Pengarauh Kekuatan Dan Kekakuan Dinding Bata Redha Sadha Leksono
Pengarauh Kekuatan Dan Kekakuan Dinding Bata Redha Sadha Leksono
STUDI PENGARUH KEKUATAN DAN memperhatikan kekuatan dan kekakuan dinding bata
KEKAKUAN DINDING BATA PADA BANGUNAN dalam desain perencanaannya.
BERTINGKAT
Kata Kunci : dinding pengisi (batu bata), komponen
Nama : Redha Sadhu Leksono non struktural, Analisa Statik Non-Linier (Pushover),
NRP : 3107 100 117 gedung bertingkat.
Jurusan : Teknik Sipil FTSP ITS
Dosen Pembimbing : Data Iranata ST., MT., Ph.D.
Ir. Heppy Kristijanto, M.S. BAB I
PENDAHULUAN
ABSTRAK
Dalam mendesain suatu struktur seperti portal, 1.1. Latar Belakang
para perencana umumnya tidak memperhitungkan Secara geografis, Indonesia terletak pada
komponen dinding pengisi seperti batu bata sebagai pertemuan 3 lempeng utama dunia. Pertemuan
komponen struktural (dianggap sebagai komponen non lempeng lempeng ini mengakibatkan aktifitas gunung
struktural). Keberadaannya dalam perencanaan sering api dan gempa bumi dengan intensitas yang cukup
diasumsikan sebagai beban terbagi rata. Pada tinggi. Gempa bumi dapat menyebabkan berbagai
kenyataannya, dinding pengisi tersusun atas batu bata macam kerusakan bahkan keruntuhan pada bangunan.
dengan mortar yang memiliki kekuatan dan kekakuan Kerusakan terbanyak akibat gempa di Indonesia
tertentu. Dinding pengisi, batu bata, ini juga memilki terjadi pada bangunan sederhana, mengingat bangunan
kecenderungan untuk berinteraksi bersama portal yang sipil yang ada di Indonesia sebagian besar adalah
ditempatinya, terutama bila terkena gaya lateral (akibat bangunan bertingkat rendah seperti rumah sederhana 1
gempa) yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari tingkat dan 2 tingkat. Rumah sederhana di Indonesia
beberapa kasus gedung yang terkena gempa, dinding pada umumnya dibangun tanpa bantuan seorang ahli
bata mengalami keretakan dengan pola tertentu. Ini bangunan dan struktur, sehingga rumah tersebut tidak
menunjukan bahwa terjadi interaksi antara portal dan memiliki kinerja yang memadai dalam menahan beban
dinding pengisi. gempa atau disebut non engineering building. Namun,
Dalam studi ini akan dianalisa sampai pada tidak menutup kemungkinan untuk bangunan
tingkat berapakah kekuatan dan kekakuan di nding bertingkat tinggi pula.
bata berpengaruh cukup signifikan terhadap suatu Dari segi struktur, bangunan bertingkat rendah
struktur gedung bertingkat. Dinding bata dianggap atau non engineering building umumnya terdiri dari
sebagai bracing tekan dan akan dimodelkan dengan kolom praktis, balok, dan dinding bata. Namun, fungsi
batang diagonal yang setara dinding (bata penuh), dinding bata hanya sebagai komponen non struktural
setengah dinding, lalu akan dibandingkan dengan (SNI 03-2847 2002) yang mengakibatkan pengaruh
dinding bata yang dianggap sebagai beban mati terbagi kekuatan dan kekakuan dinding bata sering tidak
rata (open frame). Banyaknya tingkat gedung yang diperhitungkan dalam perencanaan suatu bangunan,
akan dianalisa juga bervariasi dari 2 tingkat, 3 tingkat, sama halnya pa da bangunan bertingkat tinggi yang
4 tingkat, 6 tingkat, 8 tingkat, dan 10 tingkat, juga zona umumnya terdiri dari kolom utama, kolom praktis,
gempa yang akan ditinjau adalah zona gempa 4 dan 6. balok induk, balok anak, serta dinding bata.
