Anda di halaman 1dari 39

Nama : Irsyadi Farhan Efriandi

Nim : 116190042
Kelas :A
Prodi : Teknik Metallurgi
Mata Kuliah : OTM

RANGKUMAN

Macam Pompa

Secara umum pompa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu dynamic


pump dan positive displacement pump. Dua kelompok besar ini masih terbagi kedalam beberapa
macam lagi, dan mari kita bahas satu-persatu.
A. Pompa Dynamic
Dynamic pump atau pompa dinamik terbagi menjadi beberapa macam yaitu pompa
sentrifugal, pompa aksial, dan pompa spesial-efek (special-effect pump). Pompa-pompa ini
beroperasi dengan menghasilkan kecepatan fluida tinggi dan mengkonversi kecepatan menjadi
tekanan melalui perubahan penampang aliran fluida. Jenis pompa ini biasanya juga memiliki
efisiensi yang lebih rendah daripada tipe positive displacement pump, tetapi memiliki biaya
yang lebih rendah untuk perawatannya. Pompa dinamik juga bisa beroperasi pada kecepatan
yang tinggi dan debit aliran yang juga tinggi.
1. Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal tersusun atas sebuah impeler dan saluran inlet di
tengah-tengahnya. Dengan desain ini maka pada saat impeler berputar, fluida mengalir
menuju casing di sekitar impeler sebagai akibat dari gaya sentrifugal. Casing ini berfungsi
untuk menurunkan kecepatan aliran fluida sementara kecepatan putar impeler tetap tinggi.
Kecepatan fluida dikonversikan menjadi tekanan oleh casing sehingga fluida dapat
menuju titik outletnya. Beberapa keuntungan dari penggunaan pompa sentrifugal yakni
aliran yang halus (smooth) di dalam pompa dan tekanan yang seragam
pada discharge pompa, biaya rendah, serta dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi
sehingga pada aplikasi selanjutnya dapat dikoneksikan langsung dengan turbin uap dan
motor elektrik. Penggunaan pompa sentrifugal di dunia mencapai angka 80% karena
penggunaannya yang cocok untuk mengatasi jumlah fluida yang besar daripada
pompa positive-displacement.
2. Pompa Aksial
Pompa aksial juga disebut dengan pompa propeler. Pompa ini menghasilkan
sebagian besar tekanan dari propeler dan gaya lifting dari sudu terhadap fluida. Pompa ini
banyak digunakan di sistem drainase dan irigasi. Pompa aksial vertikal single-stage lebih
umum digunakan, akan tetapi kadang pompa aksial two-stage (dua stage) lebih ekonomis
penerapannya. Pompa aksial horisontal digunakan untuk debit aliran fluida yang besar
dengan tekanan yang kecil dan biasanya melibatkan efek sifon dalam alirannya.

3. Special-Effect Pump
Pompa jenis ini digunakan pada industri dengan kondisi tertentu. Yang termasuk
ke dalam pompa jenis ini yaitu jet (eductor), gas lift, hydraulic ram, dan electromagnetic.
Pompa jet-eductor (injector) adalah sebuah alat yang menggunakan efek venturi dari
nozzle konvergen-divergen untuk mengkonversi energi tekanan dari fluida bergerak
menjadi energi gerak sehingga menciptakan area bertekanan rendah, dan dapat menghisap
fluida di sisi suction.

Gas Lift Pump adalah sebuah cara untuk mengangkat fluida di dalam sebuah
kolom dengan jalan menginjeksikan suatu gas tertentu yang menyebabkan turunnya berat
hidrostatik dari fluida tersebut sehingga reservoir dapat mengangkatnya ke permukaan.
Pompa hydraulic ram adalah pompa air siklik dengan menggunakan tenaga hidro
(hydropower).
Dan pompa elektromagnetik adalah pompa yang menggerakkan fluida logam
dengan jalan menggunakan gaya elektromagnetik.
Prinsip Pompa Elektromagnetik

B. Pompa Positive Displacement
Macam-macam pompa positive displacement adalah pompa reciprocating dan rotary.
Pompa positive displacement bekerja dengan cara memberikan gaya tertentu pada volume
fluida tetap dari sisi inlet menuju titik outlet pompa. Kelebihan dari penggunaan pompa jenis
ini adalah dapat menghasilkan power density (gaya per satuan berat) yang lebih besar. Dan
juga memberikan perpindahan fluida yang tetap/stabil di setiap putarannya.
1. Pompa Reciprocating
Pada pompa jenis ini, sejumlah volume fluida masuk ke dalam silinder melalui
valve inlet pada saat langkah masuk dan selanjutnya dipompa keluar dibawah tekanan
positif melalui valve outlet pada langkah maju. Fluida yang keluar dari
pompa reciprocating, berdenyut dan hanya bisa berubah apabila kecepatan pompanya
berubah. Ini karena volume sisi inlet yang konstan. Pompa jenis ini banyak digunakan
untuk memompa endapan dan lumpur.
Metering Pump termasuk ke dalam jenis pompa reciprocating, adalah pompa yang
digunakan untuk memompa fluida dengan debit yang dapat diubah-ubah sesuai
kebutuhan. Pompa ini biasanya digunakan untuk memompa bahan aditif yang dimasukkan
ke dalam suatu aliran fluida tertentu.

2. Rotary Pump
Adalah pompa yang menggerakkan fluida dengan menggunakan prinsip rotasi.
Vakum terbentuk oleh rotasi dari pompa dan selanjutnya menghisap fluida masuk.
Keuntungan dari tipe ini adalah efisiensi yang tinggi karena secara natural ia
mengeluarkan udara dari pipa alirannya, dan mengurangi kebutuhan pengguna untuk
mengeluarkan udara tersebut secara manual.
Bukan berarti pompa jenis ini tanpa kelemahan, karena sifat alaminya
maka clearence antara sudu putar dan sudu pengikutnya harus sekecil mungkin, dan
mengharuskan pompa berputar pada kecepatan yang rendah dan stabil. Apabila pompa
bekerja pada kecepatan yang terlalu tinggi, maka fluida kerjanya justru dapat
menyebabkan erosi pada sudu-sudu pompa.
Pompa rotari dapat diklasifikasikan kembali menjadi beberapa tipe yaitu:
 Gear pumps – sebuah pompa rotari yang simpel dimana fluida ditekan dengan
menggunakan dua roda gigi.
Prinsip Gear Pump
 Screw pumps – pompa ini menggunakan dua ulir yang bertemu dan berputar untuk
menghasilkan aliran fluida sesuai dengan yang diinginkan.
Prinsip Screw Pump

 Rotary Vane Pump – memiliki prinsip yang sama dengan kompresor scroll, yang
menggunakan rotor silindrik yang berputar secara harmonis menghasilkan tekanan fluida
tertentu.
Prinsip Rotary Vane Pump

Compressor

Compressor adalah suatu mesin mekanik yang berfungsi untuk memampatkan fluida gas
atau meningkatkan tekanan udara. Compressor biasanya menggunakan mesin diesel/mesin bensin
atau motor listrik sebagai tenaga penggeraknya. Udara yang dihasilkan dari Compressor
mempunyai tekanan yang berbeda-beda, tergantung dari spesifikasi BAR yang dimilki
compressor itu sendiri. Udara yang bertekanan itu biasanya digunakan untuk mengisi angin ban,
pembersihan peralatan/perkakas, gerinda udara (air gerinder), pengecatan dengan teknik spray/
air brush, medis (oil free Compressor) dan lain sebagainya.
Alat ini juga bisa berfungsi untuk sistem pneumatik. Berbeda dengan sistem hidrolik yang
menggunakan cairan oli sebagai penggerak mekanik, sistem Pneumatik ini menggunakan tekanan
udara untuk menggerakan cylinder kerja yang mengubah tekanan udara tersebut menjadi tenaga
mekanik (gerakan maju mundur pada cylinder). Lahirnya prinsip kerja dari compressor
terinspirasi pada sistem pernapasan manusia yaitu sistem kerja paru-paru yang ditemukan oleh
ilmuwan bernama Otto von guiricke pada tahun 1650. Prinsip kerja ini diambil ketika manusia
mengambil nafas dalam-dalam untuk meniup api lilin, maka ia akan meningkatkan tekanan udara
di dalam paru-paru, sehingga menghasilkan udara bertekanan yang kemudian dihembuskan untuk
meniup api lilin tersebut.

Jenis-Jenis Compressor
Compressor dibedakan menjadi dua jenis yaitu Compressor dinamis dan Compressor
perpindahan positif.
1. Compresor perpindahan positif
Compressor perpindahan positif dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Compressor piston
(reciprocating) dan Compressor putar (rotary).
1.
Compressor piston (Reciprocating)
1
a). Compressor Piston Kerja Tunggal
Yaitu Compressor yang memanfaatkan perpindahan piston, Compressor jenis ini
menggunakan piston yang didorong oleh poros engkol (crankshaft) untuk memampatkan
udara/ gas. Udara akan masuk ke silinder kompresi ketika piston bergerak pada posisi awal
dan udara akan keluar saat piston/torak bergerak pada posisi akhir/depan.

b). Compressor Piston Kerja Ganda


Cara beroperasi sama persis dengan kerja tunggal, hanya saja yang menjadi
perbedaannya adalah pada Compressor kerja ganda silinder kompresi memiliki port inlet
dan outlet di kedua sisinya. Sehingga meningkatkan kinerja Compressor dan menghasilkan
udara bertekanan yang lebih tinggi dari pada kerja tunggal.
Compressor Diafragma
c).
Yaitu jenis klasik dari Compressor piston, dan mempunyai kesamaan dengan
Compressor piston hanya yang membedakan adalah jika pada Compressor piston
menggunakan piston untuk memampatkan udara, pada Compressor diafragma
menggunakan membran fleksible atau difragma.

