Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DIAGNOSTIK KLINIK

SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)

Disusun Oleh:
Sela Dwi Agraini 19334732

Dosen Pengampu : Dr. Refdanita, M.Si, Apt.


Mata Kuliah : Diagnostik Klinik (B)
Kelas : K

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan, berkah, dan rahmat-Nya, sehingga
diberikan kesempatan menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini kami
susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Diagnostik Klinik (B). Kami
menyadari bahwa tanpa bantuan, sulit untuk menyelesaikan makalah ini, untuk itu
kami ucapkan terima kasih. Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa
berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga
makalah ini membawa manfaat bagi pembaca.

Jakarta, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi Darah..............................................................................................3
2.2 Komponen Darah.........................................................................................3
2.3 Sel Darah Putih............................................................................................3
2.3.1 Jenis-Jenis Sel Darah Putih (Leukosit) .......................................................4
2.3.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan Sel Darah Putih (Leukosit)..................................7
2.3.3 Nilai Normal Sel Darah Putih (Leukosit)....................................................8
2.3.4 Kelainan pada Sel Darah Putih (Leukosit) dan Penyebabnya ....................9
2.3.5 Etiologi Sel Darah Putih (Leukosit)..........................................................11
2.3.6 Tata Laksana Terapi pada Kelainan Sel Darah Putih (Leukosit) .............11
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan
darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena
berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk
menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami
gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah pada
tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel
darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga
belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia
terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit
(keping darah). Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi menyediakan pertahanan yang cepat dan
kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat beberapa jenis leukosit, yaitu
netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit. Pada orang dewasa
terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel darah putih
(leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan
pengecekan kadar sel darah putih.

1.2 Rumusan Masalah

11
1
1. Apa saja jenis-jenis sel darah putih (leukosit)?
2. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan sel darah putih (leukosit)?
3. Berapa nilai normal sel darah putih (leukosit) dalam tubuh manusia?
4. Apa saja jenis-jenis kelainan pada sel darah putih (leukosit) dan apa
penyebabnya?
5. Bagaimana etiologi pada sel darah putih (leukosit)?
6. Bagaimana tatalaksana terapi pada kelainan sel darah putih (leukosit)?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami jenis-jenis sel darah putih (leukosit).
2. Untuk memahami jenis-jenis pemeriksaan sel darah putih (leukosit).
3. Untuk memahami nilai normal sel darah putih (leukosit) dalam tubuh
manusia.
4. Untuk memahami jenis-jenis kelainan pada sel darah putih (leukosit) dan
penyebabnya.
5. Untuk memahami etiologi pada sel darah putih (leukosit).
6. Untuk memahami tata laksana terapi pada kelainan sel darah putih (leukosit).

11
2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Darah


Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang
primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam
pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa
oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme
hemostasis.

2.2 Komponen Darah


Darah manusia terdiri atas dua komponen, yakni cairan darah (plasma darah)
dan komponen padat (butir-butir padat atau platelet). Jika darah disentrifugasi
kemudian didiamkan sebentar, darah akan mengandap dan menunjukkan
komponen-komponen utamanya, bagian paling atas merupakan plasma darah
(cairan berwarna pucat) yang jumlahnya berkisar 55%, lapisan di bawahnya
adalah buffy coat (lapisan kuning) yang merupakan sel-sel darah putih. Sisanya
lebih kurang 45%, berupa sel-sel darah merah.

2.3 Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit atau sel darah putih adalah sel darah yang memiliki nukleus yang
berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi. Leukosit pada umumnya dibagi
menjadi granulosit, yang mempunyai granula khas, dan agranulosit yang tidak
mempunyai granula khas. Granulosit terdiri dari neutrofil, eusinofil, dan basofil.
Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Meskipun leukosit merupakan sel
darah, tetapi fungsinya lebih banyak dilakukan di dalam jaringan. Apabila terjadi