Untuk menganalisa perilaku dinding pengisi, batu bata, Pada bangunan bertingkat rendah, dimensi balok
terhadap struktur portal gedung bertingkat ini akan dan kolom yang tidak begitu besar. Ini mengakibatkan
digunakan metode Analisa Statik Non-Linier selisih kekuatan dan kekakuan portal tidak berbeda
(Pushover) dengan program bantu SAP 2000. jauh dengan dinding bata. Sehingga kekuatan dan
Hasil studi ini menunjukkan bahwa struktur open kekakuan dinding bata memiliki pengaruh yang cukup
frame memiliki perilaku struktur yang lebih baik signifikan pada kinerja bangunan bertingkat rendah.
daripada struktur dengan bracing tekan, baik pada Berbeda dengan bangunan bertingkat tinggi yang
bangunan gedung tingkat rendah maupun bangunan memiliki dimensi balok dan kolom yang besar,
gedung tingkat tinggi. Hal ini ditunjukkan pada nilai sehingga pengaruh kekuatan dan kekakuan dinding
target perpindahan saat performance point, s truktur bata tidak begitu signifikan terhadap kinerja struktur
open frame memiliki nilai yang lebih besar. Sehingga bangunan bertingkat tinggi.
dapat ditarik kesimpulan bahwa dinding bata dapat Meskipun telah dipahami oleh banyak orang
mengganggu kinerja struktur utama untuk bahwa perilaku suatu rangka dengan dinding akan
berdeformasi secara maksimal. Semakin tinggi tingkat sangat berbeda kalau digoncang gempa dibandingkan
lantai suatu gedung, maka tingkat pengaruh kekuatan dengan perilaku rangka saja (Boen, 2007), kekuatan
dan kekakuan dinding bata semakin besar terhadap dinding bata masih saja diabaikan. Hal ini dikarenakan
kinerja struktur utama. Oleh karena hal tersebut, maka masih belum ada peraturan yang mengatur tentang hal
pada bangunan gedung bertingkat rendah maupun ini. Namun perilaku portal dengan dinding bata
bangunan gedung bertingkat tinggi harus terhadap pembebanan lateral telah lama diselidiki. Dari
2
beberapa penelitian yang ada, pemodelan dinding bata 2. Untuk desain pembebanan gempa menggunakan
sebagai bracing tekan dinilai paling sederhana. Untuk SNI 1726-2002.
lebih mudah menganalisa perilaku non l iniernya, 3. Peraturan yang dipakai untuk penentuan
beberapa peneliti mengusulkan penggunaan Analisa tingkatan kinerja gedung memakai Federal
Beban Dorong Statik (static pushover analysis). Emergency Management Agency (FEMA-
Karena beberapa program komputer seperti SAP 2000 273/356/440).
telah mempunyai kemampuan untuk melakukan 4. Analisa perilaku non – liniernya menggunakan
analisa static pushover tersebut. (Lumantara B. : Analisa Beban Dorong Statik (Static Pushover
2008). Analysis), dengan program bantu SAP 2000.
Dari latar belakang tersebut, tugas akhir ini akan 5. Menggunakan dinding bata standart dengan
menganalisa sampai pada tingkat berapakah pengaruh dimensi 230 x 110 x 50 mm menurut Standar
kekakuan dan kekuatan dinding bata cukup signifikan Bata Merah di Indonesia yaitu Y.D.N.I.
pada bangunan bertingkat. Akan dianalisa pula (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia)
perbedaan perilaku dinding bata sebagai beban mati nomor NI-10.
tebagi rata dan sebagai komponen strukural yang ikut 6. Tingkat bangunan bervariasi mulai dari 2 tingkat,
menerima beban bersama portal. Studi dilakukan 3 tingkat, 4 t ingkat, 6 t ingkat, 8 t ingkat, dan 10
dengan mengasumsikan bangunan terletak pada zona tingkat.
gempa 4 da n 6, da n juga dengan beberapa variasi 7. Bangunan terletak pada zona gempa 4 dan 6 dan
tingkat bangunan, mulai dari 2 t ingkat, 3 t ingkat, 4 berada di jenis tanah sedang.
tingkat, 6 t ingkat, 8 t ingkat, dan 10 tingkat. Software 8. Dinding bata diasumsikan sebagai bracing tekan
bantu analisis menggunakan SAP2000. setara setengah tinggi portal dan setara tinggi
portal.
