Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang


mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa
tidak nyaman yang lain sehingga pasien nyaman. Tindakan anestesia meliputi 3
komponen yaitu hipnotik, analgesia, relaksasi (Mangku &Tjokorda,2017).
Anastesi dapat dibagi menjadi 3 yaitu anastesi umum, anastesi regional, dan
anastesi lokal (Latief et al., 2010; Pramono, 2016). Anastesi umum adalah metode
anastesi yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan
menyebabkan amnesia yang bersifat reversible (Pramono, 2016). Anastesi
regional adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat anastetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu yang
menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer (Mangku
& Tjokorda, 2017). Sedangkan anastesi lokal adalah anastesia yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan obat anastetika lokal pada daerah atau sekitar lokasi
pembedahan yang menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat
temporer (Mangku & Tjokorda, 2017).

Anestesi lokal/regional semakin berkembang dan meluas pemakaiannya,


dan diketahui bahwa banyak keuntungan yang ditawarkan, seperti harga yang
relatif murah, pengaruh sistemik yang minimal, menghasilkan analgesi yang
adekuat dan kemampuan mencegah respon stress operasi secara lebih sempurna
(Soenarjo, 2013). Salah satu jenis anastesi yang termasuk dalam anatesi regional
adalah anastesi spinal atau SAB (Sub Arachnoid Block). Anastesi spinal adalah
pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid dengan tujuan untuk
mendapatkan blokade sensorik, relaksasi otot rangka, dan blokade saraf simpatis
(Wirawan, 2011).
2

1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
b. Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anestesi
dan Reanimasi RSUD Kanjuruhan Kepanjen Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Malang.

1.4 Manfaat
Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu anastesiologi dan reanimasi.
3

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Gondanglegi
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal operasi : 09 April 2021
No. RM : 426***

2.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama :
Nyeri Perut bagian bawah disertai benjolan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan
nyeri perut sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut
dirasakan Nyeri yang dirasakan hilang timbul sejak 2 hari yang lalu. Selain
itu, pasien juga mengatakan terdapat benjolan di bagian pusarnya sejak 1
tahun yang lalu serta 2 hari yang lalu mengeluarkan nanah.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Operasi : Tyroidectomy tahun 1993 & Katarak 2015
 Riwayat Diabetes Melitus : 4 tahun yang lalu
 Riwayat Penyakit Jantung : -
 Riwayat Hipertensi :-
 Riwayat Asma :-
 Riwayat Kejang :-
 Riwayat Stroke :
4

3. Riwayat Pengobatan : -
4. Penyakit Keluarga : DM (+), hipertesi (-), penyakit jantug (-), asma (-)
5. Riwayat alergi : obat (Clindamycin, Captopril, Cefadroxil),
makanan (-), suhu (-)
6. Riwayat Kebiasaan :-
7. Riwayat psikologi : Tenang

2.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : cukup
2. Kesadaran : compos mentis, GCS 456
3. Tanda Vital :
 TD : 149/80 mmHg
 Nadi : 70x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36 0C
4. Kulit : Berwarna sawo matang, tidak pucat, tidak ada gatal, kulit tidak
kering, turgor baik.
5. Kepala : Bentuk kepala normal, rambut kepala tidak rontok, tidak ada luka
maupun benjolan.
6. Mata : Anemia -/-, Ikterik -/-, pupil isokor, refleks cahaya +/+, mata
tidak cowong,Eksolftalmus +/+
7. Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada atrofi konka, mukosa intake, tidak
ada sekret dan krusta, tidak ada obstruksi.
8. Mulut : Tidak bau mulut, tidak ada stomatitis, gigi normal, kelainan lidah
tidak ada, mukosa faring tidak hiperemi, tidak ada pembesaran tonsil.
9. Telinga: Tidak ada sekret, tidak ada serumen, tidak ada benda asing,
membran timpani intake, pendengaran normal.
10. Tenggorokan : ada pembesaran kel.tiroid
11. Leher : Tidak ada kaku, JVP tidak dievaluasi,tidak ada pembesaran KGB
12. Thoraks:
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
5

 Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan dan kiri sama.


 Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
 Perkusi : sonor/sonor
 Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan : wheezing
(-/-), ronkhi (-/-).
Dinamis (depan dan belakang)
 Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama
regular, otot bantu nafas (-), pola nafas abnormal (-), usaha bernafas
normal.
 Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
 Perkusi : sonor/sonor
 Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan : wheezing
(-/-), ronkhi (-/-).
Cor :

 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : ictus cordis kuat angkat, cardiac heave tidak teraba,
thrill (-)
 Perkusi :
 Batas kiri atas : ICS II para sternal line sinistra
 Batas kanan atas : ICS II para sternal line dekstra
 Batas kiri bawah : ICS V midclavicular line sinistra
 Batas kanan bawah : ICS IV para sternal linea dekstra
 Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, suara
tambahan jantung : gallop (-), murmur (-)
13. Abdomen :
 Inspeksi : Terdapat massa regio umbilicalis
 Auskultasi: Bising usus (+) normal
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Shuffle, tidak ada asites, tidak ada defans muskuler, tidak
ada pembesaran hepar maupun lien.
14. Ekstremitas
6

Atas : Akral dingin(-/-), Edema (-/-), Ulkus (-/-)


Bawah : Akral dingin (-/-), Edema (-/-), Ulkus (-/-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang

 Darah Lengkap, Hemostasis, Kimia Darah & Elektrolit, Imunoserologi


(04 April 2021)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hb 10,4 g/dl 13,4-17,7

Hematokrit 32,2 % 40-47

Indeks Eritrosit

MCV 81,5 fL 80-93

MCH 26,4 pg 27-31

MCHC 32,4 g/dL 32-36

Eritrosit 3,92 juta/cmm 4,0-5,5

Leukosit 8.180 sel/cmm 4.300-10.300

Trombosit 286.000 sel/cmm 142.000 – 424.000

Hitung Jenis Leukosit

Eosinofil 2,0 % 0-4

Basofil 1,2 % 0-1

Neutrofil 66,3 % 51-67

Limfosit 22,9 % 25-33

Monosit 7,6 % 2-5

KIMIA KLINIK

Elektrolit

Natrium (Na) 142 mmol/L 136-145

Kalium (K) 4,1 mmol/L 3,5-5,0

Klorida (Cl) 109 mmol/L 96-106

Gula darah puasa 100 mg/dL 60-100


7

Albumin 2,85 g/dL 3,5-5,5

AST (SGOT) 27 U/L 0-40

ALT (SGPT) 17 U/L 0-41

Ureum 60 mg/dL 10 – 20

Kreatinin 2,03 mg/dL <1,2

HEMOSTASIS

PT 9,9,0 detik 9,4 – 11,3

INR 0,92 detik 2,0 – 3,5

APTT 26,5 detik 24,6 – 30,6

IMUNOSEROLOGI

HBs Ag (RPHA) Non Reaktif Non Reaktif

TSH 0,16 UI/ml 0,7-5,97

T3 1,64 nmol/L 0,8-2.0

T4 274.50 nmol/L 60-120

 USG abdomen : Hernia umbilical

2.5 Resume

- Anamnesa :
- Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan
keluhan nyeri perut sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri perut dirasakan Nyeri yang dirasakan hilang timbul sejak 2 hari
yang lalu. Selain itu, pasien juga mengatakan terdapat benjolan di bagian
pusarnya sejak 1 tahun yang lalu. BAB lancar, nyeri saat BAK disangkal
- Pemeriksaan Fisik :
o Keadaan umum : kesadaran CM, GCS 456, TD: 149/80 mmHg, nadi:
80x/menit, Tax: 36°C, RR : 20x/menit.
o Mata : Eksolftalmus.
o Abdomen : Tampak adanya masa pada regio umbilical
8

- Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium : Penurunan TSH dan Peningkatan T4.
USG abdomen : Hernia Umbilical
2.6 Diagnosa

Hernia Umbilical dengan Tirotoksikosis

2.7 Terapi
a. Operatif
- Hernioumbilikoplasty.
b. Non Operatif
- IVFD NS 20 tpm
- Dexamethasone
- Acarbose
- Atorvastatin
- Pioglitazone

2.8 Status Anestesi


PRA OPERASI

Assesment Pra Induksi / Pra Sedasi


B1 : batuk/pilek/sesak/rhonci-wheezing (-)
RR : 20x/menit
B2 : Tensi : 149/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Perfusi : kering, hangat, kemerahan
B3 : GCS : 456
Status Mental : CM (tenang)
B4 : Produksi Urin : (+)
Warna : Kuning, jernih
9

