Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


K.R.M.T. WONGSONEGORO
Jl. Fatmawati No. 1 Telp. 6711500, Fax. 6717755 Semarang - 50272

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

NOMOR 634 TAHUN 2017

TENTANG

PEMBERLAKUAN
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS RUMAH SAKIT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA
SEMARANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO


KOTA SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelayanan masyarakat


di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T.
Wongsonegoro Kota Semarang maka diperlukan
Pedoman Pengelolaan Sistem Utilitas Rumah Sakit
yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang sebagai
landasan bagi Pengelolaan Sistem Utilitas Rumah
Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T.
Wongsonegoro Kota Semarang;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah – daerah Kota Besar dalam
LingkunganProvinsi Djawa Timur, Djawa tengah,
Djawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta.
2. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Republik IndonesiaNomor 4437)
sebagaimana telah diubahbeberapa kali, terakhir
dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang – Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844)
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063 )
4. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976
tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II
Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3079)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992
tentang Pembukuan Kecamatan di Wilayah
Kabupaten – Kabupaten Daerah Tingkat II
Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal
serta penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 89)
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 54/MENKES/PER/2015 tentang Pengujian
dan Kalibrasi Alat Kesehatan Pada Sarana
Pelayanan Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 194/MENKES/SK/II/2003 tentang
Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah
K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang Milik
Pemerintah Kota Semarang

9. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia


2
Nomor Hk.03.01/C.III/SK/980/2010 tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap
Keapda Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T.
Wongsonegoro Kota Semarang di Kotamadya
Semarang, Provinsi Jawa Tengah;
10.Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Teknisi
Elektromedis Dan Angka Kreditnya;
11.Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Semarang (Lembar Daerah Kota Semarang Tahun
2008 Nomor 16 );
12.Peraturan Walikota Semarang Nomor 37 A Tahun
2013 tentang Peraturan internal Rumah Sakit
(Hospital by Laws) ( Berita Daerah Kota Semarang
tahun 2013 nomor 37 A );
13.Keputusan Wali Kota Semarang nomor
445/0174/2007 tentang Penetapan Rumah Sakit
Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota
Semarang sebagai Badan Layanan Umum (BLU);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Direktur Tentang Pemberlakuan Pedoman


Pengelolaan Sistem Utilitas Rumah Sakit Di Rumah
Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota
Semarang
KESATU : Pedoman Pengelolaan Sistem Utilitas Rumah Sakit
Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pengelolaan Sistem Utilitas Rumah Sakit Umum
Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang
dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang.
KETIGA : Segala biaya yang timbul sbagai akibat diterbitkannya

3
dibebankan pada Anggran Pendapatan dan belanja
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
KEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila di kemudian hari ternyata ada kesalahan
dalam penetapannya akan diadakan perubahan sesuai
perubahan peraturan yang berlaku.

Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal 23 Desember 2017

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR


RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO
KOTA SEMARANG
Nomor : 634 TAHUN 2017

4
Tanggal : 23 Desember 2017

PEDOMAN
PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan rnerupakan salah satu unsur kesejahteraan umum
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagairnana dirnaksudkan dalarn pembukaan Undang-undang Dasar
1945 rnela1ui pernbangunan nasional yang berkesinarnbungan.
Untuk rnerealisasikan penye1enggaraan pelayanan kesehatan yang
rnenyeluruh dan terpadu diperlukan sarana kesehatan yang rnenurut
Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Bab I, Pasal 1,
butir 4, yang berbunyi "Sarana kesehatan adalah ternpat yang
digunakan untuk rnenyelenggarakan upaya kesehatan".
Rurnah Sakit rnerupakan salah satu sarana kesehatan,
dirnana berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan R.I No,
159.blMen.Kes/PerIIII1988 tentang Rurnah Sakit, Bab V, Pasal 19
dinyatakan, bahwa " setiap rurnah sakit harus rnernpunyai ruangan
untuk penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
penunjang rnedik dan non rnedik, serta harus rnernenuhi
standardisasi bangunan rurnah sakit ".
Mengingat hal tersebut diatas, rnaka suatu pe1ayanan yang
diselenggarakan rurnah sakit harus rnerniliki suatu standar acuan
ditinjau dari segi sarana fisik bangunan, serta prasarana atau
infrastruktur jaringan penunjang yang rnernadai.
Dalarn rangka rnernenuhi suatu standar acuan tersebut
diperlukan suatu pedornan perencanaan rumah sakit yang rnernadai,
salah satunya adalah "Pedornan Sarana dan Prasarana Rurnah Sakit
Kelas C ", agar tercapai satu kesatuan persepsi dalarn perancangan
bangunan rumah sakit.
Dalarn rangka pernbangunan nasional Tahun 2004-2009,
peningkatan akses rnasyarakat terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas rnerupakan salah satu agenda dari upaya rnewujudkan
Indonesia yang sejahtera. Dalarn rangka rnenunjang sasaran tersebut,
5
rnaka harus didukung dengan upaya peningkatan kualitas sarana
kesehatan.
Rurnah Sakit rnerupakan salah satu sarana kesehatan,
dirnana berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan R.I No,
159.blMen.KeslPerIlIl1988 tentang Rurnah Sakit, Bab V, Pasal 19
dinyatakan, bahwa " setiap rurnah sakit harus rnernpunyai ruangan
untuk penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
penunjang rnedik dan non rnedik, serta harus rnemenuhi
standardisasi bangunan rurnah sakit ".
Pengkategorian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis
penyelenggaraan pelayanan, yang terdiri dari rumah sakit umum
(RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus (RSK), yaitu
rumah sakit yang memberikan pelayanan utarna pada suatu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan kekhususannya.
Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu
struktur, arsitek dan utilitas atau yang dikenal juga dengan istilah
ME (mekanikal dan elektrikal) di gedung. Ketiganya satu sarna lain
saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan, arsitek lebih
menekankan pada keindahan, maka ME (mekanikal & Elektrikal) lebih
mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan atau seindah
apapun bangunan, jika tidak ditunjang dengan suatu system
mekanikal & elektrikal, maka bangunan terse but tidak ada fungsinya.
Jadi sangat jelas antara ketiga komponen dalam suatu gedung yang
saling terkait satusama lain.
Dengan demikian system mekanikal & elektrikal termasuk
salah satu komponen yang sangat penting. Jadi intinya suatu
bangunan yang telah dirancang oleh para arsitek akhimya harus
dipakai, dihuni dan dinikmati. Untuk itu bangunan harus dilengkapi
dengan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan gedung /
perkantoran itu sendiri.
Setiap gedung oleh perancangnya dimungkinkan dikonsep
dalam suatu paradigma tersebut. Dan konsep mekanikal dan
elektrikal untuk memenuhi sesuai dengan fungsinya.Pengelolaan
limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan
pengendalian infeksi di rumah sakit atau di fasilitas pelayanan
kesehatan. Sekitar 85% limbah umum yang dihasilkan dari rumah
sakit atau fasilitas kesehatan lainnya tidak terkontaminasi dan tidak
6
berbahaya bagi petugas yang menangani, namun demikian
penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik dan benar.
Limbah terkotaminasi (biasanya membawa mikroorganisme),
jika tidak dikelola secara benar akan dapat menular pada petugas
yang menyentuh limbah tersebut termasuk masyarakat pada
umumnya. Limbah yang terkontaminasi adalah semua limbah yang
telah terkontaminasi dengan darah, nanah, urine, tinja, jaringan
tubuh lain dan bahan lain bukan dari tubuh, seperti bekas pembalut
luka, kasa, kapas dan lain-lain. Limbah dari kamar operasi seperti
jaringan, darah, kasa, kapas dan dari laboratorium seperti dahak,
urine, biakan mikrobiologi harus dianggap terkontaminasi. Alat-alat
yang dapat melukai misalnya jarum, pisau yang dapat menularkan
penyakit-penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, AIDS juga
digolongkan sebagai limbah terkontaminasi.
Oleh karena itu, perlu dibuat pedoman dalam pengelolaan
limbah di Rumah sakit guna menekan Infeksi Nosokomial

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengatur pelaksanaan yang telah dikerjakan oleh rumah
sakit dan bisa menjadi dasar pengembangan strategi di masa
mendatang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pedoman ini adalah sebagai dasar dalam
pengelolaan system utilitas : gas medis, kelistrikan, air dan limbah
dalam :
a. Pengemasan
b. Pelabelan
c. Penyimpanan
d. Pemeliharan
e. Uji coba

C. SASARAN
Sasaran dari penyusunan pedoman ini adalah sebagai dasar
rumah sakit melakukan pengelolaan system utilitas yang ada di RSUD
K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang.

D. RUANG LINGKUP
7
Ruang lingkup buku pedoman ini diperuntukkan bagi semua
sistem utilitas di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang.

E. KEBIJAKAN
1. UU No. 36 thn 2009 tentang Kesehatan.
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
4. Permenkes No. 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2351/MENKES/PER/2011
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan
dan perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8/2011
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat SinarMX
Radiologi Diagnostik dan Intervension.
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9/2011
tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 394 tahun 2001 tentang Institusi
Penguji
12. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1184 / MENKES / PER /
X / 2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Rumah Tangga
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/XI/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

