Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah suatu aktivitas belajar yang dilakukan oleh guru agar siswa mampu mencapai tujuan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun tujuan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah supaya siswa dapat saling berkomunikasi dan memiliki keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran ini sangat penting bagi semua jenjang pendidikan, terutama di sekolah dasar. Adapun empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa, antara lain: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi dapat berlangsung secara efektif apabila siswa diberikan latihan secara terus menerus. Begitu pula komunikasi dalam bentuk tulisan dapat dilakukan dengan latihan keterampilan menulis. Menulis adalah kegiatan menyampaikan atau menggambarkan pikiran, gagasan, dan perasaan dalam bentuk tulisan agar dapat dipahami oleh pembaca. Menulis merupakan media komunikasi secara tidak langsung. Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang tertentu sehingga orang lain dapat memahami maksud dari tulisannya. Sebagaimana yang disampaikan Tarigan (2008: 22), menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Keterampilan menulis sangat penting untuk dikuasai oleh siswa. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh kemampuan menulisnya. Oleh karena itu perlu adanya perhatian lebih untuk mendukung keterampilan menulis siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Syafi’e (Slamet 2014: 108), keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupan sekolah. Ragam aspek menulis dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV meliputi menulis tentang berbagai topik, karangan, pengumuman, pantun, dan surat. Menulis karangan adalah salah satu materi yang mengharapkan siswa untuk mampu menulis dengan memperhatikan unsur-unsur penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Adapun unsur penulisan yang harus diperhatikan, antara lain: penggunaan ejaan, huruf, dan tanda baca. Hal ini termuat dalam Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester II ”Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan, penulisan tanda baca dan huruf besar”. Karangan deskripsi adalah salah satu karangan yang akan diajarkan pada kelas IV. Karangan deskripsi merupakan karangan yang memberikan gambaran tentang suatu benda, peristiwa, dan masalah sehingga dapat membawa pikiran dan perasaan pembaca untuk menghayati dan memahami obyek yang dituliskan. Menurut Sudaryat (2009: 170), wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, kehausan, kelelahan), perasaan, dan perilaku jiwa (harapan, ketakutan, cinta, benci, rindu, dan rasa tertekan). Karena dilandaskan pada pancaindera, maka menulis deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau spesifikasi. Pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi umumnya berbasis penugasan secara individu untuk menuliskan tema tertentu atau fenomena lingkungan sekitar tanpa bimbingan. Guru tidak memberikan bimbingan secara langsung dalam proses menulis sehingga dapat menyebabkan kemampuan menulis siswa rendah. Padahal keterampilan menulis merupakan keterampilan paling kompleks dibandingkan tiga keterampilan lainnya karena perlu memahami tata bahasa yang baik dan benar. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Jumat, 27 November 2015 dengan Bapak Wanto, S. Pd selaku guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri I Gedong. Informasi yang diperoleh dari kegiatan wawancara tersebut adalah nilai menulis deskripsi yang diperoleh siswa masih rendah. Penyebab utama rendahnya hasil pembelajaran menulis deskripsi adalah siswa masih belum mampu menyampaikan ide/gagasan dengan baik. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menulis karangan. Selain itu, sering terjadi kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca, serta terjadi ketidakruntutan kalimat satu dengan lainnya. Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi di kelas IV SD N I Gedong masih berpusat pada guru. Guru masih menggunakan metode konvensional. Guru masih dominan melakukan metode ceramah kemudian penugasan kepada siswa, serta pendekatan yang dilakukan oleh guru lebih menekankan hasil akhir tulisan siswa. Hal ini menyebabkan rendahnya keterampilan menulis deskripsi siswa. Oleh karena itu, perlu adanya variasi dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Sebagaimana pendapat Slamet (2014: 108), menyatakan bahwa meskipun telah disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, dalam kenyataannya pengajaran keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Pelajaran mengarang sebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia kurang ditangani dengan sungguh-sungguh. Pendapat di atas, menguatkan alasan bahwa siswa membutuhkan bimbingan dan perhatian secara sungguh-sungguh dari guru, sehingga keterampilan menulis siswa dapat dikuasai dengan baik. Guru perlu melakukan pendekatan pembelajaran mengarang, bukan hanya dengan melihat hasil akhir tulisan milik siswa, namun membutuhkan suatu pendekatan proses yang dapat membimbing siswa menulis sesuai dengan tahapan menulis yang benar. Maka dari itu, solusi yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan strategi DWA (Directed Writing Activity) dalam pembelajaran menulis deskripsi. Strategi tersebut merupakan salah satu pendekatan proses menulis yang dapat membimbing siswa dalam melakukan kegiatan menulis sesuai