Universitas Indonesia Aktivitas Fisik Untuk Mengontrol Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi
Universitas Indonesia Aktivitas Fisik Untuk Mengontrol Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulsi dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tepat pada waktunya. Tujuan
pembuatan KIAN ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah spesial Karya Ilmiah
Akhir Ners. Penulis menyadari dalam penyusunan KIAN ini banyak pihak yang
mendukung. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App. Sc, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Ibu Kuntarti, SKp., M. Biomed, selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
3. Ibu Fajar Tri Waluyanti, M. Kep., Sp. Kep. An., IBLC selaku koordinator mata
ajar KIAN
4. Ibu Ns. Tri Widyastuti, S. Kep selaku pembimbing dalam penyusunan KIAN ini;
5. Ayah (Askar) dan Ibu (Maizatul Askar) yang selalu memberikan dukungan
terutama saat penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Kakak (Rahmi Seprima)
yang memberikan semangat dan saran selama penyusunan proposal ini;
6. Keluarga binaan mahasiswa selama proses penyusunan KIAN ini;
7. Pihak Puskesmas Sukatani yang telah memberikan ijin pelaksanaan praktek di
wilayah binaan puskesmas Sukatani;
8. Dewi Hermawati Resminingayu yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini;
9. Teman-teman satu bimbingan Karya Ilmiah Akhir Ners (Isti, Nahla, Arif, Ziya
dan Kak Hani) yang selalu bersama saling membantu dan berdiskusi dalam
penyelesaian karya ilmiah akhir ini;
10. Teman-teman rekan seperjuangan di Bubu yang telah memberikan dukungan dan
tempat bertanya dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini;
11. Teman-teman kosan CDK yang sudah memberikan dukungan selama penyusunan
KIAN ini;
12. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
yang selalu memberikan dukungan dan masukan selama penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini;
iv
Penulis
Kebisingan, keramaian, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat merupakan kondisi
perkotaan yang menjadi faktor timbulnya berbagai masalah kesehatan perkotaan terutama pada lansia
sebagai agregat rentan salah satunya hipertensi. KIAN ini memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada lansia dengan
hipertensi. Implementasi dilakukan selama 6 minggu. Intervensi yang memiliki pengaruh besar ialah
peningkatan dan penjadwalan aktivitas fisik yaitunya jalan pagi. Hasil evaluasi menunjukkan penurunan
tekanan darah dan keluarga melaporkan telah memberikan dukungan pada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi untuk melaksanakan aktivitas fisik yang telah dijadwalkan sebagai upaya untuk
mencegah kenaikan tekanan darah.
ABSTRACT
Noise, crowd, lack of physical activity and unhealthy diet are the biggest causes of various urban health
problems specifically the elderly as the vulnerable aggregate. One of health problems suffered often by the
elderly in the cities is hypertension. This paper shows the delineation of family nursing done by the family
of Mr. R. of which nursing problem is the ineffectiveness of self-health management for the elderly
suffering from hypertension. The implementation is done based on five family nursing tasks using
cognitive, effective, and psychomotor approaches. The most influential intervention in this research is the
increasing and scheduling of physical activity which is jogging. The evaluation exhibits the decrease of
blood pressure for the targeted elderly. The family reports that they give full support for the family
members suffering from hypertension to do the scheduled physical activity. Such support is an effort to
prevent the increase of blood pressure.
vii
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
viii
5. PENUTUP ........................................................................................................ 51
5.1 Simpulan .............................................................................................. 51
5.2 Saran ..................................................................................................... 52
ix
xi
Bab ini memaparkan latar belakang penyusunan karya ilmiah ini, perumusan
masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.
Kondisi fisik yang semakin menurun, dan ditambah dengan kondisi lingkungan
perkotaan membuat lansia menjadi lebih beresiko terhadap masalah kesehatan
terutama hipertensi. Keramaian dan kepadatan di daerah perkotaan dapat
meningkatkan kejadian stress yang berdampak pada status kesehatan
masyarakatnya (Clark, 2003). Masalah hipertensi merupakan salah satu masalah
penyakit tidak menular yang banyak dialami oleh masyarakat perkotaan.
Sedangkan hipertensi sendiri merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya
kematian karena kardiovaskuler, yaitunya sebanyak 20-50% dari kematian
(Pawar, Bansal, Bradiya, Shaisahv, Patel, Padariya, & Patel, 2004). Kondisi
perkotaan yang penuh dengan polusi udara, kebisingan berhubungan dengan
kejadian penyakit asma, kematian akibat kardiovaskuler, penyakit jantung iskemik
dan gangguan pendengaran (Vlavov, et al. (2007) dalam Allender, Rector &
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.4.2 Pendidikan
Karya ilmiah ini bermanfaat dalam memberikan masukan jenis intervensi yang
dapat dilakukan untuk hipertensi yaitu aktivitas fisik.karya ilmiah ini bisa
Universitas Indonesia
1.4.4 Penelitian
Karya ilmiah ini bermanfaat dalam pengembangan penelitian tentang hipertensi
dengan pendekatan lain. Penelitian selanjutnya juga bisa melihat kefektifan
aktivitas fisik untuk masalah hipertensi pada lansia dengan metode penelitian lain.
Universitas Indonesia
Landasan teori pada bab ini akan menguraikan konsep-konsep yang menjadi dasar
pada kasus yang angkat. Uraian konsep yang ada dalam landasan teori ini antara
lain mencakup keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, lansia sebagai
kelompok atau agregat rentan, hipertensi, faktor-faktor kejadian hipertensi pada
lansia, intervensi keperawatan keluarga untuk masalah hipertensi, manfaat
aktivitas dalam mengontrol hipertensi.
8 Universitas Indonesia
seperti ini menjadi salah satu faktor tingginya tingkat stress di perkotaan.
Meskipun, pada dasarnya kedua daerah baik di perkotaan meskipun pedesaan
memiliki resiko yang sama terhadap stress. Faktor stress di pedesaan
seperti,masalah finansial, musim yang tidak diinginkan menyebabkan adanya
konflik internal, bunuh diri, kekerasaan dan lain-lainnya. Sedangkan penyebab
meningkatnya stress pada perkotaan adalah meningkatnya kebisingan,
kriminalitas, dan kepadatan penduduk yang terlalu parah (Clark, 2003).
Universitas Indonesia
Ketergantungan pada rokok dan alkohol juga banyak muncul di perkotaan sebagi
salah satu akibat dari kehidupan yang tidak layak dari segiekonomi dan sosial.
WHO (2003) mengungkapkan bahwa semakin rendah kondisi sosialekonomi
seseorang semakin tinggi ketergantungannya pada rokok, alkohol dan obat-
obatan. Sementara itu ketergantungan pada tiga hal ini dapat memicu terjadinya
masalah kardiovaskuler salah satunya hipertensi (Touhy & Jett, 2010).
Gaya hidup yang tidak sehat, kebisingan, keramaian dan tingginya tingkat stress
menjadi penyebab utama beberapa masalah kesehatan di perkotaan. Adanya
polusi udara, kebisingan, keramaian dan tingkat stress ini meningkatkan kejadian
asma, penyakit kardiovaskuler, hipertensi di perkotaan (Allender, Rector &
Warner, 2014).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga dengan tahap perkembangan keluarga dengan lansia atau masa pensiun
memiliki enam tugas perkembangan (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Tugas
perkembangan pertama adalah mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan. Individu pada setiap tahap perkembangannya membutuhkan
pengaturan hidup yang memuaskan. Pengaturan hidup ini mementukan
kesejahteraan dan kepuasaan seseorang terhadap hidupnya. Lansia rentan sekali
mengalami banyak perubahan dalam kehidupannya seperti masa pensiun,
perpindahan domisili, penurunan kemampuan fisik, perubahan pada finansial dan
perubahan ddalam keluarga sendiri seperti kehilangan pasangan. Kondisi yang
berubah-ubah ini membuat lansia harus melakukan penyesuaian dan pengaturan
hidupnya sesuai kondisi yang dialaminya. Beberapa lansia yang dapat
mempertahankan kemandiriannya memilih tinggal sendiri, namun beberapa ada
yang memutuskan tinggal dengan anak atau anggota keluarga yang lain dan
beberapa ada yang memilih tinggal di panti.
Universitas Indonesia
penikahan yang nyaman dan saling menyayangi. Hal ini karena kondisi
pernikahan dapat berpengaruh pada moral dan aktivitas kedua pasangan lansia.
Universitas Indonesia
perubahan fisik yang dialami seiring bertambahnya usia dan melakukan persiapan
seperti lebih meningkatkan kegiatan yang bersifat ibadah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain aktivitas fisik yang menurun masalah penurunan intake nutrisi yang
seimbang juga terjadi pada lansia. Lansia mengalami penurunan dalam
mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan makanan cemilan. Di Australia
hanya sekitas 10% dari lansia laki-laki dan 17% lansia perempuan yang
mengonsumsi sayur-sayuran sesuai sajian sayuran yang seharusnya bagi lansia
sedangkan makanan cemilan memang sedikit umum untuk lansia, namun makan
cemilan yang saat ini banyak dikonsumsi lansia adalah makanan cepat saji
(Hector, Espinel, & King, 2012). Sementara itu masalah diabetes, dislipidemia,
merikok merupakan faktor resiko timbulnya masalah-masalah kardiovaskuler
(Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston & Lyons, 2004) Kebiasaan lansia yang
cenderung kurang memperhatikan kanduangan gizi makanan dan lebih banyak
mengonsumsi makanan instan dapat menjadi salah satu faktor meningkatnya
masalah hipertensi pada lansia.
Aktivitas fisik untuk lansia harus disesuaikan dengan kemampuan lansia dan
mempertimbangkan komplikasi dari setiap aktivtas fisik yang disarankan.
Menurut Canadian Society for Exercise Physiology (2012) jenis aktivitas fisik
yang baik untuk lansia adalah sebagai berikut: (1) aktivitas memperkuat tulang
seperti latihan beban, jogging, aktivitas berkebun yang berat, lari, melompat,
bulu tangkis, mengangkat, dan membawa benda; (2) aktivitas fisik dengan
intensitas sedang seperti olahraga lari atau lari cepat (3 mil per jam atau lebih
tapi bukan lomba lari), aerobic air, bersepeda dengan kecepatan kurang dari 10
mil per jam, tenis, dansa, dan berkebun yang sedang; (3) aktivitas fisik dengan
intensitas yang berat seperti, berjalan cepat untuk olahraga, renang cepat, dansa
yang cepat, berjalan dengan sebuah backpack, dan aktivitas berkebun yang berat
seperti mencangkul dan menggali, (4) aktivitas memperkuat otot seperti, angkat
beban, latihan push up, sit up dan aktivitas berkebun yang berat seperti menggali.
Universitas Indonesia
Masalah kesehatan jiwa juga kerap muncul pada lansia. berbagai pengalaman
hidup yang traumatis seperti kehilangan pasangan, pensiun, dan penurunan fungsi
tubuh bisa menjadi faktor yang membuat lansia mengalami stress. Selain itu
masalah penurunan kognitif juga membaut lansia rentan terhadap masalah mental
(Stanhope & Lancaster, 2004). Pengalaman kehilangan pasangan menjadi faktor
paling berpengaruh terhadap masalah mental lansia terutama lansia wanita.
Perubahan yang terjadi pada lansia ini menyebabkan lansia sangat beresiko
terhadap hipertensi. Masalah hipertensi sudah menjadi umum di lansia, di
Amerika lebih dari 50% dewasa yang berusia 60 tahun ke atas mengalami
hipertensi (Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston & Lyons, 2004)
Universitas Indonesia
masyarakat, dan sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga yang terdiri dri
pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran formal
maupun oinformal, nilai dan norma keluarga , (5) fungsi keluarga yang meliputi
fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stress dan
koping keluarga terkait stresso jangka panjang dan pendek, serta kekuatan
keluarga, respon keluarga terhadap stress, strategi koping yang digunakan, dan
strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
setiap anggota keluarga, aspek pemeriksaan fisik yang dialkukan adalah tanda-
tanda vital, status nutrisi dan pemeriksaan head to toe, (8) harapan keluarga
terhadap masalah kesehatan keluarga dan terhadap petugas kesehatan yang
datang.
Pengkajian terhadap tanda gejala hipertensi yang lain juga perlu dilakukan.
Adapun tanda dan gejala hipertensi yang dikeluhkan adalah seperti pusing, sakit
kepala berat ditengkuk, palpitasi, mudah lelah, nyeri dada, mata berkunang-
kunang dan telinga berdengung (Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston & Lyons,
2004). Akan tetapi banyak masalah hipertensi baru diketahui setelah menngikuti
pemeriksaan terkait masalah kesehatan yang lain, hal ini karena banyak lansia
tidak merasakan tanda dan gejala hipertensi (Touhy & Jett, 2010).
Universitas Indonesia
Pengkajian lain yang perlu dilakukan terkait masalah hipertensi pada lansia adalah
terkait faktor resiko hipertensi yang mungkin dimiliki keluarga. Faktor resiko
yang hipertensi di antaranya usia di atas 55 tahun bagi laki-laki dan usia di atas 65
tahun bagi wanita, obesitas yang dikaji menggunakan pengukuran indeks masa
tubuh, merokok, konsumsi kopi, minuman beralkohol, konsumsi makanan tinggi
natrium, konsumsi makanan berlemak dan kolesterol, aktivitas fisik dan olahraga
serta penyakit lain yang menyertai seperti diabetes, penyakit ginjal (Touhy & Jett,
2010). Faktor resiko lain yang juga penting untuk dikaji adalah mengenai masalah
psikologis yaitu stress dan koping. Perawat perlu mengkaji apakah lansia
mengalami stress psikologis di rumah seperti adanya pengabaia, peyalahgunaan
atapun kekerasaan. Selain hal di atas faktor pemicu stress lain seperti masalah
finansial, atau masalah lain yang mungkin menjadi faktor pemicu stress pada
lansia.
Universitas Indonesia
pelaksanaan tugas perawatan oleh keluarga ini penting dilakukan untuk melihat
sejauh mana tindakan dan kemapuan yang dimiliki keluarga untuk menyelesaikan
amsalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.
Universitas Indonesia
2.3.3 Skoring
Skoring masalah bertujuan untuk menentukan prioritas masalah. Skoring keluarga
dilakukan bersama dengan keluarga yang dibina. Menurut Friedman, Bowden &
Jones (2003) penentuan skoring dapat ditentukan melalu empat komponen.
