Panduan Praktik Klinis Psiko
Panduan Praktik Klinis Psiko
NYERI PSIKOGENIK
1.
No.ICD-10
F45.4
2.
Pengertian (Defenisi)
Nyeri psikogenik adalah keluhan nyeri yang penyebabnya bukan penyebab penyakit organik. Faktor
psikologis berperan dalam persepsi, awitan, keparahan, eksaserbasi dan lamanya nyeri. Nyeri
psikogenik tidak pura – pura diciptakan atau dibuat – buat. Nama lainnya adalah pain disorder.1,3
3.
Anamnesa
Faktor yang harus ditanyakan adalah lokasi nyeri. Intensitas sifatnya terus menerus atau hilang
timbul, karakteristik nyeri, faktor – faktor pemberat dan peringan nyeri, faktor penyebabnya, akut atau
kronik, riwayat penggunaan analgetik sebelumnya, dan keadaan lain yang berhubungan dengan
nyerinya. Perlu juga dilakukan penilaian status psikis. 1
Nyeri psikogenik pada umumnya bersifat difus, tidak jelas hubungannya dengan struktur jaringan,
intensitasnya berubah – ubah, terdapat disparitas antara mekanisme yang mencetuskan dengan jenis
dan beratnya nyeri. Pasien umumnya memiliki riwayat sudah berulang kali mengunjungi petugas
kesehatan, riwayat telah mengonsumsi berbagai obat penghilang nyeri, dan riwayat memiliki stresor
psikososial, antara lain masalah pernikahan, pekerjaan, atau keluarga. Sering disertai komorbid
depresi atau ansietas atau penyalahgunaan obat. Pemeriksaan status psikis menunjukkan bahwa
keluhan utama akan memburuk bila terdapat stres.
4.
Pemeriksaan Fisik
Diperlukan pemeriksaan yang teliti pada area nyeri dan sekitarnya, sistem saraf, fungsi motoris dan
sensoris serta fungsi organ – organ dalam.
Pada nyeri psikogenik tidak terdapt temuan fisis, atau temuan fisis tidak adekuat untuk menjelaskan
keparahan nyeri.
5.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan diagnosis banding nyeri organik. Untuk menilai
nyeri secara obyektif dapat dilakukan metode visual analog scale (VAS). Untuk menilai deskripsi nyeri
secara terperinci dapat digunakan McGill Pain Questionnaire (MPQ). Untuk menilai nyeri kronik dapat
digunakan The Westhave – Yale Multidimensional Pain Inventory (WHY MPI). Stress Analyzer / Heart
Rate Variability untuk menilai vegetative imbalance
6.
Diagnosa Banding
7.
Kriteria Diagnosa
DSM-5 tidak memasukkan gangguan khusus nyeri (misalnya, gangguan nyeri psikogenik, gangguan
nyeri somatoform, dan gangguan nyeri, seperti dalam edisi DSM sebelumnya, melainkan digantikan
oleh gangguan gejala somatic dengan predominan nyeri, dengan kriteria:
A. Satu atau lebih gejala somatic yang mengganggu atau berakibat pada terganggunya aktifitas
sehari-hari
B. Pikiran, perasaan atau perilaku berlebihan yang berhubungan dengan gejala somatic atau
berhubungan dengan kekhawatiran terhadap kesehatan, dengan manifestasi satu dari gejala
berikut:
a. Pikiran yang persisten dan tidak proporsional mengenai keparahan gejala
b. Kekhawatiran tinggi yang persisten akan kesehatan atau gejala
c. Energi dan waktu berlebihan yang dihabiskan terkait gejala dan masalah kesehatan
C. Gejala persisten lebih dari 6 bulan
Yang spesifik dengan :
Gejala didominasi oleh rasa sakit
8.
Manajemen
Nonfarmakologis
Farmakologis
Prognosa
10.
Edukasi
11.
Kepustakaan
No.ICD-10
F45.3
2.
Pengertian (Defenisi)
Penyakit jantung fungsional adalah kelainan dengan keluhan seperti penyakit jantung disertai
kelainan organik. Etiologi berhubungan dengan keadaan psikiatri, palig sering disebabkan ansietas,
biasanya berhubungan dengan depresi aktif dan tidak jarang dengan gejala histerik. 1
3.
Anamnesa
Anamnesis2
1. Nyeri dada menyerupai angina pectoris, biasanya dicetuskan suatu stressor tertentu
2. Berdebar/debar/palpitasi, sesak napas, napas terasa berat
3. Keluhan vegetatif: kesemutan, tremor, sakit kepala, tidak bisa tidur, dan sebagainya
4. Keluhan psikis: rasa takut, risau/was-was, gelisah, dan sebagainya
5. Keluhan umum lainnya seperti pandangan mata gelap, berkunang – kunang
6. Terdapat stressor psikososial
7. Pemeriksaan penunjang1
8. EKG, echocardioghraphy, maupun tes Treadmill normal
9. Stress analyzer / Heart Rate Variability untuk menilai vegetative imbalance
4.
Pemeriksaan Fisik
5.
Pemeriksaan Penunjang
6.
Diagnosa Banding
Kriteria Diagnosa
8.
Manajemen
Nonfarmakologis
Memberikan edukasi dan bimbingan, menjelaskan tentang gejala yang timbul dengan tepat
tanpa menakuti pasien, meluruskan pola pikir pasien yang salah tentang penyakit jantung
Terapi Kognitif dan Perilaku ( Cognitive Bihavioural Therapy/ CBT)
Farmakologis
9.
Prognosa
Gangguan ini bersifat kronis, hilang timbul dan jarang sembuh secara sempurna. Sangat jarang
seseorang dengan gangguan ini dapat bebas dari gejala selama lebih dari 1 tahun. 3
10.
Edukasi
11.
Kepustakaan
1. Shatri H. Gangguan jantung fungsional. Dalam: Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M,
Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: internal Publishing;
2014:21222126
2. Zheng F, Duan Y, Li J, Lai L, Zhong Z, Hu M, Ding S. Somatic symptoms and their
association with anxiety and depression in Chinese patients with cardiac neurosis. J Int Med
Res. 2019 Oct;47(10):4920-4928. doi: 10.1177/0300060519869711. Epub 2019 Aug 26.
PMID: 31448660; PMCID: PMC6833396.
3. Sadock BJ, Sadock VA. Somatization disorders. In: Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry
Behavioural sciece/ clinical psychiatry 11th Edition. Lippincott Williams & Wilkins;2014
4. Thomson DR, Lewin RJP. Management of the post-myocardial infarction patient:
rehabilitation and cardiac neurosis. Heart 2000;84:101-105
1.
No.ICD-10
K58.9
2.
Pengertian (Defenisi)
Berdasarkan Rome III, sindrom Kolon Iritabel (SKI) merupakan nyeri abdomen berulang atau
ketidaknyamanan abdomen ( sensasi tidak nyaman yang tidak bisa dikatakan sebagai nyeri) paling
tidak 3 hari dalam satu bulan pada 3 bulan terakhir yang berhubungan dengan 2 atau lebih hal
berikut:
Sindrom Kolon Iritabel dibagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan konsistensi feses yaitu tipe
konstipasi, tipe diare, tipe campuran, dan tipe lainnya 1,3
IBS dengan konstipasi : Feses keras >25%, dan feses lunak atau cair <25%
IBS dengan diare : feses lunak atau cair >25% dan Feses keras <25%
IBS tipe campuran : Feses keras >25%, dan feses lunak atau cair >25%
IBS yang tak terklarifikasi : Abnormalitas yang tidak memenuhi semua kriteria di atas
3.
Anamnesa
Pasien yang mengeluh nyeri pada abdomen bagian bawah dengan kelainan pola defekasi selama
periode waktu tertentu tanpa progesivitas penyakit. Keluhan muncul selama stress atau perubahan
emosional tanpa disertai keluhan sistemik. Apakah nyeri dirasakan hanya pada suatu tempat atau
berpindah-pindah, seberapa sering merasakan nyeri, berapa lama nyeri dirasakan, bagaimana
keadaan nyeri jika pasien defekasi atau flatus; memenuhi kriteria Rome III. Pada anamnesis juga
perlu menyingkirkan tanda – tanda “alarm” seperti: usia > 55 tahun, riwayat gejala yang progresif atau
sangat berat, riwayat keluhan pertama kali kurang dari 6 bulan, berat badan menurun, gejala
nokturnal, laki – laki, riwayat kanker kolon pada keluarga, anemia, anoreksia, pendarahan rektal,
anemia, distensi abdomen, demam.1,2
4.
Pemeriksaan Fisik
Perut tampak kembung atau distensi, kadang dapat teraba kolon pada fosa iliaka kiri (86%) desertai
nyeri tekan (78%), bisisng usus meningkkat pada fosa iliaka kana (36%). Pada colok dubur
didapatkan adanya rasa nyeri (52%), rectum kosong (64%), feses yang keras dalam rectum (68%),
dan lendir yang banyak.2
5.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: dilakukan untuk mencari etiologi lain misalnya pemeriksaan darah lengkap,
Pemeriksaan hormon TSH dan serologis sesuai indikasi
Pemeriksaan feses: melihat adanya darah samar, bakteri atau parasit juka dicurigai pada
kasusu diare kronik
Rontgen abdomen: jika dicurigai adanya penyakit Crohn atau ada obstruksi
Kolonoskopi atau sigmoidoskopi: dilakukan sesuai indikasi
Stress Analyzer/ Heart Rate Variability untuk menilai vegetative imbalance
6.
Diagnosa Banding
7.
Kriteria Diagnosa
8.
Manajemen
o Anti spasmodik yang bersifat anti kolinergik: dicyclomine 10-20 mg (1-3 x sehari), hyosin N-
butilbromida 3x10 mg
o Obat anti diare: 2 – 16 mg sehari, diphenoxylate hydrochlorideatropine sulfate,
cholestyramine resin
o Obat memperbaiki konstipasi: saksatif omotif seperti laktulosa, tegaserod
o Obat anti ansietas: antidepresan trisiklik, selective serotonin Re-uptake Inhibitors (SSRI)
o Probiotik
9.
Prognosa
Keluhan membaik dan hilang setelah 12 bulan pada 50% kasus,dan hanya kurang dari 5% yang akan
memburuk, dan sisanya dengan gejala menetap.6
10.
Edukasi
11.
Kepustakaan
1. Owyang C. Irritabel bowel syndrome. In: Kasper, Braunwald, Fauci et al. Harrison’s Principles
of Internal medicine vol II 20thed. McGrawHill.2018 pg 1899-1903.
2. Mudjaddid E. Sindrom kolon iritabel. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 ed. Vol. II. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemin Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014; hal 2115-2118.
3. Ford AC, Lacy BE, Talley NJ. Irritable Bowel Syndrome. N Engl J Med. 2017 Jun
29;376(26):2566-2578. doi: 10.1056/NEJMra1607547. PMID: 28657875.
4. Sultan S, Malhotra A. Irritable Bowel Syndrome. Ann Intern Med. 2017 Jun 6;166(11):ITC81-
ITC96. doi: 10.7326/AITC201706060. PMID: 28586906.
5. Defrees DN, Bailey J. Irritable Bowel Syndrome: Epidemiology, Pathophysiology, Diagnosis,
and Treatment. Prim Care. 2017 Dec;44(4):655-671. doi: 10.1016/j.pop.2017.07.009. Epub
2017 Oct 5. PMID: 29132527.
6. Manan Chudahman, Ari Fahrial Syam. Irritable Bowel Syndrome. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 6 ed. Vol. I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014;
hal 383-385.
7. Pietrzak A, Skrzydło-Radomańska B, Mulak A, Lipiński M, Małecka-Panas E, Reguła J,
Rydzewska G. Guidelines on the management of irritable bowel syndrome: In memory of
Professor Witold Bartnik. Prz Gastroenterol. 2018;13(4):259-288. doi:
10.5114/pg.2018.78343. Epub 2018 Sep 19. PMID: 30581501; PMCID: PMC6300851.
8. Liang D, Longgui N, Guoqiang X. Efficacy of different probiotic protocols in irritable bowel
syndrome: A network meta-analysis. Medicine (Baltimore). 2019 Jul;98(27):e16068. doi:
10.1097/MD.0000000000016068. PMID: 31277101; PMCID: PMC6635271.
No.ICD-10
R53.82
2.
Pengertian (Defenisi)
Suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan keluhan rasa lelah yang berlangsung terus – menerus
atau berulang dalam waktu enam bulan atau lebih, dapat disertai gejala demam tidak tinggi, mialgia,
artralgia, sefalgia, nyeri tenggorok (faringitis) yang kadang – kadang disertai pembesaran kelenjar;
gejala psikis terutama depresi dan gangguan tidur. Kelelahan yang tidak berkurang dengan istirahat
dan mungkin akan bertambah berat saat melakukan aktifitas fisik atau mental, sehingga sering
menurunkan tingkat aktivitas seseorang. Keluhan pasien dapat bervariasi dan tidak spesifik, seperti
kelemahan, nyeri otot, gangguan daya ingat atau konsentrasi, gangguan tidur, dan kelelahan setelah
aktifitas yang berlangsung minimal 24 jam atau lebih, bahkan bertahun – tahun.
3.
Anamnesa
4.
Pemeriksaan Fisik
5.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan spesifik yang dapat mendiagnosa atau mengukur tingkat keparahan penyakit.
Stress Analyzer/ Heart Rate Variability untuk menilai vegetative imbalance. Pemeriksaan lain dapat
dilakukan tergantung pada hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. 2,3
6.
Diagnosa Banding
7.
KriteriaDiagnosa
Kriteria untuk diagnosis bisa memenuhi 2 kriteria dan tidak memenuhi kriteria eksklusi
Ditandai oleh Lelah Kronik yang menetap atau relaps dan tidak dapat dijelaskan:
- Lelah selama 6 bulan terakhir
- Lelah onset baru atau definitif
- Lelah bukan merupakan hasil dari penyakit organik atau pengeluaran tenaga secara
terus – menerus
- Lelah tidak berkurang dengan istirahat
- Lelah merupakan hasil reduksi substansi dari pekerjaan, edukasi, sosial, dan aktivitas
personal sebelumnya
Empat gejala atau lebih dari gejala berikut, dan berlanjut terus menerus selama 6 bulan:
- Gangguan memori dan konsentrasi, nyeri tenggorok, pembesaran kelenjar getah bening
cervikalis atau, nyeri otot, nyeri beberapa sendi, sakit kepala, tidur yang tidak nyenyak,
atau malise setelah pengeluaran tenaga
Kriteria Eksklusi
- Kondisi medis yang menjelaskan lelah
- Gangguan depresi mayor (gambaran psikotik) atau gangguan bipolar
- Skizoprenia, demensia, atau gangguan delusi
- Anorexia nervosa, bulimia nervosa
- Penyalahgunaan alkohol dan substansinya
- Obesitas berat (BMI > 40)
8.
Manajemen
Meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak berbahaya dan dapat membaik seiring waktu
Latihan fisik dapat meningkatkan daya tahan dan kekuatan pasien sehingga mengurangi
keluha atau cognitive behaviour therapy (CBT) dan grade exercise therapy (GET)
Terapi Farmakologi
Umumnya bersifat paliatif, seperti anti depresi, anti inflamasi non steroid, terapi alternatif
(multivitamin, suplemen nutrisi).2,3
9.
Prognosa
Perbaikan sempurna dari sindrom lelah kronik yang tidak diobati jarang: tingkat pemulihan median
adalah 5% (rentang 0 – 31%) dan tingkat perbaikan dan 39% (rentang 8 – 63%). Hasil akan lebih
buruk bila pasien dengan latar belakang gangguan psikatri dan kondisi gejala yang berlanjut tanpa
ditangani secara medis. Keluhan berkurang pada >50% kasus penyembuhan total dalam 1 tahun
terjadi pada 22 – 60% kasus.2,3
10.
Edukasi
11.
Kepustakaan
1. Mudjaddid E, Shatri H. Sindrom Lelah Kronik. Dalam: Sudoyo, Setiyohadi, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta. Interna Publishing. 2014
2. Bleijenberg G. Chronic Fatigue Syndrome. In: Longo Fauci Kasper, Harrison’s Principles of
internal medicine 20th edition. United States of America. McGrawHill
3. Lim, EJ., Ahn, YC., Jang, ES. et al. Systematic review and meta-analysis of the prevalence of
chronic fatigue syndrome/myalgic encephalomyelitis (CFS/ME). J Transl Med 18, 100 (2020).
https://doi.org/10.1186/s12967-020-02269-0
4. CDC (https://www.cdc.gov/me-cfs/index.html)
5. Rollnik JD. Das chronische Müdigkeitssyndrom – ein kritischer Diskurs [Chronic Fatigue
Syndrome: A Critical Review]. Fortschr Neurol Psychiatr. 2017 Feb;85(2):79-85. German. doi:
10.1055/s-0042-121259. Epub 2017 Feb 24. PMID: 28235209.
6. Castro-Marrero J, Sáez-Francàs N, Santillo D, Alegre J. Treatment and management of
chronic fatigue syndrome/myalgic encephalomyelitis: all roads lead to Rome. Br J Pharmacol.
2017 Mar;174(5):345-369. doi: 10.1111/bph.13702. Epub 2017 Feb 1. PMID: 28052319;
PMCID: PMC5301046.
1. No.ICD-10 R06.4
10. Edukasi
1. No.ICD-10 Z51.5
5. Pemeriksaan -
Penunjang