (molase) kepala janin.

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan

antara tulang (molase) kepala janin. Dan mempergunakan

lambang berikut ini:

1) 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi

104
2) 1 : Tulang- tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan

3) 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih

tetapi masih dapat dipisahkan

4) 3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih

dan tidak dapat dipisahkan

(JNPK-KR, 2013)

Kemajuan persalinan :

1. Pembukaan serviks

2. Penurunan bagian terbawah atau presentasi

3. Garis waspada dan garis bertindak

Jam dan waktu:

1. Waktu mulainya fase aktifpersalinan

2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

Kontraksi uterus :

1. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit

2. Lama kontraksi (dalam detik)

Obat-obatan dan cairan yang diberikan :

1. Oksitosin

2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

Kondisi ibu :

1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

2. Urin (volume, aseton atau protein)(JNPK-KR, 2008)

105
Laserasi jalan lahir

Laserasi adalah robekan yang terjadi pada jalan lahir pada saat bayi lahir.

Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu:

1. Derajat I : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.

2. Derajat II : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum.

3. Derajat III : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani.

4. Derajat IV : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani, dinding depan rectum

Pada derajat I : Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi

luka baik.

Pada derajat II : Jahit menggunakan teknik yang jelas

Pada derajat III dan IV : Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk

reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera

rujuk ke fasilitas rujukan

(JNPK-KR, 2013)

Heacting (Menjahit Laserasi Perineum)

Tujuan menjahit laserasi atau episiotomy adalah untuk menyatukan

kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah

yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum

masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang

potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi

106
atau episiotomy gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan sedikit

mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis

(Rukiyah, 2009)

1) Pencegahan Infeksi

Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastic, tempat tidur dan

matras dengan larutan klorin 0,5 % kemudian cuci dengan deterjen

dan bilas dengan air bersih. Jika sudah bersih, keringkan dengan air

bersih supaya ibu tidak berbaring diatas matras yang basah.

Dekontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam

larutan clorin 0,5 % dan kemudian cuci segera dengan air dan

deterjen. (JNPK-KR, 2013)

2) Pemantauan keadaan umum ibu

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang

disebebkan oleh perdarahan pascasalin terjadi selama empat jam

pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting

untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan. Jika

tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal

selama dua jam pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan

mengalami perdarahan pascapersalinan. Penting untuk berada

disamping ibu dan bayinya selama dua jam pertama pasca

persalinan.

Selama dua jam pertama pascapersalinan:

107
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan

darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan

setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada

temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan

penilaian kondisi ibu.

b. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik

setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit

selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak

normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi

ibu.

c. Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam pertama

pasca persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai

dengan apa yang diperlukan.

d. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit

selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua

pada kala empat.

e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi

uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan

massase jika uterus menjadi lembek.

f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan

bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering,

atau posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau

berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian

108
kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan

anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.

g. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

h. Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama

pasca persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain

pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi

uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu

untuk mengosongkan kandung kemihnnya dan anjurkan untuk

mengosongkannya tiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa

keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia

melahirkan bayinya. Jika ibu tak dapat berkemih, bantu ibu

dengan cara menyiramkan air bersih dan hangat ke

perineumnya. Berikan privasi atau masukkan jari-jari ibu

kedalam air hangat untuk merangsang keinginan berkemih

secara spontan.

Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat

berkemih secara spontan, mungkin perlu dilakukan

kateterisasi.Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi,

gunakan teknik aseptic saat memasukan kateter nelaton DTT

atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.Setelah

kandung kemih dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar

uterus berkontraksi baik. Ajarkan pada mereka bagaimana

mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti:

109
demam, perdarahan aktif, keluar banyak bekuan darah, bau

busuk dari vagina, pusing, lemas luar biasa, penyulit dalam

menyusukan bayinya, nyeri panggul atau abdomen yang lebih

hebat dari nyeri kontraksi biasa. (JNPK-KR, 2013)

2.1.3 Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma

kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari

kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

(Prawirohardjo, 2010)

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram.Proses

kelahiran, adaptasi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine

yang di pengaruhi oleh 3 faktor: maturnitas, adaptasi, dan

toleransi (Saifudin, 2014)

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram

(Vivian, 2010).

110
2. Perubahan Fisiologis yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir

Menurut (Prawirohardjo,2010)

1. System pernafasan

Tabel 2.4. Perkembangan system pulmonal

Usia kehamilan Perkembangan


24 hari Bakal paru –paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua broncus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdeferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34 – 46 minggu Strukur paru matang
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: YBP – SP

Ketika struktur matang, ranting paru – paru sudah bias

mengembangkan system alveoli. Selama dalam uterus, janin

mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui placenta dan

setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru bayi.

Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena

beberapa hal:

a. Tekanan mekanik dari thorax sewaktu melalui jalan lahir.

b. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus.

c. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus.

d. Reflek deflasi hering breur.

111
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

menit pertama sesudah lahir.Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya

surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran

napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam.

Cara neonatus bernafas dengan cara bernafas difragmatik dan

abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas

belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan

kolaps dan paru – paru kaku, sehingga terjadi atelektasis.

Dalam kondisi seperti ini neonates masih dapat

mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan

metabolisme anaerobic.

2. Peredaran darah

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta

melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian

lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik

kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta

keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah di

pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus ke

arteriosus ke aorta.

Setelah bayi baru lahir, paru akan berkembang yang

akan menyebabkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang

diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.

112
Kondisi ini menyebabkan jantung kiri lebih besar

dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebut

yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal

ini terjadi pada jam–jam pertama setelah kelahiran. Oleh

karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam tekanan

aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia

(PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang beroblitirasi.Hal

ini terjadi pada hari pertama.

Aliran darah pada hari pertama kehidupan adalah 4 – 5

liter permenit/m2. Aliran darah sistolik pada hari pertama

rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari

kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan arteriosus.

Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah

yang melului tranfusi placenta yang pada jam–jam pertama

sedikit menurun yang kemudian naik lagi dan menjadi konstan

kira – kira 85/40 mmHg.

3. Perubahan pada sistem peredaran darah.

Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru–

paru untuk mengambil O2 dan mengadakan sirkulasi melalui

tubuh guna, mengantarkan O2 ke jaringan untuk membuat

sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim

harus terjadi 2 (dua) perubahan besar:

a. Penutupan Foramen Ovale pada atrium jantung

113
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru – paru dan

aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan

pada seluruh sistem pembuluh darah. Hal ini terutama

penting kalau ingat bahwa sebagian besar kematian dini

BBL berkaitan dengan O2 (asfiksia).

c. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik

meningkat dantekanan atrium kanan menurun.Tekanan

atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke

atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan

volume dan tekanan atrium kanan itu keparu-paru untuk

menjalani proses oksigenasi ulang.

d. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah

paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan O2 pada

pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan

terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan

resistensi pembuluh darah paru-paru).

4. Sistem Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh

mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya

perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi

meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi

tersebut kemudian, masuk kedalam lingkungan. Ruang

114
bersalin yang jauh lebih dingin, suhu dingin ini menyebabkan

air ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan

darah bayi.

5. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam

jumlah tertentu. Dengan tindakan penjempitan tali pusat

dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap

bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat

(1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat

dilakukan dengan 3 cara :

a. Melalui penggunaan ASI (BBL sehat harus didorong

damenyusu ASI secepat nungkin setelah lahir.

b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (Glikogenolisis )

c. Melalui pembuatan glukosa di sumber lain terutama

lemak (Glukoneogenesis)

6. Perubahan Gastro Interstitial.

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang

sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.

7. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas BBL masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan

115
alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan

kekebalan alami maupun yang didapat kekebalan alami

terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau

meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan

alami seperti.

a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. Fungsi saringan saluran nafas

c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian Bayi

baru lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus

dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap

antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal

kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi

dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Karena adanya defisiensi sistem kekebalan alami dan di dapat

ini, BBL sangat rentan terhadap infeksi.

8. Sistem reproduksi

Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma hingga

pubertas, tetapi pada saat lahir bayi perempuan mempunyai

ovum atau sel telur (dalam bentuk yang masih primitif) dalam

indung telurnya, Kedua jenis kelamin ini mungkin

memperlihatkan pembesaran payudara, kadang-kadang

116
disertai oleh sekresi cairan dari putting pada hari ke empat

atau hari ke lima, karena adanya gejala berhentinya sirkulasi

(withdrawal) hormon ibu.

9. Sistem Muskuloskeletal

Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir,

tetapi tumbuh melalui proses hipertropi. Tulang-tulang

panjang belum sepenuhnya mengalami osifikasi sehingga

memungkinkan pertumbuhan tulang pada epifisis.

10. Sistem Neurologi

Relatif belum matang pada saat lahir.Setelah lahir,

pertumbuhan otak berlangsung cepat sehingga memerlukan

suplai oksigen dan glukosa secara konstan dan mencukupi

jumlahnya. Ketidakmatangan otak membuat sangat rentang

terhadap hipoksia, ketidak seimbangan biokimia, infeksi dan

perdarahan. Ketidakstabilan suhu dan gerakan otot tidak

terkoordinasi yang mencerminkan perkembangan otak yang

belum sempurna dan belum lengkapnya proses mielinisasi

saraf.

3. Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal menurut (JNPK-KR,

2013)

1. Lahir aterm antara 37- 42 minggu.

117
2. Berat badan 2.500 - 4.000 gram.

3. Panjang badan 48 - 52 cm.

4. Lingkar dada 30 - 38 cm.

5. Lingkar kepala 33 - 35 cm.

6. Lingkar lengan 11-12 cm.

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.

8. Pernafasan ± 40-60 x/menit.

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan

yang cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya

telah sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai apgar >7.

13. Tonus otot aktif (gerak aktif)

14. Bayi lahir langsung menangis kuat.

15. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan

taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan

baik.