11
3
peradangan pada jaringan tubuh, leukosit akan bermigrasi, menuju jaringan yang
mengalami radang dengan cara menembus dinding pembuluh darah (kapiler). Sel
darah putih berfungsi untuk perlindungan atau sebagai pertahanan tubuh melawan
infeksi serta membunuh sel yang bermutasi. Sel darah putih berinti, bergranula,
dan bergerak aktif. Dalam keadaan normal, disekitarnya tidak terdapat parasit,
bakteri, bekuan darah, ataupun massa lainnya. Ada 5 jenis sel darah putih yang
telah diidentifikasi dalam perifer, yaitu netrofil, eosinofil, basofil, monosit dan
limfosit. Perubahan sel darah putih sering berkaitan dengan kelainan-kelainan
preleukemia pada kelainan mieloproliferatifkronis, termasuk pada berbagai
kanker.
2.3.1 Jenis-Jenis Sel Darah Putih (Leukosit)
A. Basofil
Basofil mengandung granula kasar berwarna ungu atau biru tua dan sering
menutupi inti sel. Inti sel basofil bersegmen. Basofil berperan dalam reaksi
hipersensitivitas yang berhubungan dengan imunoglobulin E (IgE). Basofil
hampir mirip dengan eosinofil tetapi memiliki granula yang besar. Berjumlah
0,5-1% dari total leukosit. Mengandung berbagai enzim, platelet/trombosit,
heparin tidak diketahui dengan pasti, tetapi heparin dan faktor-faktor
pengaktifan histamina berfungsi untuk menimbulkan peradangan pada
jaringan.

Gambar 2.1 Basofil


B. Eosinofil
Eosinofil mengandung granula kasar yang berwarna merah-oranye
(eosinofilik) yang tampak pada apusan darah tepi. Intinya bersegmen (pada
umumnya dua lobus). Fungsi eosinofil juga sebagai fagositosis dan

11
4
menghasilkan antibodi terutama terhadap antigen yang dikeluarkan oleh
parasit. Jumlah eosinofil normal adalah 21-2%, dan akan mengikat bila terjadi
reaksi alergi atau infeksi parasit. Eosinofi bertambah pada serangan asma,
reaksi obat-obatan, investasi parasit, serta keadaan alergi (termasuk alergi
makanan dan minuman). Eosinofil juga bertambah pada wanita yang sedang
menstruasi, berbagai macam iritasi, maupun kanker (misalnya penyakit
karsinoma, dll). Eosinofil merupakan fagosit paling lemah, memiliki
kacenderungan berkumpul dalam satu jaringan yang terjadi reaksi antigen-
antibodi karena kemampuan khususnya dalam memfagosit dan mencerna
kompleks antigen-antibodi. Masa hidup eosinofil lebih lama dari pada
neutrofil sekitar 8-12 jam.

Gambar 2.2 Eosinofil


C. Neutrofil
Neutrofil adalah jenis leukosit yang paling banyak diantara jenis-jenis segmen.
Ada dua macam jenis neutrofil yaitu neutrofil stab (batang) dan neutrofil
segmen. Neutrofil segmen sering juga disebut neutrofil polimorfonuklear.
Disebut demikian karena inti selnya terdiri atas beberapa segmen (lobus) yang
bentuknya bermacam-macam dan dihubungi dengan benang kromatin. Jumlah
segmen neutrofil adalah sebanyak 3-6, bila lebih dari enam disebut neutrofil
hipersegmen. Granula sitoplasmanya tampak dengan prosedur pewarnaan
pada umunya. Jumlah neutrofil segmen kira-kira 50-70% dari keseluruhan
leukosit. Fungsi utama neutrofil adalah sebagai fagositosis, pada umunya
terhadap bakteri. Neutrofil akan bertambah banyak bila terjadi proses
peradangan, kelainan fisik berlebihan, penyuntikan empirin/adrenalin (sebagai

11
5
vasokontriktor topikal maupun pemacu kerja jantung), sering terjadi pada
kekurangan vitamin B12 dan asam folat, kelainan bawaan, serta menurunnya
fungsi kelenjar timus.