B5 : Puasa : (+)
Lavement : (-)
Layak induksi anestesi

KETERANGAN UMUM
Nama penderita : Tn. S

Umur : 65 tahun

Ahli bedah : dr. A, Sp.B

Ahli anastesi : dr. W, Sp.An

Diagnose Pra bedah : Hernia Umbilical dengan Tirotoksikosis

Jenis pembedahan : Hernioumbilicoplasty

Diagnose pasca bedah : Hernia umbilicalis

Jenis anastesi : Anestesi Spinal (Sub Arachnoid Block)

KEADAAN PRA BEDAH

Keadaan umum : gizi cukup

TD : 149/80 mmHg, N : 70 x/menit, RR : 20 x/mnt, Tax : 36°C, BB : 55 kg

Hb : 10,4 gr%, Leukosit : 8.180/cmm, PVC : 40,7 %

Penyakit-penyakit lain: Tirotoksikosi, DM Type II

STATUS FISIK: ASA 2, operasi elektif

PREMEDIKASI : S. Atropin (-) mg Midazolam (2,5) mg Petidin (-) mg


Metochlopramide (10) mg. Lain-lain (-) Jam : (-) IMIV Lain-lain Efek: (-)

POSISI : Supinasi

TEKNIK ANASTESI : Spinal Anestesi


Prosedur anastesi :
- Pasien berbaring dalam posisi supinasi. Terpasang infus dengan iv cateter
di tangan kanan dengan cairan maintenance RL, oksigenasi O2 via nasal
kanul, serta monitor standar.
10

- Prosedur SAB : pasien posisi lateral decubitus , identifikasi interspace L3


– L4, asepsis dan desinfeksi dengan betadine dan alkohol 70%, insersi
jarum spinocaine 27G dengan paramedia approach, LCS (+) mengalir,
darah (-). Injeksi bupivacaine 0.5% 20 mg
- Premedikasi : inj midazolam 2,5 mg, inj metoclopramide 10 mg.
- Maintenance O2 3 lpm dengan nasal kanul.
PERNAPASAN : SPONTAN

OBAT ANASTESI

1. Bupivacain HCL 20 mg
2. Midazolam 2,5 mg
3. Metoclopramide 10 mg
4. Ketorolac 30 mg

DURANTE OPERASI
1. Pasien mulai masuk ke ruang operasi pada jam 10.15 WIB. Selanjutnya,
dipasang alat-alat monitoring pasien yaitu tensimeter dan pulse oximetri
untuk menilai tekanan darah, nadi, dan saturasi O 2. Status monitoring yang
didapatkan (jam 10.15) yaitu TD 149/80; Nadi 70x/menit; Sat.O2 99%

2. Pasien diberikan oksigenasi O2 3 lpm via nasal canule dan resusitasi cairan
RL 500 mL secara IV

3. Pada jam 10.20 dilakukan anastesi spinal menggunakan obat Bupivacain


0,5% 20 mg dengan teknik sebagai berikut:

Pasien posisi lateral decubitus  identifikasi interspace L3 – L4 


asepsis dan desinfeksi dengan betadine dan alkohol 70%  insersi jarum
spinocaine jenis Quincke ukuran 27G + stylet dengan paramedia approach
 ambil stylet pada jarum  LCS (+) mengalir, darah (-)  injeksi
bupivacaine 0.5% 20 mg
4. Setelah itu, pasien diberikan obat premedikasi Midazolam 2,5 mg dan
Metoclopramide 10 mg IV bolus.
11

5. Setelah efek anastesia bekerja, operasi dimulai pada jam 10.30. Status
monitoring yang didapatkan (jam 11.30) yaitu TD 126/75; Nadi
82x/menit; Sat.O2 99%

6. Pada jam 10.35, dilakukan injeksi Ketorolac 30 mg IV bolus sebagai


analgetik
7. Jam 11.00 operasi telah selesai
12

PASCA BEDAH DI RUANG PEMULIHAN / RECOVERY ROOM


Masuk : 11.00 WIB
KU : Sadar
Tek. Darah : 144/79 mmHg
Nadi : 64x/menit
RR : Baik, 20x/menit
SpO2 : 99%
Alat kesehatan yang dipakai : Infus, kateter, nasal canule
BROMAGE SCORE

Jika skor <2 pasien boleh pindah ruang perawatan

Total skor : 1

INSTRUKSI PASCA BEDAH

Awasi : Keadaan Umum, Tensi, Nadi, Pernapasan, Suhu,


Perdarahan tiap 10 menit

Posisi : Tidur terlentang dengan bantal

Makan/minum : Sadar penuh diperbolehkan makan dan minum

Infus : RL 1000 mL dan D5 1000 ml (dalam 24 jam)