16. Reflek sucking (hisap dan menelan) sudah terbentuk dengan

baik.

17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik.

18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.

118
19. Genetalia

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang

berada pada skrotum dan penis berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan

labia mayora.

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium

dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan

4. Tanda - Tanda Bayi Baru Lahir Tidak Normal

Tanda-tanda bayi baru lahir tidak normal menurut (Prawirohardjo,

2008) adalah:

1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x/menit, terlihat retraksi

pada waktu bernafas

2. Kehangatan terlalu panas (> 38 ºC atau terlalu dingin < 36 ºC)

3. Warna kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau

pucat, memar

4. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan,

banyak muntah

5. Infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah),

bau busuk, pernafasan sulit

6. Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,

sering, hijau tua, ada lendir atau darah dalam tinja. Dan

119
gangguan gastrointestinal, misalnya tidak mengeluarkan

mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir.

Aktivitas: Mengigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,

menangis terus menerus. Segera cari pertolongan bidan/tenaga

kesehatan lainya jika timbul tanda-tanda bahaya tersebut.

5. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

Penanganan Segera Bayi Baru Lahir menurut (JPNK-KR, 2013)

asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah :

1. Pencegahan Infeksi

a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah

bersentuhan dengan bayi

b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,

terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan

benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau

steril.

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih.

Demikian pula dengan timbangan, pita pengukur,

termometer, stetoskop

2. Melakukan penilaian

120
a. Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

c. Apakah warna kulit bayi kemerahan

d. Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau

lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru

lahir.

3. Mekanisme kehilangan panas

a. Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh

panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi

tidak segera dikeringkan.

b. Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja,

tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah

dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi

diletakkan di atas benda – benda tersebut.

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin, contoh : ruangan yang dingin,

adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara

melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

d. Radiasi

121
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih

rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut

menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak

bersentuhan secara langsung)

4. Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :

a. Keringkan bayi secara seksama

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan

hangat

c. Tutup bagian kepala bayi

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

e. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

5. Membebaskan Jalan Nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan

menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak

langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas

dengan cara sebagai berikut :

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras

dan hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi

kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

122
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi

dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau

gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.

e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap

lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus

sudah ditempat

f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama

(Apgar Score)

h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung

atau mulut harus diperhatikan.

6. Merawat tali pusat

a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil,

ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali

pusat.

b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan

ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah

dan sekresi tubuh lainnya.

c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat

tinggi

d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan

handuk atau kain bersih dan kering.

123
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem

Splastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril).

Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem

tali pusat tertentu.

f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang

sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua

dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang

berlawanan.

g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam

larutan klorin 0,5%

h. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan

bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

7. Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu

di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi

beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 –

1 mg IM.

8. Pemberian Imunisasi

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Hepatitis B pertama diberikan 1 sampai 2 jam setelah

124
pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berumur 2 jam.

Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan

ddiberikan BCG dan OPV pada saat sebelum bayi pulang dari

klinik. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali

untk mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal

pemberian imunisasi. (JNPK-KR, 2013)

Menurut (Muslihatun, 2010), berikut jenis imunisasi wajib

terdiri dari :

(1) BCG (Bacille Calmette Guerin)

Tujuan imunisasi BCG tidak untuk mencegah TBC,

tetapi mengurangi resiko TBC berat, seperti TBC

meningitis dan TBC miliar. Diberikan pada bayi kurang dari

atau sama dengan 2 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun

adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara

intrakutan didaerah insersio muskulus deltoideus kanan.

BCG tidak menyebabkan demam.Tidak dianjurkan BCG

ulangan. Suntikkan BCG akan meninggalkan jaringan parut.

(2) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B harus diberikan sedini mungkin

setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi maternal

ibu dan bayi.Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi

125
baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus

Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan.

(3) DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga

penyakit, yaitu difteri, pertussis, dan tetanus.

(4) Polio

Untuk imunisasi dasar (4 kali pemberian) vaksin

diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari

2 minggu.

(5) Campak

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml

pada usia 9 bulan.

Tabel 2.5 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

126
0 bulan HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

Sumber : Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan

Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

9. Memberikan obat tetes atau salep mata

Tetes mata/salep mata antibiotika yang diberikan dalam

waktu 2 jam pertama setelah kelahiran. Obat yang diberikan

berupa tetes mata (larutan petrat nitrat 1%) atau salep (salep

mata eritromisin 0,5%) salep atau tetes mata yang diberikan

dalam satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling

dekat dengan hidung bayi menuju bagian luar mata.

(Saifuddin, 2014)

10. Pemantauan bayi baru lahir

Menurut (Saifuddin, 2014) tujuan pemantauan bayi baru

lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak

dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang

memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta

tindak lanjut petugas kesehatan.

127
(1) Dua jam pertama sesudah lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam

pertama sesudah lahir meliputi : kemampuan menghisap

kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau lunglai, bayi

kemerahan atau biru.

(2) Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan

bayinya

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan

tindak lanjut, seperti : bayi kecil untuk masa kehamilan atau

bayi kurang bulan, gangguan pernafasan, hipotermia,

infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir.

11. Rawat gabung

Laktasi dan kontak dini dengan ibu (bounding attachment)

merupakan bagian dari rawat gabung, setelah ibu dibersihkan,

segera lakukan kontak dini agar bayi mulai mendapat ASI.

Dengan kontak dini dan laktasi bertujuan untuk melatih refleks

hisap bayi, membina hubungan psikologis ibu dan anak/ikatan

batin, membantu kontraksi uterus melalui rangsangan pada

putting susu, memberikan ketenangan pada ibu merupakan

perlindungan bagi bayinya dan mencegah hilangnya panas

yang berlebihan pada bayi. Doronglah ibu untuk menyusui

128
bayinya apabila bayi telah ‘siap’ dengan menunjukkan refleks

rooting, jangan paksa bayi untuk menyusui.

(Prawirohardjo, 2010)

6. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

a) Asuhan pada bayi usia 2-6 hari (Muslihatun, 2010)

Rencana Asuhan

1. Minum bayi

Pastikan bayi diberikan minum sesegera mungkin setelah

lahir (dalam waktu 30 menit) atau 3 jam setelah masuk

rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda

karena masalah tertentu. Bila bayi di rawat dirumah sakit,

upayakan ibu mendampingi dan tetap memberikan ASI

(Muslihatun, 2010)

1) ASI Ekslusif

Berikan asi sedini mungkin (dalam 30 menit – 1 jam

setelah lahir) dan ekslusif, jika asi belum keluar, bayi tidak

usah diberi apa-apa, biarkan bayi menghisap payudara ibu

sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam

tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari

pascapersalinan. (Muslihatun, 2010)

ASI eksklusif diberikan pada usia 0-6 bulan tanpa

memberikan makanan apapun baik itu air putih.

(Prawirohardjo, 2010).

129
Hindari penggantian ASI (PASI) kecuali ada

indikasi medis, misalnya asi tidak keluar, bayi prematur

dan sebagainya. (Muslihatun, 2010)

Ibu menyusui perlu mendapatkan dukungan dari

suami dan keluarga. Bentuk dukungan bayi bagi ibu

menyusui, antara lain melibatkan suami dan keluarga

dalam kegiatan menyusui. (Muslihatun, 2010)

Pemberian ASI menurut (Prasetyono, 2009) terdiri

dari inisiasi menyusui dini, keuntungan IMD untuk ibu

dan bayi, cara menyusui yang benar, Keuntungan

mengosongkan payudara, dan posisi menyusui.

1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Langkah Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya

segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu

dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu

serta member bantuan jika diperlukan.

c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus

dilakukan kepada BBL hingga inisiasi menyusu

selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti:

pemberian salep/tetes mata, pemberian Vitamin K1,

menimbang dan lain-lain.

130
2) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) bagi ibu dan

bayi

a. Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi untuk

bayi

1) Menstabilkan pernapasan dan detak jantung

2) Mengendalikan temperature tubuh bayi

3) Memperbaiki atau membuat pola tidur bayi lebih

baik

4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu

lebih cepat dan efektif

5) Meningkatkan kenaikan berat (bayi lebih cepat

kembali keberat lahirnya)

6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu

dan bayi

7) Mengurangi tangis bayi

8) Mengurangi infeksi bayi dikarenakan adanya

kolonisasi kuman di usus bayi akibat kontak

kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan bayi

menjilat kulit ibu.

9) Mengeluarkan mekonium lebih cepat, sehingga

menurunkan kejadian ikterus BBL.

131
10) Memperbaiki kadar gula dan parameter

biokimia lain selama beberapa jam pertama

kehidupannya

11) Mengoptimalisasi keadaan hormonal bayi

b. Keuntungan IMD untuk bayi

1) Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu

makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal

untuk kebutuhan bayi

2) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif

(melalui kolostrum) maupun aktif

3) Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari

kebawah

4) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara

eksklusif dan lamanya bayi disusui membantu

bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan

dan napas. Refleks menghisap awal pada bayi

paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah

lahir.

5) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dengan

bayi.

6) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara

eksklusif dan lamanya bayi

132
Pada bayi terdapat 3 refleks yang berhubungan

dengan proses menyusui, yaitu:

1. Refleks mencari putting susu (rooting

refleks)BBL akan menoleh kearah pipi yang

disentuh. Bayi akan membuka mulutnya apabila

bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap

benda yang disentuh tersebut.

2. Refleks meghisap (suckling refleks)

Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi

menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan

mengakibatkan areola dan puting susu ibu

tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi,

sehingga sinus laktiferus dibawah areola tertekan

dan ASI terpancar keluar

3. Refleks menelan (swallowing refleks)

ASI di dalam mulut bayi akan didoronng oleh

lidah kearah faring, sehingga menimbulkan

refleks menelan.

3) Cara Menyusui yang Benar

a. Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar,

sehingga menyusui efektif.

b. Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)

133
c. Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya

berpindah kesisi yang lain setelah mengosongkan

payudara yang sedang disusukan. (Maryunani, 2012)

4) Keuntungan mengosongkan payudara adalah:

a. Mencegah pembengkakan payudara

b. Meningkatkan produksi ASI

c. Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap

(ASI awal dan akhir) (Prasetyono, 2009)

5) Posisi Menyusui

Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan

keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet

putting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan

benar.Berikan dukungan dan bantuan jika ibu

memerlukannya, terutama jika ibu pertama kali

menyusui atau ibu berusia sangat muda.

a. Posisi menyusui untuk ibu yang sudah dapat

melakukan mobilisasi :

1) Seluruh badan bayi tersanggah dengan baik,

jangan hanya leher dan bahunya saja

2) Kepala dan tubuh bayi lurus

3) Badan bayi menghadap ke dada ibunya

4) Badan bayi dekat ke ibunya

b. Tanda –tanda perlekatan menyusui yang benar

134
1) Dagu bayi menempel payudara ibu

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bibir bawah bayi membuka keluar

4) Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

(Prasetyono, 2009)

6) Susu formula

Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) dapat

berupa berbagai produk formula. Untuk bayi usia 0-6

bulan, susu formula yang diberikan adalah susu formula

awal. Untuk bayi yang menderita diare knonik/sindrom

panmalabsorsi, susu formula yang biasa diberikan adalah

susu progestimil. Untuk bayi yang mengalami alergi

protein susu sapi, berikan susu formula bahan susu

kedelai. (Muslihatun, 2010)

2. Buang Air Besar (BAB)

Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada

hari-hari pertama kehidupannya adalah berupa mekonuim.

Mekonium yang telah keluar dalam 24 jam menandakan

anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekoneum tidak

keluar,bidan/petugas kesehatan harus mengkaji

kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon.

(Muslihatun, 2010)

135
Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat

bayi berumur 4-5 hari.Bayi yang diberi ASI feses menjadi

lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi

yang di berikan susu formula feses cinderung berwarna

pucat dan agak bau. Apabila bayi diberikan asi cukup maka

bayi akan BAB lima kali atau lebih dalah sehari. Saat bayi

berumur 3-4 minggu frekuensi BAB berkurang menjadi 1

kali dalam 2-3 hari. (Muslihatun, 2010)

3. Buang air kecil (BAK)

Bayi dalam 24 jam harus sudah BAK dalam 24 jam

setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8

kali/hari. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30

ml/hari, meningkat menjadi 100-200ml/hari pada akhir

minggu pertama. (Muslihatun, 2010)

4. Tidur

Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir

menghabiskan waktunya untuk tidur.Macam tidur bayi

adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap.Pada siang

hari hanya 15% waktu yang digunakan bayi dalam keadaan

terjaga, untuk menangis dan gerakan motorik, sadar dan

mengantuk.Sisa waktu yang 85% lainya digunakan bayi

untuk tidur. (Muslihatun, 2010)

136
5. Kebersihan kulit

Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi,

keutuhan kulit bayi harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa

bermanfaat untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan

dibersikan pada saat memandikan bayi. (Muslihatun, 2010)

Memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 6 jam

setelah persalinan, agar suhu bayi dapat menyesuaikan diri

di lingkungan sekitar, sehingga tidak menyebabkan bayi

mengalami hipotermia. (Prawirohardjo, 2014)

6. Perawatan tali pusat

Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat

merupakan koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bias

terjadi infeksi local. Jika tali pusat terkena kotoran/feses,

maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air bersih

kemudian dikeringkan. (Muslihatun, 2010).

Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari

pertama, mulai mengering dan mengkerut atau mengecil dan

akhirnya lepas setelah 5-6 hari. (Muslihatun, 2010)

7. Keamanan bayi

Tidak membiarkan bayi sendirian dalam air atau

tempat tidur, kursi atau meja. Selain harus dijaga dari

kecelakaan fisik, bayu juga harus dijaga dari kemungkinan

infeksi. Untuk mencegah bayi agar tetap terlindung dari

137
berbagai infeksi, antara lain dengan cara selalu mencuci

tangan dengan air, sabun dan handuk bersih sebelum

memegang bayi (Muslihatun, 2010)

b) Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama

1. Tujuan kunjungan ulang bayi baru lahir, ialah :

Mengidentifikasi gejala penyakit, memberikan KIE pada

orangtua, menawarkan tindakan screening metabolic,

mengkaji riwayat/masalah pada penemuan nutrisi bayi,

perhatian, usaha menangis, BAB, BAK dan lain-lain.

(Muslihatun, 2010)

2. Rencana asuhan (Muslihatun, 2010)

(1) Pengkajian data subjektif

Tanyakan mengenai keseluruhan kesehatan bayi,

masalah yang dialami dalam proses menyusui, apakah

ada yang membantu ibu, apakah bayi terdapat tanda-

tanda bahaya, apakah bayi menyusu dengan baik

(2) Pengkajian data objektif

Sistem pernafasan

Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan

bernada sedang, jika terjadi kelainan suara bayi akan

terdengan bernadi tinggi dan lemah.

138
Sistem kardiovaskuler dan darah

Sirkulasi perifer berjalan lambat, ini akan

mengakibatkan sianosis ringan pada tangan dan kaki

serta perbedaan warna kulit.

Sistem ginjal

Beban kerja ginjal dimulai sejak bayi lahir. Apabila

intake cairan telah meningkat, kemungkinan air kemih

bayi akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda,

karena disebabkan oleh kadar ureum yang tidak begitu

berarti.

Sistem gastrointestinal

Kapasitas lambung 15-30 cc dan akan meningkat dalam

minggu-minggu pertama kehidupan.

Pengaturan suhu

Bayi masih rentar terhadap hipotermia dikarenakan

belum matangnya hipotalamus yang mengakibatkan

tidak efisienya pengaturan suhu tubuh bayi.

Adaptasi imunologi

Terdapat 3 imunoglobulin utama pada bayi, yaitu IgG,

IgA, dan IgM. IgG melewati barier plasenta sehingga

sama kadarnya pada saat lahir. IgA melindungi terhadap

infeksi saluran pernafasan, gastrointestinal dan mata.

Kadar IgA mencapai kadar dewasa dalam 3 bulan dan

139
ditemukan dalam ASI. IgM mencapai kadar dewasa pada

usia 2 tahun. ASI terutama kolostrum memberikan

kekebalan pasif.

Sistem reproduksi

Anak laki-laki menghasilkan sperma setelah memasuki

masa pubertas.Anak perempuan sudah mempunyai ovum

dalam sel telur sejak bayi.Bayi perempuan dapat

mengalami (pseudo) menstruasi atau pembesaran

payudara, kadang-kadang disertai oleh sekresi cairan dar

putting pada hari ke-4/5 setelah kelahiran.

Sistem muskuluskeletal

Ubun-ubun kecil atau fontanel posterior bayi akan

menutup pada usia 6-8 minggu.

Sistem neurologi

Pada bayi relative belum matang setelah lahir.

Panca Indra

Indra penglihatan

Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan muka

ibunya dan muka orang yang tidak dikenal. Perhatian

pada warna, variasi dan kompleksitas pola berkembang

dalam 2 bulan pertama kehidupan bayi.

Indra Penciuman

140
Bayi dapat membedakan bau menyengat, dalam

beberapa hari bayi sudah dapat membedakan bau susu

ibu dengan bau susu orang lain.

Indra pengecapan

Bayi bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan

memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis.

Indra pendengaran

Pada akhir bulan pertama bayi lebih suka suara dengan

pola yang sama dan lebih menyukai suara ibunya dari

pada orang lain dan merasa tenang dengan suara-suara

nada rendah.

Indra peraba/sentuhan

Bayi mudah memperlihatkan reaksi terhadap berbagai

hal dengan adanya beberapa reflex fisiologis.Bayi sangat

sensitive terhadap sentuhan. Bayi akan merasa senang

dengan kontak kulit kekulit, berendam dalam air,

gosokan tangan, belaian dan gerak ayun. Bayi bereaksi

terhadap sentuhan dan adanya reflex genggam untuk

memperkuat hubungan.

Imunisasi

Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia 2

bulan. Imunisai Hb 2 diberikan 4 minggu setalah HB 1,

yaitu pada usia 1 bulan. (Muslihatun, 2010)

141
1.1.4. Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai

sejak 1 jam setelah bayi lahir sampai dengan 6 minggu (42 hari)

setelah itu. (Prawirohardjo, 2010)

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai

6 minggu.Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya

kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Rukiyah, 2011)

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta

lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.

(Saifuddin, 2014)

Masa nifas, disebut juga masa postpartum atau

puerperium adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan,

pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat

kandungan/ reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6

minggu atau 40 hari pascapersalinan (Jannah, 2011)

Tujuan masa nifas (Rukiyah, 2011)

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

142
2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun ibu.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,

pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

4. Memberikan pelayanan KB.

2. Fisiologi Nifas Menurut (Rukiyah, 2011)

1) Immediate postpartum atau post partum dini

Dihitung 24 jam setelah plasenta lahir, dimana ibu meliki

kepulihan kembali dan diperbolehkan berdiri atau jalan-jalan.

2) Early postpartum atau puerpurium intermedial

Hari ke-7 setelah partus sampai pulihnya kembali alat-alat

genetalia seluruhnya yang lamanya 6-8 minggu.

3) Late postpartum atau remote puerpurium

Minggu ke-2 sampai minggu ke-6 setelah partus.Remote

puerperium adalah waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan

sehat sempurna bila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu.

