Anda di halaman 1dari 10

Geologi Daerah Rantau Panjang, Kecamatan Muara Siau, Kab. Merangin, Prov.

Jambi Dan Sekitarnya

1.1 Pendahuluan

Daerah rantau panjang dan sekitarnya merupakan daerah yang menarik untuk
penelitian geologi karena daerah ini mempunyai kondisi geologi yang kompleks.
Kerumitan ini terlihat dari kondisi geologi yang unik dimana batuan berumur kuarter
bertemu dengan batuan berumur jura. Daerah ini terletak di kabupaten merangin,
provinsi jambi kurang lebih 30 km dari kota Bangko.

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Anwar, S., 2018)


1.2 Fisiografi Regional
2
Pulau Sumatera memiliki luas daerah berkisar 435.000 km , dengan panjang 1650 km, lebar
100-200 km di daerah utara dan 350 km di bagian selatan. Pulau Sumatera memiliki orinetasi
BaratLaut yang terbentang pada ekstensi lempeng Benua Eurasia. Trendline utama dari pulau sumatera
ini cukup sederhana, dimana dibagian belakangnya dibentuk oleh Pegunungan Barisan yang berada di
sepanjang bagian barat (Van Bemmelen, 1949).
Menurut Van Bemmelen, 1949 pulau Sumatera terletak di sebalah Barat Daya dari Kontinen
Paparan Sunda dan merupakan jalur konvergen antara lempeng Hindia – Australia yang menyusup si
seberah Barat lempeng Paparan Sunda. Hasil dari konvergensi ini menghasilkan subduksi di sepanjang
palung sunda dan pergerakan lateral menganan dari sistem sesar Sumatera. Menurut Van Bemmelen,
1949 pulau sumatera terbagi kedalam 3 zona yaitu :
1. Perbukitan Barisan
2. Zona sesar Semangko
3. Struktur Kelurusan
Zona Perbukitan Barisan merupakan suatu zona perbukitan yang memanjang dengan arah
orientasi Tenggara – BaratLaut dengan panjang ± 1.650 km dengan lebar 100 km. Puncak tinggian dari
zona ini adalah Puncak InderaPura yang berada di Gunung Kerinci dengan ketinggian ± 3.800m. Pola
ini diinterpretasikan sebagai zona yang terbentuk akibat geotektonik Sistem Pegunungan Sunda yang
awalnya memiliki arah Tenggara-BaratLaut menjadi Barat – Timur yang berada di Pulau Jawa. Pada
umumnya zona ini berasosiasi degan Gunung Api Aktif yang berada di jalur Bukit Barisan. Bukit Tiga
Puluh merupakan suatu zona yang terisolasi dengan bentuk morfologi yang telah mengalami rendahan
kearah timur, morfologi berbentuk kubah ataupun tinggian dari bagian sesar turun atau disebut dengan
Horst dengan panjang zona 90 Km dengan lebar 40 km degan puncak tertinggi mencapai 722m di
Cengembun “Tjengeembun” (Van Bemmelen, 1949).
Zona Sesar Sumatera atau Zona Sesar Semangko adalah Zona yang memiliki pola memanjang
dimana pola zona ini mengikuti Fisiografi dari Bukit Barisan, dimana zona ini merupakan Geoantiklin
yang memanjang dengan bentuk depresi, Zona ini memanjang dimulai dari Semangko (Sumatera
Selatan – Lampung). Daerah puncak dari zona ini hingga ke bagian Barat Laut di Kotaradja Aceh yang
merupakan suatu lembah dan batas akhir dari zona ini. Sesar Sianok yang merupakan segmen dari zona
sesar ini, terekam di daerah Ngarai Sianok, Bukittinggi, Sumatera Barat (Van Bemmelen, 1949).
Sisi barat dari barisan geanticline yang membentang ke barat dari zona semangko agak teratur
terbentuk di daerah selatan pegunungan, selatan padang. Di bagian selatan ini sepanjang sisi barat
terbentuk oleh blok kerak yang telah miring ke arah samudra hindia, sementara tepi timur lautnya yang
tinggi terbentuk di sepanjang zona semangko. Blok yang miring ini, yang disebut blok benkulen,
dapat dibandingkan dengan gunung selatan Jawa, yang merupakan blok-blok yang miring ke arah
lautan dan membentuk tebing selatan dari geantiklin jawa (Van Bemmelen, 1949).
Sedangkan menurut Tobler, 1917 pada Van Bemmelen 1949 berdasarkan tektonik serta
morfologi (dari tenggara-barat daya) pulau sumatera terbagi menjadi 6 zona sebagai berikut :
1. Zona dataran alluvial pantai timur
2. Zona dataran rendah bergelombang dan pegunungan tigapuluh
3. Zona depresi subbarisan
4. Zona pegunungan barisan depan
5. Zona perbukitan barisan
6. Zona dataran aluvial pantai barat

Gambar 2. Fisiografi Regional (dimodofikasi dari Van Bemmelen, 1949)