Obat-obatan : Inj. Ketorolac 3 x 30mg

Lain-lain : Lapor Dokter


13

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Persiapan Pre Anestesi


Beberapa hal yang harus disiapkan sebelum memulai operasi adalah
penilaian pasien, persiapan pasien, persiapan obat anestesi dan peralatan yang
diperlukan. Penilaian dan persiapan penderita diantaranya meliputi penilaian
klinis, penanggulangan keadaan darurat, penyulit anestesi, serta informasi
penyakit yang berupa anamnesis tentang kejadian penyakit, penyulit dalam
proses anestesi, keadaan B6 (Breath, Blood, Brain, Bladder, Bowell, Bone),
riwayat alergi, asma, hipertensi, diabetes mellitus, operasi sebelumnya, dan
waktu dimulainya puasa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pasien
untuk di anastesi dan adanya penyulit yang dapat menyebabkan keadaan
darurat saat diberikan obat anestesi. Pada kasus ini, pasien digolongkan pada
ASA 2 karena memiliki penyakit DM Type II terkontrol.

3.2 Dasar Pemilihan Jenis Anestesi


Rencana jenis anestesi yang akan dilakukan adalah regional anestesia yaitu
anestesia spinal, karena untuk menghambat impuls nyeri suatu bagian tubuh
untuk sementara dan indikasi untuk bedah urologi. Selain itu, pada pasien ini
memiliki psikologis yang tenang dan kooperatif, sehingga memungkinkan
untuk dilakukan anestesi regional. Pada pasien ini juga tidak terdapat gangguan
jalan nafas, sehingga memungkinkan pasien tetap bisa bernafas spontan saat
tindakan anestesi dan tidak memerlukan tindakan anestesi general (Soenarjo,
2013).

3.3 Pemberian Premedikasi dan Induksi


Premedikasi

Pasien diberikan obat premedikasi yaitu sedasi berupa:

a. Midazolam 2,5 mg: untuk premedikasi diberikan 2,-2,5 mg IV 5-30 menit


sebelum operasi. Midazolam merupakan golongan benzodiazepin.
14

Benzodiazepin yang berikatan dengan reseptor GABA akan meningkatkan


afinitas neurotransmiter inhibisi dengan reseptor GABA. Ikatan ini akan

membuka kanal Cl- yang menyebabkan meningkatnya konduksi ion Cl-


sehingga menghasilkan hiperpolarisasi pada membran sel pasca sinap dan
saraf pasca sinap menjadi resisten untuk dirangsang. Efek resistensi
terhadap rangsangan ini diduga sebagai mekanisme efek ansiolitik, sedasi
dan antikonvulsi serta relaksasi otot pada benzodiazepine (Stoelting &
Hillier, 2006).
b. Metoclopramide 10 mg: Penggunaan metoclopramide dapat menurunkan
volume asam lambung saat preoperative dan mempunyai efek antiemetik,
Efek antiemetik yang dimiliki oleh metoclopramide kemungkinan
disebabkan oleh efek antagonis dopamine pada zona pemicu di
kemoreseptor. Efek antiemetik tambahan disebabkan oleh peningkatan
tonus sfingter esofagus bawah dan terfasilitasinya pengosongan lambung
pada usus halus (Pasricha, 2006).

Induksi

Induksi menggunakan regional anestesi, injeksi dengan Bupivacain 0,5% 20


mg. Mekanisme kerja obat ini dengan mencegah peningkatan permeabilitas sel
saraf terhadap ion natrium dan kalium. Obat ini bekerja pada reseptor spesifik
pada saluran sodium (sodium chanel). Dengan demikian tidak terjadi proses
depolarisasi dari membran sel saraf sehingga tidak terjadi potensial aksi dan
hasilnya tidak terjadi konduksi saraf. Durasi obat ini sekitar 2-3 jam. Efek
samping obat ini adalah hipotensi, bradikardi, sakit kepala pasca anestesi spinal.
Dosis yang digunakan adalah dosis individual yaitu 5-20mg (1- 4ml) misalnya
Bunascan 0,5% untuk anestesi spinal menggunakan 1 ampul (4 ml), dengan
sediaan 5 mg/ml (Latief, 2009).

