Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN PROSES PERLAKUAN PANAS QUENCHING-TEMPERING

UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KETANGGUHAN PELAT


BAJA ABS GRADE A SEBAGAI MATERIAL LAMBUNG KAPAL
PERANG
R. Dwisunu Aji Ibrahim, Myrna Ariati Mochtar, Bondan Tiara Sofyan
Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia.
E-mail: dwisunuaji@yahoo.com myrna@metal.ui.ac.id bondan@eng.ui.ac.id

ABSTRAK
Lambung kapal terbuat dari baja ABS grade A dengan spesifikasi ABS (American Bureau of
Shipping), dengan persyaratan kekuatan dan ketangguhan yang tinggi. Dalam penelitian ini,
perlakuan panas Quenching dan Tempering (QT) dilakukan untuk pelat baja ABS grade A yang
dibuat oleh PT. Krakatau Steel, untuk mendapatkan kekuatan dan ketangguhan yang tinggi.
Setelah austenisasi pada temperatur 900 °C selama 10 menit diikuti dengan Quenching dalam
air, oli dan udara. Tempering dilakukan pada temperatur 200 °C selama 20 menit. Laju
pendinginan direkam oleh data akuisisi. Dilakukan pengujian tarik, impak (pada temperatur 0 °C,
-20 °C dan -40 °C), Kekerasan dan pengamatan struktur mikro. Penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan panas Quenching dan Tempering (QT) dapat meningkatkan kekuatan dan ketangguhan
pelat baja ABS grade A. Perlakuan panas Quenching-Tempering dapat merubah mikro struktur
dari ABS A as-rolled (ferit dan perlit ) menjadi ABS as-QT (ferit, bainit dan sisa austenit).
Perlakuan panas QT air dapat meningkatkan kekuatan tarik, kekerasan dan ketangguhan pada
baja ABS A as-rolled.
Kata kunci: Baja ABS Grade A, Lambung Kapal Perang, Quenching Tempering.

ABSTRACT
Hull ship are made of ABS steel plate with the ABS (American Bureau of shipping) grade A
specification’s and high strength and toughness requirement. In this research the ABS grade A
steel made by PT. Krakatau Steel, has been heat treated by quenching and tempering (QT)
process to obtain the high strength and toughness requirement. After austenization process at 900
°C with the holding time of 10 minutes, the steel was quenched in water,oil and air media.
Tempering treatment has been done at temperature of 200 °C with the holding time of 20
minutes. Cooling rate were recorded by data aquisition. Moreover, tensile testing, impact (at
temperature of 0 °C, -20 °C and -40 °C), hardness test and microstructure observations has been
conducted. The research shown that Quenching and Tempering (QT) heat treatment can improve
ABS’s-grade A steel plate strength and toughness. Improvement in the microstructure of the as-
rolled ABS A (ferrite and pearlite) into ABS as-QT (ferrite, bainite and residual austenite). QT-
water heat treatment can improve the tensile strength, hardness and toughness of the steel ABS A
as-rolled.
Keywords: ABS grade A, Hull ship, Quenching Tempering

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


1. PENDAHULUAN

Kebutuhan pembuatan kapal perang menjadi salah satu faktor pendukung untuk
mewujudkan pertahanan negara. Jenis kapal perang yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut saat
[1]
ini antara lain kapal korvet, frigat, selam, patrol dan rudal . Salah satunya adalah kapal korvet
yang masih dibuat di Belanda oleh perusahaan SNS (Schelde Naval Shipbuilding) Vlissingen.
Kelas kapal korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) antara
lain KRI Hasanuddin dan KRI Dipenogoro pada tahun 2007, KRI Sultan iskandar muda pada
tahun 2008 dan KRI Frans kaisiepo pada tahun 2009.
Maka diperlukan perakitan kapal nasional untuk meningkatkan industri pertahanan
Indonesia. Karena itulah dicari teknologi untuk membuat kapal perang nasional, salah satunya
adalah pembuatan material pelat lambung kapal perang.
PT. Krakatau Steel saat ini telah memproduksi jenis baja ABS (American Buerue of
Shipping ) grade A yang merupakan salah satu material lambung kapal yang sesuai dengan
standar ABS. Sekarang ada lima kualitas yang berbeda dari baja paduan rendah dalam standar
ABS yang digunakan dalam komersial kapal kontruksi. Klasifikasi baja tersebut grade A, B, C, D
dan E. baja ABS grade A adalah salah satu yang paling banyak digunakan dalam kelas baja
kontruksi kapal di PT. Krakatau Steel[2].
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh perlakuan panas quenching-tempering terhadap
sifat mekanis, struktur mikro, dan mekanisme pembentukan fasa pada baja ABS grade A hasil
produksi PT. Krakatau Steel Tbk. untuk dapat diaplikasikan pada lambung kapal perang.

