954 1907 1 SM
954 1907 1 SM
ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit defisit neurologis yang sering terjadi pada masyarakat. Akibat
yang ditimbulkan dari adanya efisit neurologis tersebut salah satunya adalah terjadinya konstipasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya konstipasi pada klien stroke di Rumah
Sakit Islam Jemursari Surabaya.
Metode yang digunakan yaitu deskriptif pada klien stroke yang mengalami konstipasi di
Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya, dengan populasi 16 klien dan pengambilan sampel 15 klien.
Metode pengambilan data adalah dengan wawancara. Instrumen pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan lembar observasi yang mencakup lama tirah baring, mobilisasi, dan asupan makanan.
Hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa klien stroke hampir setengahnya menjalani lama
tirah baring selama ≥ 7 hari mengalami konstipasi ringan, konstipasi sedang, dan konstipasi berat.
Sebagian besar klien yang menjalani mobilisasi cukup mengalami konstipasi ringan dan konstipasi
sedang. Hampir seluruhnya klien dengan asupan makanan yang kurang mengalami konstipasi ringan,
konstipasi sedang, dan konstipasi berat.
Diharapkan perlu adanya perhatian khusus dari perawat, keluarga, maupun klien stroke agar
klien tidak mengalami konstipasi dengan cara melakukan mobilisasi miring kanan miring kiri setiap dua
jam dan mengkonsumi makanan dengan kandungan serat yang cukup agar tidak mengalami konstipasi.
ABSTRACT
pada klien dengan tirah baring sehingga dapat klien dibantu dengan keluarga mengisi
meningkatkan tonus otot abdomen yang mobilisasi miring kanan miring kiri dan posisi
membantu mendorong isi kolon, melakukan telentang setiap 2 jam sekali dengan
miring kanan miring kiri setiap 2 jam yang menggunakan lembar observasi yang telah
dapat mendukung sekresi asetilkolin sehingga ditentukan. Skor diperoleh tiap klien
memicu gerakan peristaltik dan relaksasi melakukan mobilisasi. Tiap skor bernilai 1. Skor
sfringter sehingga mempermudah pengeluaran tertinggi yang diperoleh klien adalah 12 dan
isi usus, mendorong ambulasi sering dan skor terendah 0. Setelah data diperoleh maka
mengajarkan latihan pengerutan otot abdomen akan dikategorikan menjadi mobilisasi baik
untuk meningkatkan defekasi, serta apabila mendapat skor 9-12, mobilisasi cukup
mendorong klien untuk mengkonsumsi apabila mendapat skor 5-8, dan mobilisasi
makanan yang banyak mengandung serat. kurang apabila skor 0-4. Untuk asupan
Dengan memperhatikan hal diatas, maka makanan, data diperoleh dengan
peneliti tertarik untuk meneliti penyebab menggunakan lembar observasi yang telah
konstipasi yang terjadi pada klien stroke. disediakan oleh peneliti. Peneliti melakukan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah pengkajian daftar makanan yang dimakan oleh
mengidentifikasi klien yang mengalami klien selama 24 jam dengan menggunakan
konstipasi pada klien stroke yang menjalani formulir food recoll 24 jam. Dari hasil
perawatan di Rumah Sakit Islam Jemursari pengkajian asupan makanan klien tersebut,
Surabaya. kemudian menghitung jumlah serat yang
terkandung di dalam makanan klien selama 24
BAHAN DAN METODE jam tersebut. Setelah di dapatkan data, maka
Penelitian ini merupakan penelitian akan dikategorikan menjadi asupan makanan
deskriptif yang dilakukan dengan tujuan baik apabila skor ≥ 20, asupan makanan cukup
membuat gambaran atau deskripsi tentang apabila skor 11-19, dan asupan makanan
suatu keadaan secara obyektif dalam hal ini kurang apabila skor ≤ 10. Data dari pengkajian
mengidentifikasi penyebab konstipasi pada dikumpulkan, kemudian data disajikan dalam
klien stroke dengan pendekatan cross bentuk tabel, dianalisis dan diinterpretasikan
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah menjadi informasi yang berguna dan disajikan
seluruh klien stroke yang dirawat di Ruang dalam bentuk tabel
Azzahra 1 Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya dengan kriteria klien : bersedia HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi responden, berusia 45-70 tahun dan
lama tirah baring ≥ 5 hari. Besar sampel Karakteristik Klien
dalam penelitian ini 15 responden yang dipilih Karakteristik klien stroke di Rumah Sakit
secara accidental sampling. Variabel pada Islam Jemursari Surabaya yang meliputi usia,
penelitian ini adalah konstipasi dan faktor- jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan jenis
faktor yang menyebabkan konstipasi meliputi stroke. Hasil penelitian pada klien stroke
lama tirah baring, mobilisasi klien, dan asupan didapatkan hampir setengahnya (40%) berusia
makanan. Pengumpulan data penyebab 56-65 tahun, sebagian besar (66,7%) berjenis
konstipasi diantaranya lama tirah baring, kelamin laki-laki, dan (40%) menempuh
mobilisasi, dan asupan makanan dilakukan pendidikan terakhir SMP. Hampir setengahnya
dengan menggunakan kuesioner dan lembar (40%) bekerja sebagai swasta dan (73,3%)
observasi. Untuk lama tirah baring, klien mengalami stroke hemmoragik. Sebagian kecil
mengisi tanggal masuk rumah sakit dan lama (13,3%) berusia 36 – 45 tahun, (33,3%)
tirah baring klien selama dirawat di rumah berjenis kelamin perempuan, dan (26,7%)
sakit dengan ketentuan lama tirah baring lebih menempuh pendidikan terakhir SMA. Sebagian
dari 5 hari. Setelah itu di lakukan pengkajian kecil (13,3%) bekerja sebagain PNS,
mengenai konsisi klien saat ini. Setelah data pensiuanan, dan tidak bekerja serta (26,7%)
diperoleh, maka data akan dikategorikan mengalami stroke non hemmoragik. Data
menjadi lama tirah baring dibawah rata-rata selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1
apabila x ≥ x dan lama tirah baring di atas
rata-rata apabila x ≤ x. Untuk mobilisasi klien,
Tabel 1 Karakteristik Klien Stroke yang Tabel 2 Konstipasi pada Klien Stroke di
Mengalami Konstipasi di Rumah Rumah Sakit Islam Jemursari
Sakit Islam Jemursari Surabaya Mei Surabaya Mei 2017
2017
No. Konstipasi f %
No Karakteristik f % 1. Konstipasi ringan 8 53,3
1. Usia : 2. Konstipasi sedang 4 26,7
36 – 45 tahun 2 13,3 3. Konstipasi berat 3 20
46 – 55 tahun 4 26,7 Jumlah 15 100
56 – 65 tahun 6 40
> 65 tahun 3 20 Konstipasi adalah gangguan pada pola
Jumlah 15 100 eliminasi akibat adanya feses yang kering atau
2. Jenis Kelamin : keras melewati usus besar. Konstipasi
Laki-laki 10 66,7 merupakan gejala, bukan penyakit yaitu
Perempuan 5 33,3 menurunnya frekuensi BAB disertai dengan
Jumlah 15 100 pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
3. Pendidikan Terakh mengejan (Mubarok dkk, 2015). Konstipasi
SD 5 33,3 juga terjadi karena menurunnya fungsi saraf
SMP 6 40 otot-otot yang mendukung proses defekasi
SMA 4 26,7 diantaranya tonus perut, otot pelvik, dan
Jumlah 15 100 diafragma. Aktivitasnya juga merangsang
4. Pekerjaan : peristaltik yang memfasilitasi pergerakan
Swasta 6 40 chyme sepanjang colon. Sedangkan otot-otot
Wiraswasta 3 20 yang lemah sering tidak efektif pada
PNS 2 13,3 peningkatan tekanan intraabdominal selama
Pensiunan 2 13,3 proses defekasi (Haryono, 2012).
Tidak bekerja 2 13,3 Konstipasi dapat disebabkan oleh
Jumlah 15 100 beberapa faktor, yaitu faktor mekanis, faktor
5. Jenis Stroke : fisiologis, faktor fungsional, faktor psikologis,
Stroke 11 73,3 dan faktor farmakologis (Nanda, 2010). Faktor
hemmoragik 4 26,7 mekanis berkaitan dengan gangguan
Stroke non neurologis, pada pasien stroke disebabkan oleh
hemmoragik penurunan beberapa fungsi neurologis.
Jumlah 15 100 Pertama penurunan fungsi motorik yang
menyebabkan terjadi gangguan mobilisasi.
Gangguan mobilitas dan ketidakberdayaan
Konstipasi pada Klien Stroke (deconditioning) adalah masalah yang paling
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sering dialami pasien stroke (Wahjoepramono,
bahwa klien stroke yang menjalani 2005). Gangguan mobilisasi yang
perawatan di Rumah Sakit Islam Jemursari berkepanjangan dapat mengakibatkan
Surabaya sebagian besar (53,3%) komplikasi pada pasien stroke salah satunya
mengalami konstipasi ringan dan sebagian adalah konstipasi.
kecil (20%) klien stroke yang mengalami Klien stroke yang dirawat di ruangan
konstipasi berat. Data selengkapnya dapat sangat rentan terhadap kejadian konstipasi.
dilihat pada tabel 2 Hal ini terjadi karena klien stroke mengalami
defisit neurologis yang mengakibatkan
ketidakmampuan klien dalam mengubah posisi
tubuh dan hanya berbaring di tempat tidur
sehingga akan mengalami perubahan fungsi
biologis yang akan berpengaruh pada fungsi
metabolisme normal, menurunnya laju
metabolisme, dan dapat menyebabkan
Mobilisasi yang dimaksud dalam dilakukan oleh Prastya (2013) yang meneliti
penelitian ini adalah kemampuan klien mengenai Pengaruh Miring Kanan dan Miring
melakukan miring kanan dan miring kiri yang Kiri Terhadap Pencegahan Konstipasi pada
dilakukan selama 24 jam. Kurangnya mobilisasi Pasien Stroke Infark dengan Tirah Baring Lama
(miring kanan dan miring kiri) yang dilakukan di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Soekandar
oleh klien stroke dapat mempengaruhi proses Mojokerto yang menunjukkan hasil bahwa ada
defekasi. Hal ini terjadi karena pengaruh pengaruh signifikan mobilisasi miring kanan
mobilisasi miring kanan miring kiri tiap 2 jam dan miring kiri terhadap pencegahan konstipasi
melalui sistem sirkulasi akan terjadi penjalaran dimana terjadi kenaikan peristaltik usus dan
potensial aksi di sepanjang serat terminal, rectal toucher setelah dilakukan tindakan
maka proses depolarisasi meningkatkan mobilisasi miring kanan dan miring kiri.
permeabilitas membran serat saraf terhadap Oleh karena itu, penggantian posisi
ion kalsium, sehingga mempermudah ion ini miring kanan miring kiri secara teratur yang
berdifusi ke varikositas saraf. Disini ion kalsium dilakukan setiap 2 jam merupakan salah satu
berinteraksi dengan vesikel sekretori yang tindakan keperawatan yang perlu dilakukan
letaknya berdekatan dengan membran, karena dapat mencegah komplikasi yang dapat
sehingga vesikel ini bersatu dengan membran timbul akibat tirah baring klien.
dan mengosongkan isinya keluar dan akhirnya
disekresikan asetilkolin. Dengan dihasilkannya Tabulasi Silang Konstipasi dan Asupan
asetilkolin akan memicu gerakan peristaltik dan Makanan
relaksasi sfingter yang akan mempermudah Hasil penelitian didapatkan bahwa klien
pengeluaran isi usus melalui proses defekasi stroke yang mengalami konstipasi, sebagian
(Prastya, 2013). kecil (20%) klien yang memiliki asupan yang
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa cukup mengalami konstipasi ringan sedangkan
sebagian besar klien stroke melakukan klien yang stroke yang memiliki asupan
mobilisasi yang cukup yaitu melakukan miring makanan yang kurang hampir seluruhnya
kanan miring kiri 5-8 kali dalam 24 jam. Hal ini (80%) mengalami konstipasi ringan hingga
terjadi karena kebanyakan klien mengalami konstipasi berat. Data selengkapnya dapat
keterbatasan gerak. Hasil penelitian ini dilihat pada tabel 6
didukung dengan adanya penelitian yang
Makanan adalah faktor utama yang yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan
mempengaruhi eliminasi feses. Serat adalah kimia (Mahan and Stump, 2003).
salah satu kandungan makanan yang penting Kandungan serat pangan dalam buah-
untuk memperbesar volume feses. Serat buahan lebih rendah. Komponen terbesar dari
makanan adalah bahan makanan residu sel serat pangan pada buah-buahan adalah
tanaman yang tidak dapat dihidrolisis senyawa pektin dan lignin sel buah.
(diuraikan) oleh enzim pencernaan manusia Kandungan serat pangan pada sayuran lebih
dalam suasana asam di lambung, serta hasil- tinggi dibandingkan buah-buahan. Kadar serat
hasil fermentasinya tidak dapat digunakan oleh pangan pada sayuran berkisar antara 2-3
tubuh. Serat merupakan bagian dari pangan g/100 g.
