Shalawat dan salam yang terbingkai do’a semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW, sosok
yang telah mengisfirasi kita tentang bagaimana hidup secara individu, berkeluarga, berbangsa dan
beragama, tanpa ada rasa diskriminasi antara satu dengan lainnya, indah dalam ikatan persaudaraan
dan persatuan antar sesama.
Salam hormat dan tahyat kami persembahkan untuk dewan juri sebagai tim penilai pada acara lomba
hari ini, kita do’akan semoga out put yang kita harapkan dari acara ini tersampaikan adanya, Amin..!
Mungkin Judul Yang coba kami diskusikan Pada Kesempatan Ini adalah “ PERGAULAN DALAM PERSPEKTI
SYARI’AT ISLAM”
Pergaulan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan hubungan dan ikatan dengan pihak lain, baik
secara individu, kelompok dan lingkungan sekitarnya. Pergaulan Islami merupakan daya adaptasi diri
yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalin interaksi sosial dengan orang lain perpola pada norma dan
hukum yang telah diatur didalam Agama Islam.
Hakikat pergaulan adalah fitrah dari kemanusiaan itu sendiri, secara kodrati manusia tidak terlepas dari
interaksi, transaksi dan adabtasi demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan itu manusia
dikenal dengan makhluk HOMO HOMINI LUPUS, ZOON Politiken atau makhluk sosial dimana ia saling
ketergantungan antara satu dengan lainnya. Nah, berangkat dari hipotesa ini dalam konteks internalnya
Islam memberikan acuan tersendiri dalam mengatur Pergaulan itu agar umatnya tidak berhadapan
dengan malapetaka dan kehancuran.
Jawaban dari permasalahan ini saya pernah membaca sebuah hadits dimana ketika Rasulullah
mewasiatka tigal hal kepada Mu’az bin Jabal sebagai syarat menggapai derajat manusia yang seutuhnya,
salah satu diantaranya adalah :
“……ya Mu’az pergaulilah manusia dengan pergaulan yang mulia “ HR. Bukhari
Secara tekstual hadits ini memberikan isyarat universal dalam kalimat “ manusia “ yang funsinya sebagai
objek dan juga kata “ mulia” yang berstatus sebagai sifat. Penyebutan manusia secara umum tentunya
meruntuhkan tembok-tembok perbedaan parsial yang tersemat pada setiap diri manusia, seperti ras,
suku, bangsa dan agama termasuk juga lintas gender antara maskulin dan feminimnya.
Sebagai solusinya mari kita simak ayat syuci berikut ini yang termaktub didalam surah al hujarat ayat 13
sebagai berikut:
Islam memberikan toleransi yang setinggi-tingginya kepada umatnya untuk bergaul antar agama juga
inter agama, pergaulan lintas agama tentunya bisa ditolerir diluar batas aqidah dan keyakinan. ooo kita
ingin membangun kerjasama ekonomi, Ayoooo….bergerak bersama bela Negara siapa takut……ngak ada
salahnya kok, berkolaborasi untuk KAMTIBMAS, mari kita jaga bersama, tapi kalau sudah urusan
keyakinan, ibadah dan aqidah Islam membentangkan benang merah secara tegas “ LAKUM DIINUKUM
WALIYADIN”
Bukti historisnya bisa kita menatap jauh bagaimana strategi ampuh yang dirancang oleh nabi kita
Muhammad SAW dalam meletakkan pondasi Negara madinah, disana Rasul mempersatukan lintas suku
dan agama yang ada dibawah naungan Islam, mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama secara
politis yang diikat dengan sebuah perjanjian bersama yaitu “ KONSTITUSI MADINAH”
Pergaulan yang baik menurut hadits Mu’ad diatas kami coba persempit maknanya dengan mengambil
satu sudut pandang internal yang menyangkut dengan pergaulan antar lawan jenis yang diatur didalam
agama Islam. Interprestasi ini sebuah kenisyayaan yang semestinya harus selalu kita sampaikan kepada
seluruh umat islam, terutama para generasi muda Islam dewasa ini. Secara kasat mata semenjak barat
mulai melakukan gerakan-gerakan yang dikenal dengan “ Perang Pemikiran” alias gerakan cuci otak, juga
trans budaya manipestasi dari alienisasi manusia setengah binatang dilihat dari bentuk pakaian dan
tampilan pisiknya. Maka ada kegelisahan besar yang mestinya kita rasakan, dimana generasi Islam hari
ini terjebak dalam aroma busuk pergaulan ala barat, kabur menentukan tontonan dan tuntunan, gelap
memilih pigur dan teladan, akhirnya petaka itu muncul….apa itu ? pergaulan bebas, sex bebas, kumpul
kebo, zina, LGBT, narkoba dan berbagai macam prilaku menyimpang zaman now terpampang didepan
mata tanpa kita harus berbuat apa.