Gambar 2.3 Neutrofil segmen


D. Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit yang jumlahnya kedua paling banyak setelah
neutrofil (20-40%). Jumlah limfosit pada anak-anak relatif banyak
dibandingkan jumlahnya pada orang dewasa, dan jumlah limfosit ini
meningkat bila terjadi infeksi virus. Limfosit adalah mononuklear dalam darah
perifer, berinti bulat atau oval, dikelilingi tepian sitoplasma sempit berwarna
biru, dan mengandung granula.berasal dari sel induk pluripotensial di dalam
sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid (kelenjar timus, limpa,
kelenjar limfatik, permukaan mukosa respiratorius, dan permukaan mukosa
traktus gastrointestinal). Ada 2 macam limfosit yaitulimfosit T dan limfosit B.
Proporsi limfosit T sekitar 75% dari peredaran limfosit. Limfosit B berfungsi
untuk menghasilkan antibodi immunoglobulin IgA, IgG, IgM, IgE dan IgD
setelah berubah menjadi sel-sel plasma (setelah diaktifka sel T-helper bila ada
infektan). Limfosit yang bermigrasi ke dalam kelenjar timus akan memperoleh
dan memenuhi fungsi-fungsi imunitas khusus. Tipe yang berbeda dari limfosit
T yaitu Kille limfosit T yang meransang tubuh untuk memperbanyak
pembentukan antigen. Limfosit T bertanggung jawab atas respon kekebalan
seluler melalui pembentukan sel yang reaktif antigen dan juga berfungsi
menjinakkan radikal bebas dalam aliran darah maupun dalam kelenjar

11
6
limfatik. Bentuk sel ini meningkat dalam darah pada penderita stres limfatik,
toksin, pengguna narkoba, maupun obat-obatan yang mengandung toksik.

Gambar 2.4 Limfosit


E. Monosit
Monosit adalah jenis leukosit yang paling besar. Inti selnya mempunyai
granula kromatin halus yang menekuk berbentuk menyerupai ginjal/ biji
kacang. Monosit mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai fagosit
mikroorganisme (khusunya jamur dan bakteri) dan benda asing lainnya, serta
berperan dalam reaksi imun. Monosit dapat bertahan selama beberapa minggu
hingga beberapa bulan, dengan sifatnya yang fagosit, menyingkirkan zat-zat
kontaminan, sel-sel yang cedera dan mati, puing-puing/fragmen sel (celluler
debris), dan mikroorganisme patogenik. Jumlah monosit kira-kira 5-7% dari
total jumlah leukosit.

Gambar 2.5 Monosit


2.3.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan Sel Darah Putih (Leukosit)
1. Hitung Jenis Sel Darah Putih (Leukosit)

11
7
Pemeriksaan hitung jenis leukosit menjadi bagian pemeriksaan darah lengkap
dalam pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis
suatu penyakit dan memonitor akan sebuah penyakit atau kondisi yang dapat
mempengaruhi nilai satu atau lebih dari jenis leukosit dengan melihat jumlah
dari sel darah putih, apakah lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai normal
yang ada. Perbedaan nilai hitung jenis ini biasanya diikuti dengan kelainan
pada hasil pemeriksaan lainnya, salah satunya adalah pemeriksaan apusan
darah tepi.
Pemeriksaan sediaan apus darah tepi merupakan bagian yang penting dari
rangkaian pemeriksaan hematologi. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah
tepi adalah untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit,
leukosit, trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, mikrofilaria
dan lain sebagainya. Bahan pemeriksaan yang digunakan biasanya adalah
darah kapiler tanpa antikoagulan atau darah vena dengan antikoagulan EDTA.
Perhitungan secara manual perlu dilakukan apabila didapatkan hasil yang
abnormal dari perhitungan secara otomatis.
2. Hitung Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)
Pemeriksaan hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan penyaring karena
tidak sulit dan mempunyai manfaat yang besar untuk diagnosa penyakit.
Caranya cukup sederhana yaitu dengan mengencerkan darah dengan larutan
Turk (larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat glasial 1 mL,
aquades sampai 100 mL). Kemudian dihitung dengan menggunakan bilik
hitung. Untuk menghitung jumlah leukosit digunakan bilik hitung Improve
Neubauer pada empat bidang besar. Cara menghitung di mulai dari sudut kiri
atas bergeser ke kanan, bila menemui bagian paling tepi (ditandai dengan 3
garis) geser ke bawah. Hal yang sama dikerjakan pada bidang ketiga dan
bidang lainya. Lensa objektif yang dipakai adalah perbesaran 10x. Dengan
metode tabung, darah yang telah diencerkan oleh larutan Turk sebanyak 10x
(90 µL turk ditambah 10 µL darah). Dikalikan dengan koreksi volume kamar
hitung 2,5 maka faktor perkalian untuk hitung leukosit adalah 10 x 2,5 x N
(N= jumlah kotak leukosit).

11
8
2.3.3 Nilai Normal Sel Darah Putih (Leukosit)
Orang deawasa darah tepi mempunyai jumlah leukosit antara 5000-10000
sel/mm3. Hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk
menunjukkan adanya infeksi dan juga dapat digunakan untuk mengikuti
perkembangan penyakit tertentu. Dua metode pemeriksaan leukosit yaitu manual
atau otomatis.
Leukosit meningkat melebihi 10.000 sel/mm3 disebut leukositosis. Karena
leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh dari
serangan mikroorganisme. Leukositosis reaktif kadang-kadang menunjukkan
gambaran yang meriah dengan masuknya leukosit muda maupun yang matang ke
dalam darah tepi dalam jumlah lebih. Reaksi leukomid akan menyatakan leukosit
yang meningkat dan meningkatnya bentuk imatur. Ini akibat dari bentuk respon
toksik, infeksi, dan peradangan.
Lekopenia adalah jumlah lekosit yang menurun. Netropenia menyatakan
penurunan jumlah absolut netrofil. Jumlah netrofil yang berkurang akan
mempengaruhi individu terhadap infeksi yang mengancam kehidupan.
Tabel 2.1 Nilai Normal Leukosit

Kategori Nilai Normal Leukosit

Laki-laki 5.000-10.000 leukosit/mcl darah

Perempuan 4.500-11.000 leukosit/mcl darah

Anak-anak 5.000-10.000 leukosit/mcl darah

Bayi baru lahir 9.000-30.000 leukosit/mcl darah

Anak-anak berusia < 2 tahun 6.200-17.000 leukosit/mcl darah

2.3.4 Kelainan pada Sel Darah Putih (Leukosit) dan Penyebabnya

11
9
Kelainan morfologi leukosit ada 2 macam, diantaranya:
A. Kelainan Sitoplasma
1) Granulasi toksik (infeksi akut, luka bakar dan intoksikasi).
2) Granulasi polimorfonuklear (leukemia dan sindrom mielodisplasia).
3) Badan dohle (keracunan, luka bakar dan infeksi berat).
4) Batang aurer (leukemia myeloid akut).
5) Limpositik plasma biru (infeksi virus dan mononucleosis infeksiosa),
Smudge sel (leukemia limfosit kronik), Vakuolisasi (keracunan dan infeksi
berat).
B. Kelainan Inti Sel
1) Hipersegmentasi (anemia megaloblastik, infeksi, uremia dan GGK)
2) Intipiknotik (sepsis dan leukemia)
3) Anomaly pelgerhuet (leukemia kronik mielodisplastik)
Ada beberapa kelainan pada leukosit, yaitu:
1. Leukopenia
Lekopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah dari
pada normal, dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³.
Penyebab Infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat
menyebabkan leukopenia. Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti
fenotiazin, begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika atipikal.
Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol juga dapat
menyebabkan leukopenia.
Selain itu, radiasi berlebihan terhadap sinar X dan γ juga dapat menyebabkan
terjadinya leukopenia.
2. Agranulositosis
Agranulositosis adalah sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil,
mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dari agen lain yang
akan menyerang jaringan. Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius
yang ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya
neutrofil. Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana hampir