3. Perubahan - Perubahan yang Terjadi Pada Waktu Nifas

Perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu nifas terdiri dari

perubahan fisiologis dan perubahan psikologis :

143
1. Perubahan Fisiologis menurut (Rukiyah, 2011) yaitu :

a. Perubahan Hormon

1) Terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron

2) Kandung Kemih, Uretra dan ureter

3) Perubahan Kandung kemih, uretra dan ureter

dipengaruhi oleh hormon progesteron yang

menyebabkan dilatasi dan statis urin yang

dihubungkan dengan resiko peningkatan infeksi

traktus urinarius.

b. Sistem kardiovaskuler

1) Selama kehamilan peningkatan normal dari volume

darah yang terjadi untuk memenuhi peningkatan

aliran darah yang dibutuhkan oleh plasenta dan

pembuluh darah uterus, penurunan dari estrogen

menyebabkan terjadinya deuresis. Hal ini terjadi

pada 24-48 jam setelah kelahiran bayi.

2) Involusi rahim

3) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

4) Pada saat bayi lahir TFU setinggi pusat, setelah

lahir TFU menjadi 2 jari di bawah pusat, 1 minggu

TFU pada pertengahan pusat dan sympisis, 2

minggu TFU tidak teraba diatas sympisis, 6 minggu

144
TFU bertambah kecil dan 8 minggu TFU sebesar

normal.

Tabel 2.6 Proses involusi uteri

InvolusiUteri Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter

Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm

dan simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Sumber : Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III
(Nifas), Jakarta ; TIM.

5) Involusi tempat plasenta

6) Bekas implantasi uri (placental bed) mengecil

karena kontraksi dan menonjol kekavum uteri

dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi

3,5 cm pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya

pulih.

c. Perubahan pembuluh darah

Setelah persalinan pembuluh darah besar masa

kehamilan tidak diperlukan lagi, maka arteri semakin

mengecil. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai

infeksi akan sembuh 6-7 hari. Rasa sakit (After pains).

Hal ini disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya

berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

145
d. Lochea

Menurut (Rukiyah, 2011) yaitu cairan secret yang

berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas :

a. Lochea rubra (curenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban

berlangsung selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah lendir,

berlangsung 3-7 hari pasca persalinan

c. Lochea Serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

berlangsung 7-14 hari pasca persalinan.

d. Lochea Alba

Cairan putih selama 2 minggu.

e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau

busuk, bisa terjadi setelah 2 minggu.

f. Lochiostatis

Lochea tidak lancar keluarnya

e. Perubahan serviks dan vagina

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga,

konsistensi lunak kadang-kadang terdapat perlukaan.

Setelah bayi lahir tangan masih dapat masuk rongga

rahim. Setelah 2 jam 2-3 hari dan setelah 7 hari dapat

146
dilalui 1 jari saja. Pada serviks terbentuk sel-sel otot

baru, sehingga sobekan serviks sembuh. Vagina yang

sangat diregang waktu persalinan, lambat laun

mencapai ukuran-ukuran yang normal. Pada minggu

ketiga post partum nampak kembali.

f. Dinding perut dan Peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena

diregang begitu lama tetapi biasanya pulih kembali

dlam 6 minggu.

g.Saluran kencing

Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan

hyperacmia kandung kencing dalam puerperium kurang

sensitif dan kapasitasnya bertambah. Dilatasi uretus dan

pyleum normal kembali dalam 2 minggu.

4. Penatalaksanaan Masa Nifas

Program kunjungan pada Masa Nifas menurut (Suherni,

2009) :

1. Kunjungan 6-8 jam setelah persalinan

a. Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia

uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk bila perdarahan berlanjut.

147
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal

e. Memberikan supervisi kepada ibu bagaimana teknik

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia

2. Kunjungan 6 hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau

perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,

cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan 2 minggu setelah persalinan

Sama seperti kunjungan hari ke enam

4. Kunjungan 6 minggu setelah persalinan

148
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit

yang ibu atau bayi alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara alami.

Kebutuhan ibu nifas menurut (Rukiyah, 2011)

a) Nutrisi dan Cairan, pada seorang ibu menyusui

Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap

hari; makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein, mineral dan vitamin yang cukup; minum

sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui); pil zat besi harus

diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama

40 hari pasca persalinan; minum kapsul vitamin A

(200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASInya.

Ibu nifas (2 kapsul vitamin A warna merah yang

diminum, 1 kapsul setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi

setelah 24 jam). (Depkes RI, 2011)

b) Ambulasi

Ibu yang melahirkan mungkin enggan bergerak

karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu

turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah

kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting

dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi

149
dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot

perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh

yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga

mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh

tubuh.

c) Eliminasi: BAK/BAB

Diuresis yang nyata yang akan terjadi pada satu

atau dua hari pertama stelah melahirkan, dan kadang-

kadang ibu mengalami kesulitan untuk mengosongkan

kandung kemihnya karena rasa sakit, memar atau

gangguan pada tonus otot. Ia dapat dibantu untuk

duduk diatas kursi berlubang temppat buang air kecil

jika masih belum diperbolehkan berjalan sendiri dan

mengalamai kesulitan untuk buang air kecil dengan

pispot diatas tempat tidur. Meskipun sedapat mungkin

dihindari, kateterisasi lebih baik dilakukan dari pada

terjadi infeksi saluran kemih akibat urine yang tertahan.

Penatalaksanaan defekasi diperlukan sehubungan kerja

usus cenderung melambat dan ibu yang baru

melahirkan mudah mengalami konstipasi, pemberian

obat-obat untuk pengaturan kerja usus kerap

bermanfaat.Faktor-faktor diet memegang peranan

penting dalam memulihkan faal usus. Ibu mungkin

150
memerlukan bantuan untuk memilih jenis-jenis

makanan yang tepat dari menunya. Ia mungkin pula

harus diingatkan mengenai manfaat ambulasi dini dan

meminum cairan tambahan untuk menghindari

konstipasi.

d) Kebersihan Diri/Perineum

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan

seluruh tubuh. Mengajarkan pada ibu bagaimana

membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan

daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan

diri setiap kali selesai buang air kecil dan besar

sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain

pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat

digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan

dikeringkan dibawah sinar matahari atau disetrika.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan

air sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau

laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari

menyentuh daerah luka.

e) Istirahat

151
Istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat

cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah

tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang

atau beristirahat selagi bayi tidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi;

memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan; menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya

sendiri.

Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru

merupakan masalah yang sangat penting sekalipun

kadang-kadang tidak mudah dicapai. Keharusan ibu

untuk istirahat sesudah melahirkan memang tidak

diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan

yang berat dan banyak keadaan yang mengganggu

lainnya, plus pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang

baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi.

Pada hal hari-hari postnatal akan dipenuhi banyak hal,

begitu banyak hal yang harus dipelajari, ASI yang

diproduksi dalam payudara, kegembiraan menyambut

tamu, dan juga kekhawatiran serta keprihatinan yang

152
tidak ada kaitannya dengan situasi ini. Jadi, dengan

tubuh yang letih dan mungkin pikiran yang sangat aktif,

ibu sering perlu diingatkan agar mendapatkan istirahat

yang cukup.

f) Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami

istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa

rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak

merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai

melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,

misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

g) Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-

kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap

pasangan harus menentukan sendiri kapan dan

bagaimana mereka ingin merencanakan tentang

keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat

membantu merencanakan keluarganya dengan

153
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan.

Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur

sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.

Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai

sebelum haid pertama kembali untuk mencegah

terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini adalah 2%

kehamilan.

Meskipun beberapa metode KB mengandung

resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,

terutama apabila ibu sudah haid lagi.

Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut

sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu: bagaimana

metode ini dapat mencegah kehamilan dan

efektifitasnya, kekurangannya, efek samping,

bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode itu

dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang

menyusui.

Jika seorang ibu/pasangan yang telah memilih

metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu

dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui

apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu

154
dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja

dengan baik.

h) Latihan/Senam nifas

Diskusikan peentingnaya mengembalikan otot-otot

perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa

lebih kuat dan menyebabkan otot perutnya menjadi

kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung;

jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap

hari sampai membantu.

Beberapa latihan yang dapat dilakukan ibu dengan

mudah diantara lain: dengan tidur terlentang dengan

lengan disamping, menarik otot perut sambil menarik

napas, tahan napas kedalam dan angkat dagu kedada

tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.

Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan

kegel): berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan

otot-otot, pantat dan panggul dan sampai 5 hitungan.

Kendurkan dan ulangai latihan sebanyak 5 kali.Mulai

mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap

minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.

Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus

mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. Pada

155
masa nifas ibu sangat membutuhkan asuhan sama

seperti pada saat kehamilan bahkan mungkin lebih.

5. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas

Beritahulah ibu jika mengetahui adanya masalah-

masalah berikut, maka ia perlu segera menemui bidan :

a) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah

banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila

memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah

jam).

b) Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.

c) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.

d) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau

masalah penglihatan.

e) Pembengkakan diwajah atau di tangan.

f) Demam, muntah, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau

jika merasa tidak enak badan.

g) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau

terasa sakit.

h) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

i) Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki.

j) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri

bayinya atau diri sendiri.

k) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

156
(Rukiyah, 2011)

1. Macam-macam metode kontrasepsi

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian

air susu ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI

tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainya.

Keuntunganya adalah memiliki tingkat keberhasilan 98%

pada enam bulan pasca persalinan, secara efektif, tidak

mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara

sistemik, tidak perlu pengawasan medis dan tanpa biaya.

Keterbatasanya yaitu perlu persiapan sejak perawatan

kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca

persalinan, mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi

sosial, efektivitas tinggi hanya sampai datang haid atau 6

bulan, tidak melindungi terhadap IMS (JNPK-KR, 2012).

b) Coitus Interruptus atau Senggama Terputus

Metode coitus interruptusjuga dikenal dengan

metode senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah

kehamilan dengan cara seblum terjadi ejakulasi pada pria,

seorang pria harus menarik oenisnya dari vagina sehingga

tidak setetespun sperma masuk kedalam rahim wanta. Dengan

cara ini kemungkinan terjadinya pembuahan (kehamilan)

bisadikurangi ( Fitramaya, 2012)

157
Manfaat kontrasepsi yaitu:

a. Efektif bila dilaksanakan dengan benar

b. Tidak mengganggu produksi ASI

c. Tidak ada efek samping

d. Tidak membutuhkan biaya

e. Dapat digunakan setiap waktu

f. Tidak membutuhkan biaya

Keterbatasan senggama terputus, yaitu:

a. Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan

pasangan untuk melakukan senggama terputus

setiap melaksanankannya (angka kegagalan 4 – 27

kehamilan per 100 perempuan per tahun).

b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam

24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis.

c. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.

Syarat penggunaan senggama terputus, yaitu:

suami tidak dengan pengalaman ejakulasi dini

a. Suami yang tidak sulit melakukan senggama

terputus

b. Suami yang tidak memiliki kelainan fisik atau

psikologis

158
c. Pasangan yang bersedia melakukan senggama

terputus. ( Fitramaya, 2012)

Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan

kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30-35% karena

semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan,

terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumpah

di luar sebagian dapat masuk ke genetalia, dan dapat

menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak

c) Kondom

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang

terbuat dari karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus

cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan

dilengkapi kantung untuk manampung sperma.

Kondom merupakan metode kontrasepsi sederhana

yang mempunyai tujuan untuk menghindari infeksi

hubungan seksual.

Cara Kerja ,menampung spermatozoa sehingga tidak masuk

ke dalam kanalis serviks atau menghalangi tertumpahnya

sperma ke dalam vagina sehingga spermatozoa tidak

mungkin masuk ke dalam rahim dan seterusnya.(Manuaba,

2012)

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang

dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks

159
(karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)

yang di pasang pada penis saat hubungan seksual.

( Fitramaya, 2012)

Efektifitas kondom cukup efektif bila dipakai dengan

benar pada setiap kali berhubungan seksual.Pada beberapa

pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak

dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya

sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per

100 pertahun(Prawirohardjo, 2014)

Keuntungan

1) Murah

2) Mudah didapatkan (gratis)

3) Tidak memerlukan pengawasan medis

4) Berfungsi ganda

5) Dipakai oleh kalangan yang berpendidikan(Manuaba,

2012)

Kerugian

1) Kenikmatan terganggu

2) Alergi terhadap karet atau jeli yang mengandung

spermisid

3) Sulit dipasarkan oleh masyarakat dengan pendidikan

rendah (Manuaba, 2012)

d) PIL

160
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita

yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi

gabungan hormon estrogen dan progesterone atau yang

hanya terdiri dari hormon progesteron. Kebijaksanaan

penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil dosis

rendah tetapi meskipun demikian pil dosis tinggi masih

disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang

menggunakan dosis tinggi (Manuaba, 2012)

Jenis-jenis tablet menurut kandungan hormone

estrogennya :

Dosis

1. Tablet dosis tinggi (High Dose): berisi 50 Mcg.

Adalah tablet yang mengandung estrogen 50-150 mcg

dan progesterone 1-10mg. yang termasuk jenis ini

adalah:

a) Tablet KB Noriday

b) Tablet KB Ovostat

2. Pil dosis rendah (Low Dose): berisi 30 mcg

Adalah pil yang mengandung 30-50 mcg estrogen dan

kurang dari 1 mg progesterone. Yang termasuk jenis ini

adalah:

a) Pil KB Microgynon

b) Pil KB Marvelon

161
3. Pil Mini

Adalah pil yang mengandung hormone progesterone

kurang dari 1 mg. yang termasuk jenis ini adalah Pil KB

Exlution.

Jumlah Tablet

Jumlah tablet pada setiap strip bervariasi, yaitu 28 tablet

dan 21 tablet. Pada strip yang berisi 28 tablet terdiri dari

21 tablet yang mengandung hormon estrogen dan

progesteron, serta 1 tablet yang mengandung vitamin.

Pada setiap strip yang berisi 21 tablet, kesemuanya

mengandung hormone estrogen dan progesteron.

Cara Kerja

1. Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel

telur wanita dari indung telur.

2. Mengendalikan lender mulut rahim menjadi lebih

kental sehingga sel mania tau sperma sukar dapat

masuk kedalam rahim.

3. Menipiskan lapisan endometrium.

Efektifitas

Efektifitas pemakaian pil sangat tinggi tetapi ini

tergantung pada disiplin pemakai. Kegagalan teoritis

lebih dari 0,35% tetapi dalam praktek berkisar 1-8%

untuk pil kombinasi, 3-10% untuk mini pil.

162
Keuntungan

1. Reversibilitasnya atau kembalinya kesuburan tinggi

2. Mudah menggunakannya

3. Mengurangi rasa sakit waktu menstruasi

4. Mencegah anemia defisiensi zat besi

5. Mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan

kehamilan ektopik

6. Mengurangi resiko kanker ovarium

7. Cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan

pertama pada PUS muda

8. Tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang

mengandung progesterone antara lain exlution/mini

pil

9. Tidak mengganggu hubungan seksual

Kerugian

1. Memerlukan disiplin dai pemakai

2. Dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung

estrogen

3. Dapat meningkatkan infeksi klamidia

4. Nyeri payudara

5. Berhenti haid, tetapi pada penggunaan pil

kombinasi jarang terjadi

6. Mual, terutama pada 3 bulan pertama pemakaian

163
7. Dapat meningkatkan tekanan darah

8. Tidak dianjurkan pada wanita berumur diatas 30

tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan

metabolisme tubuh

Indikasi

1. Siklus haid tidak teratur

2. Usia subur

3. Telah mempunyai anak atau yang belum

mempunyai anak

4. Anemia karena haid yang berlebihan

5. Nyeri haid yang hebat

Kontraindikasi

1. Menyusui kecuali pil mini

2. Pernah sakit jantung

3. Tumor/keganasan

4. Kelainan jantung, varises dan darah tinggi

5. Perdarahan pervagina (perdarahan melalui liang

senggama, kecuali tidak diketahui penyebabnya)

6. Migrain (sakit kepala yang hebat)

7. Penyakit hepatitis

Efek Samping

1. Perdarahan pervaginam atau spotting

2. Tekanan Darah meningkat

164
3. Perubahan berat badan

4. Kloasma

5. Tromboemboli

6. Air susu berkurang (suntik 1 bulan)

7. Rambut rontok

8. Varises

9. Perubahan Libido

10. Depresi

11. Pusing dan sakit kepala

(Manuaba, 2012)

e) Suntik

Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB.

Jenis yang beredar di Indonesia adalah yang hanya

mengandung hormon progesterone yaitu:

1) Depo Provera 150mg

2) Depo Progestin 150 mg

3) Depo Geston 150 mg

4) Noristerat 200 mg

Yang mengandung 25mg Medroxy progesterone acetat

dan 5mg estradiol cypionate yaitu Cyclofem

Cara Kerja

a. Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur

wanita

165
b. Mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga

menghambat

c. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk

kehamilan

Efekstifitas

Efektifitas sangat tinggi, kegagalan kurang dari 1%.

Keuntungan

a. Praktis efektif dan aman

b. Tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk

ibu menyusui (progesterone)

c. Dapat menurunkan kemungkinan anemia

d. Tenggang waktu setiap 4 mingggu (Cyclofem)

e. Mengalami menstruasi (Cyclofem)

f. Pemberian aman (Cyclofem)

g. Efektif dan relative mudah (Cyclofem)

(Suratun, 2008)

Kerugian

a. Perdarahan yang tidak menentu

b. Terjadi amenorea (tidak datang bulan)

berkepanjangan (progesterone)

c. Masih terjadi kemungkinan hamil

(Manuaba, 2012)

Indikasi

166
1. Pasca persalinan (segera ketika masih di rumah

sakit, jadwal suntikan berikutnya)

2. Pasca abortus (segera setelah perawatan, jadwal

waktu suntikan diperhitungkan)

3. Interval (hari kelima menstruasi, jadwal waktu

diperhitungkan) (Manuaba, 2012).

Kontraindikasi

1. Tersangka hamil

2. Perdarahan akibat kelainan ginekologi atau

(perdarahan dari liang senggama) yang tidak

diketahui penyebabnya.

3. Adanya tanda-tanda tumor atau keganasan

4. Adanya riwayatnya penyakitnya jantung, hati

tekanan darah tinggi, kencing manis (penyakit

metabolism), paru berat.

(Manuaba, 2012)

Efek samping

1. Gangguan haid

2. Depresi

3. Keputihan

4. Jerawat

5. Perubahan libido

6. Perubahan Berat badan

167
7. Hematoma

8. Infeksi dan abses

(Manuaba, 2012)

f) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau

implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan

dibawah kulit, yang hanya mengandung progestin

dengan masa kerja panjang, dosis rendah, revesible

untuk wanita dan implann dapat digunakan pleh wanita

yang memiliki criteria seperti perempuan pada usia

reproduksi, telah memilki anak atau belum, menyusui

dan membutuhkan kontrasepsi, pasca persalinan dan

pasca keguguran.( Marmi,2016)

Macam-macam AKBK

1. Norplant, yang terdiri dari 6 batang, 4 batang

bahkan 1 batang kapsul silastik, dimana setiap

kapsulnya berisi levonorgestrel sebanyak 36 mg.

2. Jadelle, yang terdiri dari 2 batang yang melepaskan

Levonorgestrol (sekitar 35 ig/hari hingga 18 bulan.

Yang mempunyai keuntungan lebih mudah ketika

dipasang dari pada Norplant.

3. Implanon, yang terdiri dari 1 batang levonorgestrel

dengan dosis bertahap yaitu 60-70nig/hari pada

168
bulan pertama pemasangan, 35-45 ig/hari pada

akhir tahun pertama, sampai 25-30 ig/hari pada

akhir tahun ketiga. Yang mempunyai keuntungan

lebih mudah ketika pemasangan dan pengeluaran.