Rasulullah Bersabda lebih kurang sebagai berikut“ kamu akan mengikuti mereka sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sengkiranya mereka masuk kedalam lubang biawak
sekalipun maka kalian akan menyusul mereka”
Ada keindahan didalam Syari’at yang mulia ini, dengan membawa konsep yang seimbang tanpa melepas
semburat kebebasan dengan menawarkakan jalan keluar yang arif dan bijaksanan. coba kita perhatikan
ketikan Islam melarang zina lalu agama ini mengajurkan nikah sebagai gantinya, tatkala Islam
menharamkan riba Islam menawarkan jual beli sebagai cara yang patut. Tetapi alternative-alternatif
yang ditawarkan Allah ini merasa kalah saing dengan prodak barat meskipun dibalik itu sejuta petaka
mengintip kita.
Rasionalitasnya begini hadirin, kalau boleh saya beranalogi : sengkiranya dibiarkan oleh Allah cara kita
melakukan hubungan lawan jenis berdasarkan semau kita, tentunya kita ambil jalan pintas yang bebas
biaya dan lain-lainnya…betul…tidak, maka sama lah kita seperti lembu, benar tidak ?, karena sapi kalau
mau kawin Embat aja tuh, tanpa wali, tanpa mahar dan no saksi. nah setelah kawin apa yang lahir Pak,
Buk…? lahir anak…..kebetulan anak yang lahir jantan pula, lalu anak ini besar dalam komunitas ibunya
sehingga ia tumbuh menjadi pejantan, saya tanya siapa yang dikawini oleh anak sapi tadi ? pasti semua
betina yang ada dalam kelompok itu termasuk Induk yang telah melahirkannya dan begitulah
seterusnya….lah kalau manusia udah begini mau jadi apa dunia ini.
Islam menutup rapat jalan pergaulan yang membawa kepada kehancuran, karena kita tahu bahwa
setiap sesuatu yang dilarang oleh Allah pasti dibalik itu ada bahaya yang menimpa bagi orang yang
melakukannya dan juga orang-orang disekelilingnya.
Islam melarang melakukan ikhtilath antar lawan jenis, ikhtilat adalah campur baurnya laki-laki dan
perempuan dalam satu majelis yang tidak ada ikatan muhrim. Kalau kita lihat dalam Qanun No. 6 tahun
2014 tentang Hukum Jinayat Ikhtilat adalah perbuatan bermesraan seperti bercumbu, bersentuh-
sentuhan, berpelukan dan berciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri atas dasar
suka sama suka baik ditempat terbuka maupun tertutup.
Ketika lawan jenis ini berada dalam satu tempat tanpa disadari mereka telah melakukan kontak secara
penglihatan dan pembicaraan yang pada saat itu akan membangkitkan rasa suka yang dapat memancing
syahwat, bila tidak terkendali akan mengarahkan kepada kontak pisik, apalagi kalau lawan jenis ini tidak
disertai pihak ketiga bersama mereka atau khalwah tentunya ini akan berpeluang besar untuk
melakukan zina, apabila mereka suka sama suka. Bisa juga pemerkosaan ababila salah satu dari mereka
tidak suka.
Rasul bersabda “ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat
dengan seorang wanita (yang tidak disertai muhrimnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah
syaithan” HR. Ahmad
Sebuah prahara akan hadir dikala jalan-jalan kerusakan terbentang lebar. Bak pepatah arab berkata :
“Awalnya adalah pandangan, lalu senyuman, terus sapaan, berlanjut pada janjian dan akhirnya
pertemuan”
Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga pandangan, menjaga pakaian/penampilan serta menjaga
kemaluan. Tentunya perintah ini untuk menjaga seorang mukmin dari bahaya-bahaya yang timbul ketika
ia bergaul dan berinteraksi dengan orang lain.
Marilah kita perhatikan firman Allah SWT berikut ini yang tertera didalam Surah Annur ayat 30
dilanjutkan surah Al Ahzab ayat 59
“ Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan
menjaga kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha
teliti dengan apa yang mereka kerjakan”
“ Hai nabi katakanlah kepada isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta isteri-isteri orang
beriman hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu
supaya mereka lebih dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun lagi
maha penyayang”
Resume akhir dari diskusi ini adalah, saya mengajak diri saya dan teman-teman generasi agama dan
bangsa:
1. Salah satu keluhuran budi dalam bersosial adalah ketika kita mampu mempergauli manusia
dengan akhlak dan tatakrama yang baik
2. Mengikat pergaulan antar sesama manusia dalam bingkai masyarakat dunia merupakan sutau
sikap yang sangat mulia didalam Islam, selama kerja sama tersebut tidak masuk dalam bidang
aqidah dan ibadah
3. Pergaulan Islami antar berlainan jenis merupakan cara yang sangat efektif menangkal berbagai
macam penyakit social dalam suatu masyarakat, maka didalam pandangan Islam tidak ada yang
namanya Pacaran Islami, pacara Islami baru ada ketika anda telah menikah. Selamat mencoba…!
Wassalamualaikum ……