3.4 Terapi Cairan


Untuk pemberian cairan selama perioperatif, dilakukan pemberian cairan
infus ringer laktat dengan dosis maintenance ditambah dengan dosis kebutuhan
15

stress operasi ditambah dengan dosis penggantian kehilangan darah. Perkiraan


berat badan pasien ini adalah 60 kg.

1. Kebutuhan cairan rutin (maintenance)


Rumus :
4 cc x BB 10 kg 1 = 40 cc
2 cc x BB 10 kg 2 = 20 cc
1 cc x BB 40 kg selanjutnya = 40 cc
Dosis maintenance : 100 cc/jam
2. Kebutuhan cairan stress operasi
Jenis operasi ringan : 4 cc/KgBB/jam
Jenis operasi sedang : 6 cc/KgBB/jam
Jenis operasi berat : 8 cc/KgBB/jam
Rumus: Jenis operasi x BB : 8 cc/KgBB/jam x 60 kg = 480 cc
3. Pengganti cairan puasa
Rumus : maintenance x lama puasa
100 cc x 10 jam = 1000 cc
Kebutuhan cairan 1 jam pertama = (½ x puasa) + maintenence + IWL

= (½ x 1000) + 120 + 480 = 1100 ml = 3 flash

3.5 Post Operatif

Setelah operasi selesai, pasien dipindahkan ke recovery room dan dimonitor


tanda- tanda vital yaitu tekanan darah, heart rate, respiratory rate, dan sturasi
oksigen serta diobservasi menggunakan Bromage Score karena jenis anestesi yang
digunakan adalah anestesi regional. Jika Bromage Score ≤ 2, maka pasien dapat
dipindahkan ke bangsal ruang pasien semula. Pada pasien ini didapatkan Bromage
Score 1, maka pasien bisa dipindahkan ke ruangan (Soenarjo, 2013).Selain itu,
pasien juga dapat diberikan Ketorolac 30 mg IV yang merupakan golongan
NSAID dan memiliki efek analgesik, anti-inflamasi dan antipiretik. Obat ini
bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin. Penggunaan ketorolac dapat
diindikasikan untuk manajemen jangka pendek nyeri akut. Hal ini dapat
16

digunakan sebagai analgesik untuk nyeri pasca bedah (Stone dan Humphries,
2004).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tn.S 65 tahun dengan Hernia Umbilical dan Tirotoksikosis dengan status
ASA 2 karena terdapat penyakit DM type II terkontrol. Dilakukan Hernioplasty
selama 60 menit. Selama operasi yaitu saat premedikasi maupun medikasi, sampai
proses anestesi selesai tidak ditemukan masalah yang berarti. Efek samping
pemberian obat minimal tanpa ada permasalahan yang berarti. Selama operasi
tidak terjadi ketidakseimbangan cairan yang dapat mengancam keselamatan
pasien. Setelah selesai proses anestesi, pasien langsung dipindahkan ke ruang
recovery, kesadaran pasien compos mentis dan tanda vital baik.
17

DAFTAR PUSTAKA

Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. 2009. Petunjuk Anestesiologi: Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI

Latief, Said A, dkk. 2010. Petunjuk Praktik Anestesiologi: Edisi Kedua. Jakarta: FKUI

Mangku Gde & Senephati, Tjokorda GA. 2017. Buku Ajar Ilmu Anestesia Reanimasi.
Jakarta: indeks

Pasricha PJ, Pehlivanov N, Sugumar A, et al. 2006. Drug insight: from disturbed
motility to disordered movement—a review of the clinical benefits and
medicolegal risks of metoclopramide. Nat Clin Pract Gastroenterol Hepatol.
3(3):138–148.

Pramono, Ardi. 2016. Buku Kuliah Anestesi. Jakarta: EGC

Soenarjo, Jatmiko H & dkk. 2013. Anestesiologi Edisi 2. Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Undip/RSUP Dr. Kariadi : Semarang.

Stoelting RK, Hillier SC. 2006. Pharmacology & physiology in anesthetic


practice, fourth edition. Lippincott Williams & Wilkins :140 – 74.

Stone, C.K., Humphries RL. 2004. Current Emergency Diagnosis and Treatment,
Lange.

Wirawan AY. 2011. Perbandingan onset dan durasi blok syaraf spinal antara
penambahan fentanyl 12,5μg dengan neostigmin 50 μg pada subarachnoid blok
dengan bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik untuk operasi daerah panggul dan
ekstremitas bawah [Karya tulis ilmiah akhir]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
UGM.
18

Anda mungkin juga menyukai