Di dalam serat terdapat zat yang biasanya berupa aspirasi yang tersembunyi.
disebut lignin. Zat ini merupakan bagian yang Parese saraf kranial X sampai XII dismobilitas
paling sukar dicerna. Sifat zat ini adalah dan asimetri faring, laring tidak menutup
menghambat pencernaan komponen serat lain. sempurna, terkumpulnya bolus di vallecula,
Serat berfungsi untuk melunakkan feses dan dan tidak sempurnanya rileksasi atau spasme
meningkatkan volume feses. Dengan demikian dari cricopharingeal.
serat mempermudah buang air besar, serta Dengan adanya gangguan tersebut,
meningkatkan produksi gas usus. Pengeluaran umumnya klien stroke akan dipasang NGT
feses seseorang dengan diet (makan) serat untuk mendukung asupan nutrisi klien
tinggi adalah sekitar 80-160 gram perhari. sehingga makanan yang diberikan akan
Serat juga mempengaruhi waktu singgah berupakan makanan lunak. Akibatnya produksi
makanan yang masuk kedalam pencernaan. sisa yang dihasilkan tidak cukup untuk
Waktu singgah yang pendek tersebut terjadi merangsang refleks pada proses defekasi.
akibat banyaknya air yang tertahan dalam Dengan menurunnya refleks pada proses
rongga usus oleh bahan-bahan yang yang sulit defekasi, menyebabkan seseorang akan
dicerna. Selulosa dan hemiselulosa yang mengalami kesulitan buang air besar atau
terdapat di dalam serat bersifat pencahar atau konstipasi (Mubarok dkk, 2015).
memperlancar buang air besar. Diet rendah Dalam penelitian ini didapatkan
serat menyebabkan jumlah feses sedikit dan sebagian besar kandungan serat yang didapat
lebih keras, untuk mengeluarkan kotoran jenis dari asupan makanan klien kurang. Hal ini bisa
ini membutuhkan kontraksi otot dinding usus terjadi karena klien stroke memiliki pola makan
besar. Tekanan yang besar pada rongga usus yang tidak teratur dan kebiasaan tidak
ini memudahkan terjadinya benjolan. Serat menghabiskan makanan yang telah diberikan
dapat juga mencegah kanker usus besar oleh petugas kesehatan. Makan yang teratur
(Kosasih dkk, 2012). mempengaruhi defekasi dan makan yang tidak
Klien dengan stroke juga umumnya teratur dapat mengganggu keteraturan pola
mengalami gangguan dan kesulitan dalam defekasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
menelan makanan atau minuman (Hernanta, hasil penelitian Oktaviana (2013), ada
2013). Kesulitan menelan (disfagia) pada klien hubungan yang bermakna antara asupan serat
stroke dapat disebabkan oleh edema otak, dengan terjadinya konstipasi. Konstipasi lebih
menurunnya tingkat kesadaran, ataupun akibat banyak dialami oleh responden dengan asupan
proses diaschisis, yang biasanya bersifat serat yang rendah (58,2%) dibanding dengan
sementara. Tetapi bila lesi terjadi di daerah responden dengan asupan serat yang tinggi
batang otak, kemungkinan klien akan (27,3%).
mengalami disfagia yang menetap. Werner Oleh karena itu, diharapkan kecukupan
(2005) dalam Mulyatsih (2009) mengemukakan asupan serat bagi klien stroke perlu
bahwa lesi pada hemisfer kiri menyebabkan diperhatikan. Selain untuk mencegah
menurunnya aktifitas motorik di oral dan terjadinya konstipasi yang dapat
apraxia, sedangkan lesi di hemisfer kanan mengakibatkan komplikasi yang lain pada klien
berhubungan dengan terlambatnya refleks stroke, mengkonsumsi serat yang cukup dalam
menelan, bolus tertahan di faring, sehingga dietnya juga dapat memelihara kesehatan
dapat menyebabkan aspirasi. umum klien
Peneliti lain (Smithards, 2014) .
mengemukakan, bahwa selama fase akut tidak KESIMPULAN DAN SARAN
ada hubungannya antara kejadian aspirasi atau Berdasarkan penelitian mengenai
disfagia dengan lokasi stroke dan letak lesi. Penyebab Konstipasi pada Klien Stroke di
Stroke akut pada batang otak kemungkinan Ruang Azzahra Rumah Sakit Islam Jemursari
dapat menyebabkan disfagia dengan atau Surabaya dapat diambil kesimpulan; Sebagian
defisit neurologik yang lain. Hampir 62,5% besar (53,3%) klien mengalami konstipasi
klien stroke dengan kelainan pada batang otak ringan, hampir setengahnya (26,7%)
mengalami aspirasi, terutama lesi pada mengalami konstipasi sedang, dan sebagian
medulla atau pons. Risiko aspirasi akan kecil (20%) mengalami konstipasi berat.