1.2. Perumusan Masalah 9. Dinding bata menggunakan pasangan setengah
1. Bagaimana perbedaan perilaku bangunan yang bata.
memperhatikan dinding bata sebagai beban mati 10. Luas bangunan 24 m x 24 m, tinggi tiap lantai 3,5
terbagi rata dan dinding bata sebagai salah satu m.
komponen struktural?
2. Berapa besar pengaruh kekuatan dan k ekakuan 1.5. Manfaat
dinding bata pada bangunan bertingkat, mulai 1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku dinding
dari bangunan bertingkat rendah (≤ 4 tingkat), bata pada struktur bangunan bertingkat.
bangunan bertingkat sedang (5 sampai dengan 8 2. Dapat digunakan sebagai referensi dalam
tingkat), dan bangunan bertingkat tinggi (> 8 merencanakan bangunan gedung bertingkat
tingkat)? rendah maupun gedung bertingkat tinggi dengan
3. Sampai pada tingkat berapakah dinding bata dinding bata yang tahan terhadap gempa.
berpengaruh cukup signifikan pada bangunan?
(dinding bata diperhitungkan sebagai salah satu BAB II
komponen struktural) TINJAUAN PUSTAKA
2(h + g h )
2.2. Komponen Bangunan Stretcher bond : tan θ =
Bangunan adalah suatu struktur yang memiliki l + gv
sebuah atap dan dinding dan berdiri lebih atau kurang
secara permanen di satu tempat. Komponen bangunan 1. Dinding batu bata dengan 4 pembatas
secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu Hb
Komponen Struktural dan Komponen non S truktural. untuk tan θ ≥ , V = Tb (Wb ⋅ τ f + H b ⋅ α ⋅ f mbt )
(http://matakuliahteknik.blogspot.com/2010/04/kompo Wb n
nen-bangunan.html). Dimana komponen struktural Hb
merupakan komponen pendukung utama berdirinya untuk tan θ < ,
bangunan, sedangkan komponen non struktural ialah Wb
komponen yang tidak mendukung berdirinya suatu Vn = Tb [Wb ⋅ τ f + H 1 ⋅ αf mbt + 0.5(H b' − H 1 )(α ⋅ f mbt + β ⋅ f bt )]
bangunan, atau biasa disebut komponen tambahan.
qL = 2,5 kN/m2
1
− beban hidup plat = × 2,5 × 6 = 5 kN / m
segitiga 3
Pelat Atap
• Beban Mati (DL)
Beban mati balok terdiri dari berat sendiri balok
ditambah beban mati pelat. Beban mati pelat berupa
beban ekuivalen terdiri dari berat sendiri pelat, berat
plafon, dan penggantung plafon. Beban ekuivalen
adalah transformasi beban segitiga dari beban plat
menjadi beban merata di balok. Gambar 4.4. Respon Spectrum Gempa Wilayah 6
Dengan cara yang sama maka didapatkan berat total Menghitung Waktu Getar Alami Struktur (T) dan
tiap bangunan gedung bertingkat, baik bangunan Koefisien C
gedung dengan dinding bata setara tinggi portal dan Waktu getar alami struktur (T) berdasarkan
bangunan gedung dengan dinding bata setara setengah SNI 03-1726-2003:
tinggi portal. Untuk bangunan gedung 2 lantai, tinggi total
