Anda di halaman 1dari 12

ANALISA POLA OPERASI TERHADAP KANAL PENGENDALI BANJIR

KECAMATAN DELI TUA KOTA MEDAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian


pendidikan sarjana teknik sipil

RIZKY UTAMA
09 0404 019

Dosen Pembimbing

Ir. Makmur Ginting, M.Sc


NIP. 19551201 198103 1 005

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
ANALISA POLA OPERASI TERHADAP KANAL PENGENDALI BANJIR KECAMATAN

DELI TUA KOTA MEDAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan
dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban
manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia
(Sunaryo, dkk,).

Saat ini kerusakan lingkungan telah mengarah pada keadaan sector sumber daya
air yang kritis dan konflik penggunaan untuk berbagai keperluan seperti air minum, air
irigasi, pembangkit listrik tenaga air, air industry untuk mencapai pemecahan yang efektif
dan berkelanutan atas permasalahan air, antara lain adalah banjir, kekurangan air
(kekeringan), air tercemar dan alokasi air, diperlukan suatu studi analisa dalam
pengelolaan sumber daya air termasuk di antaranya pengelolaan banjir.
Untuk mengembangkan sumber daya air serta mengendalikan banjir maka
diperlukan suatu system pengendalian banjir, Dalam perencanaan bangunan pengendali
banjir (saluran drainase, tanggul, dll) data masukan curah hujan sangat
diperlukan.Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (JoesronLoebis 1992).
Pelimpah merupakan suatu bangunan yang digunakan sebagai saluran
pengeluaran air berlebih dari suatu bendungan atau tanggul ke area di hilirnya. Pelimpah
akan melepaskan debit air lebih sehingga air tidak meluap mengakibatkan overtoping dan
menggerus lereng hilir atau bahkan menghancurkan bendungan tipe urugan.
di kota Medan dan sekitarnya melintas beberapa sungai, yaitu :
1. sungai deli dengan anak sungainya yaitu, sungai Babura, sikambing dan
sungai putih.
2. Sungai kera.
3. Sungai precut.
4. Sungai belawan dengan anak sungai yaitu sungai badera.
5. Sungai serdang dengan anak sungainya, sungai belumai, dan sungai
kualanamu.
6. Sungai tuan.
7. Sungai pantai labu.

Sungai deli adalah sungai yang sering mengalir membelah inti kota medan, sungai ini
sering mengalami banjir dan melimpasi areal disekitarnya. Tidak jarang memakan korban
jiwa, kejadian banjir di kota medan hampir rata-rata10-12 kali/tahun sangat dipengaruhi
oleh kondisi DAS sungai deli dan DAS belawan di daerah hulu. Serta disebabkan oleh 2
hal yaitu :

1. Banjir akibat kiriman dari daerah hulu


2. Banjir di kota medan sendiri akibat kondisi drainase kota yang buruk.

Hal ini disebabkan oleh terbatasnya peningkatan kapasitas sungai deli karena
banyaknya bangunan, baik perumahan, perkantoran, maupun industry di sepanjang
sungai. Penampang sungai/anak sungai melalui daerah tersebut semakin kecil
diakibatkan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, bertambahnya aliran
permukaan, kerusakan daerah tangkapan air di hulu sungai, dan kurangnya kesadaran
masyarakat dimana sering membuang sampah ke anak sungai dan sangat minimnya
biaya operasi serta pemeliharaan untuk bangunan drainase yang sudah ada.

Curah hujan yang tinggi ini menyebabkan air meluap di beberapa sungai di Medan
diantaranya adalah Sungai Belawan yang terletak di sebelah barat kota Medan. Sungai
Deli yang terletak di tengah-tengah kota Medan dan yang terakhir dari ketiga sungai itu
adalah Sungai Percut yang juga berada di tengah-tengah kota Medan.
 