F. PENGERTIAN
1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang
8
terkandung di dalamnya.
2. Sumber Daya Listrik adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis
tentang daya listrik yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh
manusia untuk dipergunakan untuk kebutuhan manusia seperti
penerangan, pendinginan, komunikasi, serta untuk alat alat yang
membutuhkan daya listrik lainnya.
3. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan
prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian
fungsi sumber air dan prasarana sumber daya air.
4. Sistem utilitas
Adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
5. Gas Medis
Adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan
untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan.
6. Pemeliharaan
Adalah suatu rangkaian kegiatan baik preventif maupun korektif
yang dilakukan untuk menjaga peralatan medis bermutu, aman
dan laik pakai.
7. RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang
Adalah suatu alat dan /atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
8. Standard Prosedur Operasional
Adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu
petunjuk yang mencakup halMhal dari operasi yang memiliki
prosedur pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan
keefektifannya.
9. Uji Fungsi
Adalah pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji
bagianMbagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis
saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui kinerja
dan kemampuan alat dalam hal fungsi komponen dan keluaran. Uji
9
fungsi dilaksanakan sebelum alat diterima oleh Panitia Penerima
Barang.
10. Uji Coba
Adalah pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji
bagianMbagian alat dengan beban sebenarnya (misalnya pasien),
setelah uji fungsi dilakukan dengan hasil baik. Uji coba
dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih, untuk membiasakan
penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu
atau berdasarkan jumlah pemakaian.

BAB II
LIMBAH
10
A.LIMBAH PADAT INFEKSIUS
1. Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan
a. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun
b. Limbah tajam harus dikumpulkan/ ditampung dalam satu
wadah khusus (safety box) seperti botol atau karton yang
aman, anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang lain yang tidak berkepentingan tidak
dapat membukanya.
c. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi
persyaratan dengan menggunakan wadah dan label sbb:

d. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari


sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container
bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
e. Tempat pewadahan limbah medis padat:

11
- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air dan mempunyai permukaan yang haluspada
bagian dalamnya, misal fiberglass
- Di setiap penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis
- Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang
aman
- Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan
sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah
harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan
apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung
dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
f. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan APD
yang terdiri dari:
- Topi / helm
- Masker
- Pelindung mata
- Pakaian panjang (coverall)
- Apron untuk industri
- Pelindung kaki / sepatu boot dan
- Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty
gloves)
g. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus dan tertutup.

2. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir


a). Limbah infeksius dan benda tajam
- Limbah yang infeksius ditampung dalam kantong plastik
warna kuning berlogo infeksius, setiap hari diambil oleh
petugas khusus, diangkut menuju TPS B3 menggunakan
kereta khusus.

12
- Benda tajam harus ditampung dalam safety box,
diangkut ke TPS B3 yang selanjutnya ditangani oleh
pihak ketiga.
b). Limbah farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah besar dikembalikan ke
distributor

B.Limbah Padat Non Infeksius


Limbah padat non Infeksius adalah limbah padat yang
dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit diluar medis yang berasal
dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya.
Pengambilan limbah padat non medis dilakukan dua kali
dalam sehari, diangkut menggunakan kereta khusus, diangkut ke
TPS yang selanjutnya ditangani oleh pihak ketiga (DPUK) untuk
diangkut menuju TPA (Tempat Pembuangan Akhir) setiap hari
sekali guna menekan angka perkembangbiakan lalat dan kuman
lainnya serta untuk menjaga kebersihan lingkungan Rumah
Sakit.
1). Pemilahan, pewadahan dan pengangkutan
- Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara
limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak
dapat dimanfaatkan kembali di TPS
- Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara
limbah basah dan kering
- Pewadahan limbah dari bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang
mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misal fiberglass,
mudah dibuka / ditutup.
- Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya lebih dari 3 x
24 jam, atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh
limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vector penyakit atau binatang pengganggu
- Pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan
dua kali sehari ke TPS menggunakan kereta khusus dan
tertutup

13
Prosedur:
- Penampungan setempat di dalam tempat sampah yang telah
disediakan dilakukan di ruangan – ruangan / unit – unit
penghasil sampah non medis.
- Sampah dipindahkan ke dalam kereta sampah non medis
oleh petugas CS
- Sampah diangkut menuju kontainer sampah di TPS.
- Sampah dibongkar untuk dimasukkan ke dalam kontainer
sampah di TPS
- Setiap hari kontainer sampah diangkut menuju TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) oleh petugas
- Petugas membersihkan kereta sampah dan lantai TPA.
- Kereta sampah ditiriskan / dikeringkan

C.Limbah cair
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang bernahaya bagi kesehatan.
Tujuan dilakukan pengelolaan limbah cair untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Saluran pembuangan limbah
cair harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan
limbah cair mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran
air hujan.
Air limbah dari dapur harus dilengkapi dengan grease trap
(perangkap lemak) dan frekuensi pemeriksaan kualitas limbah
cair terolah (effluent) dilakukan setiap satu bulan sekali untuk
swapantau.
Pada IPAL perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair
untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.

Prosedur:
- Limbah cair dari saluran kamar mandi dan wastafel dari semua
ruangan / unit kerja dialirkan melalui saluran tertutup menuju
bak penampung IPAL.