Tabel. 2.2 Skoring Masalah Keperawatan Keluarga
NO Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Aktual (tidak/kurang sehat) 3
Ancaman kesehatan atau resiko 2 1
Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah untuk diubah
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi 3
Sedang 2 1
Rendah 1
Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus ssegera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0
Sumber: Friedman, Bowden & Jones, Bowden & Jones, 2003
Cara menetukan besar skor dengan rumus berikut:
Skor : Skor x Bobot
Angka Tertinggi
Semakin besar hasil yang didapatkan maka semakin menjadi priotitas masalah
tersebut. Penentuan skoring keluarga dilakukan bersama keluarga agar skoring
yang dilakukan tidak berdasarkan subjektif perawat saja.
Universitas Indonesia
Kriteria pertama yang menjadi poin dalam melakukan skoring adalah sifat
masalah. Sifat masalah dapat ditentukan dengan melihat masalah yang ditemukan
berisfat aktual atau sudah terjadi, resiko atau ada kemungkinan akan terjadi dan
potensial atau keluarga dalam kondisi sehat dan berpotensial untuk ditingkatkan.
Bobot tertinggi adalah masalah yang aktual karena harus segera ditangani.
Faktor kedua adalah kemungkinan untuk diubah. Untuk menentukan skoring apda
poin ini perawat dan keluarga perlu menganalisa faktor pendukung untuk
mengubah seperti tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga, kondisi
pengetahuan keluarga, kondisi fisik klien yang mengalami masalah, dan keinginan
keluarga untuk menangani masalah. Selain terkait keluarga sumber daya perawat
juga harus diperhatikan baik itu dalam hal pengetahuan, keterampilan dan waktu,
sumber daya fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.
Universitas Indonesia
penetapan tujuan umum, tujuan khusus intervensi keperawatan, kriteria hasil, dan
rencana tindakan.
Universitas Indonesia
Perawatan yang dapat diberikan untuk menangani mesalah hipertensi terdapat dua
cara yaitu farmakologi dan nonfarmakologi (Ham, Sloane, Bernard, & Flaherly,
2007). Cara farmakologi dengan menggunakan terapi obat-obatan anti hipertensi.
Peran perawat dalam upaya ini adalah memberikan informasi kepada keluarga
tentang cara mengonsumsi obat dengan 6 benar dan juga menjelaskan indikasi dan
efek samping obat yang dikonsumsi.
Universitas Indonesia
Perawatan kedua yang dapat dilakuan dengan cara melakukan diet rendah natrium
(Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston & Lyons, 2004). Lansia mengalami
penurunan dalam fungsi indra perasa sehingga sensitifitas terhadap rasa asin pun
berkurang. Sedangkan konsumsi natrium yang tinggi dapat meningktakan tekanan
darah, sehingga dengan mengurangi konsumsinya dapat menurunkan tekanan
darah lansia. Batasan penggunaan garam yang direkomendasikan tidak lebih dari
2,4 g dari natrium atau 6 gram natrium clorida setiap harinya (Ham, Sloane,
Bernard, & Flaherly, 2007) . Cara perawatan ini dapat menurunkan tekanan darah
2-8 mmHg (Ham, Sloane, Bernard, & Flaherly, 2007)
Cara perawatan ketiga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan diet
DASH. Diet DASH merupakan pola makan dengan meningkatkan konsumsi
buah-buahan, sayuran dan tinggi serat, tetapi rendah lemak (Ham, Sloane,
Bernard, & Flaherly, 2007). Upaya ini dapat menurunkan tekanan darah 8-14
mmHg (Ham, Sloane, Bernard, & Flaherly, 2007). Perawatan lainnya yang dapat
dilakukan yaitu dengan mengurangi konsumsi alkohol (Landefeld, Palmer,
Johnson, Johnston & Lyons, 2004). Konsumsi alkohol yang dibatasi tidak lebih 3
gelas per hari unutk laki-laki dan 2 gelas untuk wanita dapat menurunkan tekanan
darah 2-4 mHg. Perawatan lain yang dapat diaplikasikan untuk menurunkan
tekanan darah adalah dengan mengurangi atau menghentikan konsumsi rokok.
Universitas Indonesia
Penurunan aktivitas fisik lansia dapat berdampak negatif bagi kesehatan karena
aktivitas fisik memiliki banyak manfaat untuk mempertahankan status kesehatan.
Aktivitas fisik memiliki nbanyak manfaat untuk menangani maslaah kesehatan
sepeti mengurangi jumlah lemak total pada klien dengan obesitas, meningkatkan
sensitifitas insulin dan toleransi glukosa, menurunkan kematian setelah terjadinya
miokardial infark, mengurangi resiko stroke iskemik, menghambat atau menunda
penurunan densitas mineral tulang, mencegah kekakuan sendi dan menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston &
Lyons, 2004).
Universitas Indonesia
Penelitian Fagard dan Tripton (1994, dalam Edelman dan Mandle, 2006)
menunjukkan bahwa olahraga latihan daya tahan dapat menurunkan tekanan
darah istirahat rata-rata sebesar 7 sampai 10 mmHg pada kedua sistolik maupun
diastolic.
Selain berpengaruh pada kesehatan fisik aktivitas fisikpun memiliki fungsi dan
peranan yang baik untuk mengurangi masalah kesehatan mental atau masalah
psikologis pada lansia (Pakkala, Read, Hirvensalo,Lintunen & Rantanen, 2008).
Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik seperti olahraga juga dapat menjadi
sarana hiburan bagi lansia. Kondisi psikologis yang tenang, bahagia dan gembira
ini dapat mencegah lansia dari kondisi stress yang dapat memicu naiknya tekanan
darah.
Olahraga atau aktivitas fisik bagi lansia disesuaikan dengan kemampuan dari
lansia. Lama waktu yang disarankan bagi lansia adalah 5 sampai 10 menit yang
dilakukan dalam beberapa waktu dalam sehari, namun jika lansia mampu makan
periode 30 menit dapat dilakukan secara bertahap (Landefeld, Palmer, Johnson,
Universitas Indonesia
Johnston & Lyons, 2004). Jenis olahraga bagi lansia pun disesuaikan dengan
kondisi kesehatannya (Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston & Lyons, 2004).
Lansia yang mengalami keterbatasan yang tampak dapat melakukan aktivitas
fisik dengan duduk, rentang pergerakan sendi aktif dan pasif, menjalankan sendiri
kursi roda, atau olahraga dengan menggunakan ektremitas atas dengan durasi
waktu yang disarankan adalah 5 – 10 menit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
subjektif dan objektif klien. Perencanaan adalah intervensi atau tindakan yang
akan dilaksanakan yang didasarkan perkembangan atau hasil yang terlihat di
respon subjektif, objektif, dan analisis.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini memparkan tentang laporan kasus kelolaan utama yang teriri dari
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Keluarga Bapak R menganut agama Islam dan juga melaksanakan ibadah sesuai
ajaran agama. Nenek G dan Ibu M juga aktif di kelompok pengajian. Keluarga
Bapak R merupakan suku Betawi. Menurut Ibu M dalam sukunya tidak ada
pantangan dalam hal kesehatan terutama dalam hal makan. Makan seadanya saja.
Sehari – hari keluarga menggunakan bahasa betawi dan bahasa indonesia. Nenek
G juga tidak terlalu senang meminum jamu.
Keluarga Bapak R merupakan keluarga yang termasuk keluarga dengan status
ekonomi menengah ke bawah dengan penghasilan keluarga lebih kurang dari Rp.
2.000.000,-/bulan. Bapak R bekerja sebagai buruh pabrik di daerah Kabupaten
Bogor. Ibu M mengatakan dengan penghasilan yang diperoleh, cukup untuk
makanan sehari-hari bagi keluarga dan kebutuhan unutuk biaya pendidikan anak-
anaknya. Sebelumnya ibu M juga bekerja di pabrik, namun saat ini Ibu M sudah
tidak bekerja karena harus merawat nenek G dan juga anak keduanya yang masih
SD.
Tugas perkembangan kelaurga yang telah terselesaikan adalah mempersiapkan
kehilangan, dan tugas perkembangan keluarga yang belum selesai adalah
mempersiapkan kematian. Memelihara hubungan antar generasi juga dapat
dipertehankan oleh nenek G saat ini nenek G masih senang berkunjung ke rumah
32 Universitas Indonesia
adik-adiknya kalau tidak nenek G lah yang dikunjungi oleh adik-adiknya terutama
yang tinggal di sekitar lingkungan rumahnya.
Universitas Indonesia
mendapatkan informasi kesehatan dari anjuran dokter saja. Ibu M juga saat ini
sudah lebih fokus merawat nenek G karena sudah berhenti bekerja.
Nenek G mengatakan saat ini tidak ada hal yang terlalu dipikirkan olehnya. Ia
merasa hidupnya sudah tenang dan nyaman. Namun terkadang nenek G teringat
dengan adiknya yang paling bungsu yang meninggal karena stroke. Adik
bungsunya sangat dekat dengan nenek G sebelumnya, hal ini lah mengapa selalu
merasa sedih jika teringat dengan almarhum adiknya. Nenek G sehari-hari lebih
banyak menghabiskan waktu dengan aktivitas duduk, karena saat ini sudah tidak
diijinkan lagi melakukan aktivitas yang berat oleh ibu M. Nenek G juga
mengatakan ia tidak pernah berolahraga karena tidak ada yang mengajak. Selain
itu kegiatan senam yang ada di lingkungan RT 1 lebih banyak diiukuti dewasa
muda.
Rencana intervensi ini terdiri dari lima tujuan khusus. Tujuan khusus pertama
yaitu setelah dilakukan kunjungan selama 1x60 menit keluarga mampu mengenal
masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan definisi hipertensi, menyebutkan
Universitas Indonesia
Tujuan khusus ketiga adalah setelah dilakukan intervensi 3 x45 menit keluarga
mampu melakukan perawatan bagi anggota keluarga yang mengalami hipertensi,
dengan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 macam-macam perawatan bagi
penderita hipertensi (diet hipertensi, diet rendah garam, kompres hangat, tarik
napas dalam, dan olahraga), dan dengan mempraktekkan kembali 3 dari 5
perawatan untuk anngota keluarga dengan hipertensi. Tujuan khusus keempat
adalah setelah 1x45 menit keluarga mampu meodifikasi lingkungan yang kondusif
dan baik bagi penderita hipertensi dengan mampu menyebutkan kembali 2
lingkungan yang baik untuk penderita hipertensi dan dapat melakukan modifikasi
di rumah, dan keluarga dapat menyebutkan kembali 3 dari 4 modifikasi perilaku
untuk anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Tujuan khusus yang kelima
adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x45 menit keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, dengan menyebutka 3 dari 4 fasilitas
kesehatan yang tersedia dan menyebutkan 1 dari 2 manfaat fasilitas kesehatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penurunan tekanan darah yang signifikan pada nenek G tampak setelah dilakukan
intervensi aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dipilih dan dilakukan oleh nenek G
adalah jalan pagi selama 20-30 menit sehari dengan mengeliling gang rumahnya.
Aktivitas fisik seperti ini dapat memicu kerja jantung dan menurunkan tekanan
darah pada saat istirahat. Seluruh intervensi dilakukan untuk mencapati tujuan
khusus dan umum yang telah ditetapkan pada saat perencanaan. Ketercapaian ini
dapat dilihat dari hasil evaluasi.
Evaluasi SOAP didapatkan data Nenek G data nenek G dan ibu M mengatakan
bahwa darah tinggi adalah jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Klien dan
keluarga mengatakan bahwa darah tinggi bisa terjadi karena terlalu banyak
Universitas Indonesia
memakan makanan asin dan konsumsi garam, terlalu banyak memakan makanan
yang berlemak, karena keturunan, dank arena usia. Keluarga juga mengatakan
biasanya kalau darah tinggi, akan mengeluh pusing, leher sakit, telinga
berdengung dan mudah lelah. Keluarga mengatakan jika masalah hipertensi tidak
ditangani maka akan berakibat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan
kematian. Keluarga mengatakan selama ini telah mencoba merawat nenek G dan
mengatakan ingin merawat nenek G dengan lebih baik lagi.
Nenek G mengatakan jika teringat pada adiknya dan banyak pikiran ia bisa
melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk menengangkan diri, karena ia
merasa lebih tenang setalah melakukan napas dalam. Ibu M mengatakan makanan
yang dianjurkan untuk nenek G adalah tidak banyak lemak seperti tempe, tahu,
nasi, ayam tanpa kulit, telur. Ibu M mengatakan makanan yang sebaiknya dibatasi
untuk nenek G adalah makanan yang mengandung lemak, seperti daging sapi,
daging ayam dengan kulit, kuning telur. Selain itu makanan yang asin seperti
konsumsi garam, ikan asin, ikan laut juga sebaiknya dibatasi. Ibu M mengatakan
yang sebaiknya dihindari adalah daging kambing, jeroan, durian, kopi, dan
minuman bersoda.
Universitas Indonesia
Ibu M mengatakan lingkungan yang baik untuk nenek G adalah lingkungan yang
tenang tidak berisik, kemudian lingkungan yang aman yang tidak licin, dan
terang. Ibu M juga mengatakan sebaiknya kamar nenek G lebih dekat ke kamar
mandi. Ibu M mengatakan manfaat fasilitas keshatan adalah agar tahu bahgaimana
kondisi kesehatan nenek G apakah tekanan darahnya dalam keadaan tinggi atau
idak, dan jika tinggi langsung ditangani. Ibu M mengatakan biasanya ia
mengunjungi klinik dokter jika nenek G mengeluh pusing, namun sekarang Ibu M
juga ingin rutin membawa nenek G ke Posbindu untuk diketahui tekanan
darahnya setiap bulan.
Hasil observasi selama melakukan intervensi, tujuan khusus yang terdapat pada
rencana tercapai. Hal ini dibuktikan dengan keluarga mampu mendemonstrasikan
kembali cara-cara perawatan yang diajarkan, seperti menakar garam, teknik
relaksasi napas dalam, kompres hangat, dan mampu menyusun menu makan
sehari untuk nenek G. Pada kunjungan mendadak yang dilakukan, nenek G
sedang makan bersama keluarga, saat ini menu makan nenek G adalah tempe
goreng dan sayur sop. Perawat tidak mencicipi masakan namun, menu makan
nenek G memang berbeda dari anggota keluarga yang lain kecuali sayur sopnya.
Universitas Indonesia
Evaluasi sumatif untuk keluarga didasarkan pada lima tugas perawatan kesehatan
keluarga. Hasilnya keluarga dapat menyebutkan kembali definisi dari hipertensi,
menyebutkan klasifikasi hipertensi, menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala
hipertensi, menyabutkan 4 dari 6 penyebab hipertensi, menyebutkan 4 dari 5
akibat hipertensi. Keluarga juga sudah melakukan perawatan untuk nenek G yang
mengalami hipertensi. Kemudian keluarga juga mampu menyebutkan 5 cara
perawatan untuk nenek G, serta mendemostrasikan kembali cara teknik relaksasi
napas dalam, kompres hangat, dan senam pergerakan sendi aktif. Keluarga juga
mampu menyebutkan kembali menu makan yang baik bagi penderita hipertensi.