meningkat bila mengenai bilateral, dan Penyebab konstipasi pada klien sebagian besar
(53,3%) menjalani lama tirah baring kurang Kosasih, dkk. (2012). Analisis Faktor-Faktor
dari 7 hari, (53,3%) melakukan mobilisasi Penyebab Konstipasi Pasien Stroke di
cukup, dan hampir seluruhnya (80%) memiliki Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Hasan
asupan makanan yang kurang. Hampir Sadikin Bandung, UNPAD
setengahnya (46,6%) klien yang menjalani
tirah baring selama ≥ 7 hari, mengalami Kusharto, CM. (2006). Serat Makanan dan
konstipasi ringan, konstipasi sedang, dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi
konstipasi berat. Sebagian besar (53,4%) klien dan Pangan, 1(2), 45-54.
yang menjalani mobilisasi cukup, mengalami
konstipasi ringan dan sedang. Hampir Mahan and Stump. (2003). Krause’s Food,
seluruhnya (80%) klien dengan asupan Nutrition, and Diet Therapy.
makanan yang kurang mengalami konstipasi W.B.Saunders.
ringan, konstipasi sedang, dan konstipasi
berat. Berdasarkan kesimpulan tersebut Mubarak, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan
disarankan pada klien stroke untuk diberikan Dasar Buku 2. Jakarta: Selemba Medika.
mobilisasi sesuai jadual dan konsumsi
makanan tinggi serat. Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem
DAFTAR PUSTAKA Persarafan. Jakarta: SalembaMedika.
Ayun, Qurrotun. (2014). Komplikasi Pada Oktaviana Eka, Asih Setiarini. (2013).
Pasien Stroke Di Ruang Rawat Intensif Hubungan Asupan Serat dan Faktor-
RSUP dr. Kariadi Semarang. Undip. Faktor Lain Dengan Konstipasi Fungsional
Barucha, A.E. (2007). Constipation Best Pada Mahasiswi Reguler Gizi Fakultas
Practice & Research Clinical Kesehatan Masyarakat Universitas
Gastroenterology. Vol 21. Nomor 4 Indonesia tahun 2013. FKM-Ui, Depok.
Corwin, EJ. (2009). Buku Saku Patofisiologis. Prastya. Anddy. (2013). Pengaruh Mobilisasi
Jakarta: EGC. Miring Kanan Miring Kiri Terhadap
Guy, H.,et al. (2013). Pressure ulcer Pencegahan Konstipasi Pada Pasien
prevention: making a difference across Stroke. Stikes Majapahit, Mojokerto.
a health authority. Journal of Nursing
Volume 22. Nomor 12 Perry dan Potter. (2006). Buku Ajar
Hernanta, Iyan. (2013). Ilmu Kedokteran Fundamental keperwatan. Edisi 5.
Lengkap Tentang Neurosains. Yogjakarta: Jakarta: EGC.
D-Medika. Sari, S. H., Agianto., Wahid, A. (2015).
Haryono, Rudi. (2012). Keperawatan Medikal Batasan Karakteristik dan Faktor yang
Bedah: Sistem Pencernaan.Yogyakarta: Berhungan (etiologi) Diagnosa
Goysen Publishing. Keperawatan: Hambatan Mobilitas Fisik
Kemenkes RI (2013). Penyajian Pokok-Pokok pada Pasien Stroke. Volume 3, Nomor 1,
Hasil Riset Kesehatan Dasar Maret 2015.
2013.http://depkes.go.id/download.Riske Sari, Eka A. (2010). Hubungan Pola Makan
das/2013 tanggal 26 Oktober 2016 pukul Berserat dengan Kejadian Konstipasi di
15.00 WIB. RSUP H. Malik. Universitas Sumatera
Utara, Medan
Koniyo, Mira Astri. (2011). Efektifitas ROM Tarihoran, DET. (2010). Pengaruh Posisi Miring
Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi pada 30 Derajat Terhadap Kejadian Luka
Pasien Stroke. Jurnal Health and Sport Tekan Grade I (Non Blanchable
Volume 3 Nomor 1. Erythema) Pada Pasien Stroke di Siloam
Hospitals. FIK UI