2. METODE PENELITIAN

Material baja ABS grade A berasal dari PT. Krakatau Steel yang merupakan hasil dari
proses hot rolling (as-rolled) dengan komposisi yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengujian komposisi ABS grade A as-rolled.


C Mn P S Si Cr Ni Mo Cu V Nb
0, 16 % 0,81 % 0,006 % < 0,035 % - - - - - - -

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Gambar 1. Parameter penelitian perlakuan panas QT material ABS grade A.

Pada Gambar 1, proses perlakuan panas meliputi austenisasi pada temperatur 900 oC
selama 10 menit yang dilakukan dalam dapur muffle. Pendinginan dilakukan pada 3 media yaitu
air, oli, dan udara. Proses pendinginan diamati dengan menggunakan akuisisi data yang kurva
pendinginannya diplot pada diagram TTT (Time-Temperature Transformation)[6] material baja
ABS grade A(dapat dilihat pada Gambar 2).

Gambar 2. Diagram CCT pada ABS A dengan media air (a), oli(b) dan udara(c).

Dari beberapa media pendingin (air, oli, dan udara) dapat dilihat masing-masing kecepatan
pendinginan (lihat Gambar 2). Untuk media pendingin air dengan kecepatan pendingan 91,02
3

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


o
C/s, media pendingin oli dengan kecepatan pendingan 33,87 oC/s, dan media pendingin udara
dengan kecepatan pendingan 2,22 oC/s. Selanjutnya pada sampel yang didinginkan dengan media
air dan oli dilakukan pemanasan tempering pada temperatur 200 oC selama 20 menit diikuti
dengan pendinginan dengan media air.

Karakterisasi meliputi uji kekerasan menggunakan metode Brinell dengan indenter bola
baja berdiameter 2,5 mm, beban sebesar 187,5 kg, dan waktu indentasi selama 15 detik.
Pengujian impak dilakukan dengan metode charpy dan sampel dipotong sesuai dengan arah roll
(longitudinal) dengan sudut 60°dan 0,5 mm. Pengujian impak dilakukan pada 3 temperatur yaitu
0 oC, -20 oC, dan -40 oC. Sifat tarik diamati melalui pengujian tarik sesuai dengan standar ASTM
E8 dengan sampel subsize ketebalan 6 mm dan sampel dipotong sesuai dengan arah roll
(longitudinal). Pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik dan EDX-SEM dengan
persiapan sampel standar menggunakan media poles TiO2 dan etsa nital 2-3 %.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pelakuan Panas QT terhadap Kekerasan Material

Pada pengujian kekerasan ABS A dilakukan pada 3 posisi transversal, planar dan
longitudinal. Hasil dari pengujian kekerasan ABS A as-rolled didapat bahwa posisi longitudinal
memiliki kekerasan tertinggi yaitu 173 BHN, sedangkan untuk posisi transversal dan planar
masing-masing 162 BHN dan 150 BHN.
Pengaruh perlakuan panas QT dapat merubah kekerasan material ABS A as-rolled.
Terlihat pada Gambar 3 kekerasan setelah dilakukan perlakuan panas quenching dapat
meningkat. Kekerasan tertinggi terlihat pada perlakuan panas quenching dengan media air 314
BHN. Namun setelah dilakukan QT material ABS A mengalami penurunan kekerasan 221 BHN.
Berdasarkan hasil pengaruh perlakuan panas tempering pada material ABS A dapat menurunkan
kekerasan hal ini dipengaruhi oleh kandungan karbon dari material ABS A dan waktu tempering
penggunaan pada temperatur 200 °C[3][4]. Namun dengan berkurangnya kekerasan maka
ketangguhan akan meningkat.

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Kekerasan (BHN)

Material ABS A

Gambar 3. Hasil kekerasan ABS A as-Rolled dan ABS A setelah Quenched Tempered (2.5/187,5).

Pengaruh Pelakuan Panas QT terhadap Hasil Uji Impak

Hasil uji impak ABS A as-rolled mempunyai energi impak yang masuk dalam standar
ABS A 22 Joule[5], yaitu 49 Joule. Perlakuan panas QT material ABS A mempunyai pengaruh
terhadap meningkatnya ketangguhan dari material ABS A as-rolled yang dapat dilihat pada
Gambar 4.

Pada proses perlakuan panas quenching menggunakan media udara, air dan oli, energi
impak dapat meningkat dari material ABS A as-rolled. Pengaruh media quenching dapat
menghasilkan energi impak yang berbeda. Media quenching air memiliki nilai tertinggi
dibandingkan media udara dan oli.

Gambar 4.Pengaruh perlakuan panas material ABS A terhadap energi impak.

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Pada proses perlakuan panas tempering menggunakan media air dan oli, hasil energi
impak semakin meningkat. Media air pada proses tempering memiliki hasil tertinggi yaitu 319
Joule pada temperatur -40 °C.
Material ABS A dilakukan pengujian impak pada temperatur transisi 0 °C, -20 °C dan -40
°C. Pada Gambar 5 terlihat bahwa adanya pengaruh temperatur transisi terhadap harga impak.
Terlihat bahwa semakin berkurangnya temperatur maka harga impak semakin berkurang[6,7].

Gambar 5. Pengaruh temperatur terhadap harga impak ABS A.

Dilihat dari hasil pengujian impak material ABS A dipengaruhi oleh perbedaan
temperatur dan perlakuan panas. Pengaruh terhadap temperatur transisi akan mengurangi
ketangguhan dan sebaliknya dengan adanya perlakuan panas QT maka akan meningkatkan
katangguhan.
Pada Gambar 6 terlihat ABS A as-rolled memiliki ketangguhan yang rendah. Patahan
dengan luas area cleavage yang lebih besar dibandingkan area shear dan tanpa terjadinya
ekspansi pada area patahan. Sebaliknya untuk ABS A as-Q dan ABS A as-QT memiliki
ketangguhan yang lebih besar dengan luas area cleavage yang semakin kecil dan mengalami
ekspansi.

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Gambar 6. Hasil patahan sampel uji impak pada material ABS A as-rolled dan ABS A Quenched Tempered.
Pada Gambar 7 Hasil SEM dari material ABS A yang mengalami perlakuan panas
Quenching/as-Q dan Quenching Tempering/as-QT dengan media air. Telihat bentuk patahan as-
Q dan as-QT mengalami patahan cleavage [7,8].

Gambar 7. SEM permukaan patahan ABS A (a) as-Quenched air dan (b) as-Quenched
Tempered air.

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Pengaruh Pelakuan Panas QT terhadap Hasil Uji Tarik
Pengujian tarik dilakukan pada ABS A as-rolled terhadap ABS A setelah dilakukan
perlakuan panas QT. Hasil uji tarik ini dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan panas
terhadap kekuatan tarik pada material ABS A.(lihat Tabel 2).

Tabel 2. Sifat tarik dari ABS A as-rolled dan as-QT


Batas Kekuatan Total
Material luluh tarik Elongasi
N/mm² N/mm² %
as-Rolled 408 515 33
as-QT oli 424 548 36
as-QT Air 487 626 22

Pada material ABS A as-rolled memiliki sifat kekutan tarik 515 N/mm² dan elongasi 33
%. Jika dibandingkan dengan standar ABS, kekuatan tarik 522 N/mm² dan elongasi 22 %[3],
ABS as-rolled masuk dalam standar.