bangunan (H) adalah 7 m
T = ς × H3/4
T = 0,0731 × (7)3/4 = 0,315 detik
Dari hasil perhitungan didapat diameter bracing tekan Tabel 4.13. Rekapitulasi Data Material pada Gedung
untuk dinding pasangan setengah bata dengan 3 Bertingkat 6
pembatas, bracing tekannya sebesar 0,45 m. Material Parameter Simbol 6 Tingkat
'
Kuat Tekan fc 30 Mpa
4.5. Rekapitulasi Material Gedung Bertingkat
25742,96
Beton Modulus Elastisitas
Ec MPa
Tabel 4.11. Rekapitulasi Data Material pada Gedung
Bertingkat 2 Poisson's Ratio νc 0,17
Material Parameter Simbol 2 Tingkat Teg. Leleh fy 350 Mpa
'
Kuat Tekan fc 25 MPa Tulangan Modulus Elastisitas Es
Baja 2 x 105 MPa
Modulus
Beton Elastisitas
Ec 23500 MPa νs 0,3
Poisson's Ratio
Poisson's Ratio νc 0,17 Kuat tekan Mortar f mc 10 Mpa
Teg. Leleh fy 320 Mpa Kuat Tekan Batu
Dinding Bata
f bc 7 Mpa
Tulangan Modulus
Es Bata
Baja Elastisitas 2 x 105 MPa
Modulus Elastisitas Eb 2237 Mpa
Poisson's Ratio νs 0,3 νb 0,15
Poisson's Ratio
Kuat tekan Mortar f mc 10 Mpa
Kuat Tekan Batu
Dinding Bata
f bc 7 Mpa
Tabel 4.14. Rekapitulasi Data Material pada Gedung
Bata Modulus Bertingkat 8
Elastisitas
Eb 2237 Mpa
Material Parameter Simbol 8 Tingkat
Poisson's Ratio νb 0,15 Kuat Tekan fc'
30 Mpa
25742,96
Beton Modulus Elastisitas
Ec MPa
Tabel 4.12. Rekapitulasi Data Material pada Gedung νc 0,17
Poisson's Ratio
Bertingkat 4
Teg. Leleh fy 400 Mpa
Material Parameter Simbol 4 Tingkat
' Tulangan Modulus Elastisitas Es
Kuat Tekan fc 25 Mpa 2 x 105 MPa
Baja
Beton
Modulus
Ec Poisson's Ratio νs 0,3
Elastisitas 23500 MPa
νc 0,17 Kuat tekan Mortar f mc 10 Mpa
Poisson's Ratio
Kuat Tekan Batu
Teg. Leleh fy 320 Mpa Dinding Bata
f bc 7 Mpa
Tulangan Modulus Bata
Elastisitas
Es 2 x 105 MPa Modulus Elastisitas Eb 2237 Mpa
Baja
Poisson's Ratio νs 0,3 Poisson's Ratio νb 0,15
BAB V
DESAIN BALOK DAN KOLOM
5.1. Umum
Desain penampang dan tulangan pada balok dan
juga kolom mengacu pada besarnya gaya gaya dalam
suatu struktur. Dalam tugas akhir ini, gaya gaya dalam
didapatkan dari analisa pembebanan struktur dengan
menggunakan program bantu SAP 2000. Dalam
melakukan analisa menggunakan program bantu ini,
digunakan beberapa kombinasi pembebanan, antara
lain :
1. 1,4 DL
2. 1,2 DL + 1,6 LL
3. 1,2 DL + 1 LL ± 1 E
4. 0,9 DL ± 1 E
Dan untuk menentukan nilai maksimum dan minimum,
ditambahkan satu kombo lagi, yaitu Envelope. Desain
penampang tulangan balok dan kolom disamakan
sesuai tingkat lantai masing masing gedung.
Penampang tulangan balok dan kolom yang
direncanakan adalah kondisi yang paling kritis, yaitu
bangunan gedung dengan dinding bata setara tinggi
portal yang berada di zona gempa 6.