Keluarga juga mampu menyebutkan lingkungan yang baik untuk penderita
hipertensi, dan menyebutka 2 dari 4 fasliltas kesehatan yang akan dimanfaatkan
dan manfaat dari failitas kesehatan tersebut.
Universitas Indonesia
Bab ini menggambarkan tentang profil lahan praktek dan analisis situasi praktek
dihububungkan dengan penelitian. Adapun hal yang akan dianalisis adalah profil
lahan praktek, analisis masalah keperawatan denhan konsep penelitian terkait,
analisis intervensi aktiivtas fisik untuk menurunkan tekanan darah, dan alternatif
pemecahan.
Kelurahan Sukatani terdiri dai 26 Rukun Warga atau RW. Setiap RW teridiri dari
6 sampai 12 Rukun Tetangga. RW 22 termasuk salah satu rukun warga yang
tergolong luas yang terdiri dari 11 Rukun Tangga yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06,
07 , 08 , 09, 10, dan 11. RW 22 Sukatani terletak di antara RW 01 dan RW 02.
Jumlah lansia di RW 22 berjumlah 45 orang. Berdasarkan jenis kelamin lansia di
RW 22 terdiri dari 78,8% perempuan dan 21,2% laki-laki. Pelayanan kesehatan
yang terdapat di sekitar RW 22 adalah dua klinik dokter, posbindu, bidan dan
posyandu. Jarak puskesmas dengan RW 22 sendiri lumayan jauh lebih dari 500
meter.
42 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
di kota besar (Moudon, 2009 dalam Allender, Rector & Warner, 2014). Gaya
hidup yang santai dan aktivitas fisik yang kurang juga banyak dialami oleh lansia
di perkotaan (Espinel, King, & Hector, 2012).
Faktor resiko hipertensi yang dialami oleh nenek G yang tampak adalah
kurangnya aktivitas fisik yang dialkukan sehari-hari. Hal ini sebanding dengan
psurvei WHO (2003) yang menunjukkan bahwa 60-85% penduduk lanjut usia di
dunia tergolong kurang aktif (Lee, Arthur & Avis, 2008). Hal ini juga sebanding
dengan survey CDC yang ditemukan bahwa 16,7% dewasa berusia 45-64 tahun,
dan 23,1% dewasa berusia 65-74 tahun dan 35,9% lansia berusia di atas 75 tahun
tergolong tidak aktif. Masalah menurunnya aktivitas fisik memiliki dampak
negative bagi kesehatan fisik lansia. Penelitan Tambunan (2008) menunjukkan
bahwa individu yang memiliki aktivitas fisik yang rendah memiliki 4 kali lebih
beresiko terhadap hipertensi dibanding indivisu yang memiliki tingkat aktivitas
fisik tinggi.
Konsumsi makanan yang rendah serat, tinggi garam, makanan cepat saji dan
berlemak bisa menjadi faktor lain terjadinya hipertensi pada lansia. pada klien
kelolaan kebiasaan seperti ini dilakukannya sebelum mengetahui dirinya
mengalami hipertensi. Hal ini sebanding dengan penelitian Espinel, King, dan
Hector (2012) yang mengungkapkan bahwa di Australia hanya sekitas 10% dari
lansia laki-laki dan 17% lansia perempuan yang mengonsumsi sayur-sayuran
sesuai sajian sayuran yang seharusnya bagi lansia dan makanan cemilan memang
sedikit umum untuk lansia, namun makan cemilan yang saat ini banyak
dikonsumsi lansia adalah makanan cepat saji dan (Hector, Espinel, & King, 2012).
Hal ini sebanding dengan survey WHO (2003) yang menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan antara jumlah suplai buah dan sayuran dengan jumlah
kematian karena penyakit atau masalah jantung,
Universitas Indonesia
hipertensi dan sebanyak 63,6% lansia tidak melakukan perawatan dan pencegahan
hipertensi bagi keluarganya. Hal ini menunjukkan angka yang tinggi yang
menunjukkan perlunya dilakukan intervensi terhadap masalah hipertensi di
lingkungan RW 22. Oleh karena itu perawat komunitas memiliki peranan penting
dalam upaya penanganan masalah hipertensi ini. Upaya yang dilakukan dengan
pendekatan intervensi pada keluara dengan meningkatkan pengetahuan keluarga
terhadap hipertensi dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat lansia
dengan hipertensi, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan. Upaya ini perlu dilakukan untuk meningkatkan taraf kesehatan
masyrakat dan menurunkan kejadian hipertensi di RW 22.
Universitas Indonesia
bagi lansia yang sehat, namun juga bagi lansia yang memiliki masalah kesehatan,
beberapa penelitian menemukan bahwa aktivitas fisik meningkatkan kesehatan
pada mereka yang memiliki penyakit kronis dan bagi yang mengalami gangguan
fungsional (Fahlman, et al., 2007, Ferruci & SImmonick, 2006 dalam Touhy &
Jett, 2010).
Aktivitas fisik yang dipilih oleh nenek G adalah berjalan kaki karena nenek G
merasa lebih mudah unutk dijalankan. Hal ini sebanding dengan penelitian Sims,
et al. (2007) yang menunjukkan bahwa pada umumnya lansia di Victoria,
Australia mayoritas melakukan aktivitas berjalan sebagai salah satu aktivitas fisik
yang dilakukannya. Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston dan Lyons (2004)
mengungkapkan bahwa aktivitas fisik seperti olahraga mampu menurunkan
tekanan darah istirahat pada klien dengan hipertensi. Jenis kegiatan olahraga yang
disarankan sesuai dengan saran dari American College of Sport (1998, dalam
Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston & Lyons 2004) bahwa jenis olahraga yang
disarankan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang pergerakan otot luas
dinamis. Hal ini juga sesuai dengan aktivitas fisik yang disarankan oleh
Canadian Society for Exercise Physiology (2012) yaitu aktivitas memperkuat
tulang seperti latihan beban, jogging, aktivitas berkebun yang berat, lari,
melompat, bulu tangkis, mengangkat, dan membawa benda.
Universitas Indonesia
Aktivitas fisik yang perawat jadwalkan dengan keluarga adalah berjalan kaki
setiap pagi mengelilingi gang rumah. Berdasarkan pernyataan dari nenek G
biasanya ia berjalan kaki sekeliling rumah sebanyak 3-5 kali putaran yaitu sekitar
600-800 meter. Biasanya nenek G melakukan kegiatan ini selama 25- 30 menit.
Hal ini hampir sesuai dengan Landefeld, Palmer, Johnson, Johnston dan Lyons
(2004) yang menujukkan bahwa olahraga berjalan kaki yang disarankan bagi
lansia yang memiliki masalah kesehatan adalah 248 meter dalam 6 menit. Hal ini
juga sesuai dengan Pender (1996) yang mengatakan bahwa Healthy People 2000
menargetkan setidaknya 20% usia dewasa hendaknya berpartisipasi dalam
aktivitas fisik ringan sampai sedang yang dilakukan setidaknya 20 menit setiap
tiga kali seminggu.
Universitas Indonesia
keluarga juga berperan untuk memberikan motivasi dan menjadi pengingat bagi
lansia untuk melaksanakan aktiivtas fisik seperti yang telah dijadwalkan.
Dukungan yang bersifat emosional yang diberikan keluarga pada lansia yang
mengalami hipertensi lebih efektif 6,16 kali dibanding keluarga yang dukungan
emosionalnya tidak efektif (Herlinah, 2011). Selain itu dukungan penghargaan
juga diperlukan lansia, lansia yang mendatkan dukungan penghargaan dari
keluarga memiliki peluang berperilaku baik 4,392 kali dibanding keluarga yang
dukungan penghargaannya tidak efektif (Herlinah, 2011). Oleh karena itu peranan
keluarga sangat penting dalam meningkatkan upaya pencegahan hipertensi pada
lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk itu, peranan perawat komunitas sangat penting dalam hal ini. Perawat
komunitas bisa melaksanakan pembinaan kader, dan juga pembinaan kelompok
lansia. Apabila seluruh lapisan masyarakat mulai dari untui terkecil yaitu individu,
keluarga sampai komunitas memahami dengan baik maslaah hipertensi dan cara
perawatannya maka tidaklah sulit untuk menekan angka kejadian hipertensi di
perkotaan.
Universitas Indonesia
Bab ini memaparkan tentang simpulan penulisan dan saran untuk penulisan.
5.1 Simpulan
Kesehatan perkotaan merupakan sorotan maslaah kesehatan yang penting bagi
tenaga medis saat ini terutama perawat. Hal ini karena persebaran penduduk saat
ini menunjukkan kepadatan penduduk di perkotaan meningkat dari tahun ke
tahun. Peningkatan ini tentu harus didukung upaya peningkatan kesehatan bagi
setiap penduduknya.
51 Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Pelayanan Kesehatan
Upaya peningkatan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari peranan pemerintash
sebagai pembentuk dan pengawas keputusan dan program. Oleh karena itu untuk
mengurangi prevalesi kejadian hipertensi pada lansia, pemerintah seperti dinas
kesehatan hendaknya memaksimalkan dan meningkatkan program pelayanan
kesehatan untuk lansia. Karya ilmiah ini diharapkan untuk menjadi dasar untuk
pengembangan program untuk memfasilitasi peningkatan aktivitas fisik lansia.
5.2.3. Keluarga
Keluarga diharapkan dapat mempertahankan pola perawatan yang telah dilakukan
pada nklien. Keluarga juga diharapkan bisa rutin memeriksakan lansia ke
pelayanan kesehatan baik itu posbindu, puskesmas, atau klinik dokter. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui perkembangan maslaah hipertensi dari nenek G dan
keluarga dapat mengontrol tekanan darah nenek G agar tidak terjadi komplikasi
dari masalah ini. Keluarga diharapkan dapat mempertahankan perilaku yang baik
untuk mengontrol tekanan darah terutama aktivitas fisik sesuai jadwal.
Universitas Indonesia
5.2.4 Masyarakat/Kader
Masyarakat terutama kader merupakan unit pemberi asuhan pertama setelah
keluarga. Oleh karena itu masyarakat terutama kader diharapkan bisa melakukan
kunjungan rutin pada keluarga yang memang mengalami hipertensi dan
melaporkan jika ada temuan masalah hipertensi di masyarakatnya.
Universitas Indonesia
Depkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar tahun 2013. Jakarta: Indonesia:
Pemerintah Indonesia.
Ham, R. J., Sloane, P. D., Bernard, M. A., & Flaherly, E. (2007) Primary care
geriatric: a case-based approach. Philadelphia: Mosby: Elsevier.
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Profil penduduk lanjut usia 2009. Jakarta,
Indonesia : Pemerintah Indonesia.
54 Universitas Indonesia
Landefeld, C. S., Palmer, R. M., Johnson, M. A., Johnston, C. B., & Lyons, W. L.
(2004). Current geriatric : diagnosis & treatment. Singapore: Mc
Graw Hill.
Maglaya, A. S., et al. (2009). Nursing practice in the community. 5th edition.
Philiphine: Argounnauta Corporation.
Meiner, S.E., & Lueckenotte, A. G. (2006). Gerontologic nursing 3rd edition. St.
Louis: Mosby Elsevier.
Miller, C. A. (2004). Nursing for wellness in older adults: Theory and practice 4th
edition. Phuladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Moraes, W. M., Souza, P. R. M., Pinheiro, M. H., Irigoyen, M. C., Medeiros, A.,
& Koike, M. K. (2012). Exercise training program based on minimum
weekly frequencies: effects on blood pressure and physical fitness in
elderly hypertensive patients. Rev Bras Fisioster, 16(2), 114-21.
Pakkala, I., Read, S., Leinonen, R., Hirvensalo, M., Lintunen, T., & Rantanen, T.
(2008). The effect of physical activity counseling on mood among 75- to
81-year-old people: A randomized controlled trial. Preventive Medicine,
46, 412-418.
Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., and Camp, C. J. (2002). Adult
development and aging. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Pawar, A. B., Bansal, R. K., Bharodiya, Pancha;, S., Patel, H. B., Padariya, P. K.,
& Patel, G. H. (2010). Prevalence of hypertension among elderly
women in slums of Surat city. National Journal of Community
Medicine, vol. 1.
Universitas Indonesia
Smith, S., and Gove, J. E. (2005). Physical chages of aging. December 26, 2012.
University of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu.
Touhy, T. A and Jett, K. F. (2010). Ebersole and Hess’ gerontological nursing &
healthy aging. Canada: Mosby Elsevier.
Watson, R. (2003). Caring for elderly people. (Terjemahan oleh Musri). Jakarta:
EGC.
Universitas Indonesia
Agama : Islam
Telepon : 085715807336
Pendidikan :
1. Data Umum
1. Nama KK: Bapak R (47 tahun)
2. Alamat dan Telepon: RT/RW 01/22 Kel Sukatani, Kec. Tapos, Kota Depok
3. Komposisi keluarga:
No. Nama Hubungan TTL/Umur Pekerjaan Pendidikan
dengan KK
1. Bapak R KK (Suami) 47 tahun Wiraswasta SMP
2. Ibu M Istri 34 tahun Ibu Mumah SD
Tangga
Genogram
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Entry point
: Meninggal
: Keturunan
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bapak R (47 tahun) merupakan keluarga extended family yang terdiri
dari 2 orang anak, dan nenek yang merupakan ibu dari istri bapak R.
5. Budaya
Keluarga Bapak R merupakan suku Betawi. Menurut Ibu M dalam sukunya
tidak ada pantangan dalam hal kesehatan terutama dalam hal makan. Makan seadanya
saja. Sehari – hari keluarga menggunakan bahasa betawi dan bahasa indonesia. Nenek
G juga tidak terlalu senang meminum jamu.
6. Agama
Agama yang dianut oleh seluruh anggota keluarga Bapak R adalah Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari, Ibu M merupakan umat Islam yang taat
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu. Walau terkadang waktu untuk sholat
telat beberapa menit dikarenakan telat bangun atau kecapekan atau sibuk
mengerjakan pekerjaan rumah. Ibu M selalu mengikuti kegiatan pengajian.
Ibadah nenek G juga baik, karena selalu menjalankan ibarah sholat lima
waktu. Selain itu nenek G juga membaca Alquran dan mengikuti pengajian.
Ibu M sendiri mengatakan anak A sangat pemalu sehingga jarang ikut
pengajian.
Penanaman nilai-nilai agama yang dilakukan oleh keluarga Bapak R dan Ibu
M kepada kedua putranya adalah mengingatkan anak untuk sholat. Selain itu,
Selain Ibu M dan Bapak R nenek G juga kerap menanamkan nilai keagamaan
ke cucu-cucunya.
Aktivitas rekreasi keluarga yang paling sering dilakukan adalah menonton TV.