Gambar 8. Kurva tarik ABS A as-QT media oli dan air dibandingkan dengan ABS A as-rolled.

Hasil perlakuan panas QT dengan media oli dan air mengalami peningkatan kekutan
tarik. Kekuatan tarik tertinggi pada ABS A as-QT air adalah 626 N/mm². Namun nilai elongasi
tertinggi pada ABS as-QT oli sebesar 36 %. (lihat Gambar 8).

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Gambar 9. Foto patahan sampel uji tarik (a) as-rolled (b) as-QT oli (c) as-QT air.

Jika dilihat dari bentuk patahan material ABS A as-rolled dan ABS A yang mengalami
perlakuan panas QT memiliki bentuk patahana ulet. Ciri yang terlihat adalah terjadinya fenomena
necking, permukaan kusam/ buram dan bentuk patahan Cup & Cone.(lihat Gambar 9)
Keuletan tertinggi terdapat pada material ABS A as-QT dengan media oli dengan hasil
elongasi 36 %. Sebaliknya untuk ABS A as-QT media air keuletannya lebih rendah dengan hasil
elongasi mencapai 22 %.

Pengaruh Perlakuan Panas QT ABS A Terhadap Struktur Mikro


Pada perlakuan panas memberikan pengaruh terhadap material ABS A. Hal ini terlihat pada
hasil struktur mikro yang mengalami perubahan bentuk struktur. Jika lihat Gambar 10 ABS A as-
Rolled terbentuk struktur ferit dan perlit hasil dari proses hot rolled. Setelah dilakukan perlakuan
panas quenching dengan kecepatan pendinginan yang berbeda didapat struktur mikro yang
berbeda.

Gambar 10. Struktur mikro ABS A (a) as-rolled), (b) as-Quenched udara, (c) as-Quenched oli (d) as-Queched
air (e) as- Quenched Tempered oli (f) as-Quenched Tempered air.F(ferrit), P(Perlit), B(bainit), SA(sisa austenit).

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Dilihat dari Gambar 10 struktur mikro yang diamati menggunakan mikroskop optik, pengaruh
dari perlakuan panas dengan kecepatan pendinginan yang berbeda terhadap diagram TTT dari
ABS A mendapatkan hasil struktur mikro yang berbeda. Gambar 10(b) mendapat perlakuan
panas quenched udara dengan kecepatan pendinginan 2,22 °C/s terbentuk struktur mikro ferit
dan perlit. Untuk kecepatan yang lebih cepat yaitu 33,87 °C/s pada Gambar 10 (c) menggunakan
media oli terbentuk struktur mikro ferit acicular/ widmanstaten dan bainit[9]. Pada Gambar 10 (d)
dengan kecepatan pendinginan yang lebih cepat yaitu 91,02 °C/s dengan media pendinginan air
terbentuk ferit, bainit dan sisa austenit. Volume fraksi ferit, perlit, dan bainit terlihat pada
Gambar 11.

Gambar 11. Volume fraksi ABS A as-rolled dan ABS A as-Quenched Tempered.

Untuk struktur mikro yang mengalami perlakuan QT air akan membentuk struktur mikro
yang sama dengan perlakuan panas Quenching namun bentuk struktur mikro lebih seragam
dan penurunan volume fraksi pada sisa austenit.
Dengan bertambahnya kecepatan pendinginan terjadi peningkatan fraksi volume bainit.
Martensit tidak akan terbentuk walaupun dengan kecepatan pendinginan yang sangat tinggi
karena pengaruh dari komposisi yang dimiliki dari material ABS A yang menggeser diagram
TTT ke kiri. Ferit terbentuk dari kecepatan pendinginan yang lambat sehingga ada waktu ferit
untuk tumbuh dari austenit. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Gambar 12[7].