Penyebab lain terjadinya banjir Medan adalah karena curah hujan yang cukup tinggi
atau cuaca ekstrim, drainase kota yang belum sepenuhnya berfungsi. Terlebih di inti kota
seluruh drainase tertutup, serta minimnya bangunan infrastruktur sungai. Selain itu,
kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai dalam menjaga
lingkungan. Kurangnya sosialisasi dari Pemerintah mengenai larangan mendirikan
bangunan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS), juga ditengarai sebagai penyebab
banjir tersebut..

masalah bangunan liar yang makin hari makin bertambah saja di bantaran sungai
membuat lebar sungai semakin menyempit. Keadaan sungai yang terus memprihatinkan
ini diperparah dengan kebiasaan masyarakat membuang sampah secara sembarangan.
Akibatnya sungai semakin sempit dan alirannya terhambat karena volume sampah yang
terus meningkat.

Keadaan tersebut diperparah dengan buruknya kondisi perbukitan di sekitar kota


Medan seperti di daerah Deli Serdang dan juga Tanah Karo. Pohon yang menjadi
pelindung utama agar air bisa terserap dengan baik ke tanah kini sudah hilang entah ke
mana. Bukit menjadi gundul dan airpun kini tak bisa diserap oleh tanah dengan
sempurna. Akibatnya hujan satu hari saja, kawasan Medan bisa terjadi banjir yang cukup
besar.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini Antara lain :


1. Bagaimana pola kanal banjir dalam menampung debit air sungai yang berasal dari
hulu sungai Deli?
2. Bagaimana pola kanal banjir dalam menampung debit air yang berasal dari air hujan?
3. Bagaiman mencari hubungan antara elevasi dan volume air yang melewati bangunan
pelimpah sebagai sarana pengendalian banjir?
1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini ada beberapa permasalahan yang di evaluasi Antara lain :
1. Studi yang dilaksanakan berasal dari kawasan hulu sungai deli dan sekitarnya
2. Data jumlah air hujan yang turun akan di analisa dan dihitung dengan bantuan
program computer Microsoft excel yang akan menjadi acuan untuk melakukan
perhitungan pola operasi.
3. System analisa yang dipakai adalah analisa hidrologi termasuk metode penelusuran
banjir, dan sedimentasi tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahn di atas, maka tujuan penelitian adalah :


1. Untuk menganalisis pola kanal banjir dalam menampung debit air sungai yang
berasal dari hulu sungai Deli.
2. Untuk menganalisis pola kanal banjir dalam menampung debit air sungai yang
berasal dari air hujan.
3. mencari hubungan antara elevasi dan volume air yang melewati bangunan pelimpah
(spillway) yang melengkapi saran pengendalian banjir.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mencakup manfaat bagi ilmu
pengetahuan, sebagai masukan dalam melakukan kajian ilmiah bidang sumber daya air
mengkaji pengaruh kemampuan tingkat kanal banjir dalam menampung debit air sungai
yang berasal dari hulu sungai deli dan air hujan, serta sebagai bahan masukan untuk
mengetahui keberadaan kanal banjir pada sungai deli pada masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir Dan Penyebabnya


