Anda di halaman 1dari 8

THARIQAH MU’TABARAH : SEJARAH DAN

PERKEMBANGANNYA

Disususun untuk memenuhi tugas harian


Mata Kuliah : Teosofi
Dosen Pengampu : Cholid Zamzami, M. Si

Oleh : Fatimatuz Zahroh (200606110129)

KELAS D
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
THARIQAH MU’TABARAH : SEJARAH DAN
PERKEMBANGANNYA
Fatimatuz Zahroh
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Kata “tarekat” berasal dari bahasa Arab yang asal katanya adalah ‫ طريقة‬yang berarti
jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Menurut bahasa berarti cara, metode atau
sistem. Dalam tasawuf dikenal istilah Thariqah, yang berarti jalan, yakni jalan untuk
mencapai Ridla Allah. Orang yang hendak menempuh jalan itu harus berhati hati, karena
: Ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima.
(Mu’tabarah. Wa ghairu Mu’tabarah).

SEJARAH DAN PEKEMBANGANNYA


Tarekat bukanlah sesuatu yang terpisah dari syari’at. Seperti yang dikatakan orang,
”syariat tanpa tarekat adalah kosong, sedangkan tarekat tanpa syariat adalah bohong.”
Tarekat merupakan bagian terpenting dari pada pelaksanaan tasawuf. Mempelajari
tasawuf dengan tidak mengetahui dan melakukan tarekat merupakan usaha yang sia sia.

Habib Muhammad Lutfi bin Yahya, Pemimpin Jam'iyyah Tarekat Mu’tabarah


An-Nahdliyyah, membagi Tarekat menjadi dua: Tarekat Syariah dan Tarekat Wushul.
Tarekat Syariah adalah seperangkat aturan-aturan fiqih yang disebutkan dalam berbagai
kitab-kitab para ahli fiqih yang mu’tabar, para muhadistin, mutakalimin dan mufassirin
yang mu’tabar. Sedangkan tarekat wushul adalah upaya memetik hasil dari pelaksanaan
tarekat Syariah dengan mengikuti bimbingan Syekh dengan penuh pengabdian,
muaffaqoh (mengangap benar) dan menghindar buruk sangka, serta berupaya
membersihkan hatinya dari berbagai sifat tercela, menghiasinya dengan sifat mulia, dan
memperbanyak zikir, menyebut nama Allah. Karena pembersihan hati dari berbagai hal
negatif tersebut hukumnya wajib, maka wajib pula hukum memasuki tarikat.

Sejalan dengan perkembangan tarekat yang tersebar luas di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, terdapat organisasi yang membawahi tarekat yang mu'tabarah (terkenal dan
diakui). Organisasi ini bernama Jam'iyyah Ahl al Thariqah al-Mu'tabarah Indonesia
(Jatmi) dan Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al Mu'tabarah al-Nahdliyyah (Jatman). Organisasi
tarekat yang kedua ini menaungi sejumlah tarekat yang berafiliasi pada organisasi
Nahdlatul Ulama (NU). Tujuan tarekat dikelompokkan adalah agar menjadi tarekat yang
berkembang pesat di Indonesia dan tarekat-tarekat yang berkembang di dunia Islam.

AJARAN THARIQAH MU’TABARAH


Tarekat berarti jalan yang mengacu kepada sebuah metode, latihan, atau amalan
guna mencapai ridho Allah S.W.T. Dengan demikian, berarti ada kemungkinan banyak
jalan untuk bisa sampai kepada tujuan utama tersebut. Para filsuf mengakui akan
banyaknya jalan tersebut melalui ungkapan “jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya
makhluk”.

Dengan banyaknya jalan yang tersedia, kita sebagai manusia harus berhati-hati
dalam memilih jalan yang akan ditempuh. Jangan menjadi seseorang yang ambisius yang
menghalalkan segala cara agar keinginannya tercapai. Maksudnya adalah dalam tasawuf
ada tarekat atau jalan yang sah dan ada yang tidak sah. Kita harus memilih dan mengikuti
tarekat yang sah, karena yang tidak sah akan menuju ke kesesatan

Menurut KH. Dzikro Abdullah dalam penjelasannya mengenai sejarah tarekat,


tarekat berawal dari Nabi yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi
semua Tarekat Mu’tabarah itu, sanad atau silsilah nya muttasil (bersambung) sampai
kepada Nabi. Jadi apabila suatu tarekat silsilahnya tidak sampai kepada Nabi maka
tarekat tersebut adalah tarekat yang tidak sah dan tidak boleh diikuti.

Ahli tarekat menerangkan bahwa terekat itu tidak terbatas banyaknya, karena
tarekat atau jalan kepada Allah itu sebanyak jiwa manusia. Maka dari itu, tarekat yang
diakui sah oleh ulama harus mempunyai lima dasar, yaitu:

a. Menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai perintah Tuhan


b. Mendampingi guru dan teman setarekat untuk meneladani
c. Meninggalkan rukhsan dan ta’wil untuk kesungguhan
d. Mengisi semua waktu dengan doa dan wirid
e. Mengekangi hawa nafsu daripada berniat salah dan untuk keselamatan.

