MATURIDIYAH
KELAS D
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
SEJARAH DAN AJARAN AL-ASYARIYAH AL-MATURIDIYAH
Fatimatuz Zahroh
UIN Maulana Malik Ibrahim
Pada akhir abad ke-3H lahir golongan Ahlussunnah wal Jamaah yang
dipimpin oleh dua ulama besar yaitu Syeikh Abu Hassan Ali Al Asy’ari dan Syeikh
Abu Mansur Al Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jamaah disebut sebagai
Ahlussunnah saja atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asy’ari atau Asya’irah
dikaitkan dengan ulama besarnya yang pertama yaitu Abu Hassan Ali Asy’ari.
Aliran Maturidiyah adalah sebuah aliran yang tidak jauh berbeda dengan
aliran Asy'ariyah. Keduanya lahir sebagai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila
aliran Asy'ariyah berkembang di Basrah maka aliran Maturidiyah berkembang di
Samarkand.
AL-ASYARIYAH
1. Sejarah timbulnya aliran Asy’ariah
Abu Hasan al-Asy’ari yang lahir di Basrah pada tahun 260 H dan wafat pada
tahun 330H. Bersamaan dengan munculnya Abu Manshur di Samarkan, Kedua
tokoh ini bersatu dalam pemberontakan aliran Muktazilah. Al-Asy’ari
mempelajari ilmu Kalam dari seorang tokoh Muktazilah yaitu Abu ‘Ali al-Jubbâi.
Karena kemahirannya ia selalu mewakili gurunya dalam berdiskusi. Meskipun
demikian pada perkembangan selanjutnya ia menjauhkan diri dari pemikiran
Muktazilah dan condong kepada pemikiran Fuqaha dan ahli Hadis. Ada
beberapa alasan yang menyebabkan al-Asy’ari menjauhkan diri dari Muktazilah
dan penyebab timbulnya aliran al-Asy’ari sebagai berikut:
Salah satu penyebab keluarnya al-Asy’ari dari Muktazilah ialah adanya
perdebatan-perdebatan dengan gurunya Abu ‘Ali al-Jubbâi tentang dasar-dasar
paham aliran Muktazilah yang berakhir dengan terlihatnya kelemahan paham
Muktazilah. Al-Asy’ari bertanya bagaimana pendapat tuan tentang orang
mukmin, orang kafir dan anak kecil (yang mati)?. Al-Jubbâi menjawab: orang
mukmin mendapat tingkatan yang tertinggi (surga), orang kafir masuk neraka,
dan anak kecil selamat. Al-Asy’ari bertanya: bisakah anak kecil mendapat tingkat
tertinggi?.Al-Jubbâi menjawab: tidak bisa karena, yang mendapat tingkat
tertinggi adalah orang mukmin yang menjalankan ketaatan, sedangkan kau
tidak. Al-Asyari bertanya: itu bukan kesalahan anak kecil. Jika ia menjadi besar
maka ia akan melaksanakan ketaatan seperti orang mukmin. Al-Jubai
menjawab: Tuhan akan berkata: “Aku lebih tahu tentangmu. Jika kau hidup
sampai besar, kau akan mendurhakai Aku dan Aku akan menyiksa engkau”.
Jadi Aku mengambil yang lebih baik bagimu dan Aku matikan engkau sebelum
dewasa”. Al-Asyari bertanya; Kalau orang kafir tersebut berkata: Ya Tuhan,
Engkau mengetahui keadaanku dan keadaan anak kecil tersebut. Mengapa
Engkau tidak mengambil tindakan yang lebih baik bagiku ?. Kemudian diamlah
al-Jubbâi dan tidak dapat menjawab lagi.
Selain masalah di atas sebab utama adalah adanya perpecahan yang dialami
kaum muslimin yang bisa menghancurkan mereka kalau tidak segera diakhiri.
Sebagai seorang muslim ia sangat mengkhawatirkan Qur’an dan Hadis menjadi
korban paham Muktazilah yang menurutnya tidak dapat dibenarkan. Maka, al-
Asy’ari mengambil jalan tengah yang dapat diterima oleh mayoritas kaum
muslmin. Al-Asy’ari dulunya menganut paham Muktazilah akhirnya
meninggalkan ajaran itu. Karena,pada suatu malam al- Asy’ari bermimpi; dalam
mimpi itu Nabi Muhammad SAW. Mengatakan kepadanya bahwa mazhab Ahli
Hadislah yang benar, dan mazhab Muktazilah salah.
d. Qadimnya Al-Quran
Asy’ariyah dan Mu’tazilah setuju bahwa Allah itu adil. Hanya berbeda
dalam cara pandang makna keadilan. Mu’tazilah mengharuskan Allah
berbuat adil sehingga ia harus menyiksa orang yang salah dan memberi
pahala kepada orang yang berbuat baik. Al-Asy’ari berpendapat bahwa
Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah Penguasa Mutlak.
AL - MATURIDIYAH
1. Sejarah Timbulnya Aliran Al-Maturidiyah
Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya pemikiran teologi melahirkan
aliran Maturidiyah:
b. Perbuatan Manusia
d. Sifat Tuhan
f. Kalam Tuhan
g. Perbuatan Manusia
Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini,
kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau
membatasi kehendak Tuhan kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang
ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Setiap perbuatan tuhan yang bersifat
mencipta atau kewajiban kewajiban yang di bebankan kepada manusia tidak
lepas dari hikmah dan keadilan yang di kehendaki-Nya. Kewajiban-
kewajiban tersebut adalah: 1. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban-
kewajiban kepada manusia di luar kemampuannya karena hal tersebut tidak
sesuai dengan keadilan, dan manusia juga di beri kemerdekaan oleh tuhan
dalam kemampuan dan perbuatannya. 2. Hukuman atau ancaman dan janji
terjadi karena merupakantuntunan keadilan yang sudah di tetapkan-Nya.
i. Pengutusan Rasul
Kesimpulan
Sumber pemikiran al-Maturidi jika dikaji lebih dekat, maka akan didapati
bahwa al-Maturidi memberikan otoritas yang lebih besar kepada akal manusia
dibandingkan dengan Asy’ari. Namun demikian di kalangan Maturidiah sendiri ada
dua kelompok yang juga memiliki kecenderungan pemikiran yang berbeda yaitu
kelompok Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi sendiri yang paham-paham
teologinya lebih dekat kepada paham Mu’tazilah dan kelompok Bukhara yaitu
pengikut alBazdawi yang condong kepada Asy’ariyah.
DAFTAR PUSTAKA
Zar, Abu. 2014. Jurnal Adabiyah. Pemikiran Al - Maturidiyah dalam Pemikiran Islam.
14 (02) : 151 - 153