Menurut Hasibuan (2004), banjir adalah jumlah debit air yag melebihi
kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai
atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran.
Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat disebut sebagai
genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang di akibatkan oleh : (1) Perubahan
tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS) : (2) pembuangan sampah : (3)
Erosi atau sedimentasi : (4) kawasan kumuh sepanjang jalur drainase : (5)
perencanaan system pengendalian banjir yang tidak tepat : (6) curah hujan yang
tinggi : (7) pengaruh fisiografi/geofisik sungai : (8) kapasitas sungai dan drainase
yang tidak memadai : (9) pengaruh air pasang : (10) penurunan tanah dan Rob
(genangan akibat pasang surut air laut) : (11) Drainase lahan (12) bending dan
bangunan air dan : (13) kerusakan bangunan pengendali banjir . (Kodoatie, 2002).
Penanganan drainase kota dalam rangka penanggulangan banjir meliputi
banyak factor, sehingga perlu konsep yang jelas dan saling terkait untuk dapat
ditindak lanjuti.Masalah pengendalian banjir dan kebutuhan penanganan di lokasi
banjir dijelaskan bahwa penanganan banjir itu sendiri dapat disusun konsep umum
dan konsep teknis dalam dua metode struktur dan non-struktur yaitu :
1. Pembatan masterplan drainase mikro yang selaras dengan masterplan
drainase makro sehingga seluruh kegiatan pembangunan dan
rehabilitasi saluran-saluran drainase kota medan dapat mengacu
kepada masterplan drainase tersebut termasuk system operasional dan
pemeliharaan.
2.2 Daerah Aliran Sungai Deli
Daerah aliran sungai (DAS) berdasarkan undang-undang Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
air hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan.
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungaidan/atau pulaupulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 km2 (Sosrodarsono, 1985).
Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai suatu common good
dalam arti bahwa kesejahteraan (welfare) semua pihak saling tergantung atas jasa
yang diberikan oleh suatu DAS. Jasa DAS yang utama adalah fungsi hidro-
orologis dan fungsi ekologi. Perubahan fungsi DAS deli dimana DAS deli yang
terletak di tengah kota medan merupakan salah satu DAS paling prioritas di kota
ini. Sehingga usaha reahabilitasi fungsi DAS perlu segera dilakukan karena
rusaknya kondisi ekosistem yang berpengaruh pada kondisi DAS itu sendiri.

2.3 Siklus Hidrologi


Air merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak manfaatnya bagi
kebutuhan manusia. Air yang terdapat di alam ini dalam bentuk cair, tetapi dapat
berubah dalam bentuk padat/es,salju dan uap yang terkumpul di at,ofer. Air juga
tidaklah statis tetapi selalu mengalami perpindahan. Air menguap dari laut, danau,
sungai, tanah dan tumbuh-tumbuhan akibat panas matahari. Kemudian akibat
proses alam air yang dalam bentuk uap menjadi hujan, yang kemudian sebagian
menyusup ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian
lagi mengalir di atas permukaan tanah (run off). Air permukaan ini mengalir ke
laut, kemudian dari tempat itu menguap lagi dan seterusnya berputar yang disebut
siklus hidrologi (Soemarto 1995).
Siklus air (siklus hidrologi) adalah rangkaian peristiwa yang terjadi
dengan air dari saat ia jatuh ke bumi (hujan) hingga menguap ke udara untuk
kemudian jatuh kembali ke bumi (Arsyad, 1985)
Hujan merupakan suatu peristiwa siklus hidrologi yang terjadi tidak
merata di semua tempat, ada tempat yang mempnyai curah hujan yang tinggi dan
ada tempat yang mempunyai curah hujan yang rendah. Tinggi rendahnya curah
hujan tersebut disebabkan oleh letak suatu daerah dan iklim setempat, serta
kebasahan udara (uap). Pada umumnya di lereng gunung curah hujan lebih besar
dibandingkan di daratan.
Langkah-langkah dalam analisi hidrologi ini yang diperlukan adalah
sebagai berikut :
1. Data curah hujan dan klimatologi yang di ambil untuk kebutuhan
analisis hidrologi minimal dari 3 stasiun pencatat hujan yang dinilai
dapat mewakili pola distribusi hujan pada DAS deli, sedangkan data
iklim di ambil dari stasiun terdekat.
2. Data yang hilang atau kesenjangan data suatu pos penakar hujan pada
saat tertentu dapat diisi dengan bantuan data yang tersedia pada pos-
pos penakar di sekitarnya pada saat yang sama. Cara yang dipakai
dinamakan ratio normal.

2.4 Debit Air Maksimum

Debit air maksimum merupakan kondisi puncak kritis yang terjadi


pada saat volume kanal banjir (floodway) penuh. Hal ini disebabkan
masuknya air ke kanal banjir (floodway) secara bersamaan yang
menyebabkan kemampuan untuk mengalirkan air tersebut menjadi lambat.

