Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Dosen Pengajar: Invony Dwi Aprilisanda. S.E., M.Ak


Oleh: KELOMPOK 2
Muhammad Faisal Bachmid 19013010027
Dinar Gusti Nabilah 19013010053
Putri Arimbi Nuritasari 19013010057
Silvani Putri 19013010076
Mahadevi P 19013010069
M. Affan Rizqi 19013010072
Geroldy Larungkondo 19013010056

Kelas B

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UPN “Veteran” Jawa Timur
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik.

Kami menyadari bahwa terselesainya makalah ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
terimakasih kepada:

1. Ibu Invony Dwi Aprilisanda. S.E., M.Ak selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik yang telah memberikan bimbingan serta dukungan dalam proses penyusunan
makalah ini.
2. Teman – teman sekelompok yang telah saling membantu dalam proses
penyusunanm makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 13 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1

1.3 TUJUAN......................................................................................................... 1

1.4 MANFAAT ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Definisi APBN ................................................................................................ 3

2.2 Fungsi APBN ................................................................................................. 3

2.3 Kekuasaan Atas Pengelolaan APBN .............................................................. 4

2.4 Penyusunan dan Penetapan ABN .................................................................. 5

2.5 Struktur APBN................................................................................................ 6

2.6 Pelaksanaan APBN dan Penerapan APBN .................................................... 6

2.7 Ilustrasi APBN ................................................................................................ 7

2.8 ISU ................................................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 9

3.2 OPINI ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah
tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama
pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk
mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut
keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR
dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan
dalam mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi
instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi Manajemen Keuangan
Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum yang kuat dengan telah
disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004
tentang PerbendaharaanNegara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan APBN?
2. Apa fungsi dari APBN?
3. Bagaimana kekuasaan atas pengelolaan APBN?
4. Bagaimana penyusunan dan penetapan APBN?
5. Bagaimana struktur APBN?
6. Bagaimana pelaksanaan dan perubahaan APBN?
7. Bagaimana ilustrasi dari APBN?

1.3 TUJUAN
1. Memahami dan menjelaskan definisi APBN
2. Memahami dan menjelaskan fungsi APBN
3. Memahami dan menjelaskan kekuasaan atas pengelolaan APBN
4. Memahami dan menjelaskan penyusunan dan penetapan APBN
5. Memahami dan menjelaskan struktur APBN
6. Memahami dan menjelaskan pelaksanaan dan perubahan APBN
7. Memahami dan menjelaskan ilustrasi APBN

1
1.4 MANFAAT

Sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan penulis serta sebagai sumber


pengetahuan mengenai Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara bagi penulis serta
pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI APBN

APBN merupakan singkatan dari anggaran penapatan dan belanja negara. APBN
adalah daftar lengkap yang secara sistematis memuat rencana pendapatan dan belanja
negara untuk suatu periode fiskal (1 Januari sampai dengan 31 Desember). Pengertian
APBN dan fungsi APBN dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 tentang Keuangan
Negara tahun 2003. Sebelum disahkan, APBN disebut Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau RAPBN. Kemudian, DPP dan perwakilan pemerintah akan
membahas RAPBN bersama. Siklus review APBN cukup panjang dan melibatkan banyak
aspek.

Dalam pembahasan anggaran akan disusun rencana anggaran, biasanya di tingkat


panitia DPR dengan kementerian atau lembaga negara pengguna anggaran terkait.
Rencananya anggaran akan dijadwal ulang oleh Kementerian Keuangan yang akan
menjabat sebagai menteri keuangan negara. Ini karena Kementerian Keuangan
menyelaraskan semua rencana pengeluaran dengan target penerimaan seperti
penerimaan pajak dan bukan pajak (seperti PNBP dan hibah). Tujuan penyusunan APBN
juga untuk menyesuaikan asumsi dasar makro. Setelah beberapa siklus tersebut, DPP
mengesahkan RAPBN dan menjadi APBN. Komponen APBN terdiri dari anggaran
pendapatan, anggaran pembelanjaan dan anggaran pembiayaan negara.

2.2 FUNGSI APBN


Fungsi APBN tercantum dalam Pasal 3 Ayat 4 UU Nomor 17 tahun 2003, ada 5 fungsi
APBN adalah antara lain:
1. APBN berfungsi sebagai otorisasi di mana, anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Sebagai perencanaan dan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Sebagai pengawas agar anggaran yang ada dapat digunakan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya.
4. Agar anggaran dapat didistribusikan dengan baik dan memperhatikan unsur
keadilan dan kepatutan.
5. Upaya untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian

Selain fungsi APBN dari sisi kebijakan fiskal, ada juga fungsi APBN jika ditinjau dari sisi
manajemen. Berikut fungsi APBN dari sisi manajemen :
1. Pedoman Bagi Pemerintah

APBN berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada
periode mendatang. APBN yang sudah ada menjadi pedoman pemerintah ketika
hendak menyusun APBN untuk tahun ke depannya, sekaligus untuk bahan evaluasi.
Pedoman ini di harapkan agar alokasi dana yang ada bisa di tingkatkan
efektifitasnya.