11
10
tidak terdapat leukosit polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih
rendah dari 2000/mm³.
Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar gamma
yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan (sulfonamida,
kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil).
Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk keganasan
lainnya.
3. Leukositosis
Leukositosis adalah keadaan dengan jumlah sel darah putih dalam darah
meningkat, melebihi nilai normal. Leukosit merupakan istilah lain untuk sel
darah putih, dan biasanya tertera dalam formulir hasil pemeriksaan
laboratorium atas permintaan dokter. Peningkatan jumlah sel darah putih ini
menandakan ada proses infeksi di dalam tubuh. Nilai normal leukosit adalah
kurang dari 10.000/mm3.
Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi.
Leukositosis adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau peradangan.
Keadaan ini dapat dijumpai setelah gangguan emosi, setelah anestesia atau
berolahraga, dan selama kehamilan.
Leukositosis abnormal dijumpai pada keganasan dan gangguan sumsum
tulang tertentu. Semua atau hanya salah satu jenis sel darah putih dapat
terpengaruh. Sebagai contoh, respon alergi dan asma secara spesifik berkaitan
dengan peningkatan jumlah eosinofil.
2.3.5 Etiologi Sel Darah Putih (Leukosit)
Penyebab peningkatan jumlah leukosit ada dua penyebab dasar yaitu:
a) Reaksi yang tepat dari sumsum tulang normal terhadap:
 Stimulasi eksternal: infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri seperti
Staphylococcus epidermidis, Candida sp, Staphylococcus aureus,
Streptococcus B hemoliticus, Streptococcus maltophilia, Serratia sp.
Inflamasi (nekrosis jaringan, infark, luka bakar, artritis).
 Reaksi alergen obat-obatan (kortikosteroid, lithium, beta agonis).

11
11
 Trauma (splenektomi), anemia hemolitik dan leukemoid maligna (kelainan
darah).
b) Efek dari kelainan sumsum tulang primer (leukemia akut, leukemia kronis
kelainan mieloproliferatif).

2.3.6 Tata Laksana Terapi Pada Kelainan Sel Darah Putih (Leukosit)

Tujuan dari terapi adalah untuk mencapai remisi lengkap, baik remisi
hematologi (digunakan obat- obat yang bersifat mielosupresif), remisi sitogenetik,
maupun remisi biomolekular. Begitu tercapai remisi hematologis, dilanjutkan
terapi interferondan atau cangkok sumsum tulang.

A. Hidroksiurea
Hidroksiurea adalah suatu analog urea yang bekerja menghambat enzim
ribonukleotida reduktanse sehingga menyebabkan hambatan sintesis
ribonukleotida trifosfat dengan akibat terhentinya sintesis DNA pada fase S.
Obat ini diberikan per oral dan menunjukan bioavailabilitas yang mendekati
100%.
Dosisnya adalah 30mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal maupun
dibagi 2-3 dosis. Efek sampingnya adalah mielosupresi, mual, muntah, diare,
mukositis, sakit kepala, dan letargi.
B. Busulfan
Busulfan merupakan obat paliatif pilihan pada leukemia mielositik kronik.
Pada dosis rendah, depresi selektif telihat granulopoiesis dan trombopoiesis,
pada dosis yang lebih tinggi terlihat depresi eritropoiesis. Obat ini sering
menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga pemeriksaan darah harus
sering dilakukan.
Untuk pengobatan jangka panjang pada leukemia mielositik kronik dosisnya
sebanyak 2-6mg/hari secara oral dan dapat dinaikan sampai 12 mg/hari. Efek

