Anda di halaman 1dari 9

Vol.

X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

PENYEBAB KONSTIPASI PADA KLIEN STROKE DI RUMAH SAKIT ISLAM


JEMURSARI SURABAYA

Nilam Wicahyanti1, Mohammad Najib2, Dwi Utari Widyastuti2


1Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
2Dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya

ABSTRAK

Stroke merupakan penyakit defisit neurologis yang sering terjadi pada masyarakat. Akibat
yang ditimbulkan dari adanya efisit neurologis tersebut salah satunya adalah terjadinya konstipasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya konstipasi pada klien stroke di Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya.
Metode yang digunakan yaitu deskriptif pada klien stroke yang mengalami konstipasi di
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya, dengan populasi 16 klien dan pengambilan sampel 15 klien.
Metode pengambilan data adalah dengan wawancara. Instrumen pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan lembar observasi yang mencakup lama tirah baring, mobilisasi, dan asupan makanan.
Hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa klien stroke hampir setengahnya menjalani lama
tirah baring selama ≥ 7 hari mengalami konstipasi ringan, konstipasi sedang, dan konstipasi berat.
Sebagian besar klien yang menjalani mobilisasi cukup mengalami konstipasi ringan dan konstipasi
sedang. Hampir seluruhnya klien dengan asupan makanan yang kurang mengalami konstipasi ringan,
konstipasi sedang, dan konstipasi berat.
Diharapkan perlu adanya perhatian khusus dari perawat, keluarga, maupun klien stroke agar
klien tidak mengalami konstipasi dengan cara melakukan mobilisasi miring kanan miring kiri setiap dua
jam dan mengkonsumi makanan dengan kandungan serat yang cukup agar tidak mengalami konstipasi.

Kata Kunci : Stroke, Penyebab konstipasi

ABSTRACT

CAUSES OF CONSTIPATION ON STROKE CLIENTS IN AZZAHRA ROOM 1 JEMURSARI


ISLAMIC HOSPITAL SURABAYA

Stroke is a common neurological deficit disease in the community. As a result of the


neurological deficit is occurred of constipation. The purpose of this study is to know the causes of
constipation on stroke clients at Jemursari Islamic Hospital Surabaya. The method used descriptive on
stroke clients who have constipation in Azzahra room 1 Jemursari Islamic Hospital Surabaya, with
population of 16 clients and sampling is 15 clients. Method of data retrieval by interview. The data
collection instrument used a questionnaire and observation sheet that included about duration of bed
rest, mobilization, and food intake. The result of this study found that stroke clients almost half of bed
rest for ≥ 7 days have mild constipation, moderate constipation, and severe constipation. Most of the
clients who had enough mobilization have severe constipation and moderate constipastion. Almost all
clients with less intake have mild constipation, moderate constipation, and severe constipation. It is
expected that special attention from nurses, families, and clients of stroke. So the clients did not have
constipation with do tilted right and tilted left side mobilization every two hours and consuming food
with enough fiber content to avoid constipation.

Keywords: Stroke, Causes of constipation

JURNAL KEPERAWATAN 124


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

PENDAHULUAN mental emosional. Kondisi seperti ini yang


Stroke merupakan penyakit yang sering mendorong tingginya kejadian komplikasi
menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan konstipasi terutama pada pasien yang
anggota gerak, gangguan bicara, proses mengalami imobilitas di tempat tidur. Klien
berfikir daya ingat, dan bentuk-bentuk stroke umumnya harus tirah baring untuk
kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan mengurangi kebutuhan oksigen serebrum
fungsi otak (Muttaqin, 2012). Akibat adanya melalui penurunan rangsangan eksternal
kelumpuhan anggota gerak, klien akan (Corwin, 2009).
mengalami keterbatasan gerak dan beresiko Menurut penelitian Cooney & Reuler
terjadinya konstipasi. Konstipasi menyebabkan (1991) dalam Guy et al (2013), klien stroke
kotoran dari sisa makanan tidak dapat dengan gangguan mobilisasi hanya berbaring
dikeluarkan dan mengendap lama di usus. saja tanpa mampu untuk mengubah posisi
Akibat dari kotoran yang menumpuk dan akan mengakibatkan perubahan pada fungsi
tertinggal lama juga dapat menekan dinding- fisiologis. Bahaya fisiologis akan
dinding usus sehingga rongga usus melebar. mempengaruhi fungsi metabolisme normal,
Feses yang mengering dan keras juga dapat menurunkan laju metabolisme dan
menyebabkan sumbatan usus dan beresiko menyebabkan gangguan gastrointestinal
melukai usus. Konstipasi akan mengakibatkan seperti nafsu makan dan penurunan peristaltik
penarikan secara persisten pada nervus dengan konstipasi dan impaksi fekal.
pudendal sehingga pada klien stroke dapat Mobilisasi pada klien stroke juga memiliki
menyebabkan komplikasi seperti hemoroid, pengaruh yang besar bagi klien stroke.
prolaps rektal, atau inkontinensia (Bharucha, Kurangnya mobilisasi akan menyebabkan
2007). penurunan motilitas usus sehingga berdampak
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Risdenkes) pada pasase feses. Feses yang berada lebih
Kemenkes RI tahun 2013 juga menunjukkan lama di dalam kolon akan menjadi lebih keras
telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di dan kering sehingga lebih sulit dikeluarkan dari
Indonesia dari 8,3 per 1.000 pada tahun 2007 anus. Perjalanan feses yang lama terjadi
menjadi 12,1 pada tahun 2013. Artinya dari karena jumlah air yang diabsorpsi sangat
1.000 orang, 12 diantaranya menderita stroke. kurang (Mubarok dkk, 2015).
Diantara mereka yang terkena stroke, jumlah Klien stroke juga mengalami gangguan
penderita kelompok usia 55-64 tahun dalam proses menelan sehingga klien stroke
meningkat dari 15% pada tahun 2007 menjadi akan dipasang NGT dan makanan yang
24% pada tahun 2013. Kenaikan juga terjadi diberikan berupa makanan lunak sehingga
pada penderita usia 45-54 tahun dari sekitar produk sisa yang dihasilkan tidak cukup untuk
8% pada 2007 menjadi 10% pada tahun 2013. merangsang refleks proses defekasi (Mubarok
Hasil penelitian komplikasi pada stroke dkk, 2015). Kurangnya mengkonsumsi
antara 40% sampai 96% pada stroke akut. makanan yang mengandung serat juga dapat
Dari 50 sampel penelitian, 26 klien (52%) menyebabkan terjadinya konstipasi. Serat
mempunyai lebih dari satu komplikasi, 24 klien makanan memiliki kemampuan mengikat air di
(48%) tidak mempunyai komplikasi selama dalam kolon membuat volume feses menjadi
tinggal di rumah sakit. Dari hasil tersebut, besar dan akan merangsang saraf pada rectum
didapatkan data bahwa klien stroke dengan sehingga menimbulkan keinginan defekasi
masalah konstipasi sebanyak 12 klien (24%) (Kusharto, 2006).
(Ayun, 2014). Laporan rekam medis RS Islam Melihat begitu banyak masalah konstipasi
Surabaya jumlah penderita seluruh klien stroke yang dapat terjadi pada klien stroke, maka
yang dirawat inap pada tahun 2016 yaitu peran perawat diperlukan untuk memberikan
sebanyak 670 klien, diantaranya berjumlah 73 asuhan keperawatan secara komprehensif dan
klien pada bulan Maret 2016 (RSI, 2016). holistik untuk mencegah terjadinya konstipasi
Gangguan yang dialami akibat stroke pada klien stroke. Perawat dapat memantau
sangat mempengaruhi dan memberikan jumlah dan konsistensi defekasi dan
dampak terhadap kehidupan. Selama klien melakukan pemeriksaan rektal untuk adanya
dirawat, klien mengalami beberapa tanda impeksi fekal. Upaya lain yang dapat
keterbatasan baik secara fisik maupun secara dilakukan dengan cara melatih rentang gerak

JURNAL KEPERAWATAN 125


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

pada klien dengan tirah baring sehingga dapat klien dibantu dengan keluarga mengisi
meningkatkan tonus otot abdomen yang mobilisasi miring kanan miring kiri dan posisi
membantu mendorong isi kolon, melakukan telentang setiap 2 jam sekali dengan
miring kanan miring kiri setiap 2 jam yang menggunakan lembar observasi yang telah
dapat mendukung sekresi asetilkolin sehingga ditentukan. Skor diperoleh tiap klien
memicu gerakan peristaltik dan relaksasi melakukan mobilisasi. Tiap skor bernilai 1. Skor
sfringter sehingga mempermudah pengeluaran tertinggi yang diperoleh klien adalah 12 dan
isi usus, mendorong ambulasi sering dan skor terendah 0. Setelah data diperoleh maka
mengajarkan latihan pengerutan otot abdomen akan dikategorikan menjadi mobilisasi baik
untuk meningkatkan defekasi, serta apabila mendapat skor 9-12, mobilisasi cukup
mendorong klien untuk mengkonsumsi apabila mendapat skor 5-8, dan mobilisasi
makanan yang banyak mengandung serat. kurang apabila skor 0-4. Untuk asupan
Dengan memperhatikan hal diatas, maka makanan, data diperoleh dengan
peneliti tertarik untuk meneliti penyebab menggunakan lembar observasi yang telah
konstipasi yang terjadi pada klien stroke. disediakan oleh peneliti. Peneliti melakukan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah pengkajian daftar makanan yang dimakan oleh
mengidentifikasi klien yang mengalami klien selama 24 jam dengan menggunakan
konstipasi pada klien stroke yang menjalani formulir food recoll 24 jam. Dari hasil
perawatan di Rumah Sakit Islam Jemursari pengkajian asupan makanan klien tersebut,
Surabaya. kemudian menghitung jumlah serat yang
terkandung di dalam makanan klien selama 24
BAHAN DAN METODE jam tersebut. Setelah di dapatkan data, maka
Penelitian ini merupakan penelitian akan dikategorikan menjadi asupan makanan
deskriptif yang dilakukan dengan tujuan baik apabila skor ≥ 20, asupan makanan cukup
membuat gambaran atau deskripsi tentang apabila skor 11-19, dan asupan makanan
suatu keadaan secara obyektif dalam hal ini kurang apabila skor ≤ 10. Data dari pengkajian
mengidentifikasi penyebab konstipasi pada dikumpulkan, kemudian data disajikan dalam
klien stroke dengan pendekatan cross bentuk tabel, dianalisis dan diinterpretasikan
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah menjadi informasi yang berguna dan disajikan
seluruh klien stroke yang dirawat di Ruang dalam bentuk tabel
Azzahra 1 Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya dengan kriteria klien : bersedia HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi responden, berusia 45-70 tahun dan
lama tirah baring ≥ 5 hari. Besar sampel Karakteristik Klien
dalam penelitian ini 15 responden yang dipilih Karakteristik klien stroke di Rumah Sakit
secara accidental sampling. Variabel pada Islam Jemursari Surabaya yang meliputi usia,
penelitian ini adalah konstipasi dan faktor- jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan jenis
faktor yang menyebabkan konstipasi meliputi stroke. Hasil penelitian pada klien stroke
lama tirah baring, mobilisasi klien, dan asupan didapatkan hampir setengahnya (40%) berusia
makanan. Pengumpulan data penyebab 56-65 tahun, sebagian besar (66,7%) berjenis
konstipasi diantaranya lama tirah baring, kelamin laki-laki, dan (40%) menempuh
mobilisasi, dan asupan makanan dilakukan pendidikan terakhir SMP. Hampir setengahnya
dengan menggunakan kuesioner dan lembar (40%) bekerja sebagai swasta dan (73,3%)
observasi. Untuk lama tirah baring, klien mengalami stroke hemmoragik. Sebagian kecil
mengisi tanggal masuk rumah sakit dan lama (13,3%) berusia 36 – 45 tahun, (33,3%)
tirah baring klien selama dirawat di rumah berjenis kelamin perempuan, dan (26,7%)
sakit dengan ketentuan lama tirah baring lebih menempuh pendidikan terakhir SMA. Sebagian
dari 5 hari. Setelah itu di lakukan pengkajian kecil (13,3%) bekerja sebagain PNS,
mengenai konsisi klien saat ini. Setelah data pensiuanan, dan tidak bekerja serta (26,7%)
diperoleh, maka data akan dikategorikan mengalami stroke non hemmoragik. Data
menjadi lama tirah baring dibawah rata-rata selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1
apabila x ≥ x dan lama tirah baring di atas
rata-rata apabila x ≤ x. Untuk mobilisasi klien,

JURNAL KEPERAWATAN 126


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

Tabel 1 Karakteristik Klien Stroke yang Tabel 2 Konstipasi pada Klien Stroke di
Mengalami Konstipasi di Rumah Rumah Sakit Islam Jemursari
Sakit Islam Jemursari Surabaya Mei Surabaya Mei 2017
2017
No. Konstipasi f %
No Karakteristik f % 1. Konstipasi ringan 8 53,3
1. Usia : 2. Konstipasi sedang 4 26,7
36 – 45 tahun 2 13,3 3. Konstipasi berat 3 20
46 – 55 tahun 4 26,7 Jumlah 15 100
56 – 65 tahun 6 40
> 65 tahun 3 20 Konstipasi adalah gangguan pada pola
Jumlah 15 100 eliminasi akibat adanya feses yang kering atau
2. Jenis Kelamin : keras melewati usus besar. Konstipasi
Laki-laki 10 66,7 merupakan gejala, bukan penyakit yaitu
Perempuan 5 33,3 menurunnya frekuensi BAB disertai dengan
Jumlah 15 100 pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
3. Pendidikan Terakh mengejan (Mubarok dkk, 2015). Konstipasi
SD 5 33,3 juga terjadi karena menurunnya fungsi saraf
SMP 6 40 otot-otot yang mendukung proses defekasi
SMA 4 26,7 diantaranya tonus perut, otot pelvik, dan
Jumlah 15 100 diafragma. Aktivitasnya juga merangsang
4. Pekerjaan : peristaltik yang memfasilitasi pergerakan
Swasta 6 40 chyme sepanjang colon. Sedangkan otot-otot
Wiraswasta 3 20 yang lemah sering tidak efektif pada
PNS 2 13,3 peningkatan tekanan intraabdominal selama
Pensiunan 2 13,3 proses defekasi (Haryono, 2012).
Tidak bekerja 2 13,3 Konstipasi dapat disebabkan oleh
Jumlah 15 100 beberapa faktor, yaitu faktor mekanis, faktor
5. Jenis Stroke : fisiologis, faktor fungsional, faktor psikologis,
Stroke 11 73,3 dan faktor farmakologis (Nanda, 2010). Faktor
hemmoragik 4 26,7 mekanis berkaitan dengan gangguan
Stroke non neurologis, pada pasien stroke disebabkan oleh
hemmoragik penurunan beberapa fungsi neurologis.
Jumlah 15 100 Pertama penurunan fungsi motorik yang
menyebabkan terjadi gangguan mobilisasi.
Gangguan mobilitas dan ketidakberdayaan
Konstipasi pada Klien Stroke (deconditioning) adalah masalah yang paling
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sering dialami pasien stroke (Wahjoepramono,
bahwa klien stroke yang menjalani 2005). Gangguan mobilisasi yang
perawatan di Rumah Sakit Islam Jemursari berkepanjangan dapat mengakibatkan
Surabaya sebagian besar (53,3%) komplikasi pada pasien stroke salah satunya
mengalami konstipasi ringan dan sebagian adalah konstipasi.
kecil (20%) klien stroke yang mengalami Klien stroke yang dirawat di ruangan
konstipasi berat. Data selengkapnya dapat sangat rentan terhadap kejadian konstipasi.
dilihat pada tabel 2 Hal ini terjadi karena klien stroke mengalami
defisit neurologis yang mengakibatkan
ketidakmampuan klien dalam mengubah posisi
tubuh dan hanya berbaring di tempat tidur
sehingga akan mengalami perubahan fungsi
biologis yang akan berpengaruh pada fungsi
metabolisme normal, menurunnya laju
metabolisme, dan dapat menyebabkan

JURNAL KEPERAWATAN 127


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

penurunan peristaltik usus sehingga menekan Tabel 3 Distribusi Penyebab Konstipasi


motilitas usus dan berdampak pada pasase pada Klien Stroke di Rumah
feses. Feses akan menjadi keras dan kering Sakit Islam Jemursari
sehingga sulit dikeluarkan melalui anus Surabaya Mei 2017
(Mubarok dkk, 2015).
Karena rentannya klien stroke No. Penyebab Konstipasi f %
mengalami konstipasi, maka diperlukan upaya 1 Lama Tirah Baring :
untuk mencegah terjadinya konstipasi pada ≥ 7 hari 7 46,7
klien stroke dengan melakukan pemantauan ≤ 7 hari 8 53,3
jumlah dan konsistensi defekasi klien, Jumlah 15 100
pemberian laktasif, melakukan mobilisasi 2. Mobilisasi :
miring kanan dan miring kiri setiap dua jam, Baik 4 26,7
memantau jumlah asupan serat yang Cukup 8 53,3
dikonsumsi oleh klien, dan melatih rentang Kurang 3 20
gerak pada klien dengan tirah baring yang Jumlah 15 100
dapat meningkatkan tonus otot abdomen yang 3. Asupan Makanan :
dapat membantu mendorong isi abdomen. Asupan Cukup 3 20
Asupan Kurang 12 80
Penyebab Konstipasi pada Klien Stroke Jumlah 15 100
Hasil penelitian pada klien stroke yang
mengalami konstipasi sebagian besar (60%) Tabulasi Silang Konstipasi dan Lama
klien stroke menjalani lama tirah baring kurang Tirah Baring
dari 7 hari, (53,3%) melakukan mobilisasi yang Hasil penelitian didapatkan bahwa klien
cukup, dan (80%) memiliki asupan makanan stroke yang mengalami konstipasi hampir
yang kurang. Hampir setengahnya (40%) klien setengahnya (40%) yang menjalani lama tirah
stroke menjalani lama tirah baring lebih dari 7 baring ≤ 7 hari mengalami konstipasi ringan
hari, (20%) melakukan mobilisasi yang kurang, dan sebagian kecil (20%) yang menjalani lama
dan (20%) memiliki asupan makanan yang tirah baring ≥ 7 hari mengalami konstipasi
cukup. Data selengkapnya dapat dilihat pada berat. Data selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 3. tabel 4

Tabel 4 Tabulasi Silang Konstipasi dan Lama Tirah Baring pada


Klien Stroke di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya Mei
2017

No Konstipasi Lama Tirah Baring Jumlah


≥ 7 hari ≤ 7 hari
f % f % f %
1. Ringan 2 13,3 6 40 8 100
2. Sedang 2 13,3 2 13,3 4 100
3. Berat 3 20 0 0 3 100
Jumlah 7 46,6 8 57,3 15 100

Pada stroke terjadi hipoksia serebrum eksternal untuk mengurangi kebutuhan


yang menyebabkan cidera dan kematian sel-sel oksigen serebrum. Bila jaringan otak yang
neuron. Kerusakan otak karena stroke, terjadi rusak semakin luas maka kecacatan akibat
akibat pembengkakan dan edema yang timbul stroke juga akan bertambah. Menurut hasil
dalam 24-72 jam pertama setelah kematian sel penelitian Cooney & Reuler dalam Guy et al
neuron. Oleh karena itu, semua stroke diterapi (2013), menyatakan bahwa tirah baring yang
dengan tirah baring dan penurunan rangsang terus menerus atau selama 5 hari atau lebih

JURNAL KEPERAWATAN 128


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Hal tersebut sehingga berpotensi menyebabkan


ini juga dapat mempengaruhi kontraksi otot terjadinya komplikasi seperti konstipasi .
abdomen, sehingga kontraktilitas usus Sehingga, dengan adanya tirah baring lama
berkurang, bahkan tidak ada. Konstipasi dapat pada klien stroke yang dapat menyebabkan
timbul dari adanya defek pengisian atau terjadinya konstipasi diperlukan tindakan
pengosongan rektum. Pengisian rektum yang suportif yang lain untuk mencegah terjadinya
tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon konstipasi pada klien seperti memperhatikan
tidak efektif (Koniyo, 2011). asupan makanan dan melakukan mobilisasi
Pada stroke yang disebabkan oleh pada klien.
trombosis, emboli, perdarahan subarachnoid,
dan lain-lain yang menimbulkan terjadinya Tabulasi Silang Konstipasi dan Mobilisasi
hemiplegia. Pemberian latihan pada klien Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
stroke akibat trombosis dan emboli dapat bahwa klien stroke yang mengalami konstipasi,
diberikan mulai 2-3 hari apabila tidak terjadi hampir seluruhnya (26,7%) klien stroke yang
komplikasi sedangkan setelah serangan stroke melakukan mobilisasi baik mengalami
yang terjadi akibat perdarahan subarachnoid konstipasi ringan. (20%) klien stroke yang
dimulai setelah 2 minggu. Oleh karena itu, melakukan mobilisasi kurang mengalami
tirah baring klien disesuaikan dengan konstipasi berat. Data selengkapanya dapat
penyebab terjadinya komplikasi pada stroke dilihat pada tabel 5

Tabel 5 Tabulasi Silang Konstipasi dan Mobilisasi pada Klien Stroke di


Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya Mei 2017

No. Konstipasi Mobilisasi Jumlah


Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
1. Ringan 4 26,7 4 26,7 0 0 8 100
2. Sedang 0 0 4 26,7 0 0 4 100
3. Berat 0 0 0 0 3 20 3 100
Jumlah 4 26,7 8 53,4 3 20 15 100

Mobilisasi adalah kemampuan maka akan menghambat kemampuan klien


seseorang untuk bergerak dengan bebas dalam melakukan mobilisasi (Tarihoran, 2010).
(Perry dan Potter, 2006). Klien stroke Salah satu penyebab terjadinya
umumnya akan mengalami gangguan defisit hambatan mobilitas fisik adalah gangguan
fungsi motorik yang meliputi mobilisasi, fungsi neuromuskular (Riyadi, 2015). Kekuatan otot
respiratori, menelan dan berbicara, refleks gag, ini sangat berhubungan dengan sistem
dan kemampuan melakukan aktivitas sehari- neuromuskular karena besarnya kemampuan
hari. Gejala-gejala tersebut muncul akibat sistem saraf dalam mengaktivasi otot untuk
adanya kerusakan motor neuron pada jalur melakukan kontraksi. Stroke merupakan
priramidal (berkas saraf dari otak yang kondisi patologis dimana terjadi peningkatan
melewati spinal cord menuju sel-sel motorik). produksi eikosanoid, adanya oksigen radikal
Karena jalur piramidal menyeberang pada saat bebas dan lipid peroksidase yang berdampak
di medulla, kerusakan control motorik volunter pada rusaknya struktur otak beserta fungsinya.
pada satu sisi tubuh merefleksikan adanya Ini yang dapat menyebabkan penurunan
kerusakan motor neuron atas di sisi yang kekuatan otot dan gangguan neuromuskular
berlawanan pada otak (kontralateral). pada klien stroke. Penurunan kekuatan otot
Disfungsi motorik yang paling sering terjadi dan gangguan neuromuskular ini yang
pada klien stroke adalah hemiplegia (paralisis menyebabkan sebagian besar klien stroke
pada satu sisi tubuh) dan hemiparesis mengalami gangguan mobilisasi (Sari, Agianto
(kelemahan pada satu sisi tubuh. Dengan & Wahid, 2015).
adanya gangguan fungsi motorik tersebut

JURNAL KEPERAWATAN 129


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

Mobilisasi yang dimaksud dalam dilakukan oleh Prastya (2013) yang meneliti
penelitian ini adalah kemampuan klien mengenai Pengaruh Miring Kanan dan Miring
melakukan miring kanan dan miring kiri yang Kiri Terhadap Pencegahan Konstipasi pada
dilakukan selama 24 jam. Kurangnya mobilisasi Pasien Stroke Infark dengan Tirah Baring Lama
(miring kanan dan miring kiri) yang dilakukan di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Soekandar
oleh klien stroke dapat mempengaruhi proses Mojokerto yang menunjukkan hasil bahwa ada
defekasi. Hal ini terjadi karena pengaruh pengaruh signifikan mobilisasi miring kanan
mobilisasi miring kanan miring kiri tiap 2 jam dan miring kiri terhadap pencegahan konstipasi
melalui sistem sirkulasi akan terjadi penjalaran dimana terjadi kenaikan peristaltik usus dan
potensial aksi di sepanjang serat terminal, rectal toucher setelah dilakukan tindakan
maka proses depolarisasi meningkatkan mobilisasi miring kanan dan miring kiri.
permeabilitas membran serat saraf terhadap Oleh karena itu, penggantian posisi
ion kalsium, sehingga mempermudah ion ini miring kanan miring kiri secara teratur yang
berdifusi ke varikositas saraf. Disini ion kalsium dilakukan setiap 2 jam merupakan salah satu
berinteraksi dengan vesikel sekretori yang tindakan keperawatan yang perlu dilakukan
letaknya berdekatan dengan membran, karena dapat mencegah komplikasi yang dapat
sehingga vesikel ini bersatu dengan membran timbul akibat tirah baring klien.
dan mengosongkan isinya keluar dan akhirnya
disekresikan asetilkolin. Dengan dihasilkannya Tabulasi Silang Konstipasi dan Asupan
asetilkolin akan memicu gerakan peristaltik dan Makanan
relaksasi sfingter yang akan mempermudah Hasil penelitian didapatkan bahwa klien
pengeluaran isi usus melalui proses defekasi stroke yang mengalami konstipasi, sebagian
(Prastya, 2013). kecil (20%) klien yang memiliki asupan yang
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa cukup mengalami konstipasi ringan sedangkan
sebagian besar klien stroke melakukan klien yang stroke yang memiliki asupan
mobilisasi yang cukup yaitu melakukan miring makanan yang kurang hampir seluruhnya
kanan miring kiri 5-8 kali dalam 24 jam. Hal ini (80%) mengalami konstipasi ringan hingga
terjadi karena kebanyakan klien mengalami konstipasi berat. Data selengkapnya dapat
keterbatasan gerak. Hasil penelitian ini dilihat pada tabel 6
didukung dengan adanya penelitian yang

Tabel 6 Tabulasi Silang Konstipasi dan Asupan Makanan pada Klien


Stroke di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya Mei 2017

No Konstipasi Asupan Makanan


Cukup Kurang Jumlah
f % f % f %
1. Ringan 3 20 5 33,3 8 100
2. Sedang 0 0 4 26,7 4 100
3. Berat 0 0 3 20,00 3 100
Jumlah 3 20,0 12 80,0 15 100

Makanan adalah faktor utama yang yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan
mempengaruhi eliminasi feses. Serat adalah kimia (Mahan and Stump, 2003).
salah satu kandungan makanan yang penting Kandungan serat pangan dalam buah-
untuk memperbesar volume feses. Serat buahan lebih rendah. Komponen terbesar dari
makanan adalah bahan makanan residu sel serat pangan pada buah-buahan adalah
tanaman yang tidak dapat dihidrolisis senyawa pektin dan lignin sel buah.
(diuraikan) oleh enzim pencernaan manusia Kandungan serat pangan pada sayuran lebih
dalam suasana asam di lambung, serta hasil- tinggi dibandingkan buah-buahan. Kadar serat
hasil fermentasinya tidak dapat digunakan oleh pangan pada sayuran berkisar antara 2-3
tubuh. Serat merupakan bagian dari pangan g/100 g.

JURNAL KEPERAWATAN 130


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

Di dalam serat terdapat zat yang biasanya berupa aspirasi yang tersembunyi.
disebut lignin. Zat ini merupakan bagian yang Parese saraf kranial X sampai XII dismobilitas
paling sukar dicerna. Sifat zat ini adalah dan asimetri faring, laring tidak menutup
menghambat pencernaan komponen serat lain. sempurna, terkumpulnya bolus di vallecula,
Serat berfungsi untuk melunakkan feses dan dan tidak sempurnanya rileksasi atau spasme
meningkatkan volume feses. Dengan demikian dari cricopharingeal.
serat mempermudah buang air besar, serta Dengan adanya gangguan tersebut,
meningkatkan produksi gas usus. Pengeluaran umumnya klien stroke akan dipasang NGT
feses seseorang dengan diet (makan) serat untuk mendukung asupan nutrisi klien
tinggi adalah sekitar 80-160 gram perhari. sehingga makanan yang diberikan akan
Serat juga mempengaruhi waktu singgah berupakan makanan lunak. Akibatnya produksi
makanan yang masuk kedalam pencernaan. sisa yang dihasilkan tidak cukup untuk
Waktu singgah yang pendek tersebut terjadi merangsang refleks pada proses defekasi.
akibat banyaknya air yang tertahan dalam Dengan menurunnya refleks pada proses
rongga usus oleh bahan-bahan yang yang sulit defekasi, menyebabkan seseorang akan
dicerna. Selulosa dan hemiselulosa yang mengalami kesulitan buang air besar atau
terdapat di dalam serat bersifat pencahar atau konstipasi (Mubarok dkk, 2015).
memperlancar buang air besar. Diet rendah Dalam penelitian ini didapatkan
serat menyebabkan jumlah feses sedikit dan sebagian besar kandungan serat yang didapat
lebih keras, untuk mengeluarkan kotoran jenis dari asupan makanan klien kurang. Hal ini bisa
ini membutuhkan kontraksi otot dinding usus terjadi karena klien stroke memiliki pola makan
besar. Tekanan yang besar pada rongga usus yang tidak teratur dan kebiasaan tidak
ini memudahkan terjadinya benjolan. Serat menghabiskan makanan yang telah diberikan
dapat juga mencegah kanker usus besar oleh petugas kesehatan. Makan yang teratur
(Kosasih dkk, 2012). mempengaruhi defekasi dan makan yang tidak
Klien dengan stroke juga umumnya teratur dapat mengganggu keteraturan pola
mengalami gangguan dan kesulitan dalam defekasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
menelan makanan atau minuman (Hernanta, hasil penelitian Oktaviana (2013), ada
2013). Kesulitan menelan (disfagia) pada klien hubungan yang bermakna antara asupan serat
stroke dapat disebabkan oleh edema otak, dengan terjadinya konstipasi. Konstipasi lebih
menurunnya tingkat kesadaran, ataupun akibat banyak dialami oleh responden dengan asupan
proses diaschisis, yang biasanya bersifat serat yang rendah (58,2%) dibanding dengan
sementara. Tetapi bila lesi terjadi di daerah responden dengan asupan serat yang tinggi
batang otak, kemungkinan klien akan (27,3%).
mengalami disfagia yang menetap. Werner Oleh karena itu, diharapkan kecukupan
(2005) dalam Mulyatsih (2009) mengemukakan asupan serat bagi klien stroke perlu
bahwa lesi pada hemisfer kiri menyebabkan diperhatikan. Selain untuk mencegah
menurunnya aktifitas motorik di oral dan terjadinya konstipasi yang dapat
apraxia, sedangkan lesi di hemisfer kanan mengakibatkan komplikasi yang lain pada klien
berhubungan dengan terlambatnya refleks stroke, mengkonsumsi serat yang cukup dalam
menelan, bolus tertahan di faring, sehingga dietnya juga dapat memelihara kesehatan
dapat menyebabkan aspirasi. umum klien
Peneliti lain (Smithards, 2014) .
mengemukakan, bahwa selama fase akut tidak KESIMPULAN DAN SARAN
ada hubungannya antara kejadian aspirasi atau Berdasarkan penelitian mengenai
disfagia dengan lokasi stroke dan letak lesi. Penyebab Konstipasi pada Klien Stroke di
Stroke akut pada batang otak kemungkinan Ruang Azzahra Rumah Sakit Islam Jemursari
dapat menyebabkan disfagia dengan atau Surabaya dapat diambil kesimpulan; Sebagian
defisit neurologik yang lain. Hampir 62,5% besar (53,3%) klien mengalami konstipasi
klien stroke dengan kelainan pada batang otak ringan, hampir setengahnya (26,7%)
mengalami aspirasi, terutama lesi pada mengalami konstipasi sedang, dan sebagian
medulla atau pons. Risiko aspirasi akan kecil (20%) mengalami konstipasi berat.
meningkat bila mengenai bilateral, dan Penyebab konstipasi pada klien sebagian besar

JURNAL KEPERAWATAN 131


Vol. X No 3 Desember 2017 ISSN 1979 - 8091

(53,3%) menjalani lama tirah baring kurang Kosasih, dkk. (2012). Analisis Faktor-Faktor
dari 7 hari, (53,3%) melakukan mobilisasi Penyebab Konstipasi Pasien Stroke di
cukup, dan hampir seluruhnya (80%) memiliki Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Hasan
asupan makanan yang kurang. Hampir Sadikin Bandung, UNPAD
setengahnya (46,6%) klien yang menjalani
tirah baring selama ≥ 7 hari, mengalami Kusharto, CM. (2006). Serat Makanan dan
konstipasi ringan, konstipasi sedang, dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi
konstipasi berat. Sebagian besar (53,4%) klien dan Pangan, 1(2), 45-54.
yang menjalani mobilisasi cukup, mengalami
konstipasi ringan dan sedang. Hampir Mahan and Stump. (2003). Krause’s Food,
seluruhnya (80%) klien dengan asupan Nutrition, and Diet Therapy.
makanan yang kurang mengalami konstipasi W.B.Saunders.
ringan, konstipasi sedang, dan konstipasi
berat. Berdasarkan kesimpulan tersebut Mubarak, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan
disarankan pada klien stroke untuk diberikan Dasar Buku 2. Jakarta: Selemba Medika.
mobilisasi sesuai jadual dan konsumsi
makanan tinggi serat. Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem
DAFTAR PUSTAKA Persarafan. Jakarta: SalembaMedika.

Ayun, Qurrotun. (2014). Komplikasi Pada Oktaviana Eka, Asih Setiarini. (2013).
Pasien Stroke Di Ruang Rawat Intensif Hubungan Asupan Serat dan Faktor-
RSUP dr. Kariadi Semarang. Undip. Faktor Lain Dengan Konstipasi Fungsional
Barucha, A.E. (2007). Constipation Best Pada Mahasiswi Reguler Gizi Fakultas
Practice & Research Clinical Kesehatan Masyarakat Universitas
Gastroenterology. Vol 21. Nomor 4 Indonesia tahun 2013. FKM-Ui, Depok.
Corwin, EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologis. Prastya. Anddy. (2013). Pengaruh Mobilisasi
Jakarta: EGC. Miring Kanan Miring Kiri Terhadap
Guy, H.,et al. (2013). Pressure ulcer Pencegahan Konstipasi Pada Pasien
prevention: making a difference across Stroke. Stikes Majapahit, Mojokerto.
a health authority. Journal of Nursing
Volume 22. Nomor 12 Perry dan Potter. (2006). Buku Ajar
Hernanta, Iyan. (2013). Ilmu Kedokteran Fundamental keperwatan. Edisi 5.
Lengkap Tentang Neurosains. Yogjakarta: Jakarta: EGC.
D-Medika. Sari, S. H., Agianto., Wahid, A. (2015).
Haryono, Rudi. (2012). Keperawatan Medikal Batasan Karakteristik dan Faktor yang
Bedah: Sistem Pencernaan.Yogyakarta: Berhungan (etiologi) Diagnosa
Goysen Publishing. Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
Kemenkes RI (2013). Penyajian Pokok-Pokok pada Pasien Stroke. Volume 3, Nomor 1,
Hasil Riset Kesehatan Dasar Maret 2015.
2013.http://depkes.go.id/download.Riske Sari, Eka A. (2010). Hubungan Pola Makan
das/2013 tanggal 26 Oktober 2016 pukul Berserat dengan Kejadian Konstipasi di
15.00 WIB. RSUP H. Malik. Universitas Sumatera
Utara, Medan
Koniyo, Mira Astri. (2011). Efektifitas ROM Tarihoran, DET. (2010). Pengaruh Posisi Miring
Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi pada 30 Derajat Terhadap Kejadian Luka
Pasien Stroke. Jurnal Health and Sport Tekan Grade I (Non Blanchable
Volume 3 Nomor 1. Erythema) Pada Pasien Stroke di Siloam
Hospitals. FIK UI

JURNAL KEPERAWATAN 132

Anda mungkin juga menyukai