Pada dasarnya, unsur tarekat terdiri dari syaikh, syaikh mursyid, mursyid, murid,
ribath (tempat latihan), kitab-kitab, baiat, metode/ajaran, dan silsilah. Dari unsur-unsur
tersebut, yang menjadi syarat sah utama sebuah tarekat adalah silsilah. Silsilah menjadi
tolok ukur sebuah tarekat itu mu’tabarah. Silsilah harus ada, sebab bimbingan agama
yang diambil dari guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak
demikian, berarti tarekat itu terputus atau palsu, bukan warisan dari Nabi. Penjelasan
tersebut merupakan inti ajaran dari Tarekat Mu’tabarah.

MACAM THARIQAH MU’TABARAH


Tarekat memiliki banyak macam, ada tarekat yang merupakan induk, diciptakan
oleh para tokoh tasawuf aqidah, dan ada tarekat yang merupakan perpecahan dari tarekat
induk yang sudah dipengaruhi oleh syeikh-syeikh tarekat yang mengamalkannya. Dan
dalam perpecahan tarekat-tarekat itu disusun atau diberi istilah-istilah yang sesuai
dengan tempat perkembangannya.

Dalam perkembangannya di Indonesia, terdapat 45 tarekat mu’tabarah, yaitu:


Rumiyah, Rifa’iyah, Sa’diyah, Bakriyah, Justiyah, Umariyah, Alawiyah, Abasiyah,
Zainiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Bayumiyah, Malamiyah, Ghoibiyah, Tijaniyah,
Uwaisiyah, Idrisiyah, Samaniyah, Buhuriyah, Usyaqiyah, Kubrowiyah, Maulawiyah,
Jalwatiyah, Baerumiyah, Ghozaliyah, Hamzawiyah, Hadadiyah, Mabuliyah, Sumbuliyah,
Idrusiyah, Usmaniyah, Syadziliyah, Sya’baniyah, Khalsyaniyah, Qodiriyah, Syatoriyah,
Khalwatiyah, Bakdasiyah, Syuhriyah, Ahmadiyah, ‘Isawiyah, Thuruqil Akabiril Auliya,
Qadariyah wa Naqsabandiyah, Khalidiyah wa Naqsabandiyah, Ahli Mulazamatil Qur’an
wa Sunnah wa Dalailil Khoiroti Wata’limi Fathil Qoribi, au Kifayatil Awam.

1. Thariqah Qadariyah

Didirikan oleh Syaikh ‘Abd al- Qadir al Jilani (1077-1166). .Beliau selalu
menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia, beliau memberikan cara untuk
menggapai kesucian diri yang tertinggi, beberapa ajaran tersebut adalah Taubat,
Zuhud, Tawakkal, Syukur, Ridha dan Jujur. Tarekat ini merupakan pelopor
aliran-aliran di Dunia islam. Tarekat ini mulai tersebar di Iraq dan Syuriah pada
Abad ke-13 pada abad ke 15 berkembang di benu india dan abad selanjutnya
berkembang di Afrika utara, Turki, Asia Kecil seperti Indonesia,dan Eropa Timur.

Tarikat Qodiriyah ini dikenal santai atau luwes. Yaitu apabila murid sudah
mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus
mengikuti Tarikat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi Tarikat yang
lain ke dalam Tarikatnya.

Karena keluwesannya tersebut, terdapat puluhan Tarikat yang masuk dalam


kategori Qadiriyah. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19, Ghawtsiyah
(1517 M), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), dan lain-lain, semuanya
berasal dari India. Di Turki terdapat Tarikat Hindiyah, Khulusiyah, dan lain-lain.
Dan di Yaman ada Tarikat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah. Sedangkan di Afrika
diantaranya terdapat Tarikat Ammariyah, Tarikat Bakka’iyah, dan lain sebagainya.
Di Indonesia, pencabangan Tarikat Qodiriyah yang secara khusus oleh Syaikh
Achmad Khotib As-Syambasi digabungkan dengan Tarikat Naqsyabandiyah menjadi
Tarikat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah. Garis salsilahnya, salah satunya melalui
Syaikh Abdul Karim Tanara Al-Bantani.

Tarekat Qadiriyah bersifat toleran, progresif(kemajuan) dan latihan wirid yang


ketat. Cara zikir mereka setelah shalat adalah dengan membaca istighfar, membaca
takbir, shalawat Nabi dan kemudian membaca “Hailalah”. Masing-masing dibaca
100 kali, dengan ciri khas dzikirnya menggunakan suara yang keras.

2. Thariqah Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang didirikan oleh Abu al-Hasan


as-Syadzili (1196-1258). Tarekat ini mulai berkembang di Negara Tunisia, Mesir,
Aljazair, Sudan, Suriah, Semenanjung Arabia, dan Sampai di Indonesia Khususnya
diwilayah Jawa tengah dan Jawa timur. Amalan hidup tarekat Syadziliyah
mengutamakan pengendalian diri dan ketenangan batin.