Cara Kerja

a. Menghambat terjadinya ovulasi

a. Menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi

b. Mempertebal lendir serviks

c. Menipiskan lapisan endometrium

Efektifitas

Efektifitas sangat tinggi, kegagalan teoritis 0,2%,

dalam praktek 1-3%

Keuntungan

a. Tidak menekan produksi ASI

a. Praktis, efektif

b. Tidak ada faktor lupa

c. Masa pakai jangka panjang (5 tahun)

d. Membantu mencegah anemia

e. Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah

pengangkatan implant

Kerugian

a. Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas

kesehatan yang terlatih

169
b. Implant lebih mahal dari pada pil KB atau

suntikan dan cara KB jangka pendek lainnya

c. Implant sering mengubah pola haid

d. Wanita tidak dapat menghentikan pemakaian

sendiri

e. Beberapa wanita mungkin enggan menggunakan

cara yang belum dikenalnya.

f. Susuk mungkin dapat terlihat dibawah kulit

(Manuaba, 2012)

Indikasi

a. Hamil atau diduga hamil

a. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya

b. Benjolan payudara atau riwayat kanker payudara

c. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi

d. Miom uterus dan kanker payudara

e. Gangguan toleransi glukosa

(Manuaba, 2012)

Kontraindikasi :

1. Hamil atau diduga hamil

1. Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui

sebabnya

2. Tumor atau keganasan

170
2. Penyakit jantung, kelainan haid, darah tinggi,

kencing manis.

Efek samping

1. Gangguan haid (amenorrhea dan methrorhagia)

1. Depresi

2. Keputihan

3. Jerawat

4. Perubahan libido

5. Perubahan BB

6. Hematoma

7. Infeksi

(Manuaba, 2012)

g) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi dalam rahim yang

dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya

bermacam-macam.Terdiri dari plastic (polyethyline),

adapula yang dililit tembaga (Cu), ada pula yang

tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak

(Ag), ada juga yang berisi hormone progesterone.

(Manuaba, 2012)

Macam-macam AKDR

171
1. IUD generasi pertama disebut Lippesloop,

berbentuk spiral atau huruf S ganda, terbuat dari

plastic (Poyethyline)

2. IUD generasi kedua


a. Cu T 200 B, berbentuk T yang batangnya dililit

tembaga (Cu) dengan kandungan tembaga

b. Cu 7, berbentuk angka 7 yang batangnya dililit

tembaga

c. ML Cu 250, berbentuk 3/3 lingkaran elips yang

bergerigi yang batangnya dililit tembaga

3. IUD generasi ketiga

a. Cu T 380 A, berbentuk huruf T dengan lilitan

tembaga yang lebih banyak dan perak

b. MI Cu 375, berbentuk batang yang dililit

tembaga berlapis perak

c. Nova T Cu 200 A, berbentuk batang dan

lengannya dililit tembaga.

4. IUD generasi keempat

Genefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri

dari benang polipropilen monofilament dengan 6

butir tembaga.

Cara Kerja

172
1. Meninggikan getaran saluran telur sehingga pada

waktu blastokista sampai ke rahim, endometrium

belum siap untuk menerima nidasi hasil konsepsi.

2. Menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi

penumpukan sel darah putih yang melarutkan

blastokista

3. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti ferfilitas

Efektifitas

Efektifitas sangat tinggi, angka kegagalan berkisar 1%

1. Lippes loop sebagai generasi pertama dipakai

selama diinginkan kecuali bila ada keluhan

2. Cu T 200 B, Cu 7, ML Cu 250 sebagai generasi

kedua dipakai selama 3-4 tahun

3. IUD generasi ketiga: Cu T 380 A, ML Cu 380

selama 10 tahun

Keuntungan

1. Praktis, ekonomis mudah dikontrol, aman untuk

jangka panjang dan kembalinya masa kesuburan

cukup tinggi.

2. Tidak dipengaruhi factor lupa seperti pil

(Manuaba, 2012)

Kerugian :

1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR

173
2. Terdapat perdarahan (spotting dan

menometroragia)

3. Leokorea sehingga menguras protein tubuh dan

liang senggama terasa lebih basah

4. Dapat terjadi infeksi

5. Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan

primer atau sekunder dan kehamilan ektopik

6. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio

uteri da mengganggu hubungan seksual

(Manuaba, 2012)

Indikasi :

Merupakan cara KB efektif terpilih yang sangat

diprioritaskan pemakaiannya pada ibu dalam fase

menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan

serta menunda kehamilan dengan jenis AKDR mini.

Kontraindikasi

a. Kehamilan

a. Gangguan perdarahan yang tidak diketahui

penyebabnya

b. Peradangan pada alat kelamin, endometrium dan

pangkal panggul

c. Kecurigaan tumor ganas di alat kelamin

b. Tumor jinak rahim dan kelainan bawaan rahim

174
(Manuaba, 2012)

Efek samping :

1. Perdarahan

1. Keputihan

2. Ekspulsi

3. Nyeri

4. Infeksi

5. Translokasi

(Manuaba, 2012)

2.2 Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut (Hellen

Varney, 1997)

2.2.1 Manajemen Askeb Pada Kehamilan

1. Pengertian

Manajemen Asuhan Kebidanan atau yang sering disebut

Manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan

bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan

kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan.

Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil merupakan

bentuk catatan dari hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan

pada ibu hamil, yakni mulai dari trimester I sampai dengan

trimester III yang meliputi: pengkajian, pembuatan diagnose

175
kebidanan, pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera

dan melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan

lain serta menyusun rencana asuhan kebidanan dengan tepat dan

rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah

sebelumnya. Lingkup dari masalah ini adalah masalah

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan

waktu kurang lebih 280 hari (kurang lebih 40 minggu) atau 9

bulan 7 hari yang terbagi atas tiga trimester, yakni trimester I

(mulai awal kehamilan sampai 14 minggu), trimester II (antara

kehamilan 14 minggu sampai dengan 28 hari) dan trimester III

(antara kehamilan 38 minggu sampai kehamilan 36 minggu atau

sesudah 36 minggu)

2. Tujuan

1. Memantau kemajuan kehamilan, untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin, meningkatkan

dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu

dan janin.

2. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

3. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI EKSKLUSIF.

176
4. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar tumbuh kembang secara normal.

3. Langkah-langkah (7 langkah Varney)

Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan

kebidanan pada ibu hamil (antenatal) antara lain sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data

Cara ini dilakukan pertama kali ketika akan

memberikan asuhan kebidanan, yaitu dengan cara

melakukan anamnesis pada pasien tentang identitas pasien,

data demografi, riwayat kesehatan termasuk faktor

herediter, riwayat menstruasi, riwayat obstetri dan

ginekologi, riwayat nifas dan laktasi sebelumnya, serta

biospiritual dan pengetahuan pasien. Setelah itu dilakukan

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan serta tanda vital

selanjutnya melakukan pemeriksaan khusus kehamilan,

inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan

penunjang seperti laboratorium, diagnostic (USG dan lain-

lain) bila diperlukan.

2. Melakukan interpretasi data dasar

Setelah data dikumpulkan, teknik yang kedua

adalah melakukan interpretasi terhadap kemungkinan

diagnosis dan masalah kebutuhan pasien hamil. Interpretasi

data tersebut sebatas lingkup praktik kebidanan dan

177
memenuhi standar nomenklatur atau tata nama diagnosis

kebidanan yang diakui oleh profesi dan berhubungan

langsung dengan praktik kebidanan, serta disukung oleh

pengambil keputusan klinis (clinical judgment) dalam

praktik kebidanan yang dapat diselesaikan dengan

pendekatan manajemen kebidanan.

Contoh:

Ny.A hamil 16 minggu, wasir berdarah, dia sedih

karena suami tidak menginginkan kehamian (G2P1A0

hamil 16 minggu)

Masalah:

a. Wasir berdarah

b. Sedih karena suami tidak menginginkan kehamilannya

3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Cara ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis masalah yang

sudah teridentifikasi. Sebagai contoh, siang hari ada seorang

wanita datang ke poli KIA dengan wajah pucat, keringat

dingin, tampak kesakitan, mulas hilang timbul, cukup bulan

pemuaian perut sesuai hamil, maka bidan berpikir: wanita

hamil tersebut inpartu, kehamilan cukup bulan dan adanya

anemia.

178
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau

masalah potensial.

Cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosis potensial

diidentifikasi. Penetapan kebutuhan ini dilakukan dengan

cara mengantisipasi dan menentukan kebutuhan ini dilakukan

dengan cara mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa

saja yang akan diberikan pada pasien dengan melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

Sebagai contoh, pada pemeriksaan antenatal ditemukan kadar

HB 9,5 gr% hamil 16 minggu, nafsu makan kurang, adanya

flour albus banyak, warna hijau muda, gatal, dan berbau.

Data tersebut dapat menentukan tindakan yang akan

dilakukan seperti berkonsultasi atau berkolaborasi dengan tim

kesehatan lain dan persiapan untuk menentukan tindakan

yang tepat.

5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Cara ini dilakukan dengan menentukan langkah selanjutnya

berdasarkan hasil kajian pada langkah sebelumnya dan

apabila ditemukan ada data yang tidak lengkap maka dapat

dilengkapi pada tahap ini. Pembuatan perencanaan asuhan

antenatal memiliki beberapa tujuan antara lain untuk

memantau kemauan kehamilan, pemantauan terhadap tumbuh

kembang janin, mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

179
social, deteksi dini adanya ketidaknormalan, mempersiapkan

persalinan cukup bulan dan selamat agar masa nifas normal

dan dapat menggunakan ASI eksklusif sehingga mampu

mempersiapkan ibu dan keluarga dengan kehadiran bayi baru

lahir.

6. Melaksanakan perencanaan

Merupakan tahap pelaksanaan dari semua bentuk rencana

tindakan sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh

bidan berdasarkan standar asuhan kebidanan seperti

menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur

tinggi fundus uteri, imunisasi TT, pemberian tablet zat besi,

tes terhadap PMS dan konseling untuk persiapan rujukan.