3
2. Alat Kontrol Masyarakat

APBN berfungsi sebagai alat kontrol masyarakat terhadap kebijakan yang telah
dibuat oleh pemerintah.

3. Menilai Kebijakan Pemerintah

APBN juga berfungsi untuk menilai seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam
melaksanakan kebijakan dan program-program yang direncanakan.

2.3 KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN APBN

Sebuah negara harus memenuhi segala kebutuhan untuk mensejahterakan


rakyatnya. Agar kebutuhan tersebut terpenuhi, negara melakukan kegiatan transaksi.
Kegiatan transaksi ini harus memiliki sumber keuangan negara yang kuat. Menurut UU
Republik Indonesia No.17 tahun 2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Wujud pengelolaan negara tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). APBN disusun oleh pemerintah dan dibahas Bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan dari DPD. APBN ditetapkan stiap tahun melalui undang-
undang, dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk kemakmuran seluruh
rakyat.

Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dipegang oleh presiden selaku kepala


pemerintahan. Namun presiden tidak bekerja sendiri, presiden dibantu oleh lembaga-
lembaga negara lainnya. Reformasi di bidang keuangan negara ditandai dengan lahir
peraturan perundang-undangan baru, yaitu: (a) Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara; (b) undang-undang No.1 tahun 204 tentang perbendaharaan negara; (c)
undang-undang No.15 Tahun 2004 tentenag pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara; (d) undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang system perencanaan
pembangunan nasional. Menurut Pasal 6 Ayat 2 UU Republik Indonesia No.17 Tahun 2003
tentang keuangan negara, kekuasaan yang dimiliki oleh presiden memiliki arti:

• Dikuasakan kepada menteri keuangan selaku pengelola fisikal dan wakil pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
• Dikuasakan kepada menteri atau pimpinan Lembaga selau pengguna anggaran atau
pengguna barang kementerian negara atau Lembaga yang dipimpinnya
• Diserahkan kepada gubernur, bupai, atau wali kota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
• Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang

4
2.4 PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN

Landasan Penyusunan APBN

APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan undang- undang. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.
Penyusunan Rancangan APBN, berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam
rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan


untuk menutup defisit tersebut. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat
dapat mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada DPR.

Proses Penyusunan APBN

• Pemerintah Pusat menyampaikan pokok- pokok kebijakan fiskal dan kerangka


ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR selambat-lambatnya
pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
• Pemerintah Pusat dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
• Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama DPR membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran
untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan
usulan anggaran.
• Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga tahun berikutnya.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
• Rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai
disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran
yang sedang disusun lalu disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.
• Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang- undang tentang APBN
tahun berikutnya.
• Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan UU tentang APBN, disertai nota
keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus
tahun sebelumnya.
• Pembahasan Rancangan UU tentang APBN dilakukan sesuai dengan UU yang
mengatur susunan dan kedudukan DPR
• Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai Rancangan UU tentang APBN
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan. Namun apabila DPR tidak menyetujui Rancangan UU
tersebut, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar
angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

5
2.5 STRUKTUR APBN

1. Pendapatan
Adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagi penambah kekayaan bersih yang
terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak, dan
penerimaan hibah
2. Belanja
Adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebgaai pengurang nilai kekayaan
berih yang terdiri atas belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah dan dana
desa
• Keseimbangan primer
Adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga
• Surplus/Defisit
Selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melibihi
penerimaan disebut deficit, sebaliknya penerimaan yang melebihi
pengeluaran disebut surplus
3. Pembiayaan
Adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali, penerimaan kembali atas
pengeluran tahun – tahun anggaran sebelumnya, pengeluaran kembali atas
penerimaan tahun – tahun anggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran
lebih, dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran berikutnya.

2.6 PELAKSANAAN APBN DAN PERUBAHAN APBN

PELAKSANAAN APBN

Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya dokumen pelaksanaan


anggaran oleh Menteri Keuangan. Dokumen anggaran yang telah disahkan oleh Menteri
Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum
Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran. Dokumen tersebut merupakan
acuan dan dasar hukum pelaksanaan APBN yang dilakukan oleh Ke,emterian/Lembaga dan
Bendahara Umum Negara.

Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran adalah Daftar Isian


Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA.
Sedangkan dokumen pembayaran antara lain terdiri dari Surat Permintaan Pembayaran
(SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
Pasal 17 Undang-Undang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam
dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan dan berwenang mengadakan
ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan. Lebih
lanjut, pedoman dalam rangka pelaksanaan anggaran diatur dalam Keputusan Presiden
Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004.

6
PERUBAHAN APBN

Dengan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 saat
ini, Pemerintah dan otoritas keuangan dinilai tidak akan mudah menghadapi tantangan ke
depan. Pasalnya, Pemerintah harus bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan dengan
mengandalkan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 654,5 triliun.

Hal ini diungkap Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah dalam
rilisnya, Senin (11/5/2020). Defisit APBN semula dipatok pada kisaran Rp 307,2 triliun (1,76
persen), kini menjadi Rp 853 triliun (5,07 persen). Pemerintah harus menambal defesit
dengan utang, karena sempitnya ruang fiskal. “Tidak banyak yang bisa dikerjakan
Pemerintah dalam utak atik APBN,” analisa politisi PDI-Perjuangan ini.

Seperti diketahui sebelumnya, Pemerintah telah mengusulkan perubahan APBN


2020 kepada DPR RI. Desain makro APBN tahun 2020 komposisinya adalah pendapatan
negara dipatok turun, semula Rp 2.233,2 triliun menjadi Rp 1.760,9 triliun dan belanja
negara naik, semula Rp 2.540,4 triliun menjadi Rp 2.613,8 triliun. Perubahan ini
berkonsekuensi pada melebarnya angka defisit APBN.

Menurut said, bila pandemi Covid-19 mengajak “bermain panjang”, maka alokasi
anggaran penanganan Covid-19 berikut jaring pengaman sosial dan program pemulihan
ekonomi sebesar Rp 405,1 triliun berpotensi tidak mencukupi. Konsekuensinya, kebutuhan
pembiayaan akan semakin membesar. Apalagi penerimaan dari pajak dan sumber daya
alam berpotensi mengalami penurunan sebagaimana yang telah diproyeksikan.

“Dalam situasi ekonomi demestik dan global mengalami slowing down, kita berharap
masih banyak investor yang berminat dengan global bond yang diterbitkan pemerintah.
Hingga 3 April 2020, justru banyak investor non residen melepas SBN senilai Rp135,1
triliun. Keadaan ini akan menjadi tantangan pemerintah,” tutur Said.

2.7 ILUSTRASI APBN

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan terjadi defisit pada Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 45,7 triliun sepanjang Januari 2021,
atau 0,26 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengatakan, defisit APBN Januari 2021 meningkat 31,5 persen dibanding Rp 34,8
triliun pada Januari 2020. "Sebab Januari tahun lalu Indonesia belum mengalami Covid-19,"
kata Sri Mulyani dalam konferensi Pers APBN KiTa Edisi Januari, Selasa (23/2/2021). Sri
Mulyani menyebut, defisit anggaran terjadi lantaran penerimaan negara lebih kecil dibanding
belanja negara.

Tercatat penerimaan negara pada Januari 2021 mencapai Rp 100,1 triliun, turun 4,8
persen dibanding Rp 105 triliun dibanding tahun 2020. Kontraksi dikontribusi oleh
penerimaan pajak yang terkontraksi 15,3 persen menjadi Rp 68,5 triliun dari Rp 80,8 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pun turun 2,9 persen menjadi Rp 19,1 triliun dari
yang tahun lalu mampu mencapai Rp 19,7 triliun. Penerimaan perpajakan dan PNBP ini
turun karena aktifitas ekonomi dan harga minyak yang belum sepenuhnya pulih. Namun dari
sisi kepabeanan dan cukai, terjadi lonjakan besar mencapai Rp 12,5 triliun dibanding Rp 4,5
triliun pada tahun lalu. Lonjakan tercatat sebesar 175,3 persen. "Cukai sendiri naiknya tinggi
cukai mencapai Rp 9 triliun dibanding tahun lalu hanya Rp 1,5 triliun. Bea keluar juga
mencapai Rp 1,1 triliun yang melonjak tinggi.

7
Tahun lalu hanya Rp 100 miliar," ungkap bendahara negara ini. Sementara itu,
belanja negara tumbuh positif didorong oleh peningkatan belanja modal dan bantuan sosial
untuk melindungi konsumsi masyarakat dari pandemi Covid-19. Sri Mulyani merinci, belanja
negara mencapai Rp 145 triliun atau tumbuh 4,2 persen secara tahunan dibanding Rp 139
triliun pada tahun lalu. "Belanja pemerintah pusat sudah mencapai Rp 94,7 triliun atau
melonjak 32 persen dibanding tahun lalu Rp 71,5 triliun. Ini menjadi daya dorong belanja K/L
yang melonjak Rp 48 triliun," ungkap Sri Mulyani. Adapun belanja non K/L sebesar Rp 46,6
triliun, naik 44,6 persen dari tahun lalu Rp 40,6 triliun. Sedangkan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD) menurun 25,3 persen karena penerimaan negara yang juga mengalami
penurunan. Namun jika dirinci lebih dalam, dana desa masih melonjak 126,4 persen dari Rp
300 miliar menjadi Rp 800 miliar. "Kenaikan anggaran dana desa (melonjak) karena untuk
mendukung rakyat kita untuk menghadapi Covid-19 lewat BLT desa sehingga defisit APBN
mencapai 0,26 persen," pungkas Sri Mulyani.
2.8 ISU
Jokowi: APBN 2021 Difokuskan Penanganan Covid-19, Utamanya Vaksin

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, Anggaran


Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2021 akan difokuskan kepada penanganan Covid-19
dan pemulihan ekonomi. Dalam penanganan Covid-19 ini, program vaksinasi jadi utama dan
ditargetkan dapat dilakukan pada awal 2021.

"APBN tahun 2021 akan fokus kepada 4 hal. Pertama, penanganan kesehatan. Ini masih
dalam hal penanganan Covid, utamanya nanti akan fokus kepada vaksinasi,"
kata Jokowi dalam acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari Istana
Negara Jakarta, Rabu (25/11/2020).

"Oleh sebab itu, anggaran yang berkaitan dengan penguatan sarana prasrana kesehatan,
laboratorium, penelitian dan pengembangan sangat diperlukan," lanjut dia.

Dia juga menuturkan, APBN 2021 akan fokus untuk program perlindungan sosial
bagi masyarakat terdampak Covid-19, terutama bagi kelompok yang kurang mampu dan
rentan. Lalu, untuk program pemulihan ekonomi terutama dukungan terhadap usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM), dan dunia usaha.

"Ini penting sekali. Keempat, untuk membangun fondasi yang lebih kuat kita akan
melakukan reformasi struktural baik di bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial
dan lain-lain," jelas Jokowi.

Tanggapan

Menurut kelompok kami setuju dengan adanya pengalokasian sebagaian APBN ditujukan
kepada Vaksin Covid-19 agar tidak cepat menyebar luas di negara indonesia yang membuat
perekonomian negara semakin terpuruk. Dengan mengutamakan penggunaan APBN tidak
bermasalah bagi perekonomian negara karena sebagain APBN kurang lebih sekitar 0,4
persen digunakan untuk membangun lagi perekonomian di Indonesia.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

APBN merupakan singkatan dari anggaran pendapatan dan belanja negara. APBN
adalah daftar lengkap yang secara sistematis memuat rencana pendapatan dan belanja
negara untuk suatu periode fiskal (1 Januari sampai dengan 31 Desember). Dalam
pembahasan anggaran akan disusun rencana anggaran, biasanya di tingkat panitia DPR
dengan kementerian atau lembaga negara pengguna anggaran terkait. APBN berfungsi
sebagai pedoman bagi pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode mendatang.
APBN yang sudah ada menjadi pedoman pemerintah ketika hendak menyusun APBN untuk
tahun ke depannya, sekaligus untuk bahan evaluasi. Sebuah negara harus memenuhi
segala kebutuhan untuk mensejahterakan rakyatnya. Kegiatan transaksi ini harus memiliki
sumber keuangan negara yang kuat. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dipegang
oleh presiden selaku kepala pemerintahan. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan
negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Dalam hal anggaran
diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut.
Namun apabila DPR tidak menyetujui Rancangan UU tersebut, Pemerintah Pusat dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran
sebelumnya.

3.2 SARAN

Anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan instrumen penting dalam


pembangunan dan pemerintahan suatu negara. Penyusunan APBN yang baik dapat
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sebagai pemegang kendali atas
APBN, perlu dilakukan efisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan pemerintah untuk mencegah
adanya pengeluaran yan tidak diperlukan, sehingga anggaran yang tidak seharusnya dapat
dialokasikan untuk hal-hal yang lebih penting berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/01/153601169/keuangan-negara-definisi-dan-
mekanisme-pengelolaan

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/17tahun2003uu.htm

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/28730/t/Perubahan+APBN+2020%2C+Pemerintah+Tak+Mudah+
Hadapi+Tantangan

http://www.djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/layanan/kppn/bank-giro-pos/157-layanan/siklus-apbn/1678-
pelaksanaan-apbn.html

10

Anda mungkin juga menyukai