14
- Limbah cair dari closet / WC masuk ke dalam septiktang
terlebih dahulu kemudian dialirkan melalui saluran tertutup
menuju bak penampung IPAL.
- Limbah cair dari laboratorium termasuk unit pelayanan darah,
IBS, masuk ke dalam septiktang terlebih dahulu, kemudian
dialirkan masuk ke bak penampung IPAL.
- Limbah cair dari pencucian masuk ke pre-treatment terlebih
dahulu, kemudian dialirkan masuk ke bak penampung IPAL.
- Limbah cair dari Instalasi Gizi dialirkan melalui saluran
tertutup menuju bak penangkap lemak (grease trap), kemudian
dialirkan menuju IPAL melalui saluran tertutup.
- Dari bak penampung, kemudian dilakukan penyaringan awal
oleh spiral screen guna membuang sampah yang ikut masuk ke
dalam bak penampung.
- Limbah kemudian mengalir masuk ke dalam buffer tank, dan
dipompa masuk ke dalam tangki SBR (I dan II). Di dalam tangki
SBR dilakukan pengolahan sbb :
(1). Mixing yaitu proses pengadukan air limbah agar menjadi
homogen.
(2). Aerasi yaitu proses pemberian oksigen pada air limbah.
(3). Sedimentasi yaitu proses pengendapan lumpur pada air
limbah yang telah terolah.
(4). Decanting yaitu proses pengaliran air yang sudah jernih
menuju kolam stabilisasi.
(5). Di kolam stabilisasi dilakukan injeksi gas chlor untuk
desinfeksi melewati buffel – buffel, dengan harapan agar
gas chlor menyebar ke semua air limbah.
(6). Air yang telah didesinfeksi mengalir keluar melewati outlet
menuju Badan Air / Sungai.
(7). Bila terjadi volume lumpur telah melebih kapasitas yang
ada maka dilakukan sludge dewatering dengan tujuan
untuk mengeluarkan lumpur dari tangki SBR dan
ditampung di dalam bak khusus untuk dimanfaatkan
sebagai pupuk.
Agar limbah cair tidak mencemari lingkungan setiap bulan
dilakukan pemantauan terhadap inlet dan outlet limbah oleh
pihak ketiga BLK (Balai Laboratorium Kesehatan) yang
terakreditasi.
15
D.Limbah Gas
Adalah semua limbah yg berbentuk gas yg berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit. Berasal dari kegiatan
pembakaran di RS seperti insinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik.
Karakteristik limbah gas rumah sakit terutama yang
dihasilkan oleh insinerator mengandung partikulat, gas-gas
pencemar seperti SO2, NO2, CO, CH4 serta logam berat seperti
timbal, kadmium, khrom dan sebagainya.
1). Pengelolaan
Pengendalian pencemaran gas:
 Pengendalian pada sumber pencemar
 Pengenceran
2). Penghijauan :
 Menyerap CO2
 Menghasilkan O2
 Mengurangi kebisingan
Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan
dioksin dilakukan minimal satu kali setahun, dilengkapi alat
untuk mengurangi emisi gas dan debu, melakukan penghijauan
dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen
dan dapat menyerap debu.
Standart limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah
limbah medis padat dengan incinerator mengacu pada Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-13/MenLH/3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

E.Pengujian atau Pemeriksaan air limbah


Pemeriksaan air limbah dilakukan secara berkala meliputi :
1). Pemerikaan air limbah dilakukan minimal 3 bulan sekali atau
sesuai dengan peraturan
2). Hasil pemeriksaan di dokumentasikan

16
BAB III
INSTALASI GAS MEDIS

Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan


untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan.
Instalasi Pipa Gas Medis adalah seperangkat prasarana perpipaan
beserta peralatan yang menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan
untuk menyalurkan gas medis ke titik outlet diruang tindakan dan
perawatan.
Sentral gas medis adalah seperangkat prasarana beserta peralatan
dan atau tabung gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu
yang dapat disalurkan melalui pipa instalasi gas medis.
Instalasi Gas Medis selanjutnya disingkat (IGM) adalah seperangkat
sentral gas medis, instalasi pipa gas medis sampai outlet;Instalasi gas
medis di sarana pelayanan kesehatan harus memenuhi persyaratan
keamanan, desain, lokasi, penyimpanan dan alat penunjang lainnya.

A. Jenis Dan Persyaratan


Jenis Gas Medis yang dapat digunakan pada sarana pelayanan
kesehatan meliputi :
1). Oxygen (O2)
2). Nitrous Oksida (N2O)
3). Nitrogen (N2)
4). Karbon dioksida (CO2)
5). Cyclopropana (C3H6)
6). Helium (He)
7). Udara tekan (Compressed Air) (Medikal Breathing Air)
8). Mixture gas.