dengan sistematika tahapan menulis yang benar. Menurut Blake dan Spennato (Eanes, 1997: 478), strategi DWA (Directed Writing Activity) adalah salah satu strategi untuk mengembangkan keterampilan menulis dengan menggunakan pendekatan proses menulis. Strategi ini dapat digunakan hampir semua tingkatan kelas. Penerapan strategi ini sesuai dengan tahapan menulis secara sistematis, sehingga guru bisa memberikan bimbingan pada setiap tahapan. Adapun tahapan menulis yang diterapkan dalam strategi ini, sebagai berikut: tahapan pramenulis, tahapan menulis draft, tahapan merevisi, tahapan mengedit, tahapan menulis, dan tahapan mempublikasikan tulisan. Aktivitas pembelajaran diawali dengan (1) Persiapan siswa untuk menulis, (2) pembentukan kelompok, (3) pemilihan tema oleh siswa, membuat pertanyaan sesuai tema, membuat kerangka karangan dan judul, (4) pembuatan draft awal, (5) pembacaan draft awal, dilanjutkan umpan balik dan pemberian saran, (6) melakukan revisi, (6) pengecekan hasil revisi dan saran, (7) pembuatan draft akhir, (8) publikasi. Penerapan strategi DWA (Directed Writing Activity) dianggap sebagai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi. Strategi ini mengajak siswa untuk terlibat dalam kegiatan menulis sesuai dengan prosedur yang benar, sehingga siswa aktif dan situasi pembelajaran menjadi kondusif. Selain itu, siswa akan lebih memahami tata aturan penulisan yang benar, karena terdapat kegiatan umpan balik yang dilanjutkan dengan revisi yang dilakukan oleh siswa dan pasangannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sagala (2009: 87) yang menyatakan “belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya”. Dengan demikian, penerapan strategi DWA (Directed Writing Activity) memberi kesempatan kepada guru untuk membimbing siswa secara langsung pada setiap tahapan menulis. Selain itu, siswa dapat berperan aktif dan kreatif dalam menulis, serta kritis dalam memperbaiki hasil tulisan. Dengan melalui tahapan-tahapan menulis dari awal hingga revisi draft akhir, siswa akan lebih percaya diri untuk menampilkan hasil tulisan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga hal ini dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan menulisnya. Penelitian tentang keterampilan menulis ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain: 1) Santoso (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Penerapan Metode Quantum Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri Japanan 2 Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini terbukti dengan peningkatan kemampuan siswa pada Siklus I yang mencapai 60 % ketuntasan belajar, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 84% dengan batas ketuntasan (KKM: 65); 2) Asih (2013) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi melalui Metode Mind Mapping pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sine 01 Sragen Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai keterampilan menulis deskripsi siswa pada kondisi awal dengan ketuntasan 39 %, pada siklus I mencapai peningkatan menjadi 74 % ketuntasan klasikal, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86 % ketuntasan klasikal, dan pada siklus III ketuntasan meningkat menjadi 96 %. (KKM: 70) Sedangkan penelitian tentang strategi DWA (Directed Writing Activity) relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Raharjo (2014) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Argumentasi melalui Strategi DWA (Directed Writing Activity) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Godog 2 Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis argumentasi. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai keterampilan menulis argumentasi siswa pada prasiklus dengan ketuntasan 37,5 %, pada siklus I mencapai 68,75 % ketuntasan belajar, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 76,68 %, dan pada siklus III ketuntasan meningkat menjadi 93,75 %. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi melalui Strategi DWA (Directed Writing Activity) pada Siswa Kelas IV SDN I Gedong, Ngadirojo, Wonogiri Tahun Ajaran 2015/2016”. B. Fokus Permasalahan Fokus permasalahan yang akan diteliti adalah cara meningkatkan kemempuan meulis paragraf diskripsi dengan baik dan benar sesuai dengan aturan penulisan, ejaan, tanda baca, keruntutan kata, dan pemilihan kata. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Apakah penerapan Strategi DWA (Directed Writing Activity) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SDN I Gedong, Ngadirojo, Wonogiri Tahun Ajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan strategi DWA (Directed Writing Activity) pada siswa kelas IV SDN I Gedong, Ngadirojo, Wonogiri Tahun Ajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Pemberikan sumbangan keilmuan khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis deskripsi dengan strategi DWA (Directed Writing Activity). b. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian sejenis, agar hasil penelitian dapat berkembang dan menjadi lebih baik. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi siswa, guru, dan sekolah. a. Bagi siswa Dapat meningkatkan hasil keterampilan siswa dalam menulis deskripsi serta memperbaiki proses pembelajaran pembelajaran menulis deskripsi dengan menerapkan strategi DWA (Directed Writing Activity). b. Bagi guru Dapat menambah pengetahuan guru tentang strategi DWA (Directed Writing Activity) sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran dengan pendekatan proses, khususnya dalam mengajarkan materi menulis deskripsi. c. Bagi sekolah Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas dan prestasi sekolah dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif salah satunya dengan strategi DWA (Directed Writing Activity), terutama dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi. F. Kajian Teori 1. Pengertian Keterampilan menulis Keterampilan menulis sebagai kemampuan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Menurut Byrne dalam Slamet (2014: 109) berpendapat bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat- kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Menurut Tarigan (2008: 3), keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis berarti menghasilkan sebuah karya yang penah makna. Lebih lanjut, Gie (2002: 3) menjelaskan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan dalam pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada halaman tertentu. 2. Pengertian Deskripsi Kata “deskripsi” berasal dari bahasa Inggris yaitu description yang berarti gambaran atau lukisan. Kata tersebut berhubungan dengan kata kerja to describe yaitu melukiskan atau mendeskripsikan. Akhadiah, dkk. (1991: 131) menjelaskan bahwa deskripsi merupakan usaha untuk menggambarkan dengan kata-kata berdasarkan wujud atau sifat lahiriah suatu benda. Seorang penulis berusaha memindahkan kesan- kesan hasil pengamatan dan perasaannya kepada pembaca dengan cara membeberkan sifat dan semua perincian yang ada pada sebuah objek. 3. Pengertian Strategi DWA (Directed Writing Activity) Strategi DWA (Directed Writing Activity) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses menulis. Menurut Blake dan Spennato (Eanes, 1997: 478), mengemukakan: “the Directed Writing Activity (DWA) as a strategy for developing writing skill and using the writing process to enchance content area learning... This strategy can be used at almost any grade level and in any content area.” Pendapat di atas menerangkan bahwa strategi DWA (Directed Writing Activity) adalah salah satu strategi untuk mengembangkan keterampilan menulis dengan menggunakan pendekatan proses menulis. Strategi ini dapat digunakan hampir semua tingkatan kelas, baik untuk sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun di perguruan tinggi. Penerapan strategi ini sesuai dengan tahapan menulis secara sistematis, sehingga guru bisa memberikan bimbingan pada setiap tahapan. Strategi ini dapat membiasakan siswa melakukan penulisan dengan baik dan benar sesuai tahapan menulis. Siswa melakukan aktivitas menulis secara langsung melalui tahapan menulis yang sistematis.
G. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga peneliti mendapat gambaran mengenai prosedur dan hasil penelitian, diantaranya: a. Santoso (2011) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Penerapan Metode Quantum Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri Japanan 2 Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian yang dilakukan oleh Suryo Daru Santoso menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini terbukti dengan peningkatan kemampuan siswa pada Siklus I yang mencapai 60 % ketuntasan belajar, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 84% dengan batas ketuntasan (KKM: 65). Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-sama berupaya untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah penggunaan variabel bebasnya. Penelitian Santoso menggunakan penerapan Metode Quantum, sedangkan peneliti menggunakan penerapan strategi DWA (Directed Writing Activity).
b. Asih (2013) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi melalui
Metode Mind Mapping pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sine 01 Sragen Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai keterampilan menulis deskripsi siswa pada kondisi awal dengan ketuntasan 39 %, pada siklus I mencapai peningkatan menjadi 74 % ketuntasan klasikal, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86 % ketuntasan klasikal, dan pada siklus III ketuntasan meningkat menjadi 96 %. (KKM: 70). Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-sama berupaya untuk meningkatkan keterampilan menulis. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah penggunaan variabel bebasnya. Penelitian Asih (2013) menggunakan penerapan Metode Mind Mapping, sedangkan peneliti menggunakan penerapan strategi DWA (Directed Writing Activity).
c. Raharjo (2014) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Argumentasi
melalui Strategi DWA (Directed Writing Activity) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Godog 2 Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis argumentasi. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai keterampilan menulis argumentasi siswa pada prasiklus dengan ketuntasan 37,5 %, pada siklus I mencapai 68,75 % ketuntasan belajar, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 76,68 %, dan pada siklus III ketuntasan meningkat menjadi 93,75 %. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-sama menggunakan strategi DWA (Directed Writing Activity). Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan peneliti adalah penggunaan variabel terikatnya. Penelitian Raharjo (2014) berupaya meningkatkan keterampilan menulis argumentasi, sedangkan peneliti untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi.