PERKEMBANGANNYA
KELAS D
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
THARIQAH MU’TABARAH : SEJARAH DAN
PERKEMBANGANNYA
Fatimatuz Zahroh
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Kata “tarekat” berasal dari bahasa Arab yang asal katanya adalah طريقةyang berarti
jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Menurut bahasa berarti cara, metode atau
sistem. Dalam tasawuf dikenal istilah Thariqah, yang berarti jalan, yakni jalan untuk
mencapai Ridla Allah. Orang yang hendak menempuh jalan itu harus berhati hati, karena
: Ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima.
(Mu’tabarah. Wa ghairu Mu’tabarah).
Sejalan dengan perkembangan tarekat yang tersebar luas di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, terdapat organisasi yang membawahi tarekat yang mu'tabarah (terkenal dan
diakui). Organisasi ini bernama Jam'iyyah Ahl al Thariqah al-Mu'tabarah Indonesia
(Jatmi) dan Jam'iyyah Ahl al-Thariqah al Mu'tabarah al-Nahdliyyah (Jatman). Organisasi
tarekat yang kedua ini menaungi sejumlah tarekat yang berafiliasi pada organisasi
Nahdlatul Ulama (NU). Tujuan tarekat dikelompokkan adalah agar menjadi tarekat yang
berkembang pesat di Indonesia dan tarekat-tarekat yang berkembang di dunia Islam.
Dengan banyaknya jalan yang tersedia, kita sebagai manusia harus berhati-hati
dalam memilih jalan yang akan ditempuh. Jangan menjadi seseorang yang ambisius yang
menghalalkan segala cara agar keinginannya tercapai. Maksudnya adalah dalam tasawuf
ada tarekat atau jalan yang sah dan ada yang tidak sah. Kita harus memilih dan mengikuti
tarekat yang sah, karena yang tidak sah akan menuju ke kesesatan
Ahli tarekat menerangkan bahwa terekat itu tidak terbatas banyaknya, karena
tarekat atau jalan kepada Allah itu sebanyak jiwa manusia. Maka dari itu, tarekat yang
diakui sah oleh ulama harus mempunyai lima dasar, yaitu:
Pada dasarnya, unsur tarekat terdiri dari syaikh, syaikh mursyid, mursyid, murid,
ribath (tempat latihan), kitab-kitab, baiat, metode/ajaran, dan silsilah. Dari unsur-unsur
tersebut, yang menjadi syarat sah utama sebuah tarekat adalah silsilah. Silsilah menjadi
tolok ukur sebuah tarekat itu mu’tabarah. Silsilah harus ada, sebab bimbingan agama
yang diambil dari guru-guru itu harus benar-benar berasal dari Nabi. Kalau tidak
demikian, berarti tarekat itu terputus atau palsu, bukan warisan dari Nabi. Penjelasan
tersebut merupakan inti ajaran dari Tarekat Mu’tabarah.
1. Thariqah Qadariyah
Didirikan oleh Syaikh ‘Abd al- Qadir al Jilani (1077-1166). .Beliau selalu
menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia, beliau memberikan cara untuk
menggapai kesucian diri yang tertinggi, beberapa ajaran tersebut adalah Taubat,
Zuhud, Tawakkal, Syukur, Ridha dan Jujur. Tarekat ini merupakan pelopor
aliran-aliran di Dunia islam. Tarekat ini mulai tersebar di Iraq dan Syuriah pada
Abad ke-13 pada abad ke 15 berkembang di benu india dan abad selanjutnya
berkembang di Afrika utara, Turki, Asia Kecil seperti Indonesia,dan Eropa Timur.
Tarikat Qodiriyah ini dikenal santai atau luwes. Yaitu apabila murid sudah
mencapai derajat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus
mengikuti Tarikat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi Tarikat yang
lain ke dalam Tarikatnya.
2. Thariqah Syadziliyah
Pola dzikir tarekat ini berawal dari Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk
dalam lingkaran, atau dalam dua baris yang saling berhadapan, syekh di pusat
lingkaran atau diujung barisan. Dzikir dengan al-asma al-husna diperlukan
kebijaksanaan dari pembimbing khusus mutlak untuk mengajari dan menuntun
murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang
berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi si pemakai maupun terhadap
orang-orang disekelilingnya.ini sebabnya diharuskan ada bimbingan syeikh dan
izinnya.
3. Thariqah Naqsyabandiyah
4. Thariqah Khalwatiyah
Nama Khalwatiyah berasal dari nama seorang sufi ulama dan pejuang di
Makassar abad ke 17, yaitu syaikh Yusuf al- Makassari al-Khalwatim (w.
751/1350)).
5. Thariqah Syattâriyah
6. Thariqah Sammâniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd al-Kârim al-Madani al-Syâfî’î
al- Sammân. Menurut sejarahnya Tarekat ini memiliki pengikut massal di Nusantara
pada akhir abad ke-16 di Aceh, namun untuk sekarang tarekat ini sudah mulai
menghilang di Nusantara.
7. Thariqah Tijâniyah
Unsur dzikir dalam tarekat ini adalah Istighfar, shalawat dan Hailalah. Dzikir
terbagi menjadi tiga: Wirid Lazimah, Wadzifah dan Hailalah. Wirid Lazimah dibaca
pagi dan petang, wadzifah dibaca satu hari sekali, namun jika dibaca dua kali, itu
lebih baik, sedangkan Hailalah dibaca bersama-sama ikhwan lainnya di penghujung
sore pergantian hari qamariyah, tujuan menutup akhir hari dalam satu minggu dan
membukanya kembali dengan dzikir yang merupakan salah satu wujud ketaatan
kepada Allah.
Tarkat ini adalah sebuah gabungan dari terekat Qadiriyyah yang didirikan oleh
Syekh Abd Qadir Al jilani dan tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh
Ahmad Khatib Sambas. Sambas ini diambil dari nama sebuah kota di Pontianak.
Sedangkan penyebaranya di Indonesia dan diperkembangkan lagi sampai Asia
tenggara.
KESIMPULAN
Tarekat bisa diilustrasikan sebagai hasil pengamalan dari seorang sufi yang diikuti
oleh para murid dengan berbagai aturan tertentu dan bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam perkembangannya, nama Tarekat digunakan sebagai nama
sekelompok yang menjadi pengikut seorang Syaikh yang memiliki metode tertentu dan
pengalaman yang khas. Maka di dalam prakteknya, ditemukan adanya seorang guru yang
digelari mursyid (atau biasa disebut Syaikh) dan wakilnya khalifah (badal) dan sejumlah
pengikutnya disebut murid.
Sedangkan tempat untuk latihan mereka disebut ribath, zawiyah, atau khanaqah.
Dari sudut pengaruh Tarekat terhadap dunia Islam, ditemukan, ternyata ia telah
memerankan sesuatu yang sangat penting dalam sejarah umat Islam. Di samping sebagai
ordo saudara-saudara "suci" yang beraliansi politik, juga pada tatanan doktriner bisa
dikembangkan ketabiban.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawan, Feri. 2018. Jurnal Al-Ashriyyah. Reinterpretasi Pemaknaan Tasawuf dan
Tarekat Mu’tabarah. 4 (02): 71 - 74
Masrur, Ali. dkk. 2013. Wawasan Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya. Analisis
Historis Pertumbuhan dan Pengaruh Tarekat di Dunia Islam. 36 (01) : 47 - 48,
51