Pola dzikir tarekat ini berawal dari Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk
dalam lingkaran, atau dalam dua baris yang saling berhadapan, syekh di pusat
lingkaran atau diujung barisan. Dzikir dengan al-asma al-husna diperlukan
kebijaksanaan dari pembimbing khusus mutlak untuk mengajari dan menuntun
murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang
berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi si pemakai maupun terhadap
orang-orang disekelilingnya.ini sebabnya diharuskan ada bimbingan syeikh dan
izinnya.

3. Thariqah Naqsyabandiyah

Didirikan oleh Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al Uwaisi al Bukhari


Naqsyabandi (1318-1389 H). Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah
kemudian meluas ke-Turki, Syuriah,Afganistan, India dan kemudian berpengaruh ke
Indonesia Sekitar Abad 10-16 M.
Penyebarannya mengalami pasang surut, dikarenakan beberapa faktor seperti,
Gerakan pembaharuan dan politik. Penaklukkan Makkah yang memberikan dampak
besar dan dalam. Karena saat itu pemerintahan dipegang oleh kaum wahabi yang
mempunyai pandangan buruk terhadap tasawuf. Orang pribumi yang pertama kali
memperkenalkan tarekat ini adalah syeikh Yusuf Makassari (1622-1699 M).

4. Thariqah Khalwatiyah

Nama Khalwatiyah berasal dari nama seorang sufi ulama dan pejuang di
Makassar abad ke 17, yaitu syaikh Yusuf al- Makassari al-Khalwatim (w.
751/1350)).

5. Thariqah Syattâriyah

Tarekat ini dinisbatbatkan kepada Syaikh’Abd Allah al-Syaththari, dan


penyebaran pertama kali yaitu di India sekitar abad ke-12-16an, kemudian di Melayu
Indonesia dipopulerkan oleh Abdurrauf al-Sinkili (Aceh).

6. Thariqah Sammâniyah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd al-Kârim al-Madani al-Syâfî’î
al- Sammân. Menurut sejarahnya Tarekat ini memiliki pengikut massal di Nusantara
pada akhir abad ke-16 di Aceh, namun untuk sekarang tarekat ini sudah mulai
menghilang di Nusantara.

7. Thariqah Tijâniyah

Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani


(1737-1815), Tarekat ini pertama berkembang di Negara Aljazair sekitar Abad ke
17an, kemudian berkembang di Tunis, Mesir, Makkah, Madinah, Maroko, Fez, dan
Abi Samgum.sedangkan di Indonesia sendiri tarekat ini berkembang sejak kehadiran
Syaikh ‘Ali bin ‘Abd Allah al- Tayyib.

Unsur dzikir dalam tarekat ini adalah Istighfar, shalawat dan Hailalah. Dzikir
terbagi menjadi tiga: Wirid Lazimah, Wadzifah dan Hailalah. Wirid Lazimah dibaca
pagi dan petang, wadzifah dibaca satu hari sekali, namun jika dibaca dua kali, itu
lebih baik, sedangkan Hailalah dibaca bersama-sama ikhwan lainnya di penghujung
sore pergantian hari qamariyah, tujuan menutup akhir hari dalam satu minggu dan
membukanya kembali dengan dzikir yang merupakan salah satu wujud ketaatan
kepada Allah.

8. Thariqah Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah

Tarkat ini adalah sebuah gabungan dari terekat Qadiriyyah yang didirikan oleh
Syekh Abd Qadir Al jilani dan tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh
Ahmad Khatib Sambas. Sambas ini diambil dari nama sebuah kota di Pontianak.
Sedangkan penyebaranya di Indonesia dan diperkembangkan lagi sampai Asia
tenggara.

KESIMPULAN

Tarekat bisa diilustrasikan sebagai hasil pengamalan dari seorang sufi yang diikuti
oleh para murid dengan berbagai aturan tertentu dan bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam perkembangannya, nama Tarekat digunakan sebagai nama
sekelompok yang menjadi pengikut seorang Syaikh yang memiliki metode tertentu dan
pengalaman yang khas. Maka di dalam prakteknya, ditemukan adanya seorang guru yang
digelari mursyid (atau biasa disebut Syaikh) dan wakilnya khalifah (badal) dan sejumlah
pengikutnya disebut murid.

Sedangkan tempat untuk latihan mereka disebut ribath, zawiyah, atau khanaqah.
Dari sudut pengaruh Tarekat terhadap dunia Islam, ditemukan, ternyata ia telah
memerankan sesuatu yang sangat penting dalam sejarah umat Islam. Di samping sebagai
ordo saudara-saudara "suci" yang beraliansi politik, juga pada tatanan doktriner bisa
dikembangkan ketabiban.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmawan, Feri. 2018. Jurnal Al-Ashriyyah. Reinterpretasi Pemaknaan Tasawuf dan
Tarekat Mu’tabarah. 4 (02): 71 - 74

Masrur, Ali. dkk. 2013. Wawasan Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. Analisis
Historis Pertumbuhan dan Pengaruh Tarekat di Dunia Islam. 36 (01) : 47 - 48,
51

Awaludin. 2016. El - Afkar. Sejaran dan Perkembangan Tarekat di Nusantara. 5 (11) :


125 - 126, 134

Anda mungkin juga menyukai