1. Compressor Putar (Rotary)


2
Compressor Screw (Rotary Screw Compressor)
a).
Merupakan jenis Compressor dengan mekanisme putar perpindahan positif, yang
umumnya digunakan untuk mengganti Compressor piston, bila diperlukan udara
bertekanan tinggi dengan volume yang lebih besar.

2. Compressor dinamis
Compressor dinamis dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Compressor sentrifugal dan
Compressor aksial.
2.
Compressor Sentrifugal
1
Compressor sentrifugal merupakan Compressor yang memanfaatkan gaya
sentrifugal yang dihasilkan oleh impeller untuk mempercepat aliran fluida udara
(gaya kinetik), yang kemudian diubah menjadi peningkatan potensi tekanan
(menjadi gaya tekan) dengan memperlambat aliran melalui diffuser.

2.
Compressor Aksial
2
Compressor aksial adalah Compressor yang berputar dinamis yang menggunakan
serangkaian kipas airfoil untuk semakin menekan aliran fluida. Aliran udara yang masuk akan
mengalir keluar dengan cepat tanpa perlu dilemparkan ke samping seperti yang dilakukan
Compressor sentrifugal. Compressor aksial secara luas digunakan dalam turbin gas/udara
seperti mesin jet, mesin kapal kecepatan tinggi, dan pembangkit listrik skala kecil.
Piping

Pipa Gas Bumi

Kalau kita melihat pabrik kimia, kilang minyak atau pabrik LNG, kita akan menyaksikan
pipa-pipa berbaris menghubungkan antara vessel, tower, pompa dan lainnya. Mereka bagaikan
pasta spageti metal raksasa yang tercecer. Bagi seorang insinyur pipa (piping engineer),
penampakan luar yang indah memang bukan tujuan desain tata letak pipa, tetapi ada keindahan
dan kepuasan tersendiri saat melihat barisan pipa tersebut.
Banyak hal yang harus diperhatikan oleh piping engineer saat mendesain. Lingkup
seorang piping engineer bukan hanya pipa, tetapi juga elemen yang ada di pipa tersebut,
seperti elbow, reducer, flange, valve, steam trap, strainer dan masih banyak lagi. Berikut ini
beberapa garis besar tentang bagaimana mendesain pipa secara umum.
1. Standar Desain
Standar apa yang dipakai adalah hal yang pertama-tama harus diperhatikan.
Standar untuk pipa di pabrik pembangkit listrik berbeda dengan standar untuk pipa di
pabrik yang memproduksi LNG. Berbeda pula jika dibandingkan dengan standar untuk
pipa transfer gas. Masing-masing mempunyai standar yang berbeda. Misalnya untuk
pabrik pembangkit listrik menggunakan ASME B31.1 sebagai patokan mendesain. Untuk
pabrik yang memproduksi LNG menggunakan standar ASME B31.3. Sedangkan untuk
pipa transfer gas menggunakan ASME B31.8.
Selain ASME (American Society of Mechanical Engineers) yang dibuat oleh
Amerika, beberapa negara membuat standar sendiri yang harus dipenuhi saat akan
membuat pabrik di negara tersebut. Contohnya Australia dengan AS (Australian
Standards)-nya, Jepang dengan JPI (Japan Petrochemical Industry)-nya dan Inggris
dengan BS (British Standards)-nya.
Selain standar itu, ada pula persyaratan dari pemilik pabrik, misalnya perusahaan
minyak Shell dengan DEP-nya (Design and Engineering Practice), Exxon Mobil dengan
GP (Global Practice)-nya.
2. Jenis, Tekanan, Suhu dan Besar Arus dari Fluida
Dengan standar yang telah ditetapkan, maka perhitungan ketebalan menentukan
material yang akan digunakan dan menentukan besarnya pipa dan elemen pipa lainnya
dapat dilakukan berdasarkan jenis, tekanan, suhu dan besar arus dari fluida yang akan
mengalir saat pabrik beroperasi.
Untuk menentukan material yang akan digunakan, piping engineer harus memilih
material yang sesuai dari material-material sudah distandarisasikan seperti material
ASTM (American Society for Testing and Materials). Misalnya pipa untuk fluida
hydrocarbon dengan suhu rendah sampai -50 C, pipa carbon steel dengan kode ASTM A
333 banyak digunakan. Sedangkan untuk fluida hydrocarbon yang korosif dan bersuhu
rendah banyak menggunakan pipa stainless steel dengan kode ASTM A 312.
Tentang dimensi pipa, valve, flange dan elemen pipa lainnya, tidak usah
mendesain dari awal, dimensi tersebut sudah ditetapkan di beberapa standar, kita hanya
tinggal memilih, sesuai hasil perhitungan dari tekanan dan besar arus fluida.
Untuk mempermudah, dibuatlah daftar yang disebut service class yang berisi
rangkuman kelompok-kelompok material berdasarkan jenis, tekanan dan suhu fluida. Di
service class ini setiap elemen diberi kode tersendiri yang harus tertulis di elemen untuk
mempermudah dalam mengontrol barang dan mempermudah saat konstruksi.

3. Jalur Pipa

(sumber : explorasi.co)

Setelah service class ditetapkan, mulailah didesain bagaimana jalur pipa yang akan
dibangun. Menentukan jalur pipa harus mempertimbangkan hal-hal seperti berikut.
a. Efek perubahan suhu.
Pipa mengalamai pemuaian atau penyusutan tergantung suhu saat beroperasi.
Untuk itu dibutuhkan fleksibilitas pipa untuk dapat menyerap perubahan panjang tersebut.
Salah satu cara yang biasa dilakukan adalah memperbanyak loop atau belokan dengan
elbow. Biasanya sketsa jalur pipa yang telah didesain, dimasukkan ke dalam komputer
untuk perhitungan dan simulasi efek perubahan suhu. Jika simulasi menunjukkan hasil
yang tidak bagus, maka desainer harus mengulang desain jalur pipa itu.
b. Akses untuk operasi dan pemeliharaan.
Akses juga harus dipikirkan terutama untuk mengoperasikan dan memelihara
valve, pompa dan peralatan lainnya. Jalur pipa harus diatur sedemikian rupa supaya
mendukung hal tersebut dan supaya tidak terjadi tabrakan antar pipa atau pipa dengan
elemen lain. Ini adalah hal yang sulit jika desain dilakukan hanya dalam dua dimensi.
Karena itu, pengembangan menjadi tiga dimensi sudah menjadi keharusan. Diikuti
kemajuan komputer, model tiga dimensi pun semakin maju bukan hanya sebagai
tampilan, tetapi juga bisa melakukan beberapa simulasi bersamaan sehingga lebih
mengefektifkan kinerja desain.
c. Penopang pipa
Tipe apa dan di mana penopang pipa itu harus ditempatkan juga merupakan hal
yang penting. Penopang juga mempunyai peranan penting dalam evaluasi efek perubahan
suhu pada pipa. Kesalahan pada penopang juga dapat mengakibatkan kerusakan pada
pompa dan kompresor.
d. Persyaratan lain.
Flow meter yang membutuhkan panjang pipa lurus tertentu untuk ketelitian
ukuran adalah salah satu contohnya. Pipa juga ada yang harus dibuat dengan kemiringan
tertentu untuk memastikan cairan dan gas mengalir ke arah yang diinginkan. Larangan
adanya low pocket pada jalur pipa, pipa dengan fluida bersuhu rendah tidak boleh
diletakkan berdampingan dengan pipa dengan fluida bersuhu tinggi, dan macam
persyaratan lainnya juga harus diperhatikan.
e. Ekonomis dan kemudahan konstruksi.
Walaupun tertulis paling akhir, ini merupakan hal yang harus dipikirkan sejak
awal. Untuk menyerap pemuaian atau untuk membuat akses yang baik, biasanya elbow
menjadi lebih banyak. Ini sebenarnya mengakibatkan proses las menjadi lebih banyak
yang berarti kurang ekonomis dan lebih berat konstruksinya. Keahlian untuk memadukan
persyaratan-persyaratan di atas dengan ekonomis dan konstruksi inilah yang juga
dibutuhkan oleh piping engineer.