Pelaksanaan pemeriksaan antenatal dilakukan selama

kehamilan minimal empat kali kunjungan yakni, satu kali

pada trimester I, satu kali pada trimester II, dua kali pada

trimester III. Kegiatan yang dilakukan pada trimester I antara

lain menjalin hubungan saling percaya, mendeteksi masalah,

pencegahan tetanus, anemia persiapan kelahiran, persiapan

menghadapi komplikasi, dan memotivasi hidup sehat. Pada

trimester II kegiatannya hampir sama sebagaimana trimester I

dan perlu mewaspadai dengan adanya preeclampsia.

Sedangkan pada trimester III pelaksanaan kegiatan seperti

palpasi abdomen, deteksi letak janin, dan tanda abnormal.

180
7. Evaluasi

Tahap evaluasi pada antenatal dapat menggunakan bentuk

SOAP, sebagai berikut.

S: Data subjektif

Data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang

merupakan ungkapan langsung.

O: Data objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik.

A: Analisa dan Interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis

atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan

tindakan segera.

P: Perencanaan

Merupakan rencana tadi tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk tindakan.

2.2.2 Manajemen Askeb Pada Persalinan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan pada ibu bersalin adalah proses

pemecahan masalah pada masa ibu bersalin yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

181
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan

yang berfokus pada klien.

2. Tujuan

Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif

dan terstandar pada ibu intra natal dengan memperhatikan

riwayat ibu selama kehamilan, kebutuhan dan respon ibu, serta

mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi selama persalinan.

3. Langkah - Langkah (7 langkah varney)

Terlaksananya asuhan segera/rutin pada saat Ibu bersalin (Kala

I sampai dengan Kala IV).

Langkah I: Tahap pengumpulan data

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.

Data diperoleh melalui:

1) Anamnesa: biodata, data demografi, riwayat kesehatan,

termasuk faktor herediter dan kecelakaan, riwayat

menstruasi, riwayat obstetri dan ginekologi (nifas dan

laktasi), biopsikospiritual dan pengetahuan klien.

2) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital

3) Pemeriksaan Khusus: Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan

Perkusi

182
4) Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium dan diagnosa lain:

USG, Radiologi

5) Catatan terbaru dan sebelumnya

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk

interpretasi kondisi klien untuk menentukan langkah

berikutnya.

Langkah II: Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap

masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Dirumuskan diagnosa yang

spesifik, masalah psikososial yang sedang dialami oleh wanita

tersebut.

Contoh:

Diagnosa G1P0A0, hamil 39 minggu. Inpartu Kala I, fase aktif

1) Masalah: wanita tersebut tidak menginginkan kehamilan ini

atau

2) Wanita tersebut takut menghadapi persalinan

Kebutuhan: Konseling atau rujukan konseling

Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah

potensial

183
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau

diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang

sudah teridentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

mungkin dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan waspada

dan mencegah diagnosa atau masalah potensial ini agar tidak

terjadi kalau dimungkinkan, dan bersiap-siap menghadapinya

bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar

terjadi.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan

yang aman.

Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera

Baik oleh Bidan maupun Dokter untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

Berdasarkan kondisi klien langkah ini mencerminkan

kesinambungan dari proses Manajemen Kebidanan.

Manajemen ini berlaku baik asuhan primer periodik dan pada

antenatal, juga selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya

pada masa intra natal.Data baru harus terus menerus

dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mengindikasikan

bidan harus segera bertindak untuk keselamatan Ibu dan bayi

(misalnya pendarahan antepartum, pendarahan postpartum,

distosia bahu atau pada bayi dengan nilai apgar yang rendah).

Langkah V: Menyusun rencana asuhan yang komprehensif

184
Langkah ini merupakan kelanjutan dari menejemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah teridentifikasi atau

diantisipasi.Pada langkah ini data atau informasi yang kurang

lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan

terjadi selanjutnya, apakah ia membutuhkan penyuluhan,

konseling atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan

sosio-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap rencana asuhan

harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga yang diberikan

dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan

oleh pasien.

Rencana Asuhan Pada Kala I

1) Bantulah ibu dalam masa persalinan jika ia tampak gelisah,

ketakutan dan kesakitan

a) Berilah dukungan dan keyakinan dirinya

b)Berikan informasi dan kemajuan proses persalinannya

c) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk sensitif

terhadap perasaannya.

2) Jika ibu itu tampak kesakitan, dukungan dan asuhan yang

dapat diberikan

a) Lakukan perubahan posisi

185
b) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingindi

tempat tidur, anjurkan agar posisi miring ke kiri

c) Sarankan ibu untuk berjalan

d) Ajaklah orang yang menemainya (suami atau ibunya)

untuk memijat atau menggosok punggungnya atau

membasuh mukanya diantara kontraksi

e) Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan

kesanggupannya

f) Ajarkan kepadanya teknik bernapas: ibu diminta untuk

menarik nafas panjang, menahan nafas panjang,

menahan nafas sebentar kemudian dilepaskan dengan

cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.

3) Penolong tetap menjaga hak dan privasi ibu dalam

persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai,

tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan

seijin ibu.

4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang

terjadi, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-

hasil pemeriksaan

5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar

kemaluannya setelah buang air kecil atau besar

6) Untuk mencegah dehidrasi dan memenuhi kebutuhan

energi, berikan cukup minum

186
7) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

8) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat,

atasi dengan cara:

a) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

b) Menggunakan kipas biasa

c) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

9) Lakukan pemantauan: tekanan darah, suhu badan, nadi,

denyut jantung janin, kontraksi, pembukaan serviks,

penurunan sesuai dengan frekuensi yang cudah ditetapkan

(fase aktif/laten). Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan

setiap 4 jam selama kala I pada persalinan, dan setelah

selaput ketuban pecah, dan dokumentasikan hasil temuan

yang ada pada partograf.

Rencana Asuhan pada Kala II

1) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibudengan:

a) Mendampingi ibu agar merasa aman

b) Menawarkan minum, mengipasi dan memijit ibu

2) Menjaga kebersihan diri:

a) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari

infeksi

b) Jika ada darah lendir atau ketuban segera dibersihkan

187
3) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan

atau ketakutan ibu. Dengan cara:

a) Menjaga privasi ibu

b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu

4) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan

dapat dipilih posisi berikut: jongkok, menungging, tidur

miring atau setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya

dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan,

kurangnya trauma vagina dan perineum, dan infeksi.

5) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan

berkemih sesering mungkin.

6) Memberikan cukup minum: memberi cukup tenaga

danmencegah dehidrasi.

Rencana asuhan pada kala III

1)Melaksanakan manajemen aktif kala III meliputi:

a) Pemberian oksitosin dengan segera

b) Pengendalian pada tali pusat dan

c) Pemijatan uterus segera setelah lahir

2) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum

lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit

(im)

188
3) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum

lahir dalam waktu 30 menit

4) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika

kandung kemih

5) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta

6) Berikan oksitosin l0 unit (IM) dosis ketiga

Periksa vagina wanita tersebut secara seksama dan jahit

semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki

episiotomi.

Rencana asuhan pada Kala IV

1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan

setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi

tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras.

2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kernih, dan

peredaran darah setiap 15 menit pada jam pertama dan

setiap 30 menit selama jam kedua

3) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.

Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukai

4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang

bersihdan kering

5) Biarkan ibu beristirahat dan bantu ibu pada posisi

nyaman.

189
6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan

hubungan ibu dengan bayi, sebagai permulaan dengan

menyusui bayinya, menyusui juga membantu uterus

berkontraksi.

Langkah VI: Pelaksanaan langsung asuhan yang efisien

dan aman

Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah

direncanakan. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh

bidan, sebagian dilakukan oleh klien sendiri atau oleh petugas

kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan seluruh

asuhan ini sendiri, tetapi ia tetap memiliki tanggung jawab

untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau

rencananya tetap terlaksana).

Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena

ada komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan

waktu, biaya serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang

apakah semua rencana telah terlaksana.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang

diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang

telah teridentifikasi dalam diagnosa atau masalah. Pelaksanaan

190
asuhan dapat dikatakan efektif bilamana benar-benar efektif.

Ada kemungkinan sebagian rencana tersebut terlaksana dengan

efektif dan mungkin sebagian belum. Karena proses

manajemen asuhan ini merupakan proses yang

berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang

diberikan belum efektif. Dalam hal ini perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif, melalui

proses manajemen, untuk mengidentifikasi mengapa proses

tersebut tidak ekeftif serta melakukan penyesuaian dan

modifikasi jika memang diperlukan.

1. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP

Metode empat langkah yang dinamakan SOAP

(Subjektif, Objektif, Assessment, Plan) disarikan dari

proses pemikiran penatalsanaan kebidanan, dipakai

untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam

medis sebagai catatan kemajuan pasien. Untuk

mendokumentasikan atau pencatatan asuhan dapat

diterapkan dalam bentuk ”SOAP” yaitu :

S : Data ini diperoleh dari anamnesa atau allow

anamnese.

O : Hasil pemeriksaan fisik klien serta pemeriksaan

diagnostik dan pendukung lain. Data ini termasuk

catatan medik pasien yang lalu.

191
A : Berdasarkan data yang terkumpul, dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang

teridentifikasi:

1) Diagnosa

2) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

3) Perlu tindakan segera oleh bidan/dokter,

konsultasi, kolaborasi dan rujukan (sebagai

langkah 2,3,4 dalam manajemen Varney)

P : Pendokumentasian dari tindakan (implementasi)

danevaluasi rencana (E) berdasarkan pada langkah

5,6,7 pada manajemen Varney. Ini termasuk hasil

observasi dan evaluasi dari flowsheet, planning

termasuk:

1) Asuhan mandiri oleh bidan.