Asumsi debit desain Qd dengan periode ulang T-tahunan yaitu :

(Qd 10-tahunan) setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q ≥ Qd adalah


10 %
(Qd 25-tahunan) setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q ≥ Qd adalah
4%

(Qd 50-tahunan) setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q ≥ Qd adalah


2%

(Qd 100-tahunan) setiap tahunnya, kemungkinan terjadinya debit Q ≥ Qd adalah


1%

Dengan demikian pada setiap tahun, kemungkinan debit dengan besaran


berapapun bias saja terjadi. Kemungkinan dilampauinya kapasitas alir air sungai tetap ada
setiap tahunnya.

2.4.1 Karakteristik DAS


Karakteristik DAS meliputi bentuk dan kemiringan lereng. berdasarkan
karakteristik, begituhujan jatuh maka air hujan dari daerah hulu langsung
mengalir ke bawah dengan waktu konsentrasi yang singkat. Jika drainase daerah
hilir kurang memadai maka aliran permukaan tersebut akan menyebar kemana-
mana menggenangi daerah pemukiman dan jalan. Masing-masing DAS
mempunyai bentuk yang berbeda sehingga respon terhadap hujan juga berbeda-
beda.
Kawasan resapan air di hulu DAS memiliki peran yang sangat penting
dala siklus hidrologi suatu DAS. Sayangnya, kebanyakan masyarakat awam
memahami DAS hanya sebatas pada air sungai yang mengalir. Padahal system
sungai adalah suatu hal yang sangat komleks dan terkait erat serta dipengaruhi
oleh berbagai factor dari suatu DAS. Maka pada saat ini banyak kawasan resapan
air air di hulu DAS telah mengalami perbuahan fungsi, misalnya menjadi
pemukiman.

2.5 Bangunan Pelimpah (spillway)


Pada hakekatnya , terdapat berbagai tipe bangunan pelimpah dan untuk
menentukan tipe bangunan pelimpah dan untuk menentukan tipe yang sesuai,
diperlukan suatu studi yang luas dan mendalam, hingga diperoleh alernatif yang
paling ekonomis. Kanal pengendali banjir sungai deli tua menggunakan tipe
bendung pelimpah terbuka. Sebagai salah satu komponen dari komponen pengatur
aliran dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan serta memperbesar debit air
yang akan melintasi bangunan pelimpah.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan data tentang debit air yang melintasi kanal
banjir. Debit air bersumber dari debit air sungai yang berasal dari hulu
sungai deli, air hujan. Serta beberapa asumsi yang digunakan dalam rumus
dan dimensi tipe saluran pelimpah yang dapat diperoleh dengan rumus
hidrolika.

3.2 Metode Analisa Data


Untuk menganalisis permasalahan bagaimanakah pola operasi kanal banjir
terhadap debit air yang berasal dari hulu sungai deli, dan air hujan. Data
dimasukkan dalam daftar frekuensi penganalisisan melalui formula
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :Y = Debit kanal banjir
B0 = konstanta persamaan
B1 = koefesien debit air dari hulu sungai
B2 = koefesien debit air dari air hujan
E = galad
X1 = Debit air dari hulu sungai deli
X2 = Debit air dari air hujan
3.3 Dimensi Saluran Pelimpah

Q = C . L . H3/2 …………………
Dimana :Q = Debit (berupa banjir rencana) (m3)

C = Koefesien limpahan pada bendung (2,0 sampai


2,1)
L = Lebar efektif mercu (m)
H = total tinggi tekanan air diatas mercu (tinggi
tekanan kecepatan aliran pada saluran pengarah aliran) (m)

3.4 Metode Rasional


Salah satu persamaan yang paling sering digunakan dalam penetapan
aliran puncak adalah rumus rasional, rumus ini digunakan untuk merubah
data dari data hujan menjadi data aliran sungai yang nantinya digunakan
sebagai aliran inflow, yaitu :
Q = c . I . A ……………

Dimana =Q = aliran puncak


=c = koefesien runoff
=I = intensitas hujan
=A = luas kawasan

Anda mungkin juga menyukai