11
12
samping yang dapat ditimbulkan oleh busulfan antara lain adalah asthenia,
hopotensi, mual, muntah, dan penurunan berat badan
C. Imatinib
Imatinib merupakan penghambat tirosin kinase pada onkoprotein BCR-ABL
dan mencegah fosforilasi substrat kinase oleh ATP. Obat ini diindikasikan
untuk leukemia mielositik kronik yaitu suatu kelainan sel hematopoietik yang
ditandai dengan adanya kromosom Philadelphia dengan translokasi yang
menyebabkan fusi protein BCR-ABL. Imatinib diberikan per oral dan
diabsorpsi dengan baik oleh lambung. Obat ini terikat kuat pada protein
plasma, dimetabolisme oleh hati, dan dieliminasi melalui empedu dan feses.
Dosis untuk fase kronik adalah 400mg/hari setelah makan dan dapat
ditingkatkan sampai 600mg/hari bila tidak mencapai respon hematologik
setelah 3 bulan pemberian, atau pernah membaik tetapi kemudian memburuk
dengan Hb menjadi rendah dan atau leukosit meningkat dengan tanpa
perubahan jumlah trombosit. Dosis harus diturunkan bila terjadi neutropeni
(<500/mm3) atau trombositopeni (<50.000/mm3) atau peningkatan
SGOT/SGPT dan bilirubin. Untuk fase krisis blas dapat diberikan langsung
800mg/hari.
D. Interferon a1fa-2a atau Interferon a1fa-2b
Perlu premedikasi dengan analgetik dan antipiretik sebelum pemberian obat
ini untuk mencegah/mengurangi efek samping interferon berupa flu like
syndrome. Dosis 5 juta IU/mk/hari subkutan sampai tercapai remisi
sitogenetik, biasanya setelah 12 bulan terapi. Sedangkan berdasar hasil
penelitian di Indonesia, dosis yang dapat ditoleransi adalah 3 juta IU/m3.
E. Cangkok sumsum tulang belakang
Data menunjukan bahwa cangkok sumsum tulang dapat memperpanjang masa
remisi sampai > 9 tahun, terutama pada cangkok sumsum tulang alogenik.
Cangkok sumsum tulang tidak dilakukan pada kromosom pH negatif atau
BCR-ABL negative.

11
13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Jenis-jenis sel darah putih yaitu basophil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan
monosit.
2. Jenis pemeriksaan sel darah putih terdiri dari hitung jenis sel darah putih dan
hitung jumlah sel darah putih.
3. Nilai normal sel darah putih pada tubuh manusia yaitu antara 5000-10000
sel/mm3.
4. Kelainan pada sel darah putih diantaranya leukopenia yang disebabkan oleh
infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan, agranulositosis yang
disebabkan oleh penyinaran tubuh oleh sinar gamma karena ledakan nuklir
atau terpapar obat-obatan (sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik
betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil), dan leukositosis.
5. Etiologi sel darah putih diantaranya reaksi yang tepat dari sumsum tulang
normal terhadap stimulasi eksternal, reaksi alergen obat-obatan, dan trauma;
serta efek dari kelainan sumsum tulang primer (leukemia akut, leukemia
kronis kelainan mieloproliferatif).
6. Tatalaksana terapi kelainan sel darah putih menggunakan terapi hidroksiurea,
busulfan, imatinib, Interferon a1fa-2a atau Interferon a1fa-2b, dan cangkok
sumsum tulang belakang.

11
14
DAFTAR PUSTAKA

1. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/klorofil/article/download/1231/985, diakses
tanggal 20 September 2020 pukul 09:44 WIB.
2. http://repository.unimus.ac.id/1540/7/10%20BAB%202.pdf, diakses tanggal
20 September 2020 pukul 10:49 WIB.
3. http://repository.unimus.ac.id/3238/3/BAB%20I.pdf, diakses tanggal 20
September 2020 pukul 10:57 WIB.
4. http://repository.unimus.ac.id/1214/3/BAB%20II.pdf, diakses tanggal 20
September 2020 pukul 11:40 WIB.
5. http://repository.unimus.ac.id/392/3/10.BAB%20II.pdf, diakses tanggal 20
September 2020 pukul 11:55 WIB.
6. https://rsud-adjidarmo.id/adjidarmo/2019/09/12/ini-arti-nilai-leukosit-tinggi-
saat-tes-darah/, diakses tanggal 20 September 2020 pukul 13:34 WIB.
7. http://repository.unimus.ac.id/1034/3/BAB%20II.pdf, diakses tanggal 20
September 2020 pukul 13:53 WIB.
8. https://books.google.co.id/books?
id=jMaIDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false,
diakses tanggal 20 September 2020 pukul 15:51 WIB.

11
15

Anda mungkin juga menyukai