Tabel 5.1a. Rekapitulasi Perhitungan Tulangan Lentur Balok Bangunan Bertingkat Tabel 5.1b. Rekapitulasi Perhitungan Tulangan Lentur Balok Bangunan Bertingkat
Mn jumlah Mn jumlah
Mu Mn Mu Mn terpasang
Lokasi perlu dan Ø Tingkat Lokasi perlu dan Ø
terpasang
(N-mm) (N-mm) tulangan (N-m) (N-m) tulangan (N-m)
Ujung 10.593.418 13.241.773 3D20 123.510.556
kiri 11D22
-208.495.155 -260.618.944 7D20 269.186.629 Ujung 874.889.587 1.093.611.984 1.149.153.949
74.846.943 93.558.679 3D20 123.510.556 kiri
2 Tengah 14D22
-1.103.742.049 -1.379.677.561 1.427.976.270
44.907.512 56.134.390 3D20 123.510.556
Ujung -6.333.343 -7.916.679 3D20 123.510.556 4D22
137.987.339 172.484.173 440.929.697
kanan 8D20 8 Tengah
-224.482.000 -280.602.500 302.211.957
4D22
Ujung 68.696.449 85.870.562 3D20 154.418.137 25.808.791 32.260.989 440.929.697
kiri -277.228.272 -346.535.340 8D20 388.025.862 9D22
Ujung 754.699.665 943.374.581 955.038.282
78.267.477 97.834.346 3D20 154.418.137
4 Tengah kanan
47.567.167 59.458.959 3D20 154.418.137 14D22
-1.089.218.944 -1.361.523.680 1.427.976.270
Ujung 52.673.345 65.841.681 3D20 154.418.137
16D25
kanan -285.770.085 -357.212.606 8D20 388.025.862 Ujung 1.827.283.771 2.284.104.714 2.348.360.850
Ujung 538.275.035 672.843.794 9D22 706.197.761 kiri
19D25
kiri -2.116.985.403 -2.646.231.754 2.716.936.628
-751.670.282 -939.587.853 13D22 984.003.137
116.643.738 145.804.672 4D22 327.735.016 4D25
6 Tengah 171.743.819 214.679.773 647.504.428
4D22 10 Tengah
35.347.842 44.184.803 327.735.016
4D25
Ujung 448.277.396 560.346.745 8D22 633.279.081 9.298.601 11.623.251 647.504.428
kanan -752.121.988 -940.152.485 13D22 984.003.137 15D25
Ujung 1.675.155.955 2.093.944.944 2.220.467.739
kanan
18D25
-2.016.960.484 -2.521.200.605 2.596.595.294
13
Tabel 5.3 Rekapitulasi Jumlah Tulangan Kolom bracing tekan yang diajukan Saneinejad dan Hobbs (1995) dapat digunakan karena
dinilai paling sederhana dan representatif. Metode inilah yang akan digunakan
Dimensi
As As dalam tugas akhir ini untuk mengevaluasi struktur gedung beton bertulang dengan
Zona Ratio Perlu Terpasang dinding pengisi batu bata.
Lantai Tulangan
Kolom Terdapat beberapa 3 variasi gedung yang telah direncanakan pemodelannya
mm2 mm2
Gempa (mm) Tulangan pada bab 4 da n 5, y aitu gedung dengan struktur open frame, gedung dengan
2 400 x 400 1,30% 2080 12 Ø20 3768 bracing tekan setara tinggi portal dan gedung dengan bracing tekan setara
4 500 x 500 1,66% 4150 16 Ø20 5024 setengah tinggi portal. Ketiga variasi ini akan dianalisa dengan metode analisa
4 6 600 x 600 2,42% 8712 28 Ø22 10638,32
statis pushover non linier dengan program bantu SAP2000. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh dinding bata pada struktur portal beton bertulang
8 700 x 700 2,13% 10437 32 Ø22 12158,08 mulai dari gedung bertingkat rendah sampai gedung bertingkat tinggi yang telah
10 800 x 800 2,35% 15040 36 Ø25 17662,5 direncanakan pada bab sebelumnya. Susunan dinding bata merupakan susunan
2 500 x 500 1,25% 3125 16 Ø20 5024 dinding bata setengah bata.
4 600 x 600 1% 3600 20 Ø20 6280 Struktur portal beton bertulang pada masing masing tingkat gedung dan zona
6
gempa memiliki spesifikasi mutu dan dimensi yang berbeda.
6 700 x 700 2,00% 9800 28 Ø22 10638,32
8 800 x 800 1,85% 11840 32 Ø22 12158,08 6.1.1. Perencanaan gempa berbasis kinerja
10 900 x 900 2,15% 17415 36 Ø25 17662,5 Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah Dan Gedung, (SNI
03-1726-2002), maupun Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), masih menggunakan konsep perhitungan
BAB VI berbasis gaya (strength based). Perencanaan berbasis gaya tidak menyatakan
EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG dengan jelas kriteria kinerja yang ingin dicapai, tetapi mekanisme keruntuhan yang
DENGAN DINDING BATA direncanakan menjamin tidak terjadi keruntuhan total (collapse) terhadap gempa
besar. Perencanaan berbasis gaya berhasil mengurangi korban jiwa menjadi kecil
6.1. Umum tetapi tidak mengurangi kerugian material yang ternyata masih sangat besar.
Agar dapat menggambarkan kinerja struktur sampai dengan perilaku inelastis, Kinerja suatu struktur dapat tergambar dengan jelas melalui perencanaan
diperlukan analisis riwayat waktu non linier (non linear time history analysis- tahan gempa berbasis kinerja (performance-based seismic design). Satu kunci dari
NLTHA) untuk mengetahui respon nonlinier struktur akibat gempa. Akan tetapi, PBSD adalah kemampuan untuk mengevaluasi tuntutan gempa dan kapasitas
metode ini memerlukan proses perhitungan yang rumit dan panjang sehingga dengan derajat kelayakan tertentu, dengan tujuan untuk menghasilkan bangunan
kurang praktis untuk diterapkan dalam praktek perencanaan struktur. Salah satu dengan performa gempa yang dapat diprediksi. Sasaran kinerja terdiri dari kejadian
alternatif yang lebih sederhana namun mampu menggambarkan perilaku inelastis gempa rencana yang ditentukan (earthquake hazard), dan taraf kerusakan yang
secara jelas dan dapat dihandalkan adalah analisis statis non linier yang dinamakan diizinkan atau level kinerja (performance level) dari bangunan terhadap kejadian
analisis beban dorong statis non linier (non linear static pushover analysis) gempa tersebut. FEMA-273 (1997) dapat menjadi acuan klasik bagi perencanaan
(Lumantarna 2008). berbasis kinerja maka kategori level kinerja struktur, adalah :
Perilaku keruntuhan dinding bata yang bersifat non linier membutuhkan • Segera dapat dipakai (IO = Immediate Occupancy),
analisis statik non linier untuk menganalisa perilaku struktur beton bertulang • Keselamatan penghuni terjamin (LS = Life- Safety),
dengan dinding bata sebagai komponen yang menanggung beban lateral. Dari • Terhindar dari keruntuhan total (CP = Collapse Prevention).
beberapa penelitian mengenai perilaku dinding bata terhadap beban lateral, metode
15
6.2. Pemodelan Struktur Beton dengan 6.2.2. Kekuatan dan Deformasi Dinding Bata
Dinding Bata Berikut akan dipaparkan contoh perhitungan
Pemodelan struktur beton bertulang dengan untuk nilai kekuatan utama dari dinding bata dengan
dinding bata sebagai salah satu komponen struktural data material dinding bata yang telah didapatkan dari
yang ikut menerima beban lateral pada SAP2000 penelitian di laboratorium (bab 4). Nilai kuat tekan
cukup dilakukan secara 2D dengan Static Pushover batu bata, f bc = 7 Mpa , kuat tekan mortar,
Analysis, yaitu portal diberi beban gempa secara
monotonik. Pemodelannya berbeda dengan pemodelan f mc = 10 Mpa , Modulus elastisitas dinding bata 2237
struktur open frame biasa. Pada struktur open frame, Mpa (Essy dalam Yohannes, 2010).
dinding bata dianggap sebagai komponen non- Untuk mengetahui kekuatan dan deformasi dari
struktural dan menjadi beban gravitasi di balok. dinding bata, harus diketahui besarnya gaya aksial
Sedangkan pemodelan dinding bata sebagai salah satu yang terjadi pada bracing, yaitu N. Oleh karena itu,
komponen struktural adalah dinding bata dimodelkan pertama – tama dibuat model struktur portal beton
sebagai bracing tekan dengan bentuk bulat solid yang bertulang dengan bracing sebagai dinding pengisi
memiliki karakteristik material beton dengan berat menggunakan software bantu, setelah pembebanan
jenis sebesar 22,72 kN/m3 (setengah bata), f’c = 7 Mpa dimasukkan, akan didapatkan gaya aksial pada bracing
(dinding bata), E = 2237 Mpa (Essy dalam Yohannes, akibat beban gempa.
2010), dan poisson ratio’s = 0,15 ( Chen 2003) Berikut disajikan tabel rekapitulasi yang
(Gambar 6.3.). merangkum gaya aksial, untuk digunakan dalam
perhitungan kekuatan dan deformasi dinding bata.
Tabel 6.2. Rekapitulasi Gaya Aksial pada Bracing
Tekan Akibat Gempa
Zona Gempa Tipe Dinding Tingkat Lantai N (Newton)
2 225.342
4 339.970
6 4 Pembatas 6 734.781
8 739.206
10 998.007
2 256.746
4 495.680
4 4 Pembatas 6 664.822
8 674.421
10 1.077.163
2 228.327
Gambar 6.3. Input properti material dinding bata pada
4 456.732
SAP2000
6 3 Pembatas 6 572.201
8 612.450
Komponen bracing tekan harus didefinisikan 732.451
10
dengan tepat pada SAP2000 untuk merepresentasikan
2 204.860
dinding bata sesuai keadaan sebenarnya. Oleh karena
itu perlu dicari terlebih dahulu properti mekaniknya 4 438.349
seperti dimensi bracing tekan, kekuatan dan deformasi 4 3 Pembatas 6 504.874
dinding bata, juga sendi plastis aksial. 8 585.227
10 717.515
6.2.1. Dimensi Bracing
Dimensi bracing telah ditentukan pada bab 4,
berikut adalah rekapitulasi dimensi bracing.
Kekuatan Strut bracing tekan
Tabel 6.1. Rekapitulasi Dimensi Bracing
(
2 h + gh ) 2(50 + 65)
Dinding Bata A (m2) D (m) tan θ = = = 0,87 setengah bata
4 Pembatas 0,28 0,6 l + gv 230 + 35
3 Pembatas 0,16 0,45 Pemodelan pada gedung 10 lantai, dinding 4 pembatas,
zona gempa 6
α and β = 0,45
17
B 0,88 0
C 1 1
D 1 1,1
E 1 10
∆y ∆u
∆y ∆u
Struktur dengan Bracing Tekan Setara Tinggi Portal Tabel 6.9. Tabel pushover bangunan 6 lantai
∆y ∆u
Gambar 6.11. Kurva Spectrum Kapasitas Kesimpulan untuk struktur bangunan 6 tingkat adalah :
bangunan 6 lantai Pemodelan struktur bangunan gedung 6 l antai
memiliki daktalitas displacement struktur sebesar
2,5
Analisis pada struktur 6 l antai ini berhenti
pada step 33 dan tidak bisa dilanjutkan
berdasarkan kontrol perpindahan sebesar 0,5 m.
Adapun besarnya perpindahan pada kondisi fail
(runtuh) di step 33, δ fail = 0,5 m > 150% δ t = 1,5
(0,062) = 0,093 m, maka dianggap perilakunya
masih dapat diterima.
Dengan target perpindahan δ t = 0,062 m,
terlihat bahwa dalam step 2 kinerja yang
diperlihatkan struktur tidak ada yang melewati
batas IO (Immediate Occupancy). Jadi, kinerja
model struktur secara keseluruhan OK.
Gambar 6.12. Step 4, kondisi keruntuhan saat
performance point
23