Gas medis yang dapat digunakan melalui Instalasi Gas Medis


meliputi :
1). Oxygen (O2)
2). Nitrous Oksida (N2O)
3). Nitrogen (N2)
4). Karbon dioksida (CO2)
17
5). Udara Tekan (Compressed Air) (Medikal Breathing Air).
Penyediaan Gas Medis di sarana pelayanan kesehatan dapat
dilakukan melalui tabung Gas Medis dan/atau penyaluran melalui
instalasi pipa Gas Medis.
Instalasi pipa Gas Medik dan jumlah outlet Gas Medis, dipasang
sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh sarana pelayanan
kesehatan.
a. Desain instalasi pipa Gas Medik harus dilengkapi kran-kran,
pressure, gauge, alarm, dan tanda peringatan spesifikasi.
b. Lokasi sentral gas medis harus jauh dari sumber panas dan oli serta
mudah dijangkau sarana transportasi, aman dan harus terletak di
lantai dasar.
c. Ruang sentral gas medis harus memiliki luas yang cukup, mudah
dilakukan pemeliharaan, dilengkapi ventilasi, pencahayaan yang
memadai, memenuhi persyaratan spesifikasi.
d. Gas medis sebelum dialirkan melalui pipa distribusi harus dilengkapi
penyaring (filter).
e. Desain perpipaan harus memperhitungkan kapasitas gas yang
diperlukan.

B. Pengujian
1). IGM harus diuji dan diperiksa secara berkala minimal 1 (satu) kali
dalam 3 (tiga) tahun.
2). Setiap tabung gas medik harus diuji secara periodik selama dalam
periode masa berlaku.
3). Pengujian sebagaimana dimaksud dilakukan oleh institusi penguji
yang berwenang.

C. Pemeliharaan
Kegiatan dalam Pemeliharaan antara lain :
1). Pengujian / uji coba meliputi uji coba untuk perpindahan antara
tabung oksigen dan tabung gas cair (belakang CSSD dan kamar
mayat)
2). Pengujian atau uji coba dimaksud dilakukan minimal 6 bulan sekali
dan di dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan, dan
hasilnya)
3). Kegiatan pemeliharan peralatan : central gas medis dan outlet gas
medis
18
4). Pemeliharan dimaksud dilakukan minimal 6 bulan sekali dan di
dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan, dan hasilnya)
serta dibuatkan jadwal
5). Inspeksi / pemeriksaan meliputi peralatan : central gas medis dan
outlet gas medis dilakukan sesuai jadwal inspeksi dan di
dokumentasikan

19
BAB IV
KELISTRIKAN

Dalam UU RI No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,


disebutkan bahwa dalam rangka usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri yang dapat dilaksanakan oleh instransi pemerintah,
BUMN, BUMD, dan lainnya meliputi :
1. Pembangkitan tenaga listrik
2. Pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik
3. Pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga lsitrik dan distribusi
tenaga listrik
Bahwa penunjang tenaga listrik dapat dilaksanakan meliputi :
1. Konsultasi dalam bidang isntalasi penyediaan tenaga listrik
2. Pembangunan dan pemasangan isntalasi penyediaan tenaga listrik
3. Pemeriksaan dan pengujian isntalasi tenaga listrik
4. Pengoperasian isntalasi tenaga listrik
5. Pemeliharaan isntalasi tenaga listrik
Permenkes No.2306/Menkes/Per/XI/2011 tentang Persyaratan
Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS, disebutkan :
1. Perlu adanya pembagian atau klasifikasi lokasi tindakan medik dengan
kesepahaman dan kesepakatan dengan staf medik terhadap tindakan-
tindakan medik yang akan dilakukan dan dimasukkan dalam
MANAJEMEN RESIKO
2. Pembagian atau klasifikasi lokasi medik untuk penentuan instalasi
listrik medik meliputi :
a. Kelompok 0 : lokasi medik yang tidak berhubungan atau kontak
langsung dengan pasien dan perlengkapan listrik medik agar dapat
beroperasional
b. Kelompok 1 : lokasi medik yang berhubungan atau kontak langsung
dengan pasien dan perlengkapan listrik medik agar dapat
beroperasional secara ekternal atau masuk ke sembarang bagian
tubuh pasien
c. Kelompok 2 : lokasi medik yang berhubungan atau kontak langsung
dengan pasien dan perlengkapan listrik medik agar dapat
beroperasional dan dapat menyebabkan kematian jika terjadi
kegagalan supply listrik

20
d. Pembagian kelompok sebagai panduan sebagai berikut :
No Fungsi Ruang Kelompok Keterangan
0 1 2
IGD
1 Ruang Triage X
2 Ruang Observasi X
3 Ruang Resusitasi X
4 Ruang Tindakan X
RAWAT JALAN
5 Ruang Pendaftaran X
6 Ruang tunggu X
7 Ruang periksa X

8 Ruang tindakan X
INSTALASI RAWAT INAP
9 Kamar Pasien X
10 Ruang Tindakan X
11 Ruang Isolasi X
INSTALASI KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
12 Ruang periksa X Dewi Kunti, Parikesit,
Srikandi
13 Ruang Kala (Labor) X Dewi Kunti, Parikesit,
Srikandi
14 Ruang Melahirkan X Dewi Kunti, Parikesit,
(delivery) Srikandi
15 Ruang Pemulihan X Dewi Kunti, Parikesit,
Melahirkan Srikandi
16 Ruang bayi lahir X Dewi Kunti, Parikesit,
Srikandi
INSTALASI BEDAH SENTRAL
17 Ruang pendaftaran X
18 Ruang persiapan X
19 Ruang induksi/anesthesy X
20 Ruang scrub station X
21 Ruang utilitas bersih dan X
kotor
22 Ruang persiapan peralatan X
23 Kamar bedah X
24 Ruang spoolhuok X
25 Gudang anesthesy X
26 Ruang pemulihan bedah X
27 Gudang peralatan, obat, X
linen
INSTALASI LABORATORIUM
28 Lab. Umum (darah, urine, X
vishes)
29 Lab. Lainnya X
30 Bank Darah X
31 Farmasi X
INSTALASI DIAGNOSTIK / KLINIK
32 Ruang pemeriksaaan X
33 Ruang X
ECG/EEG/EMG/Treadmill
34 Ruang THT (kedap suara) X

21
35 Ruang Laparoscopy / X
Endoscopy / Bronchoscopy
36 Gudang anesthesy X
INSTALASI RADIOLOGY
37 Radiodiagnostik X
38 CT- X
Scan/MRI/Angiography/
Panoramik/Radioteraphy
INSTALASI LOUNDRY
39 Loundry, umum, sortir X
linen
40 Gudang, setrika X
INSTALASI CSSD
37 Ruang cuci alat, X
Disassembly
38 Steril, Assembly X
INSTALASI GIZI X

e. Sumber cadangan / sumber daya listrik alternative di RSUD K.R.M.T.


Wongsonegoro Kota Semarang Rumah Sakit agar terjamin kecukupan
daya listrik untuk pelayanan pasien selama 24 jam sehari / 7 hari
seminggu tanpa putus
1). Sumber Diesel Generator sebagai sumber daya normal cadangan
bukan sumber daya pengganti
- Sumber daya elektrikal yang penting untuk kelompok 0 dan 1
harus sesuai ketentuan dengan SNI-7018-2004, tentang system
pasokan daya listrik darurat dan siaga
- Sumber daya elektrikal yang penting untuk kelompok 2 harus
sesuai standar dengan SNI-7018-2004, tentang system pasokan
daya listrik darurat dan siaga

22
- Kapasitas dan nilai nominal harus memenuhi kebutuhan actual
maksimum untuk melayani beban tersambung setiap saat
- Genset harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk
mengangkat beban dan frekuensi dan tegangan yang stabil
dalam waktu maksimal 10 detik setelah hilang daya normal PLN
2). UPS
Apabila sumber daya listrik dari PLN mengalami kerusakan atau
gangguan, digunakan sumber daya listrik dengan menggunakan
genset milik RSUD KOTA SEMARANG dan di back-up dengan UPS
Tempat-tempat yang disediakan back-up UPS meliputi ruangan-
ruangan :
- Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan Anesthesy
- Intensive Care Unit (ICU)
- Instalasi Perinatology
- NICU
- PICU
- HCU
- Radiology (MRI, CT-Scan, Cathlab, ESWL)
3). Apabila sumber daya listrik dari genset dan UPS mengalami
kerusakan maka diadakan MOU dengan Pihak ketiga dengan cara
menyewa genset
f. Pemeliharaan
Kegiatan dalam Pemeliharaan antara lain :
1). Pengujian / uji coba meliputi uji coba untuk peralatan : genset,
ATS, Lift, UPS
2). Pengujian atau uji coba dimaksud dilakukan minimal 6 bulan
sekali dan di dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan,
dan hasilnya)
3). Kegiatan pemeliharan peralatan : genset, ATS, Lift, UPS
4). Pemeliharan dimaksud dilakukan minimal 6 bulan sekali dan di
dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan, dan hasilnya)
serta dibuatkan jadwal
5). Inspeksi / pemeriksaan meliputi peralatan : genset, ATS, Lift, UPS
dilakukan sesuai jadwal inspeksi dan di dokumentasikan
6). Perlindungan terhadap tegangan sentuh langsung terhadap
peralatan atau bagian-bagian peralatan tidak boleh melampaui 25
Volt

23
BAB V
SUMBER DAYA AIR
A. Latar Belakang
Bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
Instalasi Sanitasi rumah sakit adalah unit pelayanan teknis
fungsional yang melakukan kegiatan pengendalian lingkungan fisik,
kimia, biologis dan radioaktif di rumah sakit yang apabila tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan pengaruh buruk pada kesehatan
jasmani, rohani dan kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita dan
pengunjung beserta masyarakat di sekitar Rumah Sakit.
Oleh karena itu untuk menghindari gangguan kesehatan yang
ditimbulkan akibat pengaruh buruk dari fasilitas air perlu dibuat
manajemen risiko dari kegiatan tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjamin ketersediaan listrik dan air bersih 24 jam sehari dan 7
hari seminggu dalam rangka menjamin mutu dan keselamatan
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T.
Wongsonegoro Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
24
a. Menjadi acuan para petugas dalam rangka memenuhi ketersediaan
listrik dan air air bersih tanpa putus 24 jam sehari 7 hari
seminggu.
b. Menjadi acuan para petugas dalam rangka menjamin listrik dan
kualitas air bersih sesuai baku mutu
c. Menjadi acuan para petugas dalam rangka menjamin
terpeliharanya fasilitas Sanitasi di Rumah sakit Umum Daerah
K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang khususnya fasilitas yang
berhubungan dengan listrik dan air bersih .
C. Identifikasi risiko kegawatan air (ADA GRADE/ MAP)
Perlu adanya pembagian atau klasifikasi lokasi tindakan medik
dengan kesepahaman dan kesepakatan dengan staf medik terhadap
tindakan-tindakan medik yang akan dilakukan dan dimasukkan dalam
MANAJEMEN RESIKO.
Beberapa resiko yang pernah terjadi dan mungkin terjadi yang
terkait dengan kegagalan sistem utilitas air adalah sebagai berikut;
- Air bersih tidak mengalir
- Air bersih tidak memenuhi baku mutu baik fisik, kimia dan
bakteriologi.
- Air bersih terbuang / mengalami bocor (leakage)
D.Analisa risiko kegawatan air
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko (ISO 31000:2009), analisa risiko
dilakukan dengan cara menilai seberapa sering peluang risiko itu
muncul, serta berat ringannya dampak yang ditimbulkan, makin besar
angka, peluang makin sering atau dampak makin berat.

DISKRIPSI SKOR PELUANG

NILAI
NO PELUANG
1 2 3 4 5
1 Air bersih tidak mengalir V

2 Air bersih tidak memenuhi baku mutu V


fisik, kimia dan bakteriologi
3 Air bersih terbuang / mengalami bocor V
(leakage)

25
Keterangan:
Nilai 1 (Rare); Tidak bisa percaya kejadian ini akan terjadi
hanya akan terjadi dalam keadaan luar biasa (f= 5-10 th,
p= 1%)
Nilai 2 (Unlikely); Tidak diharapkan terjadi, tetapi ada potensi –
tidak mungkin terjadi (f= 2-5 th, = p=10%)
Nilai 3 (Possible); Kadang-kadang dapat terjadi, telah terjadi
sebelumnya - kemungkinan yang wajar untuk terjadi
(f=tahunan, p = 50%)
Nilai 4 (Likely); Kuat kemungkinan bahwa hal ini dapat terjadi –
mungkin terjadi (f=triwulan, p = 75%)
Nilai 5 (Almost Certain); ini diperkirakan sering terjadi / dalam
banyak keadaan – lebih mungkin terjadi dari pada tidak
(f=bulanan,p=99%)

DESKRIPSI DAMPAK / KONSEKUENSI

DAMPAK
1 2 3 4 5
NO PELUANG (tidak (kecil) (sedang) (besar) (bencana)
bermak
na)
1 Air bersih Kegagalan unt
tidak memenuhi
mengalir standart
internal,
implikasi
ringan bg
keselamatan
pasien,
penurunan
peringkat
kinerja jika
tdk segera
ditanggulangi
2 Air bersih Ketidak
tidak sesuaian
memenuhi dengan
baku mutu standart

26
fisik, kimia nasional
dan dengan
bakteriologi risiko
bermakna
bg pasien
jika tdk
ditanggula
ngi
3 Air bersih Ketidak
terbuang / sesuaian
mengalami kecil thd
bocor standart
(leakage)

Setelah skor peluang dan dampak / konsekuensi kita dapat,


kedua angka dikalikan, tujuannya untuk mendapatkan peringkat
karena risiko perlu diberi peringkat untuk mendapatkan prioritas
penanganannya, makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkat
dan prioritasnya.

DISKRIPSI PEMBERIAN PERINGKAT RESIKO

NO PERINGKAT RESIKO NxD HASIL


1 Air bersih tidak mengalir 3x2 6
2 Air bersih terbuang / mengalami 5 x 1 5
bocor (leakage)
3 Air bersih tidak memenuhi baku 1 x 3 3
mutu fisik, kimia dan
bakteriologi

Keterangan :
Ekstrem : 15 - 25
Tinggi : 8 - 12
Sedang : 4 - 6
Rendah : 1 - 3

Dampak air bersih terkontaminasi terhadap ruangan dapat


dikelompokkan sebagai berikut:

27
PERINGKAT RISIKO
NO NAMA RUANGAN
1 2 3

28
1 Perkantoran V

2 Rawat jalan V

3 IGD V

4 Laboratorium V

5 IBS V

6 CSSD V

7 Radiology V

8 HCU V

9 ICU V

10 PICU V

11 NICU / Perinatology V

12 Arjuna 1 V

13 Arjuna 2 V

14 Banowati V

15 Nakula 1 V

16 Nakula 2 V

17 Nakula 3 V

18 Nakula 4 V

19 Yudistira V

20 Bima V

21 Arimbi V

22 Prabu Kresna V

23 HD V

24 Parikesit V

25 Srikandi / VK V

26 Dewi Kunthi V

27 Klinik Rawat Jalan V

28 Rehabilitasi Medik V

29 Gatot Kaca Lt.1 (Klinik V


Executive)
30 Gatot Kaca Lt.2 V

31 Gatot Kaca Lt.3 V

29
32 Gatot Kaca Lt.4

Keterangan:

Nilai 1 : Ketidak sesuaian kecil terhadap standart, bisa


mengganggu terhadap kenyamanan
pasien/karyawan/pengunjung
Nilai 2: untuk memenuhi standart internal, implikasi ringan bg
keselamatan pasien, penurunan peringkat kinerja jika
tidak segera ditanggulangi
Nilai 3: Ketidaksesuaian dengan standart nasional dengan risiko
bermakna bagi pasien jika tdk ditanggulangi

E.Evaluasi risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa
risiko dengan kriteria resiko untuk menentukan apakah risiko
dan/atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi (ISO
31000:2009)
Katagori Risiko Warna Risiko Tinjauan Frekuensi
Penilaian Risiko Tinjauan
Oleh
Ekstrim (15-25) Merah Direktur Bulanan
Tinggi (8-12) Jingga Kabid Tiap 2 bulan
Sedang (4-6) Kuning Kasubbid Tiap 3 bulan
Rendah (1-3) hijau Kepala unit Tiap 6 bulan

Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang


yang bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya.

F. Tata kelola risiko


Pelaksanaan tata kelola risiko dapat digambarkan sebagai
berikut:
Risiko tidak adanya air bersih baik akibat kebocoran
(leakage) ataupun gangguan lain, petugas Instalasi Sanitasi
melakukan pengecekan dilapangan, dan setelah ditemukan
gangguan selanjutnya dilakukan perencanaan dan pelaksanaan
perbaikan sampai hilangnya gangguan tersebut.

30
Risiko tidak terpenuhinya baku mutu dari air bersih,
dilakukan evaluasi terhadap hasil laboratorium, selanjutnya
dilakukan pengecekan terhadap sarana dan prasarana terkait serta
pengelolaannya dan setelah dilakukan perbaikan pada sarana
atau prasarana tersebut dilakukan pemeriksaan laboratorium
ulang.

G.Area beriko kegawatan air


H. Inventarisasi sumber air
I. Pemeliharaan
Kegiatan dalam Pemeliharaan antara lain :
1). Pengujian / uji coba meliputi uji coba untuk perpindahan
antara tabung oksigen dan tabung gas cair (belakang CSSD
dan kamar mayat)
2). Pengujian atau uji coba dimaksud dilakukan minimal 6 bulan
sekali dan di dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan,
dan hasilnya)
3). Kegiatan pemeliharan peralatan : central gas medis dan outlet
gas medis
4). Pemeliharan dimaksud dilakukan minimal 6 bulan sekali dan
di dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan, dan
hasilnya) serta dibuatkan jadwal
5). Inspeksi / pemeriksaan meliputi peralatan : central gas medis
dan outlet gas medis dilakukan sesuai jadwal inspeksi dan di
dokumentasikan

31
BAB V
SISTEM TATA UDARA

A. Sistem Penghawaan (Ventilasi) dan Pengkondisian Udara (HVAC)


1. Sistem Penghawaan (Ventilasi)
a. Umum.
- Setiap bangunan rumah sakit harus mempunyai ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya.
- Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan permanen,
kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen
yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
b. Persyaratan Teknis
- Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka
diperlukan ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas
tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan
pencemaran.
- Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi,
mengikuti Persyaratan Teknis berikut:
o SNI 03 – 6572 – 2000 atau edisi terbaru; Tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung.
o SNI 03 – 6390 – 2000 atau edisi terbaru; Konservasi energi
sistem tata udara pada bangunan gedung.
 
2. Sistem Pengkondisian Udara
a. Umum.
- Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan
rumah sakit harus mempertimbangkan temperatur dan
kelembaban udara.

32
- Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara
di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian
udara yang mempertimbangkan :
o fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak
geografis, orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan,
dan penggunaan bahan bangunan;
o kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan
o prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan

b. Persyaratan Teknis.
Untuk kenyamanan termal pada bangunan gedung harus
memenuhi SNI 03-6572-2001 atau edisi terbaru; Tata cara
perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung.
B. Pemeliharaan
Kegiatan dalam Pemeliharaan antara lain :
1. Pengujian / uji coba meliputi uji coba untuk fungsi dan cara kerjanya
2. Pengujian atau uji coba dimaksud dilakukan minimal 6 bulan sekali
dan di dokumentasikan (daftar hadir, foto-foto kegiatan, dan
hasilnya)
3. Inspeksi / pemeriksaan meliputi peralatan : pre-filter, medium filter,
heap-filter, unit AHU yang dilakukan sesuai jadwal inspeksi dan di
dokumentasikan

33

Anda mungkin juga menyukai