Seperti itulah secara umum tugas seorang piping engineer. Dikarenakan


banyaknya lingkup kerja, sulit untuk mengerjakan semua lingkup tersebut. Pembagian
tugas menjadi tiga di dalam piping engineer menjadi material, desain dan analisis adalah
hal yang mungkin biasa ditemukan.
Pipe Fitting (sambungan pipa) adalah sebuah benda yang dipergunakan untuk
menyambung dua buah pipa atau lebih dan bisa berbentuk elbow, tee, reducer dan lain-
lain. Dalam kesempatan kali ini yang saya bahas adalah mengenai fitting untuk pipa baja.
Dalam proses menyambung pipa baja menggunakan fitting, tentunya akan di
pelajari terlebih dahulu apakah sambungan yang akan dibuat tersebut bersifat tetap dan
tidak bisa dibuka atau sambungan tersebut diinginkan sewaktu-waktu dapat dibuka untuk
keperluan maintenance atau perbaikan. Oleh karena itulah sambungan pipa atau fitting ini
secara garis besar terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Welded Component
2. Threaded Component
1. Welded Component 
Welded component yaitu fitting yang disambung pada pipa dengan dengan cara di las
(welding), sehingga sambungannya menjadi tetap dan tidak dapat dibuka. Fitting ini biasa
digunakan pada main line pipe. Fitting jenis ini terbagi lagi menjadi 2, yaitu:

a. Butt Welded Component 


Butt Welded Component yaitu komponen perpipaan yang proses pengelasannya
langsung pada butt dari pipa dan fitting. Bentuk fittingnya seperti gambar di bawah ini:
Butt Welded Component
b. Socket Welded Component 
Socket Weded Component yaitu fitting yang disambung dengan cara memasukkan
socket fitting pada pipa kemudian dilakukan pengelasan pada bagian fillet dari pertemuan
antara pipa dan fitting. Bentuk fittingnya seperti berikut :

Socket Welded Component

2. Threaded Component
Threaded Component yaitu fitting yang disambung pada pipa dengan cara diulir
sehingga jika diperlukan suatu saat bisa dilepas.
Dengan menggunakan fitting jenis ini pipa yang disambung dapat di buka
kembali. Dan ini memudahkan untuk proses perbaikan atau maintenance. Fitting jenis ini
biasa digunakan pada perpipaan mesin, compressor, pipa perhotelan dan lain-lain. Bentuk
threaded component seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Threaded
Component
Macam-macam Pipe Fitting (sambungan pipa) 

Secara garis besar sambungan pipa (pipe fitting) sudah dijelaskan di atas, adapun Jenis-
jenis Fitting secara keseluruhan yang harus diketahui seorang pipe fitter adalah sebagai berikut :
 Cap
 Concentric Reducer
 Concentric Tee
 Cross
 Coupling
 Elbow SR/LR
 Elbow SR/LR Return 180
 Equal Tee
 Reducing Tee
 Union
 Niple
 Dan lain-lain.

Terdapat tiga (3) istilah terkait perpipaan yang ada dalam bahasa inggris yaitu:
1. Plumbing, secara umum menggambarkan alat pengangkut air, gas, dan cairan pekat tanpa
ada spesifikasi kondisi tertentu, sehingga biasanya tanpa dibantu alat lainnya seperti
pompa.
2. Piping, secara umum menggambarkan alat pengangkut air, gas, dan cairan pekat yang
dibantu oleh alat lainnya seperti pompa karena adanya tekanan yang tinggi, laju alir yang
besar, dan peningkatan suhu yang tinggi atau adanya material berbahaya (hazardous).
3. Tubing, secara umum menggambarkan piping dalam bentuk yang jauh lebih kecil dan
ringan karena kemampuannya yang bersifat lentur dan fleksibel.
Antara istilah plumbing dan piping kadang disamakan karena aplikasinya yang banyak
digunakan dirumah tangga dan lingkungan sekitarnya.

MATERIAL PIPA
Material pipa yang dapat kita temukan saat ini cukup bervariasi, diantaranya sebagai
berikut:
1. Galvanized Carbon Steel (GCS) or Steel Galvanized Pipe (SGP)
2. Impact-Tested Carbon Steel (ITCS)
3. Low-Temperature Carbon Steel (LTCS)
4. Stainless Steel (SS) or Steel Use Stainless (SUS)
5. Malleable Iron
6. Non-ferrous Metals (includes copper, inconel, incoloy, and cupronickel)
7. Non-metallic (includes Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Fibre-Reinforced Plastic
(FRP), Polyvinyl Chloride (PVC), High-Density PolyEthylene (HDPE), and Toughened-
glass)
8. Chrome-molybdenum (alloy) steel

Pada perpipaan sistem pengolahan air, banyak digunakan material pipa SGP atau disebut
juga SGPW (Steel Galvanized Pipe for Water service) dan SUS. Perbedaan antara galvanized
steel dan stainless steel terletak pada komposisinya. Stainless steel dilapisi minimal 10%
chromium (Cr) sedangkan galvanized carbon steel dilapisi dengan zinc oxide untuk melindungi
terjadinya pengkaratan (rusting).

Kemampuan stainless steel dalam menghindari pengkaratan jauh lebih baik dibandingkan
galvanized steel (lihat gambar bawah). Pada stainless steel terdapat 2 jenis yang banyak
digunakan yaitu SUS 304 dan SUS 316. Perbedaan keduanya adalah kemampuan terjadinya
korosi yang disebabkan oleh larutan klorida (garam) yang banyak ditemukan dilingkungan sekitar
(seperti air laut). Ion klorida dapat memicu terjadinya korosi disekitar metal, yang disebut
‘pitting’ artinya perluasan tingkat korosi dibawah lapisah kromium yang melapisi baja. Larutan
yang mengandung minimal 25 ppm Natrium Chloride (NaCl) dapat memicu terjadinya efek
pitting. SUS 304 banyak sekali digunakan dengan komposisi chromium hingga 16 dan 24%
dengan komposisi nickel lebih dari 35%, untuk tipe ini akan mudah terjadinya korosi jika
terdapan ion klorida yang tinggi. Sedangkan SUS 316 memiliki komposisi sama dengan SUS 304
akan tetapi terdapat penambahan molybdenum sekitar 2-3% untuk menghindari terjadinya korosi
yang disebabkan oleh ion klorida dan solvent lainnya. Sehingga SUS 316 banyak digunakan pada
sistem pengolahan air laut.

STANDARD PIPA
Kualitas sistem perpipaan tergantung pada prinsip design, kontruksi, dan sistem
maintenance-nya. Sehingga setiap pipa akan mengacu pada standard yang sudah berlaku
dibeberapa negara. Berikut merupakan organisasi standard dibeberapa negara yang memiliki
kode dan standar perpipaan:
 AFNOR – French Norms
 ASME – American Society of Mechanical Engineers
 ASTM – American Society for Testing and Materials
 BS – British Standards
 SCC – Canadian Norms
 DIN – German Norms
 EN – Euronorm
 GOST – Russion Norms
 ISO – International Organization for Standardization
 JIS – Japan Industrial Standards
 NACE – The Corrosion Society
 SASO – Saudi Arabian Standards Organization
 UNI – Italian Standards
Umumnya setiap organisasi standard memiliki komite yang berasal dari kalangan industri,
manufaktur, grup profesional, pengguna, pemerintah, industri asuransi, dll. Komite akan
bertanggung jawab dalam mengatur, mengupdate, dan mereview kode standard yang berlaku
untuk dipublikasikan secara berkala. Sehingga seorang profesional perpipaan perlu mengupdate
informasi setiap revisi terbaru dari standard yang digunakan. Berikut standard ukuran pipa dari
JIS (Japan Industrial Standards) yang menggunakan kategori A dan B yang dapat dijadikan
sebagai referensi JIS G3452.

KOMPONEN PERPIPAAN
Sistem perpipaan terdiri atas beberapa komponen yang dirangkai dalam satu kesatuan
bertujuan untuk alat transportasi fluida dari penampung fluida ke penampung fluida lainnya.
Komponen sistem perpipaan terdiri atas beberapa bagian:
1. Pipe (Pipa)
2. Pipe Fittings (Sambungan pipa)
3. Flanges (Alat penggabung ke komponen lain)
4. Gasket (Lapisan sambungan antar komponen)
5. Bolting (Baut)
6. Valves (Katup)

1. Pipe – Jenis dan material pipa telah dijelaskan diatas. Adapun ukuran pipa berbeda-beda
sesuai dengan aplikasinya, hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Actual Outside Diameter (OD), ukuran diameter bagian luar pipa,
b) Average Inside Diameter (ID), ukuran diameter bagian dalam pipa, dan
c) Wall Thickness atau Schedule, ketebalan pipa.

 
2. Pipe Fittings – merupakan beberapa komponen yang digunakan untuk menyambung dua
buah pipa atau lebih, terdiri atas 5 bagian yaitu:
a) Elbow,
b) Tee,
c) Reducer,
d) Couplings, dan
e) Swage Nipples.
Adapun dari sifat tetap tidaknya dibagi menjadi 2 jenis:
a) Welded Component, yaitu sambungan bersifat tetap digunakan penge-las-an pada
prosesnya,
b) Threaded Component, yaitu sambungan bersifat fleksibel dan mudah dilepas
menggunakan ulir.

3. Flanges – merupakan sambungan baut dimana dua buah atau lebih pipa, equipment,
fitting dan valve dihubungkan bersama-sama. Terdapat beberapa tipe flange diantaranya
yaitu
a) welding-neck,
b) threaded,
c) slip-on,
d) socket weld,
e) lap-joint,
f) blind,
g) orifice flange and plate,
h) spectable blind.