1.3 Stratigrafi Regional

Di daerah penelitian menurut Suwarna dkk (1992) secara stratigrafi terdapat 2 (dua) formasi
(gambar 3) yaitu Breksi Gunung Api-Tuf (Qhv) dan Asai (Ja). Berikut merupakan urutan Formasi dari
tua ke muda :
Formasi Asai (Ja)
Terdiri dari perselingan batupasir malih, batusabak, filit, batulanau terkersikkan, grewake, dan
batugamping. Terdapat sekis, genes, kuarsit dan batutanduk secara setempat. Terdapat ubahan mineral
epidot-klorit-pirit pada batusabak sebagai akibat dari intrusi granit arai (Kgra). Diendapkan di
lingkungan laut flysch. Di sungai Asai diterobos oleh Granit Arai (Kgra), kebanyakan kontak setempat
dan tersesarkan. Secara regional dapat dikorelasikan dengan Formasi Siguntur pada lembar painan
(Rosidi, dkk. 1976). Di bebera tempat terlipatkan, berubah bentuk. Diduga proses malihan ini terjadi
pada akhir jura (Suwarna, dkk. 1992).
Breksi Gunung Api-Tuf (Qhv)
Terdiri dari Litologi pada satuan Breksi Gunung Api-Tuf ini berupa Tuf, breksi lahar dan lava
bersusunan andesit sampai basal sumber Gunung Masurai (Qhvm), Gunung Hulonilo (Qhvh), Gunung
Sumbing (Qhvs). Batuan Gunungapi-Tuf (Qhv) berumur kuarter terendapkan tidak selaras dengan
Formasi Asai (Ja) (Suwarna, dkk. 1992).

Gambar 3. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian Lembar Sarolangun Bangko


(Suwarna, 1992)

2.2 Tektonik Dan Struktur Regional


Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan merupakan jalur
konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah barat Lempeng
Eurasia/Sundaland. Konvergensi lempeng menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan
pergerakan lateral menganan dari Sistem Sesar Sumatra (Van Bemmelen, 1949).
Struktur geologi di daerah penelitian berupa sesar, kelurusan, foliasi, dan kekar, regional yang
memiliki arah barat laut-tenggara dan arah penunjaman barat laut-tenggara. Jenis sesarnya adalah sesar
mendatar dan naik ke kanan pada batuan sedimen terubahkan dari Mengkarang dan Formasi Peneta
dan intrusi Pratersier. Lipatan dapat dideteksi di beberapa bagian Formasi Telukwang dengan dips
sudut rendah. Kelurusan hanya dapat dideteksi di Formasi Kasai yang berumur Plio-Pleistosen.
Sementara itu, foliasi pada umumnya ditemukan pada batuan sedimen terubahkan formasi Mengkarang
dan Formasi Peneta, sedangkan kekar ditemukan pada batuan sedimen terubahkan dan batuan intrusif
berumur Pratersier.
Pada permian awal ditunjukkan oleh pengendapan sedimen klastik dan batugamping terumbu
Formasi Mengkarang dengan sisipan sedimen klastik volkanogenik diikuti oleh batuan sedimen
Formasi Telukwang dan Anggota Batuimpi. Lingkungan pengendapan sedimentasi formasi tersebut
berada di sepanjang tepi benua hingga laut dangkal, bersamaan dengan aktivitas vulkanik andesitik-
basaltik dari Formasi Palepat selain dari produk batuan lava dan klastik. Aktivitas ini ditafsirkan
seperti yang terjadi di busur kepulauan dengan pembentukan gunungapi dan terumbu karang yang
berkaitan dengan subduksi. Berdasarkan analisis paleomagnetism, Formasi Mengkarang diendapkan
pada 30 ° N (Wahyono et al., 1996 dalam Aspiring Geopark Merangin, 2013), dan mengalami rotasi
searah jarum jam sejak Permian.
Di Akhir Trias-Awal Jura, intrusi Granit Tantan ke dalam batuan Permian terjadi dan
metamorfosis tingkat rendah terjadi secara regional. Permukaan laut naik di Jura Tengah hingga Kapur
Awal, Akhir Jura diindikasikan dengan pembentukan gundukan lumpur batugamping Formasi Mersip,
dan pada awal Akhir Jura hingga Kapur Awal ditandai dengan pengendapan butiran halus klastik
Formasi Peneta.
Intrusi Granit Arai di Kapur Tengah ke Formasi Asai, Mersip, dan Peneta diikuti oleh
deformasi, pengangkatan, dan metamorfisme rendah ke formasi. Aktivitas tektonik ini juga diikuti
dengan penggabungan Blok Mengkarang dan Blok Peneta dalam sebuah kontak sesar naik secara
tektonik pada Kapur Akhir.
Tektonik pada Miosen Tengah-Awal Pliosen ditunjukkan oleh pengangkatan Bukit Barisan.
Di cekungan belakang busur sedimentasi Formasi Muaraenim berlangsung pada lingkungan transgresi
dan regresi. Kemudian, aktivitas tektonik dalam waktu Plio-Pleistosen, seluruh daerah terangkat diikuti
oleh erosi, dan sesar mendatar kanan dengan arah barat laut-tenggara dan juga terlipat. Dalam waktu
yang sama dari aktivitas tektonik ini sedimentasi dari gunung api-klastik Formasi Kasai terjadi
(kementerian ESDM, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif & Kemendikbud, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ESDM. 2013. Aspiring National


Geopark Of Merangin Jambi. Jakarta : -
Suwarna, dkk. 1992. Peta Geologi Lembar Sarolangun Bangko. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi : Bandung.
Van Bemmelen, R.W. 1949. Geology of Indonesia. Volume IA. Martinus Nijhoff : Den
Haag, Belanda.
STA/LP : ……………………………….
SKETSA Lokasi : ……………………………….
Tanggal : ………………….. Daerah : ………………….
Tujuan : ………………….. Cuaca : ………………….

STA. L.P CATATAN


STA/LP : ……………………………….
SKETSA Lokasi : ……………………………….
Tanggal : ………………….. Daerah : ………………….
Tujuan : ………………….. Cuaca : ………………….

STA. L.P CATATAN

Anda mungkin juga menyukai