Keluarga Bapak R jarang jalan-jalan atau rekreasi. Ibu M mengatakan jarang ke mall
atau tempat rekreasi karena tidak ada uang, tidak ada waktu dan malas pergi kemana-
mana. Waktu untuk rekreasi keluarga biasanya dilakukan saat hari-hari besar,
perayaan, dan hari libur/cuti kerja. Namun untuk hari-hari biasa keluarga Bapak R
jarang rekreasi/jalan-jalan karena sibuk bekerja dan hari Minggu biasanya digunakan
oleh Bapak R untuk beristirahat di rumah.
Nenek G sendiri juga jarang melakukan rekreasi biasanya rekreasi yang
dilakukan hanya sebatas menonton TV. Sewaktu belum sakit nenek G sering ikut
jalan-jalan pengajian, namun setelah sakit nenek G sudah jarang ikut.
mempersiapkan kehilangan
Suami nenek G sudah meninggal. Tugas perkembangan ini sudah dilewati oleh
nenek G
mempersiapkan kematian
Tugas perkembangan keluarga dengan lansia yang ini belum terpenuhi, namun
saat ini tengah dilakukan oleh nenek G. Untuk mempersiapkannya nenek G lebih
banyak mendekatkan diri dengan Allah, dan rajin beribadah. Namun, nenek G
dan keluarga tetap mengupayakan kesehatan nenek G tetap baik.
batas normal: 120/80 mmHg, nadi: 78x/menit, RR: 17x/menit. Akan tetapi, Bapak R
merasakan badan pegal-pegal setiap pulang lembur dari pekerjaan. Tetapi keesokan
harinya, setelah Bapak R beristirahat badan tidak pegal-pegal lagi.
Ibu M tidak memiliki masalah kesehatan yang serius, saat diperiksa tekanan
darah Ibu M adalah 100/60 mmHg, nadi 76 kali/ menit, RR: 20 kali/ menit. Ibu M
mengatakan biasanya dirinya hanya sering terlalu lelah, sehingga tekanan darahnya
sesekali rendah.
Nenek G menderita hipertensi, keluarga sudah mengetahui hal ini 2 tahun
belakangan, tekanan darah nenek G saat dikaji adalah 170/90 mmHg, kemudian
selama tiga hari adalah 180/100 mmHg, 190/100 mmHg, dan 200/100 mmHg. Nenek
G sudah rutin berobat ke klienik dokter, terutama jika sudah mengalami pusing.
Ruang kedua terbagi mejadi ruang makan, dapur dan bagian kamar madi.
Keluarga Bapak R menggunakan gas elpiji untuk memasak. Toilet tampak bersih
dengan penataan sabun, odol, dan sikat gigi rapi. Pencahayaan di toilet kurang
sehingga untuk penerangan dibutuhkan lampu. Di kamar mandi tidak terdapat
pegangan untuk nenek G. toilet juga toilet jongkok, namun nenek G mengatakan
dirinya masih baik-baik saja untuk ke kamar mandi ataupun ke toilet.
Tempat
tidur
8m
Tempat
tidur
Pintu jendela
6m
Tampak Depan
Namun nenek G mengatakan tidak terlalu banyak ikut campur urusan rumah
tangga anaknya. Hanya saja apabila diminta nasihat nenek G sering membrikan
nasehat untuk anak dan cucunya.
Nilai-nilai yang dianut oleh keluarga Bapak R diadopsi dari pola asuh
orangtua Bapak R dan Ibu M. Keyakinan agama yang dianut adalah Islam dimana
keluarga menjalankan ibadah sholat lima waktu dan puasa dibulan Ramadhan.
Keluarga mulai menanamkan pendidikan agama semenjak kecil untuk anaknya. Nilai
keluarga terkait pola pengasuhan anak masih sering mengikuti petuah dari orang tua.
Ibu M mengatakan anak-anaknya diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua
dan patuh terhadap nasehat.
V. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif keluarga (kedekatan, penghargaan, ikatan dan pengenalan)
Ibu M mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah sudah dekat
dan saling menyayangi. Bapak R dan Ibu M saling mengenali karakter dan kebiasaan
setiap anggota keluarga. Selian itu kehadiran nenek G juga menjadi pelengkap
penanaman nilai kasih sayang dikeluarga. Cucu juga sangat menyayangi nenek G.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga dengan tetangga baik. Ibu M dan nnek G
mengikuti kegiatan di masyarakat, dan anak ibu M jug aktif bermain dengan teman
sebayanya yang tinggal di lingkungan rt 01.
Keluarga sebenarnya mengetahui kalau kopi sebaiknya tidak diminum oleh bapak R.
Namun bapak R mengatakan kalau tidak minum kopi ia sering merasa ngantuk. Ibu R
mengatakan, kalau di rumah bapak R jarang disughkan kopi oleh ibu M. Ibu M lebih
sering menyuguhkan the masnis jka bapak R pulang ke rumah.
NENEK G ( Tahun)
Nenek G sudah mengetahui dirinya mengalami hipertensi begitu juga keluarga
terutama ibu M. Nenek G mengatakan ia sudah mengurangi mengonsumsi garam dan
ibu M mengatakan saat ini seringnya makanan untuk nenek G dipisah. Biasanya lauk
yang dimasakkan untuk nenek G adalah tahu dan tempe, seta ikan segar. Jika keluarga
ingin memakan makanan yang dapat menyebabkan tekanan darah nenek G maka ibu
M akan memasakkan makanan khusus untuk nenek G. Nenek G juga sudah dibawa
berobat rutin oleh kaeluarga, jika memanga da keluahan langsung dibawa ke klinik
dokter. Hal ini karena keluarga takut nenek G mengalami stroke seperti yang dialami
adiknya.
d. Fungsi reproduksi
Suami nenek G sudah lama meninggal karena masalah jantung. Nenek G juga sudah
lama mengalami menopause.
VII.Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke rumah Bapak R
adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga mereka khususnya
menangani masalah hipertensi nenek G. Keluarga dan mahasiswa bersama-sama dapat
melakukan perawatan sederhana bagi anggota keluarga yang sakit.
Ibu M
Nenek G
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: TD: 180/90 mmHg Nadi: 80 x/mnt
RR: 20x/mnt Suhu: 35,8 0 C
2. TB 154 cm IMT: 18,09 Ideal
3. BB 43kg
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kuat/tidak mudah dicabut
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Simetris, serumen (-), pembengkakan (-), nyeri tekan (-)
8. Hidung Mukosa hidung lembab, tidak ada pengeluaran cairan atau lendir,
pembengkakan (-)
9. Mulut & gigi Mulut bersih, mukosa lembab, kesulitan menelan (-),
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-, wheezing -/-,
suara napas vesikuler, sesak (-)
12. Abdomen Datar, lemas, BU (+), nyeri tekan (-),
13. Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
14. Kulit Lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis, lembab, warna
kuning langsat
Anak K ( 7 Tahun)
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: Nadi: 76 x/mnt
RR: 20x/mnt Suhu: 35,8 0 C
5. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kuat/tidak mudah dicabut
6. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
7. Telinga Simetris, serumen (-), pembengkakan (-), nyeri tekan (-)
8. Hidung Mukosa hidung lembab, tidak ada pengeluaran cairan atau lendir,
pembengkakan (-)
9. Mulut & gigi Mulut bersih, mukosa lembab, kesulitan menelan (-),
10. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
11. Dada/thorak BJ I & II normal, mur-mur (-), gallop (-), ronchi -/-, wheezing -/-,
suara napas vesikuler, sesak (-)
12. Abdomen Datar, lemas, BU (+), nyeri tekan (-),
13. Ekstremitas Edema (-), rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
14. Kulit Lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis, lembab, warna
kuning langsat
ANALISA DATA
DATA MASALAH
KEPERAWATAN
DS: Ketidakefektifan manajemen
- Keluarga mengatakan telah mengetahui bahwa kesehatan diri pada nenek G
nenek G mengalami hipertensi
DO:
Hasil pemeriksaan pada Ibu M:
- TD: 180/100 mmHg
- Nadi: 80x/menit
- RR: 20x/menit
- Bunyi jantung I dan II normal
- CRT < 3 detik
DATA DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
DS: Resiko jatuh
- Nenek G mengatakan sebulan yang lalu
ia pernah jatuh ketika sedang berjalan
- Nenek G mengatakan ia sering buang
air besar malam hari
- Nenek G mengatakan sejauh ini dia
jarang yang merasa sempoyongan yang
seperti akan terjatuh
- Nenek G mengatakan hanya saja ketika
tekanan darahnya tinggi ia terkadang
merasa pusing
DO:
- FMS: 25
- Rentang pergerakan sendi bebas
- Kamar nenek G adalah kamar yang di
dekat pintu yang berada sedikit jauh dari
kamar mandi
SCORING/PEMBENARAN
2. Diagnosis keperawatan :
Resiko jatuh pada nenek G
2. Mendemonstrasikan Respon
teknik relaksasi napas psikomotorik 1. Mendemonstrasikan teknik
dalam Keluarga menyebutkan prosedur relaksasi napas dalam
latihan tarik napas dalam 2. Memotivasi keluarga untuk
Keluarga menybutkan manfaat teknik melakukan teknik relaksasi
napas dalam napas dalam
Keluarga mampu mendemonstasrikan 3. Beri positive reinforcement
1.Mendemonstrasikan cara
5. Melakukan kompres Keluarga menyebutkan cara
melakukan kompres hangat
hangat melakukan kompres hangat dan
pada klien
manfaatnya
Keluarga mendemonstrasikan 2.Meminta keluarga
Aktivitas fisik ..., Hamdana Eka Putri, FIK UI, 2014
kembali cara kompres hanga mendemostrasikan kembali
cara melakukan kompres
hangat
6. Menyusun jadwal
olahraga klien - Keluarga menyebutkan manfaat 1. Menjelaskan pada
aktiivitas fisik pada lansia dengan keluarga manfaat
hipertensi olahraga/aktivtas fisik
- Keluarga dapat menyusun jadwal
aktivitas fisik pada lansia 2. Membantu klien dan
keluarga menyusun
jadwal olahraga untuk
klien
3. Beri positive
reinforcement atas
usaha keluarga
Respon
afektif Pada kunjungan tak terencana, keluarga Lakukan kunjungan tak
dapat melakukan tindakan merawat terencana untuk melihat
anggota keluarga dengan sakit hipertensi perkembangan keluarga
secara baik dan benar sesuai standar merawat anggota keluarga
dengan hipertensi
1. Observasi tindakan yang
telah dilakukan keluarga
2. Berikan pujian atas usaha
keluarga
Data Objektif:
- TD = 190/100 mmHg
- Nadi 80 kali/ menit
- Keluarga dapat
menyusun menu diet
hipertensi untuk satu
hari
- Klien dan keluarga
dapat memilih kartu
makanan yang boleh
dan yang sebaiknya
dihindari bagi penderita
hipertensi
Analisa:
TUK menyusun menu diet
hipertensi tercapai
Planning:
TUK 3 aktivitas fisik
5 22 Mei 2014 Ketidakefekt 1. Mendiskusikan Subjektif:
ifan dengan keluarga - Klien mengatakan “
manajemen manfaat olahraga memang selama ini
kesehatan bagi penderita belum olahraga neng,
diri terkait hipertensi diam aja di rumah neng”
hipertensi 2. Mendiskusikan - Klien mengatakan “
Planning:
TUK 4 dan TUK 5 hipertensi
Analisa:
TUK 4 dan TUK 5 tercapai
Planning:
Evaluasi Sumatif
7 13 Juni 2014 ketidakefekti 1. Mengevaluasi Subjektif:
fan pengetahuan - Keluarga mengatakan “
manajemen keluarga tentang iya mba, darah tinggi tu
masalah hipertensi kalau lebih dari 140/90
kesehatan
2. Mengevaluasi ya neng tekanan
diri terkait pengetahuan darahnya”
hipertensi. keluarga tentang - Keluarga mengatakan “
merawat anggota Alhamdulillah si mbah
keluarga dengan sudah ngurangin makan
masalah hipertensi yang asin, makan yang
3. Mengevaluasi berlemak juga udah ga
pengatahuan mba, olahraga juga
keluarga tentang sudah rutin
memodifikasi alhamdulillah”
lingkungan yang - Keluarga mengatakan “
baik untuk anggota iya kalau hipertensi ga
keluarga dengan dicegah bisa serangan
hipertensi stroke mba, bisa
Mengevaluasi masalah jantung juga”
penggunaan fasilitas - Keluarga mengatakan “
pelayanan kesehatan iya garam buat mbah
cuma ¼ sendok teh ya
oleh keluarga
Diagnosis Keperawatan 1:
Diagnosis Keperawatan 2:
Kopi -- - - - - - - - - -
Olahraga 30 menit - - - - - - Jalan pagi Jalan pagi Jalan
pagi
Aktivitas ringan- - - - - - Mencuci - Mencuci - -
sedang piring piring
Merokok - - - - - - - - - -
Sulit tidur - - - - - - - - - -
Pusing pada tengkuk - - - - - - - - -
Mata berkunang- - - - - - - - - - -
kunang
Telinga dengung - -- - - - - - - - -
Obat Captopril Captopril Captopr
12,5 il
Tekanan darah 180/100 180/100 180/100 180/100 200/10 190/100 180/90 175/78 170/90 170/90
0
Nadi 80 80 78 80 80 78 80 78 76 80
Kesimpulan Terdapat Terdapat -
penurunan penurunan
Ikan Asin - - - - -
Makanan Santan - - - - -
Kopi - - - - -
Olahraga 30 menit Jalan pagi Jalan pagi Jalan Jalan Jalan
pagi pagi pagi
Aktivitas ringan- Membantu Membantu - Mencuci Mencuci
sedang memasak memasak piring piring
Merokok - - - - -
Sulit tidur - - - - -
Pusing pada tengkuk - - - - -
Mata berkunang- - - - - -
kunang
Telinga dengung - -- - - -
Obat - - -
Nadi 78 78 76 80 80
Kesimpulan Terdapa Terdapa
t t
penuruna penuruna
n n
Kriteria Tanggal/Bulan
26/5/14 30/5/14 2/6/14 6/6/14 8/6/14 10/6/14 13/6/14
Jenis Aktivitas Jalan Jalan Jalan pagi Jalan pagi Jalan pagi Jalan pagi Jalan pagi
Fisik 1 pagi pagi
Intensitas Jalan Jalan Jalan santai Jalan Jalan santai Jalan santai Jalan
santai(rin santai santai santai
gan) (ringan)
Waktu 30 menit 30 menit 25 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
Respon pasca Badan segar segar segar segar segar segar
aktivitas fisik terasa
segar
Tekanan Darah 175/90 170/90 170/90 165/90 160/80 160/80 160/80
Jenis Aktivitas
Fisik 1
Intensitas
Waktu
Respon pasca
aktivitas fisik