4. Gasket – merupakan lapisan material yang dipasang diantara dua permukaan benda
(contohnya flange), dimana di dalamnya terdapat fluida bertekanan agar mencegah
terjadinya kebocoran. Gasket biasanya dibuat dari material metal dan non-metal. Contoh
gasket metal yaitu terbuat dari tembaga, alumunium, dan kuningan, sedangkan gasket
non-metal dibuat dari asbes, kertas, karet, rami, kulit, silikon, gabus, neoprene, karet
nitril, fiberglass, PTFE (Polytetrafluoroethylene), atau polimer plastik seperti PCTFE
(Polychlorotrifluoroethylene). Terdapat sekitar 6 jenis gasket berdasarkan bentuknya
yaitu:
a) flat gasket,
b) spiral wound gasket,
c) metal O-ring gasket,
d) metal U-ring gasket,
e) Metal C-ring gasket, dan
f) Metal spring-energizing rings.
Untuk aplikasi pada flange, gasket dibedakan menjadi beberapa tipe diantara yaitu
a) tipe D, ukurannya cocok dengan cincin bagian dalam ring-type-joint flanges,
b) tipe E, ukurannya sama dengan diameter luar flange dan disesuaikan dengan potongan
baut, dan
c) tipe F, ukurannya disesuaikan dengan bagian dalam flange saja tanpa ada lubang yang
disesuaikan dengan baut.
5. Bolting – biasa disebut baut yang memiliki alur heliks penguat (threaded fastener)
disertai dengan tabung dengan alur heliks (male thread). Setiap baut memiliki mur (nut)
sebagai penguatnya.

6. Valves – disebut juga katup yaitu alat untuk mengatur, mengarahkan atau mengontrol
aliran fluida dengan cara membuka, menutup, atau menghalangi sebagian. Pada saat katup
terbuka, maka fluida akan mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Terdapat banyak jenis katup, berikut diantaranya yang banyak dipakai yaitu ball valve,
butterfly valve, clapper valve, check valve, choke valve, diaphragm valve, gate valve,
globe valve, needle valve, pinch valve, piston valve, knife valve, plug valve, solenoid
valve dan safety valve.
PERANCANGAN DALAM SISTEM PERPIPAAN (PIPING)

Tujuan dari perancangan perpipaan secara umum bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Material seperti apa yang sesuai dengan kondisi kerja (tekanan external/internal, suhu,
korosi, dsb) yang diminta dari sistem perpipaan. Pemilihan material sangat krusial karena
menentukan reliabilitas keseluruhan sistem, faktor biaya, safety, dan umur pakai.
b. Standard Code mana yang sesuai untuk diaplikasikan pada sistem perpipaan yang akan
dirancang. Pemilihan standard code yang benar akan menentukan arah perancangan
secara keseluruhan, baik dari segi biaya, reliabilitas, safety design, dan stress analisis.
c. Perhitungan dan pemilihan ketebalan pipa tidak bisa dilakukan secara sembarangan, atau
hanya berdasarkan intuisi. Pemilihan ketebalan pipa (schedule number) sebaiknya
memenuhi kriteria cukup, aman, dan ketersediaan stok di pasaran. Pipa dengan schedule
10, 20, 30 mungkin akan dengan mudah didapatkan di pasar Eropa, tetapi belom tentu
dapat dibeli dengan cepat dan dalam jumlah besar di pasaran Asia.
d. Dengan cara bagaimana sistem perpipaan akan dikoneksikan satu sama lain, jenis
sambungan, dan material sambungan seperti apa yang sesuai.
e. Bagaimana planning dan routing dari sistem perpipaan akan dilakukan. General
arrangement, dan routing sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan aspek inherent
safety design, konsumsi pipa seminimum mungkin tanpa mengorbankan fleksibilitas serta
aspek estetis, atau menganggu dan mengurangi kemampuan, fungsi dan operasional dari
peralatan yang terkoneksi.

MATERIAL SELECTION

Dalam perancangan perpipaan, hal ini sangat penting untuk diperhatikan. Material dipilih
berdasarkan suhu kerjanya. Selain berdasarkan suhu, pemilihan material juga didasarkan pada
jenis fluida yang akan dialirkan, yaitu pada tingkat korosivitasnya. Pada material carbon steel
based piping, ketahanan terhadap korosi biasanya dilakukan dengan menambah ketebalan pipa
(corrosion allowance) dan menginjeksi corrosion inhibitor.
Berapa ketebalan pipa yang harus ditambahkan ditentukan oleh laju korosi yang
diperkirakan. Perkiraan, perhitungan, dan permodelan laju korosi biasanya dilakukan oleh
metallurgist atau dengan menggunakan software yang sudah umum dipakai seperti NORSOK.
Pada pemakaian dengan kondisi korosi yang parah serta pemakaian corrosion inhibitor yang
tidak memungkinkan, atau pada pemakaian yang membutuhkan tingkat hygienitas yang tinggi,
dan tidak mengandung debris (fuel piping), biasanya austenitic stainless steel based material
lebih sesuai, karena permukaan dalamnya bersih dan pada level pemakaian tertentu relatif tidak
membutuhkan chemical cleaning.
Namun austenitic stainless steel based material seperti ASTM A312-316/316L memiliki
kelemahan pada pemakaian tekanan tinggi karena Maximum Allowable Working
Pressure(MAWP) yang relatif di bawah carbon steel dan lemah terhadap chloride stress
corrosion cracking serta crevice dan pitting. Tipe 304/304L biasanya dipakai untuk baja tahan
karat (CRA) keperluan umum. Penambahan 2-3% Molibdenum pada 316/316L menambah
ketahanan terhadap pitting.
Sering menjadi pertanyaan apa sebenarnya perbedaan 304 dan 304L atau 316 dan 316L.
Kandungan karbon pada 304 atau 316 biasanya berkisar 0.06-0.08% sementara pada 304L atau
316L maksimum dibatasi pada 0.025- 0.03%. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
presipitasi karbida pada suhu tinggi antara 8000F dan 16500F. Pada suhu tinggi (misal pada
Heating Area Zone saat welding) krom bereaksi dengan karbon membentuk karbida di daerah
batas butir sehingga mengurangi kemampuan krom untuk mencegah terjadinya korosi dan dapat
mengarahkan pada terjadinya korosi intergranular. Oleh karena itu 316L itu digunakan jika
dibutuhkan pengelasan.
Duplex Stainless Steel (keluarga A790) memenuhi kriteria pemakaian pada tekanan
tinggi, high corrosion resistance, dan sifat-sifat metalurgisnya berada di antara ferritic dan
austenitic steel, adanya kandungan chromium memberikan ketahan yang baik terhadap
atmospheric corrosion dan oksidasi, molybdenum membuat lebih tahan terhadap chloride stress
corrosion cracking serta nitrogen menambah ketahan terhadap crevice dan pitting. Nikel
cenderung mendorong terbentuknya struktur Face-Centered Cubic yang meningkatkan keuletan
(toughness), namun secara keseluruhan struktur duplex sebagian Body-centered Cubic (Ferritic)
dan sebagian Face-centered Cubic (Austenitic). Chromium dan Molybdenum mendorong
terbentuknya ferit, sedangkan Nikel dan nitrogen mendorong terbentuknya austenit. Yang harus
diperhatikan pada pemakaian duplex adalah serangan sulphide stress corrosion cracking, dan
hydrogen embrittlement (hydrogen cracking). Secara umum pengelasan pada material duplex
menjadi relatif lebih sulit dan membutuhkan kehati-hatian yang lebih tinggi dari pada bahan lain.
Lebih lanjut, jika fluida yang dialirkan mengandung H2S (sour service), perpipaan yang
digunakan harus sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh NACE MR01-75, dimana tingkat
kekerasan bahan tidak boleh melampaui Rockwell Hardness 22.

 Material Safety Data Sheet (MSDS) :.


 
A. Sistem MSDS
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat
terjadinya kecelakaan, walaupun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat
dicegah dan diminimalisasikan karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan sendirinya.
Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab, oleh
karena itu harus diteliti factor faktor penyebabnya dengan tujuan untuk menentukan
usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif dan efisien
sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan terjadi baik
langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan sifat dan karakter bahan kimia perlu
dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya baik
terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dapat dipahami karena bahan
kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan juga dapat memiliki sifat mudah
terbakar. Oleh karena itu aktivitas kerja yang selalu memperhatikan aspek kesehatan dan
keselamatan kerja perlu dibudayakan dalam bekerja di laboratorium.
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka para
peneliti maupun laboran yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memiliki
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari segi
potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan. Informasi atau pengetahuan yang harus
diketahui pelaksana di laboratorium kimia dimuat dalam Material Safety Data Sheet
(MSDS).
                                                                                    

 
Bahan kimia dalam unsur dan senyawa tertentu memang bukan lah barang
mainan. Ada kalanya senyawa kimia dapat beracun juga bagi kesehatan tubuh manusia.
Dalam tingkat kebahayaannya, setiap senyawa ataupun unsur kimia di tunjukkan dalam
MSDS atau disebut (Material Safety Data Sheet). MSDS ini merupakan hal yang wajib
dipelajari sebelum laboran berkutat dengan senyawa- senyawa di laboratorium.
MSDS sendiri memuat informasi tentang :
 Informasi umum tentang bahan.
 Informasi Komponen Berbahaya.
 Reaktivitas Bahan.
 Sifat Mudah terbakarnya bahan.
 Sifat Fisika Bahan.
 Sifat Kimia Bahan.
 Dampak Kesehatan.
 Pertolongan Pertama.
 Penyimpanan.
Secara Umum, MSDS mengandung BAB sebagai berikut, yang kesemuanya menjelaskan
tentang bahan yang bersangkutan.
1. Product and Company Identification / Produk dan Identitas Perusahaan
Menerangkan identitas produk, serta perusahaan yang memproduksi produk.
2. Composition/Information on ingredients / Komposisi /Informasi kandungan bahan
Menjelaskan komposisi bahan yang bersangkutan, konsentrasi, campuran dsb.
3. Hazards Identification / Identifikasi Bahaya
Meliputi Sifat-sifat bahaya :
 Bahaya Kesehatan :
Menjelaskan berbagai cara bahan kimia bisa memapar tubuh pengguna dengan
beberapa cara misalnya penyerapan melalui kulit, pernafasan dan lainnya. Informasi
tentang gejala dan akibat terhadap kesehatan apabila tubuh terjadi kontak dengan
bahan tersebut seperti kejadian setelah :
a. Efek terkena paparan yang berlebihan
b. Kontak pada mata
c. Kontak pada kulit
d. Terhirup pada pernafasan
 Bahaya kebakaran :
Informasi ini menentukan bahan tersebut termasuk kategori bahan mudah
terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan
zat untuk terbakar ditentukan oleh :
a. Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
b. Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat
dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut
LFL (low flammable limit) dan konsentrasi         tertinggi yang masih dapat
dinyalakan disebut UFL (upper flammable limit). Sifat kemudahan membakar
bahan lain ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
c. Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
 Bahaya reaktivitas :
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat
lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik (menghasilkan panas) sehingga
eksplosif atau reaktivitasnya terhadap gas lain sehingga menghasilkan gas beracun.
Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya seperti berikut :
 

Gambar yang berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan


(Toksisitas)
Gambar yang berwarna merah menunjukkan skala bahaya kebakaran
Gambar berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
Gambar berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus lainnya

Gambar Skala Bahaya

Pressure Gauge

Dalam dunia Industri seperti pabrik, biasanya dikenal sebuah istilah pressure gauge.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan pressure gauge tersebut?
Pressure gauge adalah sebuah alat pengukur yang berfungsi untuk mengukur sebuah
tekanan fluida yang bisa berupa gas atau cair, dalam sebuah tabung tertutup. Untuk satuan
pengukurannya sendiri dikenal dengan istilah psi atau pound per square inch, ada juga psf
atau pound per square foot, mmHg atau millimeter of mercury, inHg atau inch of mercury, bar,
hingga atm atau atmosphere.
Pressure gauge sendiri biasa digunakan untuk memantau tiap tekanan udara serta gas
yang berada dalam sebuah kompresor udara, berbagai peralatan vakum, jalur proses, hingga
tabung gas medis serta alat pemadam kebakaran. Tak hanya mampu menunjukkan pengukuran
secara visual, pressure gauge juga bisa di konfigurasi secara khusus untuk akhirnya memberikan
sebuah keluaran listrik.

Berbagai jenis pressure gauge berdasarkan fungsinya 


a. Industrial Pressure Gauge
Biasanya memiliki material berupa stainless steel yang secara khusus dirancang
untuk kebutuhan indsutri seperti minyak dan gas, bahan bakar, manufaktur kimia, hingga
industri pabrik lainnya. Industrial pressure gauge ini sangat cocok untuk mengukur tanpa
harus menghalangi sistem tekanan dari perangkat yang akan diukur.
b. Process Pressure Gauges
Salah satu yang menjadi keunggulan process pressure gauges adalah
ketahanannya terhadap lingkungan yang ekstrim, salah satunya dalam dunia industri
petrokimia dan semacamnya. Maka tak heran jika process pressure gauges paling sering
digunakan untuk industri minyak, gas, serta aplikasi kimia lainnya.
c. High Precision Test Gauges
Biasanya digunakan untuk industri yang membutuhkan pengukuran ataupun
kalibrasi secara mendetail dan akurat seperti uji coba laboratorium dan semacamnya.
High Precision Test Gauges biasanya juga dibantu dengan teknologi pembacaan secara
digital guna menghindari kesalahan yang fatal dalam membaca skala yang ada.
d. Differential Gauges dan Duplex Pressure Gauges
Didesain secara khusus untuk digunakan di industri minyak dan gas, bahan bakar
alternatif, Kimia, hingga industri penanganan udara. Baik differential gauges ataupun
duplex pressure gauges, keduanya mampu mengukur tiga jenis tekanan yaitu tekanan
tinggi, rendah, hingga tekanan static.

Bagaimana Cara Kerjanya?


Biasanya pressure gauge menggunakan elemen sensing yaitu berupa Bourdon Tube.
Tekanan (Pressure) masuk melalui Bourdon Tube kemudian memutar jarum secara mekanik pada
Pressure Gauge.
Apa Itu Flow Meter?
Flow meter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur volume/ jumlah aliran fluida baik
itu dalam bentuk cairan, gas atau uap. Dalam prosesnya, fluida akan melewati perangkat flow
meter dan selanjutnya alat ini akan mengkalkulasikan jumlah aliran yang melewatinya. Beberapa
flow meter mengukur aliran dalam bentuk total volume cairan yang melewatinya dalam periode
waktu tertentu, misalnya 1000 liter setiap menit. Ada juga jenis Flow meter yang hanya
mengukur jumlah total aliran yang telah melaluinya, misalnya 10.000 liter dalam tempo waktu
tertentu.
Cara Kerja Flow Meter?
Flowmeter sendiri terdiri dari dua perangkat utama, yakni transmitter dan transducer.
Kedua perangkat ini memiliki peran masing-masing namun saling berkaitan. Dalam prosesnya,
transducer berperan untuk merasakan fluida yang melewati perangkat utama, sementara
transmitter berperan untuk mengolah sinyal dari transducer sehingga mampu diterjemahkan.
Kedua komponen ini sering digabungkan sehingga flow meter bisa saja terdiri dari satu perangkat
fisik.

Prinsip dasar pengukuran aliran dapat dijelaskan sebagai berikut.


 Q= A.V
Rumus di atas menjelaskan bahwa volume fluida yang melewati flowmeter sama dengan luas
penampang pipa (A) dikalikan dengan kecepatan rata-rata fluida (V), dan
 W= r.Q
yang berarti massa aliran fluida yang melewati flowmeter (A) sama dengan densitas fluida (r)
dikalikan dengan volume fluida (V).

Flow meter volumetrik secara langsung mengukur volume cairan (Q) yang melewati flow
meter. Adapun satu-satunya teknologi flowmeter yang mengukur volume secara langsung yakni
jenis flow meter perpindahan positif.
Flowmeter pengukur kecepatan atau velocity flowmeter menerapkan teknik yang
mengukur kecepatan (V) dari fluida yang mengalir untuk menentukan volume aliran. Contoh
flow meter yang menerapkan teknologi ini seperti magnetik flow meter, flow meter ultrasonik,
turbin flow meter, fluidic flow meter dan sebagainya.
Inferensial flow meter, berbeda halnya dengan velocity dan volumetric flow meter yang
mengukur volume, kecepatan dan massa, melainkan mengukur aliran dengan menyimpulkan nilai
dari parameter terukur lainnya, misalnya tekanan dan area. Adapaun contoh teknologi flow meter
yang mengukur dengan metode inferensial seperti differential pressure flow meter, target flow
meter dan variable area flow meter.
Komputer aliran atau flow computer biasanya digunakan untuk menginterpretasikan
pengukuran aliran untuk kondisi aktual suatu proses, seperti suhu, tekanan, viskositas atau
kekentalan dan komposisi fluida.

Faktor Penting Pada Instalasi Flow Meter


Dalam proses pengaliran menggunakan flow meter, terdapat beberapa hal yang perlu di
perhatikan karena berpengaruh terhadap akurasi dari flow meter itu sendiri. Misalnya untuk liquid
cair, pastikan flow meter tetap terisi penuh, tujuannya untuk menghindari adanya ruang bagi gas
maupun uap di dalam flow meter yang dapat mengubah geometri dan mempengaruhi akurasi.
Sama halnya untuk keperluan pengaliran gas / uap, juga perlu diperhatikan bahwa flow
meter dipasang sedemikian rupa dan terisi full oleh gas atau uap. Adanya cairan juga akan
berpengaruh terhadap akurasi flow meter.
Perlu juga diketahui bahwa adanya hambatan atau gangguan yang terletak pada bagian
hulu (kadang juga di hilir) pada flow meter, seperti adanya pipa siku (elbow pipe), control valve
dapat mempengaruhi akurasi pengukuran, dikarenakan flow meter mungkin tidak dapat secara
akurat mengukur aliran yang terganggu. Cara terbaik yang dapat dilakukan ialah dengan
menempatkan valve di bagian hilir flow meter agar gangguan aliran yang disebabkan oleh valve
tidak masuk ke flow meter. Selain itu, kita perlu memperhatikan rancangan pipa dari hulu ke hilir,
dimana perlu adanya aliran lurus yang cukup sebelum aliran memasuki flow meter.
Setiap jenis flow meter memiliki spesifikasi masing-masing, tidak ada flowmeter yang
diberi label "satu ukuran untuk semua aplikasi". Cara tepat untuk pemilihan flowmeter ialah
dengan menggunakan aplikasi sebagai panduan, bukan teknologi. Banyak teknologi yang dapat
disesuaikan dengan aplikasi. Jika anda mendahulukan aplikasi, keuntungannya ialah anda dapat
menentukan teknologi yang akan diterapkan, baik itu berdasarkan keakuratan, biaya, keandalan
dan daya tahan.

Thermocouple (Sensor Suhu)


Bila dilihat dari segi instalasinya, Thermocouple/termokopel ini memiliki dua buah jenis
kawat logam sebagai konduktor yang saling tergabung di ujungnya. Nantinya, bila terjadi
perubahan suhu  antara ujung masing-masing pengukuran serta ujung kedua kawat konduktor, hal
ini akan memberikan tegangan listrik dan berakhir pada efek termo elektrik. Thermocouple ini
mampu mengukur temperatur suhu dalam jarak jangkauan yang cukup luas.
Resistance Temperature Detector  (Sensor RTD)
Sensor RTD mengacu kepada prinsip adanya perubahan resistansi dari proses perubahan
suhu di sekitar. Dengan kata lain, pada saat suhu meningkat, maka kemudian resistansi elemen
RTD juga turut meningkat. sensor RTD dari Autonics  sendiri merupakan sensor suhu yang
paling sering digunakan dalam kebutuhan Industri.
Thermistor  (Sensor Termistor)
Thermistor merupakan kependekan dari thermally sensitive resistor, dimana sensor suhu
jenis ini terdiri dari beberapa komponen semikonduktor yang memiliki resistansi dan
berpengaruh terhadap perubahan suhu. Thermistor ini sendiri sudah terbagi menjadi dua, yaitu
 PTC (Positive Temperature Coefficient), dimana nilai resistansi akan meningkat bila suhu
naik
 NTC (Negative Temperature Coefficient), dimana nilai resistansi akan menurun bila suhu
naik
Sensor infrared pyrometer
Secara singkat, sensor ini mampu mendeteksi, maupun mengukur perubahan suhu dari
jarak yang cukup jauh tanpa harus melakukan kontak secara langsung dengan suatu objek yang
hendak diukur. Prinsip kerjanya dengan menggunakan sebuah cahaya infra merah sebagai
pengukur radiasi panas suatu benda.
IC temperature sensor (Sensor suhu IC)
Sensor suhu IC bekerja berdasarkan sesuai sifat ataupun perilaku dari PN Junction
Silikon. Apabila tegangan maju, maka PN Junction menjadi menurun, namun suhu akan
meningkat. Dengan kata lain, sensor IC memiliki sebuah sinyal yang berbanding lurus antara
tegangan arus dengan suhu dan temperatur.
Sensor Bimetal
Karena cara kerjanya yang cukup sederhana, maka sensor Bimetal ini juga menjadi salah
satu sensor yang sangat umum  untuk digunakan. Sebagai contoh, sensor jenis ini dapat dijumpai
di berbagai alat rumah tangga seperti setrika. Sensor Bimetal terdiri dari dua buah lempengan
logam dengan koefesien muai yang berbeda namun direkatkan menjadi satu rangkaian.
Sensor temperature bimetal banyak digunakan karena kesederhanaan yang dimilikinya.
Bimetal biasa dijumpai pada alat seperti setrika listrik , pengaman panas pompa air, dsb. Bimetal
adalah sensor suhu yang terbuat dari dua buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya
Valve

Valve atau yang biasa disebut katup adalah sebuah perangkat yang mengatur,
mengarahkan atau mengontrol aliran dari suatu cairan (gas, cairan, padatan terfluidisasi) dengan
membuka, menutup, atau menutup sebagian dari jalan alirannya.
Valve/katup dalam kehidupan sehari-hari, paling nyata adalah pada pipa air, seperti keran
untuk air. Contoh akrab lainnya termasuk katup kontrol gas di kompor, katup kecil yang dipasang
di kamar mandi dan masih banyak lagi.
Katup memainkan peran penting dalam aplikasi industri mulai dari transportasi air minum
juga untuk mengontrol pengapian di mesin roket.
Valve/Katup dapat dioperasikan secara manual, baik oleh pegangan , tuas pedal dan lain-
lain. Selain dapat dioperasikan secara manual katup juga dapat dioperasikan secara otomatis
dengan menggunakan prinsip perubahan aliran tekanan, suhu dll. Perubahan2 ini dapat
mempengaruhi diafragma, pegas atau piston yang pada gilirannya mengaktifkan katup secara
otomatis.

Jenis – jenis Valve yang sering digunakan :


1. Gate valve

Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran dengan cara
mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi panjang.
Gate Valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem perpipaan.
Yang fungsinya untuk membuka dan menutup aliran.
Gate valve tidak untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan cara
membuka setengah atau seperempat posisinya, Jadi posisi gate pada valve ini harus benar
benar terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully close). Jika posisi gate setengah
terbuka maka akan terjadi turbulensi pada aliran tersebut dan turbulensi ini akan
menyebabkan :
a. Akan terjadi pengikisan sudut-sudut gate. laju aliran fluida yg turbulensi ini dapat
mengikis sudut-sudut gate yang dapat menyebabkan erosi dan pada akhirnya valve
tidak dapat bekerja secara sempurna.
b. Terjadi perubahan pada posisi dudukan gerbang penutupnya. Gerbang penutup akan
terjadi pengayunan terhadap posisi dudukan (seat), sehingga lama kelamaan posisi nya
akan berubah terhadap dudukan (seat) sehingga apabila valve menutup maka gerbang
penutupnya tidak akan berada pada posisi yang tepat, sehingga bisa menyebabkan
passing.

Ada 3 jenis gate valve:


1. Rising Stem Gate Valve, jika dioperasikan handwheel naik dan stem juga naik
2. Non Rising Stem Gate Valve, jika di opersikan handwheel tetap dan stem juga tetap.
3. Outside Screw & Yoke Gate Valve, jika di operasikan handwheel tetap tapi stemnya
naik.
Rising Stem & Non Rising Stem digunakan untuk tekanan yang tidak terlalu tinggi,
dan tidak cocok untuk getaran. Outside Screw & Yoke Gate Valve amat cocok digunakan
untuk high pressure. Biasanya OS & Y banyak di gunakan di lapangan minyak, medan
yang tinggi, temperature tinggi. Karena pada OS & Y stem naik atau turun bisa dijadikan
sebagai penanda. Contoh, apabila stem tinggi itu menandakan posisi valve sedang buka
penuh. Pada dasarnya body & bonet pada gate terbuat dari bahan yang sama.
Keuntungan menggunakan Gate Valve :
 Low pressure drop waktu buka penuh
 Amat ketat dan cukup bagus waktu penutupan penuh
 Bebas kontaminasi
 Sebagai Gerbang penutupan penuh, sehingga tidak ada tekanan lagi. Cocok apabila
akan melakukan service / perbaikan pada pipa
Kerugian menggunakan Gate Valve :
 Tidak cocok di pakai untuk separuh buka, karena akan menimbulkan turbulensi
sehingga bisa mengakibatkan erosi dan perubahan posisi gate pada dudukan
 Untuk membuka dan menutup valve perlu waktu yang panjang dan memerlukan
torsi / torque yang tinggi
 Untuk ukuran 10 “ keatas tidak cocok dipakai untuk steam.

2. Globe valve
Global Valve digunakan untuk mengatur besar kecilnya laju aliran fluida dalam
pipa (throttling). Prinsip dasar dari operasi Globe Valve adalah gerakan tegak lurus disk
dari dudukannya. Hal ini memastikan bahwa ruang berbentuk cincin antara disk dan
cincin kursi bertahap sedekat Valve ditutup.
Dengan mudah memutar handel valve, besarnya aliran zat yang melewati valve
bisa diatur. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, membuat globe valve efisien ketika
mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan. Namun
demikian tahanan didalam valve cukup besar.
Desain Globe Valve yang sedemikian rupa, memaksa adanya perubahan arah
aliran
zat didalam valve, sehingga tekanan menurun drastis dan menyebabkan turbulensi di
dalam valve itu sendiri. Dengan demikian, Globe Valve tidak disarankan diinstal pada
sistem yang menghindari penurunan tekanan, dan sistem yang menghindari tahanan pada
aliran.
Ada tiga jenis desain utama bentuk tubuh Globe Valve, yaitu: Z-body, Y-body dan
Angle- body :
1. Z-Body desain adalah tipe yang paling umum yang sering dipakai, dengan diafragma
berbentuk Z. Posisi dudukan disk  horizontal dan pergerakan batang disk tegak lurus
terhadap sumbu pipa atau dudukan disk. Bentuknya yang simetris memudahkan
dalam pembuatan, instalasi maupun perbaikannya.
2. Y-Body desain adalah sebuah alternatif untuk high pressure drop. Posisi dudukan
disk  dan batang (stem) ber sudut 45˚ dari arah aliran fluidanya. Jenis ini sangat cocok
untuk tekanan tinggi
3. Angle-Body desain adalah modifikasi dasar dari Z-Valve. Jenis ini digunakan untuk
mentransfer aliran dari vertikal ke horizontal.
Macam-macam bentuk  Disc/plug dari Globe Valve :
a. Type Plug Disk
b. Tipe Regulating disk
c. Tipe flat disk
d. Tipe soft seat disk
e. Tipe guide disk
Keuntungan menggunakan Globe valve adalah :
 Kemampuan dalam menutup baik.
 Kemampuan throttling (mengatur laju aliran) Cukup baik.
Kelemahan utama penggunaan Globe Valve adalah:
 Penurunan tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan Gate Valve
 Valve ukuran besar membutuhkan daya yang cukup atau aktuator yang lebih besar
untuk beroperasi
3. Angle Valve

Sama seperti globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi dimana
pengaturan besar kecil aliran diperlukan (throttling). Namun angle valve di buat dengan
sudut 90°, hal ini untuk mengurangi pemakaian elbow 90° dan fitting tambahan.
digunakan untuk mengubah aliran sebesar 90 derajat. Valve ini bisa digunakan juga
sebagai pengganti elbow.
 
4. Ball Valve
Ball Valve adalah sebuah Valve atau katup dengan pengontrol aliran berbentuk
disc bulat (seperti bola/belahan). Bola itu memiliki lubang, yang berada di tengah
sehingga ketika lubang tersebut segaris lurus atau sejalan dengan kedua ujung Valve /
katup, maka aliran akan terjadi.
Tetapi ketika katup tertutup, posisi lubang berada tegak lurus terhadap ujung
katup, maka aliran akan terhalang atau tertutup.
Ball valve banyak digunakan  karena kemudahannya dalam  perbaikan dan
kemampuan untuk menahan tekanan dan suhu tinggi. Tergantung dari material apa
mereka terbuat, Bal Valve dapat menahan tekanan hingga 10.000 Psi dan dengan
temperature sekitar 200 derajat Celcius.

Ball Valve digunakan secara luas dalam aplikasi industri karena mereka sangat
serbaguna, dapat menahan tekanan hingga 1000 barr dan suhu hingga 482 ° F (250 ° C).
Ukurannya biasanya berkisar 0,2-11,81 inci (0,5 cm sampai 30 cm).
Ball Valve dapat terbuat dari logam , plastik atau pun dari bahan keramik. Bolanya
sering dilapisi chrome untuk membuatnya lebih tahan lama.  
Ada 2 tipe Ball Valve yaitu :
a. Full bore ball valve
Full bore ball valve adalah tipe ball valve dengan diameter lubang bolanya sama
dengan diameter pipa. Jenis full bore ball valves biasanya digunakan pada  blow
down, piggable line, production manifold, pipeline dll.
b. Reduced bore ball valves
Reduced bore ball valves adalah jenis ball valve yang diameter lubang bolanya
tidak seukuran dengan ukuran pipa. Minimum diameter bola katup yang berkurang
adalah  satu ukuran lebih rendah dari ukuran diameter pipa  sebenarnya. Misalnya
ukuran diameter  pipa 4 inci dan diameter bola valve adalah 3 inchi.
Dan ada 2 jenis jalur pada ball valve, full bore dan reduced bore.
1. Usage ( Fungsi ) Ball Valve:
 Flow control/pengendalian Aliran
 Pressure control/pengendali tekanan
 Shut off
 Cocok untuk high pressure dan temperatures/tekanan dan suhu yang tinggi
2. Advantages/kelebihan ball valve:
 A very low pressure drop/kehilangan tekanan sangat rendah
 Low leakage/cukup jarang bocor
 Small in size dan ball valve tidak begitu berat jika dibandingkan dengan valve lain
yang sejenis
 Mudah dibuka dan tidak mudah terkontaminasi.
3. Disadvantages/kekurangan ball valve :
 Seat bisa rusak karena adanya gesekan antara ball dengan seat
 Pembukaan handle yang cepat bisa menimbulkan water hammer/palu air pada
system sehingga terjadi tekanan yang besar yang bisa merusak system/sambungan
dan dinding pipa
Fungsi dari "Ball Valve" ini untuk mengontrol aliran. Untuk valve jenis ini,
metode buka-tutup jalur menggunakan bola (disk pada butterfly valve) berlubang
ditengahnya. Jika posisi bola ada dijalur, valve dalam kondisi tertutup, dan sebaliknya,
jika posisi lubang ditengah bola yang ada di jalur, valve dalam posisi terbuka. Sering
dipakai pada proses hydrocarbon, ball valve mampu mengatur besar kecil aliran gas dan
uap terutama untuk tekanan rendah.
Valve ini dapat dengan cepat ditutup dan cukup kedap untuk menahan
fluida/ zat cair. Ball valve tidak menggunakan handwheel, tetapi menggunakan ankle
untuk membuka atau menutup valve dengan sudut 90°. Disainnya yang simpel,
meminimalkan turunnya tekanan pada saat valve dibuka penuh.

5. Plug/cock Valve
Kegunaan dari plug valve adalah untuk fully open dan fully close (isolation atau
on/off control). Untuk mengontrol (membuka dan menutup) aliran pada plug valve, plug
mempunyai celah atau lubang tempat aliran lewat. Saat handle diputar menuju open
position maka plug akan berputar secara rotasi terhadap seat dan bagian yang bercelah
akan melewatkan aliran. Namun pada saat handle diputar pada close position maka plug
akan berputar secara rotasi terhadap seat dan bagian yang tak bercelah akan menahan
aliran, sehingga aliran pun akan berhenti.
Sama seperti ball valve namun tetapi bagian dalamnya bukan berbentuk bola,
melainkan silinder. Karena tidak ada ruangan kosong di dalam badan valve, maka cocok
untuk fluida yang berat atau mengandung unsur padat seperti lumpur.
Jenis - jenis valve yang lain yang masih termasuk plug valve adalah:
a. Three way plug valve : yaitu jenis plug valve yang mempunyai 3 port (sambungan), 1
untuk inlet dan 2 untuk outlet. Dengan menggunakan valve ini maka dengan mudah
kita dapat mengarahkan outlet kearah aliran/pipa yang dikehendaki.
b. Four way plug valve : Biasa digunakan pada fluida cooling water yang melewati heat
exchanger, dimana aliran cooling water bisa dengan mudah dibalikkan arahnya
dengan tujuan untuk membersihkan heat exchanger tersebut dari kotoran-kotoran
(fouling, sediment, solids).

6. Check Valve

Check valve adalah alat yang digunakan untuk membuat aliran fluida hanya
mengalir ke satu arah saja atau agar tidak terjadi reversed flow/back flow. untuk
mengalirkan fluida hanya ke satu arah dan mencegah aliran ke arah sebaliknya. tidak
menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan dari
aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow).
Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam
sistem perpipaan Aplikasi valve jenis ini dapat dijumpai pada outlet/discharge dari
centrifugal pump. Ketika laju aliran fluida sesuai dengan arahnya, laju aliran tersebut
akan membuat  plug atau disk membuka. Jika ada tekanan yang datang dari arah
berlawanan, maka plug atau disk tersebut akan menutup.
Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan Globe
Valve. Valve ini di disain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa jenis check valve,
tapi ada 2 jenis yang paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing Check Valve
biasanya dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift Check Valve oleh beberapa
pabrikan digunakan untuk menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve.
Check Valve tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan
gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah
aliran balik (backflow). Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah
equipment dalam sistem perpipaan.
Ada 3 ( tiga ) jenis check valve:
a. Swing Check Valve
Swing check valve terdiri atas sebuah disk seukuran dengan pipa yang digunakan,
dan dirancang menggantung pada poros (hinge pin) di bagian atasnya. Apabila terjadi
aliran maju atau foward flow, maka disk akan terdorog oleh tekanan sehingga terbuka
dan fluda dapat mengalir menuju saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi aliran
balik atau reverse flow, tekanan fluida akan mendorong disk menutup rapat sehingga
tidak ada fluida yang mengalir. Semakin tinggi tekanan balik semakin rapat disk
terpasang pada dudukannya.
 Usage : One way flow / pengaliran satu arah
 Advantages : Kalau sudah buka ringan, low pressure drop / kehilangan tekanan
sangat rendah, cost nya murah
 Disadvantages : Kebocoran amat tinggi dan aliran rendah karena terganggu
dengan adanya hambatan.
b. Lift Check Valve

Penggunaan untuk fluida steam, gas, maupun liquid yang mempunyai flow yang
tinggi. Dalam konfigurasinya mirip dengan globe valve hanya saja pada globe valve
putaran disk atau valve dapat dimanipulasi sedangkan pada lift check valve tidak
(karena globe valve adalah jenis valve putar dan control valve).
Port inlet dan outlet dipisahkan oleh sebuah plug berbentuk kerucut yang terletak
pada sebuah dudukan, umumnya berbahan logam. Ketika terjadi foward flow, plug
akan terdorong oleh tekanan cairan sehingga lepas dari dudukannya dan fluida akan
mengalir ke saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi reverse flow, tekanan fluda
justru akan menempatkan plug pada dudukannya, semakin besar tekanan semakin
rapat pula posisi plug pada dudukannya, sehingga fluida tidak dapat mengalir.
Bahan dari dudukan plug adalah logam, hal ini mempertimbangkan tingkat
kebocoran yang sangat sedikit dari check valve tersebut. Umumnya lift check valve
digunakan untuk aplikasi fluida gas karena tingkat kebocoran yang kecil. Penggunaan
check valve tipe lift ini di industri adalah untuk mencegah aliran balik condensate ke
steam trap yang dapat menyebabkan terjadinya korosi pada turbin uap. Keuntungan
menggunakan lift check valve adalah terletak pada kesederhanaan desain dan
membutuhkan sedikit pemeliharaan. Kelemahannya adalah instalasi dari check valve
jenis lift hanya cocok untuk pipa horisontal dengan diameter yang besar.
c. Backwater check valve

Backwater valve, banyak digunakan pada sistem pembuangan air bawah tanah
yang mencegah terjadinya aliran balik dari saluran pembuangan saat terjadi banjir.
Saat banjir saluran pembuangan akan penuh dan bertekanan tinggi sehingga
memungkinkan terjadinya aliran balik, dengan menggunakan back water valve, hal
ini dapat diatasi dengan baik.
d. Swing Type Disk Check Valve

Dalam penggunaan swing check valve dan lift check valve terbatasi hanya untuk
pipa ukuran besar (diameter DN80 atau lebih). jadi  sebagai solusinya adalah dengan
menggunakan Disk check valve. Dengan menggunakan Disk ceck valve dapat
digunakan tubing dengan ukuran yang mengerucut pada satu sisinya sehingga dapat
diaplikasikan pada pipa yang lebih kecil ukurannya.
e. Disk Check valve
Disk Check valve terdiri atas body, spring, spring retainer dan disc. Prinsip
kerjanya adalah saat terjadi foward flow, maka disk akan didorong oleh tekanan fluida
dan mendorong spring sehingga ada celah yang menyebabkan aliran fluida dari inlet
menuju outlet. Sebaliknya apabila terjadi reverse flow, tekanan fluida akan
mendorong disk sehingga menutup aliran fluida.
Perbedaan tekanan diperlukan untuk membuka dan menutup valve jenis ini dan ini
ditentukan oleh jenis spring yang digunakan.
Selain spring standar, tersedia juga beberapa pilihan spring yang tersedia:
 No spring - Digunakan di mana perbedaan tekanan di valve kecil.
 Nimonic spring - Digunakan dalam aplikasi suhu tinggi.
 Heavy duty spring - Hal ini meningkatkan tekanan pembukaan yang diperlukan.
Bila dipasang pada line boiler water feed, dapat digunakan untuk mencegah uap
boiler dari kebanjiran ketika mereka unpressurised.
f. Split disc check valve

Split Disk check valve terdiri dari disk yang bagian tengahnya merupakan poros
yang memungkinkan disk bergerak seolah terbagi dua bila didorong dari arah yang
benar (foward flow) dan menutup rapat bila ditekan dari arah yang salah (reverse
flow).

7. Screwed Down Return Globe Check Valve

Modelnya hampir sama dengan globe valve, bedanya ada tambahan housing /
casing pendukung yang otomatis jika ada media yang mengalir pada valve.
8. Butterfly Valve

Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-valve
yang lain. Butterfly menggunakan plat bundar atau disk yang dioperasikan dengan ankel
untuk posisi membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90°. Disk ini tetap berada
ditengah aliran, dan dihubungkan ke ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan
tertutup, Disk tersebut tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan
saat valve terbuka wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat dapat mengalir
melalui valve.
Batterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure drop) yang
minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan bagus untuk
mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun demikian valve ini
biasanya tidak memiliki kekedapan yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/ sistem
yang memiliki tekanan rendah (low-pressure)

9. Diaphragm Valve

 
Diaphragm valve bisa digunakan untuk mengatur aliran (trhottling) dan bisa juga
digunakan sebagai on/off valve. Diaphgram valve handal dalam penanganan material
kasar seperti fluida yang mengandung pasir, semen, atau lumpur, serta fluida yang
mempunyai sifat korosif.

10. Solenoid Valve


Tipe ini, penggerak buka-tutup valve adalah rangkaian elektro-magnet yang
ditimbulkan oleh kumparan yang dilalui arus listrik.
 
11. Motor operated Valve

Valve tipe ini, batang (stem) valve dihubungkan (joint/couple) dengan penggerak
(aktuator) yang berupa motor listrik. Pada pelaksanaannya, ada yang menggunakan listrik
AC (alternating current = listrik arus bolak-balik) dan ada juga yang menggunakan listrik
DC (direct current = listrik arus searah). 

12. Pinch valve

Pinch valve digunakan untuk menangani fluida yang berlumpur, endapan, dan
yang mempunyai partikel-partikel solid yang banyak serta fluida-fluida yang mempunyai
kecenderungan untuk terjadi kebocoran (leak).

13. Safety/Relief valve

Safety/Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang


lain. Valve ini didisain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di equipment dan
sistem perpipaan. Untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan lebih penting lagi
cedera pada pekerja, relief valve dapat melepas kenaikan tekanan sebelum menjadi lebih
ekstrim.
Relief valve menggunakan pegas baja (lihat gambar di atas ini), yang secara
otomatis akan terbuka jika tekanan mencapai level yang tidak aman. Level tekanan pada
valve ini bisa diatur, sehingga bisa ditentukan pada level tekanan berapa valve ini akan
terbuka. Ketika tekanan kembali normal, relief valve secara otomatis akan tertutup
kembali.
Safety valve  adalah jenis valve  yang mekanismenya  secara otomatis melepaskan
zat dari boiler, Bejana tekan, atau suatu sistem, ketika tekanan atau temperatur melebihi
batas yang telah ditetapkan.
Cara kerja Pressure Safety Valve :
Pressure savety valve mempunyai tiga bagian utama yaitu inlet, outlet dan spring set.
Fluida bertekanan berada pada inlet PSV. PSV posisi menutup selama tekanan fluida
lebih kecil dibandingkan tekanan spring pada spring set. Sebaliknya jika tekanan fluida
lebih tinggi dibandingkan tekanan spring set maka springset akan bergerak naik dan
membuka katup yang akan membuang tekanan melalui outlet sampai tekanan fluida
maksimal sama dengan tekanan spring set.

Control valve adalah valve yang otomatis dapat mengatur aliran dalam sebuah sistem
perpipaan secara presisi. Apa saja Fungsi Control Valve?
Pada control valve umumnya menggunakan jenis globe valve, karena jenis globe valve ini
bisa mengatur dan mengontrol valve, globe juga bisa untuk throttling.
Pada control valve biasanya menggunakan tanda / sinyal dari komponen yang terpasang
di sistem perpipaan untuk kemudian diteruskan kedalam bukaan valve sesuai kebutuhan dari
jumlah alirannya. Control valve juga bisa mengontrol jumlah aliran untuk membatasi tekanan
didalam sebuah sistem perpipaan. 

Satu Set Control Valve

Jika jenis valve lain dipasang sendiri atau tunggal (tidak perlu sistem / unit tambahan)
maka pada control valve harus di susun dengan komponen lain agar lebih optimal dalam
penggunaannya. Hal ini akan sedikit berbeda dalam memasangnya.
Control valve set terdiri dari valve itu sendiri, kemudian ada fitting dan pipa yang
dipasang dipondasi atau platform. Lalu jika ada pertanyaan, kenapa dipasang di pondasi atau
platform? Jawabannya karena control valve nantinya akan butuh untuk maintenance / perawatan,
control valve juga harus mudah untuk dibongkar pasang embali.
Konfigurasi Control valve

Berbicara mengenai konfigurasi dari control valve. Anda bisa melihat gambaran control
valve diatas, control valve biasanya jenis globe valve (terletak di tengah) yang menggunakan
pneumatic atau hydrolic akuator untuk mengatur jumlah flow rate secara otomatis. Lalu apa yang
dimaksud dengan akuator?
Akuator merupakan istilah yang dipakai untuk alat yang mengubah dari aliran baik dari
hidrolik atau pneumatik menjadi sebuah gerakan, dalam hal ini gerakan si valve. Prinsip akuator
berbeda dengan pompa, jika pompa gerakannya mekanik (gerakan motor) menjadi sebuah aliran
fluida, sedangkan akuator merubah aliran fluida menjadi gerakan mekanik. 

BlockValve
Perhatikan gambar diatas lagi, control valve berada di tengah. Sedangkan block valve
berada disamping kanan dan kiri. Block vale berfungsi untuk memblok (menutup) aliran jika
control vale akan di maintenance. Susunan seperti ini juga dikenal dengan istilah DBB, double
block and bleed karena berfungsi untuk memblock aliran.

Bypass system and valve


Bypass valve, salah satu bagian dari control valve juga. Sesuai dengan namanya, sistem
ini untuk membypass aliran sewaktu control valve di maintenance (saat kedua block valve
bekerja, maka aliran akan melalui bypass ini). Bypass terletak disamping dari control valve.
Bypass valve jika dalam kondisi normal akan tertutup. Jika digunakan akan di buka secara
manual. 

Drain System
Drain system berfungsi untuk mengeluarkan aliran fluida yang ada di control valve
sebelum di maintenance. Jadi sebelum control valve ini benar-benar di lepas, maka drain ini
dibuka terlebih dahulu agar sisa fluida yang ada di sekitar control valve langsung jatuh melalui
drain agar tidak berceceran. Drain system ini merupakan fungsi bleed dari istilah DBB tadi, yaitu
mengeluarkan sisa fluida didalam control valve.

Tipe-Tipe Control Valve


 PCV - Pressure Control Valve
 TCV - Temperature Control Valve
 FCV - Flow Control Valve
 LCV - Level Control Valve
 XV - Isolation Control Valve
 XCV - High Pressure Control Valve
boiler dan oxygen plant

Anda mungkin juga menyukai