2) Kolaborasi atau konsultasi dengan dokter nakes

lain.

3) Tes diagnostik atau laboratorium.

4) Konseling atau penyuluhan.

5) Follow up

Ini semua termasuk keputusan klinik dalam

prosedur tindakan aktifitas, diet, kebutuhan,

hidrasi, pendampingan dan lain-lain.

2.2.3 Manajemen Askeb Pada Bayi Baru Lahir

192
1. Pengertian

Dokumentasi asuhan bayi baru lahir merupakan bentuk catatan

dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada bayi baru lahir

sampai 24 jam setelah kelahiran yang meliputi pengkajian,

pembuatan diagnosis, pengidentifikasian masalah terhadap

tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter atau tenaga

kesehatan lain, serta penyusunan asuhan kebidanan dengan tepat

dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah

sebelumnya.

2. Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada bayi baru

lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan,

dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah melahirkan.

3. Langkah - Langkah (Manajemen Varney, 1997)

Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan bayi baru

lahir antara lain sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data

Data yang dikumpulkan pada pengkajian asuhan bayi baru

lahir adalah sebagai berikut: adaptasi bayi baru lahir melalui

penilaian APGAR score, pengkajian keadaan fisik mulai

kepala seperti ubun-ubun, sutura, moulage, caput

193
succedaneum atau cephal haematoma, lingkar kepala,

pemeriksaan telinga (untuk menentukan hubungan letak

mata dan kepala), tanda infeksi pada mata, hidung dan

mulut seperti pada bibir dan langitan ada tidaknya sumbing,

refleks isap, pembengkakan dan benjolan pada leher, bentuk

dada, putting susu, bunyi napas dan jantung, gerakan bahu,

lengan dan tangan, jumlah jari, refleks moro, bentuk

penonjolan sekitar tali pusat, jumlah pembuluh darah tali

pusat, adanya benjolan pada perut, testis (dalam skrotum),

penis, ujung penis, pemeriksaan kaki tunggal dan tungkai

terhadap gerakan normal, ada tidaknya spina bifisa, spingter

ani, verniks pada kulit, warna kulit, pembengkakan atau

bercak hitam (tanda lahir), pengkajian faktor genetic,

riwayat ibu mulai antenatal, intranatal sampai postpartum,

dan lain-lain.

2. Melakukan interpretasi data dasar


Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah beberapa

data yang ditemukan pada saat pengkajian bayi baru lahir

seperti:

Diagnosis : Bayi kurang bulan sesuai dengan masa

kehamilan

194
Masalah : Ibu kurang informasi

Ibu tidak pernah ANC

3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial

dan mengantisipasi penanganannya.

Beberapa hasil dari interpretasi data dasar dapat digunakan

untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

kemungkinan segera akan ditemukan beberapa diagnosis

atau masalah potensial pada bayi baru lahir serta antisipasi

terhadap masalah yang timbul

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau

masalah potensial pada bayi baru lahir

Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan

melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan

lain berdasarkan kondisi pasien

5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Penyusunan rencana asuhan secara menyeluruh pada bayi

baru lahir umumnya adalah sebagai berikut:

a. Rencanakan asuhan untuk mempertahankan suhu tubuh

bayi agar tetap hangat dengan melaksanakan kontak

antara kulit ibu dan bayi, periksa setiap 15 menit

telapak kaki dan pastikan dengan periksa suhu aksila

bayi

195
b. Rencanakan perawatan mata dengan menggunakan obat

mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% untuk

pencegahan penyakit menular seksual

c. Rencanakan untuk memberikan identitas bayi dengan

memberikan gelang yang tertulis nama bayi/ibunya,

tanggal lahir, nomor, jenis kelamin, ruang/unit

d. Tunjukkan bayi kepada orang tua

e. Segera kontak dengan ibu kemudian dorong untuk

melakukan melakukan pemberian ASI

f. Berikan vitamin K1 peroral 1 mg/hari selama tiga hari

untuk mencegah perdarahan pada bayi normal, bagi

bayi beresiko tinggi berikan melalui parenteral dengan

dosis 0,5-1 mg intramuscular

g. Lakukan perawatan tali pusat

Menurut Riksani (2012), ada beberapa tips dalam

merawat tali pusat :

1) Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh

tali pusat.

2) Saat memandikan bayi, usahakan agar tidak

menarik tali pusat,

3) Bungkus longgar tali pusat menggunakan kassa

steril atau tali pusat dapat dibiarkan terbuka (tanpa

dibungkus kassa) dan tanpa dibubuhi apapun (obat

196
antiseptik atau alkohol), serta bahan-bahan lain di

atas tali pusat.

4) Tali pusat sebaiknya tidak tertutup dengan rapat

karena akan membuatnya menjadi lembab yang

bisa meningkatkan resiko tumbuhnya bakteri.

5) Tali pusat akan lepas sendirinya, sehingga sangat

tidak dianjurkan untuk memegang atau menarik-

narik tali pusat.

h. Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi,

pemberian ASI, perawatan tali pusat, dan tanda bahaya

umum

i. Berikan imunisasi seperti BCG, polio, dan hepatitis B

j. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu

6. Melaksanakan perencanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan yang menyeluruh dan dibatasi oleh standar asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir.

7. Evaluasi

Evaluasi pada bayi baru lahir dapat menggunakan bentuk

SOAP sebagai berikut

S : Data Subjektif

197
Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis

(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung

seperti menangis atau informasi dari ibu

O : Data Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

A : Analisis dan Interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan meliputi diagnosis atau masalah potensial,

serta perlu tidaknya tindakan segera.

P : Perencanaan

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.

2.2.4 Manajemen Askeb Pada Nifas

1. Pengertian

Dokumentasi asuhan kebidana pada ibu nifas (postpartum)

merupakan bentuk catatan dari asuhan kebidanan yang diberikan

pada ibu nifas (post partum, yakni segera setelah kelahiran

sampai enam minggu setelah kelahiran yang meliputi

pengkajian, pembuatan diagnosis kebidanan, pengidentifikasian

masalah terhadap tindakan segera dan melakukan kolaborasi

dengan dokter atau tenaga kesehatan lain, serta menyusun

198
asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan

keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya.

2. Tujuan

Memberikan asuhan yang adekuat terstandar pada ibu segera

setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama

kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera serta

merencanakan asuhan.

3. Langkah - Langkah (Manajemen Varney, 1997)

Beberapa teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan

kebidanan pada ibu nifas (postpartum) antara lain sebagai

berikut.

1. Mengumpulkan data

Data yang dikumpulkan pada masa postpartum adalah

sebagai berikut: catatan pasien sebelumnya seperti catatan

perkembangan ante dan intranatal, lama postpartum, catatan

perkembangan, suhu, denyut nadi, pernapasan, tekanan darah,

pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan

tambahan, catatan obat-obatan, riwayat kesehatan ibu seperti

mobilisasi, buang air kecil, buang aur besar, nafsu makan,

ketidaknyamanan atau rasa sakit, kekhawatiran, makanan

bayi, reaksi bayi, reaksi proses melahirkan dan kelahiran,

kemudian pemeriksaan fisik bayi, tanda vital, kondisi

payudara, putting susu, pemeriksaan abdomen, kandung

199
kemih, uterus, lochea mulai warna, jumlah dan bau,

pemeriksaan perineum, seperti adanya edema, inflamasi,

hematoma, pus, luka bekas episiotomy, kondisi jahitan, ada

tidaknya varises, refleks, dan lain-lain.

2. Melakukan interpretasi data dasar

Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah beberapa

data yang ditemukan pada saat pengkajian postpartum

seperti:

Diagnosis : Postpartum hari pertama

Perdarahan nifas

Postsectio sesaria

Dan lain-lain

Masalah: kurang informasi

Tidak pernah ANC dan lain-lain

3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Beberapa hasil dari interpretasi data dasar dapat digunakan

dalam identifikasi diagnosis atau masalah potensial

kemungkinan sehingga akan ditemukan beberapa diagnosis

atau masalah potensial pada masa postpartum, serta antisipasi

terhadap masalah yang timbul.

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau

masalah potensial pada masa postpartum.

200
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan

konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi pasien.

5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Rencana asuhan menyeluruh pada masa postpartum yang

dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.

6. Manajemen asuhan awal puerperium

1) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi

2) Mobilisasi di tempat tidur

3) Diet

4) Perawatan perineum

5) Buang air kecil spontan/kateter

6) Obat penghilang rasa sakit kalau perlu

7) Obat tidur kalau perlu

8) Obat pencahar

9) Dan lain-lain

7. Asuhan lanjutan

1) Tambahan vitamin atau zat besi jika diperlukan

2) Perawatan payudara

3) Rencana KB

4) Pemeriksaan laboratorium jika diperlukan

5) Dan lain-lain

8. Melaksanakan perencanaan

201
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara menyeluruh yang dibatasi oleh standar

asuhan kebidanan secara menyeluruh yang dibatasi oleh

standar asuhan kebidanan pada masa postpartum

9. Evaluasi

Evaluasi pada masa postpartum dapat menggunakan bentuk

SOAP, sebagai berikut :

S : Data Subjektif

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis

(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung

O : Data Objektif

Data yang didapatkan dari hasil observasi melalui

pemeriksaan fisik pada postpartum

A : Analisis dan interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan meliputi yang akan diberikan termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau

laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut

P : Pelaksanaan tindakan adalah membuat rencana

asuhan saat ini dan akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi

data. Bertujuan untuk mengusahakan tercapainya

kondisi pasien seoptimal mungkin dan

202
mempertahankan kesejahteraan. Dalam metode SOAP

ini juga merupakan gambaran pendokumentasian

implementasian menejemen kebidanan menurut Helen

Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.Dalam

planning juga harus dicantumkan evaluation/evaluasi

yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil

untuk menilai efektifitas asuhan. (Muslihatun, 2010)

203

Anda mungkin juga menyukai