10

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


Gambar 12. SEM fraktografi ABS A (a) as-Quecnhed (b) as –Quenched Tempered media air.

Terlihat pada Gambar 12 hasil SEM Gambar 12(a) struktur mikro yang terbentuk ferit,
bainit dan sisa austenit untuk ABS A as-Quenched. Untuk material as-QT pada Gambar 12
(b) struktur mikro yang terbentuk adalah bainit dan ferit sedangkan sisa austenit berubah
menjadi bainit lihat Gambar 11.
.
4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan panas Quenching-Tempering dapat meningkatkan kekuatan dan ketangguhan material
baja ABS grade A as-rolled.
2. Kuat tarik baja ABS grade A dengan media quenching air dan oli temper /as-QT (626 N/mm² dan
548 N/mm²) memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan sampel as-rolled
(515N/mm²).
3. Didapat bahwa kekuatan tarik ABS A as-QT air merupakan sampel baja ABS grade A dengan
nilai tertinggi (626 N/mm²) dan elongasi tertinggi terdapat di ABS A as-QT oli sebesar 36 %.
4. Didapat bahwa nilai kekerasan ABS A as-Q air (314 BHN) mengalami kenaikan sebesar 182 %
dari ABS A as-rolled (173 BHN) pada posisi transversal. Namun mengalami penurunan nilai
kekerasan setelah proses tempering sebesar 29,37 % dari nilai Quenched.
5. Nilai impak untuk baja as-QT air (319 Joule) meningkat 10 kali dari nilai impak as-rolled (31
Joule) pada temperatur impak -40 °C.
6. Perlakuan panas Quenching-Tempering dapat merubah mikro struktur dari ABS A as-
rolled (ferit dan perlit ) menjadi ABS as-QT (ferit, bainit dan sisa austenit).

11

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013


7. Terbentuknya fasa bainit pada perlakuan panas QT air dapat meningkatkan kekuatan
tarik, kekerasan dan ketangguhan pada baja ABS A as-rolled.

8. UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Konsorsium Pengembangan Kapal Perang
Nasional 2012, Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah memberikan
hibah untuk mendanai penelitian ini. Terima kasih kepada PT. Krakatau Steel Tbk. yang telah
menyediakan material baja ABS grade A.

9. KEPUSTAKAAN

[1] “Kapal Perang”, yang diakses pada tanggal 12 Juni 2012 dari
http://garudamiliter.blogspot.com/2012/05/nahkoda-ragam-class.html
[2] Eyres D J. Ship Construction .5th ed. Burlington: Buterworth-Heinemann Publish, 2001.
[3] Brooks C.R., Princeples of the Heat Treatment of Plain Carbon and Low alloy Steels ,
New York, 1996.
[4] Chandler Harry, Heat treater’s Guide 2nd Edition, United States of America, 2006.
[5] ABS (American Buerue of Shipping). Rule for Material and Welding 2012 part 2 .Houston,
2011.
[6] William H Cubberly, Properties and Selection: Iron and Steels, Metal Handbook Vol 1.
10th Edition. 1998,Ohio : American Society for Metals, p 641.
[7] Speer John G.,De Moor E., Findley K.O., Matlock D.K., De Cooman B.C. Analysis of
Microstrcture Evolution in Quenching and Partitioning Automotive Sheet Steel.
Metallurgical And Materials Transsactions A, Januari 2011,Volume 42A.
[8] BAG A, RAY K.K., Dwarakadasa E.S. Influence of Martensite Content and Morphology
on Tensile and Impact Properties of High-Martensite Dual-Phase Steels. Metallurgical
And Materials Transsactions A, Mei 1999, Volume 30A.
[9] Debray B,Teracher P, and Jonas J.J. Simulation of the Hot Rolling and Accelerated
Cooling of a C-Mn Ferrite-Bainite Strip Steel. Metallurgical And Materials Transsactions
A, Januari 1995-1999,Volume 26A.

12

Penerapan proses perlakuan..., R. Dwisunu Aji Ibrahim, FT UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai