August Comte atau juga Auguste Comte (Nama lengkap : Isidore Marie Auguste François Xavier Comte,
lahir di Montpellier, Prancis, 17 Januari 1798 - meninggal di Paris, Prancis, 5 September 1857 pada umur
59 tahun dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise.) adalah seorang ilmuwan Perancis yang
dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode
ilmiah dalam ilmu sosial. Istilah “sosiologi” pertama kali digunakan pada tahun 1839 oleh Auguste
Comte. Sebelumnya Comte menggunakan istilah “fisika sosial” yang sudah digunakan oleh Adolphe
Quetelet, ahli matematika dari Belgia, untuk menunjuk studi statistika tentang gejala moral (1836),
sehingga Comte nengubahnya menjadi “sosiologi” untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat
yang baru.
Riwayat Hidup Auguste Comte
Auguste Comte dilahirkan di Montpellier, Prancis tahun 1798, keluarganya beragama khatolik dan
berdarah bangsawan. Dia mendapatkan pendidikan di Ecole Polytechnique di Prancis, namun tidak
sempat menyelesaikan sekolahnya karena banyak ketidakpuasan didalam dirinya, dan sekaligus ia
adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka memberontak. Politeknik École saat itu terkenal dengan
kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1818, politeknik tersebut
ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah
kedokteran di Montpellier
Comte akhirnya memulia karir profesinalnya dengan memberi les privat bidang matematika. Namun
selain matematika ia juga tertarik memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan masyarakat
terutama minat ini tumbuh dengan suburnya setelah ia berteman dengan Saint Simon (Claude Henri de
Rouvroy, Comte de Saint-Simon) yang mempekerjakan Comte sebagai sekretarisnya yang kemudian
membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek.
Kehidupan ekonominya pas-pasan, hampir dapat dipastikan hidup dalam kemiskinan karena ia tidak
pernah dibayar sebagaimana mestinya dalam memberikan les privat, dimana pada waktu itu biaya
pendidikan di Prancis sangat mahal.
Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte dikenal arogan, kejam dan
mudah marah sehingga pada tahun 1826 dia dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur
sebelum sembuh. Kemudian setelah kondisinya distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan kembali apa
yang dulu direncanakannya. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena
alasan yang belum diketahui. Saat-saat diantara pengerjaan kembali rencananya sampai pada
perceraiannya, ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic dalam 6
jilid, dan juga karya besar yang cukup terkenal adalah System of Positive Politics yang merupakan
persembahan Comte bagi pujaan hatinya Clothilde de Vaux, yang begitu banyak mempengaruhi
pemikiran Comte di karya besar keduanya itu. Dan dari karyanya yang satu ini ia mengusulkan adanya
agama humanitas, yang sangat menekankan pentingnya sisi kemanusiaan dalam mencapai suatu
masyarakat positifis.
Sejak tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam hubungan yang tetap platonis.
Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa
dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari "agama kemanusiaan" (religion of
humanity), menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique positive (1851 - 1854).
Comte hidup pada masa akhir revolusi Prancis termasuk didalamnya serangkaian pergolakan yang
tersusun secara berkesinambungan sehingga Comte sangat menekankan arti pentingnya Keteraturan
Sosial. Pada tahun 1857 ia mengakhiri hidupnya dalam kesengsaraan dan kemiskinan namun demikian
namanya tetap kita kenang hingga sekarang karena kegemilangan pikiran serta gagasannya.
Comte dan Positivisme
Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat
merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk
menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum
empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis.
Pendiri filsafat positivis yang sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus
teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami sejarah orang harus mencari hubungan sebab
akibat, hukum-hukum yang menguasai proses perubahan. Simon merumuskan 3 tahap perkembangan
masyarakat yaitu tahap Teologis, (periode feodalisme), tahap metafisis (periode absolutisme) dan tahap
positif yang mendasari masyarakat industri.
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang
merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu
pernyataan yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan.
Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, statika yang dimaksud adalah
kaitan organis antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika adalah urutan
gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah Condorcet).
Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak
dapat digugat.
Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup
3. Metode ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan
metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis
khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai
perkambangan gagasan-gagasan.
Hukum Tiga Tahap Auguste Comte
Comte termasuk pemikir yang digolongkan dalam Positivisme yang memegang teguh bahwa strategi
pembaharuan termasuk dalam masyarakat itu dipercaya dapat dilakukan berdasarkan hukum alam.
Masyarakat positivus percaya bahwa hukum-hukum alam yang mengendalikan manusia dan gejala sosial
dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan sosial dan politik untuk
menyelaraskan institusi-institusi masyarakat dengan hukum-hukum itu.
Comte juga melihat bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan organisasi yang kenyataannya lebih
dari sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung. Dan untuk mengerti kenyataan ini harus
dilakukan suatu metode penelitian empiris, yang dapat meyakinkan kita bahwa masyarakat merupakan
suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.
Untuk itu Comte mengajukan 3 metode penelitian empiris yang biasa juga digunakan oleh bidang-bidang
fisika dan biologi, yaitu pengamatan, dimana dalam metode ini peneliti mengadakan suatu pengamatan
fakta dan mencatatnya dan tentunya tidak semua fakta dicatat, hanya yang dianggap penting saja.
Metode kedua yaitu Eksperimen, metode ini bisa dilakukans ecara terlibat atau pun tidak dan metode ini
memang sulit untuk dilakukan. Metode ketiga yaitu Perbandingan, tentunya metode ini
memperbandingkan satu keadaan dengan keadaan yang lainnya.
Dengan menggunakan metode-metode diatas Comte berusaha merumuskan perkembangan masyarakat
yang bersifat evolusioner menjadi 3 kelompok yaitu,
Tahap Teologis, merupakan periode paling lama dalam sejarah manusia, dan dalam periode ini dibagi
lagi ke dalam 3 subperiode, yaitu Fetisisme, yaitu bentuk pikiran yang dominan dalam masyarakat
primitif, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri.
Politheisme, muncul adanya anggapan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang mengatur kehidupannya
atau gejala alam. Monotheisme, yaitu kepercayaan dewa mulai digantikan dengan yang tunggal, dan
puncaknya ditunjukkan adanya Khatolisisme.
Tahap Metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis ke tahap positif. Tahap ini ditandai oleh
satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dalam akal budi.
Tahap Positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir, tetapi
sekali lagi pengetahuan itu sifatnya sementara dan tidak mutlak, disini menunjukkan bahwa semangat
positivisme yang selalu terbuka secara terus menerus terhadap data baru yang terus mengalami
pembaharuan dan menunjukkan dinamika yang tinggi. Analisa rasional mengenai data empiris akhirnya
akan memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.
Comte mengatakan bahwa disetiap tahapan tentunya akan selalu terjadi suatu konsensus yang
mengarah pada keteraturan sosial, dimana dalam konsensus itu terjadi suatu kesepakatan pandangan
dan kepercayaan bersama, dengan kata lain sutau masyarakat dikatakan telah melampaui suatu tahap
perkembangan diatas apabila seluruh anggotanya telah melakukan hal yang sama sesuai dengan
kesepakatan yang ada, ada suatu kekuatan yang dominan yang menguasai masyarakat yang
mengarahkan masyarakat untuk melakukan konsensus demi tercapainya suatu keteraturan sosial.
Pada tahap teologis, keluarga merupakan satuan sosial yang dominan, dalam tahap metafisik kekuatan
negara-bangsa (yang memunculkan rasa nasionalisme/ kebangsaan) menjadi suatu organisasi yang
dominan. Dalam tahap positif muncul keteraturan sosial ditandai dengan munculnya masyarakat
industri dimana yang dipentingkan disini adalah sisi kemanusiaan. (Pada kesempatan lain Comte
mengusulkan adanya Agama Humanitas untuk menjamin terwujudnya suatu keteraturan sosial dalam
masyarakat positif ini).