Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK II
SISTEM BINER FENOL-AIR
Tanggal Percobaan : -
Nama : Ibnu Difa Ramadhan
NIM : 11180960000037
Kelas : Kimia A1 2018
Kelompok :3
Anggota Kelompok : Nadifa Chaeroni 1118096000005
Ahmad Shofie 11180960000011
Safitri Azahra 11180960000021

Dosen Pengampu :
Nurmaya Arofah M.Eng

LABORATORIUM KIMIA
PUSAT LABORATORIUM TERPADU
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020

A. Prinsip percobaan
Prinsip percobaan kali ini yaitu perubahan kelarutan yang terjadi karena terjadinya
perubahan komposisi dalam larutan dam suhu yang berubah.
B. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua senyawa
2. Menggambarkan hubungan antara kelarutan dengan perubahan suhu dalam
sebuah diagram fasa
3. Menentukan suhu kritis (TC) sistem biner fenol-air
C. Tinjauan Pustaka

Kelarutan adalah kemampuan zat terlarut (solute) untuk dapat larut dalam pelarut
(solvent) tertentu. Misalnya etanol di dalam air. Pada umumnya pelarut merupakan
suatu cairan yang berupa zat murni maupun zat campuran. Sedangkan zat yang
terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan ini sangat bervariasi dari
yang selalu larut seperti etanol dalam air, hingga yang sukar larut seperti perak klorida
dalam air. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui
untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil (Darmaji,
2005).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian
bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kristis, maka
larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah
melewati sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balikadalah
kelarutan fenol dalam air yang membentk kurva parabola yang berdasarkan pada
bertambahnya persen fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah
temperatur kritis ( Sukardjo,2003)

Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol-air dinaikkan diatas 50°C maka komposisi
larutan dari sistem larutan tersebut akan mengalami perubahan. Kandungan denol
dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol
dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6%). Pada saat suhu kelarutan
mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan akan
bercampur sempurna (bercampur seluruhnya). Suatu fase didefinisikan sebagai bagian
sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi
benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik.
Campuran padatan atau cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase
terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang
homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra, S. dan Dogra S.K.,
2008).
Sistem biner fenol-air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Sistem tersebut di
sebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol
dan air . Fenol dan air kelarutannya akan berubah,apabila dalam campuran itu di
tambah ka salah satu komponen penyusun yaitu fenol dan air . Jika komposisi
campuran fenol air di lukiskan terhadap suhu akan di peroleh sebuah kurva sebagai
berikut :
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA adalah fraksi mol air,
XF adalah fraksi mol fenol, Xc adalah fraksi mol komponen pada suhu kritis (Tc). Pada
suhu T1 dengan komposisi diantara A1 dan B1, sistem berada pada dua fese (keruh).
Sedangkan di luar daerah kurva (atau di atas suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada
satu fasa (jernih) (Wahyuni, 2003).

Temperatur kritis(Tc) adalah batas atas temperatur dimana terjadi pemisahan fase.
Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar tercampur. Temperatur ini
ada gerakan termal yang lebih besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih
besar pada kedua komponen. Dalam hal ini pada temperatur rendah kedua komponen
lebih dapat campur karena komponen-komponen itu membentuk kompleks yang
lemah, pada temperatur lebih tinggi kompleks itu teruarai dan kedua komponen
kurang dapat bercampur (Atkins, 1999).
D. Alat Dan Bahan
Alat:
Tabung reaksi diameter 2 cm 1 buah
Pengaduk 1 buah
Termometer 100 celcius 1 buah
Gelas Kimia 400 ml 1 buah
Kaki tiga dan kassa 1 set
Buret 50 ml + klem& statif 1 set
Pembakar spirtus 1 buah

Bahan :
Aquadest
Fenol (s)
E. Prosedur Kerja

Diagram alir

- Di siapkan tabung reaksi diameter 2 cm yang kering dan


bersih
- Di timbang 5 gram padatan fenol dan di masukan ke
dalam tabung reaksi tersebut.
- Di pasang buret
+ aquadest sampai tanda batas ( + 50 ml )
- Di susun alat percobaan
+ Aquadest 0,1 ml sampai larutan berwarna keruh
+ Di panaskan
- Di catat suhu pada saat larutan berubah dari keruh menjadi
jernih (T1)
- Di biarkan suhu naik sebesar 4 celcius
- Di diamkan larutan
- Di catat suhu pada saat larutan kembali menjadi keruh
(T2)
- Di lakukan perhitungan dan di catat suhu rata-rata (Tx)
- Di ulangi percobaan sebanyak tiga kali
- Di diamkan suhu sampai larutan dalam kondisi suhu
kamar.
+ aquades dengan variasi volume sesuai pada tabel yang
ada di modul
- Di lakukan langkah yang sama seperti sebelumnya untuk
mendapatkan T1 dan T2

Tabel Pengamatan

Perlakuan Pengamatan
1. Di siapkan tabung reaksi diameter 2
cm yang kering dan bersih
2. Di timbang 5 gram padatan fenol dan
di masukan ke dalam tabung reaksi
tersebut.
3. Di pasang buret dan di isi dengan
aquadest sampai tanda batas kurang lebih
50 ml
4. Di susun alat percobaan sesuai pada
modul
5. Di tambahkan aquadest sebanyak 0,1
ml sampai larutan menjadi keruh
6. Di panaskan campuran dalam 41C
penaggas sambil di aduk perlahan dan
konstan. Di catat suhu campuran pada
saat campuran berubah dari keruh
menjadi jernih (T1)
7. Di biarkan suhunya naik menjadi T2= 33C
(T1+4 celcius). di matikan pembakar dan Tx = 37
di biarkan keruh kembali. Di catat suhu
(T2) pada saat muncul keruh kembali.
Kemudian di hitung dan di catat suhu
rata-rata (Tx). Di ulangi percobaan ini
sebanyak tiga kali.

F. Hasil Percobaan

1. Penambahan aquades sebelum menjadi keruh :

No. Volume aquades Hasil pengamatan


1 0,1 Jernih
2 0,1 Jernih
3 0,1 Jernih
4 2,7 Keruh

2. Penambahan aquades setelah terjadi keruh :

No Volume Fenol Air T1 T2 TX Fenol(%) Air


aquades (gram) (gram) (%)
1 0,1 5 3 41 33 37 62,5 37,5
2 0,1 5 3,1 55 36 45,5 61,7 38,3
3 0,1 - - - - - - -
4 0,1 - - - - - - -
5 0,2 5 3,3 49 39 44 60,2 39,8
6 0,2 5 3,5 51 40 45,5 58,8 41,2
7 0,2 5 3,7 54 41 47,5 57,4 42,6
8 0,5 5 4,2 54 44 49 54,3 43,7
9 1,0 5 5,2 57 45 51 49 51
10 2,5 5 7,7 61 47 54 39,3 60,7
11 5,0 5 12,7 63 52 57,5 28,2 72,8
12 2,5 5 15,2 61 53 57 24,7 75,3
13 2,5 5 17,7 63 54 58,5 22,0 78,0

Suhu kamar 30 C
Kadar Fenol yang di gunakan 99%
Massa Fenol yang di timbang 5gram
Massa Fenol murni 5gram
Massa Jenis Aquadest 28C 1gram/mL
G. Pembahasan

Percobaan ini membuktikan adanya kelarutan sistem biner fenol-air. fenol dan air
kelarutannya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah
satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air yang mana merupakan bahan yang
digunakan. Sifat fenol itu sendiri yaitu mengandung gugus OH, terikat pada
sp2-hibrida, mempunyai titik didih yang tinggi, mempunyai rumus molekul C6H6O
atau C6H5OH, fenol larut dalam pelarut organik, berupa padatan (kristal) yang tidak
berwarna, mempunyai massa molar 94,11 gr/mol, mempunyai titik didih 181,9°C,
mempunyai titik beku 40,9°C. Sedangkan sifat dari air yaitu air bersifat tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar, mempunyai massa molar
18,0153 gr/mol, mempunyai densitas 0,998 gr/cm3, mempunyai titik lebur : 0°C,
273,15 K, 32°F, mempunyai titik didih 100°C, serta mempunyai kalor jenis 4184
J/(kg.K).

Pada percobaan kali ini yaitu “ Sistem Biner Fenol-Air “ . Pertama-pertama di siapkan
tabung reaksi dan di lakukan penimbangan fenol sebanyak 5 gram dan di masukan ke
dalam tabung reaksi . setelah itu buret di pasang dan di isi dengan aquades sebanyak
50 ml. Kemudian, di lakukan penyusunan alat . selanjutnya di lakukan penambahan
aquadest sebanyak 0,1 ml sampai larutan yang berada di dalam tabung berubah warna
dari jernih menjadi keruh . Kemudian, di panaskan campuran dan di catat suhu larutan
pada saat larutan berubah warna dari keruh menjadi jernih (T1) . Setelah itu, di
diamkan suhu naik sebesar 4 celcius, di catat suhu pada saat larutan berubah kembali
dari jernih menjadi keruh (T2) . Di lakukan percobaan ini sebanyal tiga kali . Setelah
di peroleh data T1 dan T2 di hitung suhu rata-ratanya (Tx) . setelah itu, di lakukan
penambahan aquades secara gradual dengan langkah kerja yang sama seperti
sebelumnya .

Dari hasil percobaan dapat di ketahui bahwa perubahan warna awal dari jernih
menjadi keruh yaitu terjadi pada saat penambahan aquades mencpai 2,7 ml dengan
volume fenol yang tetap . Hal ini menandakan terjadi perubahan kelarutan karena
terjadinya perubahan komponen dalam larutan sehingga larutan berubah warna.
Selanjutnya di lakukan penambahan aquadest secara gradual dengan variasi
penambahan aquadest . dalam tahap ini dapat di simpulkan semakin banyak
penambahan volume maka suhu yang di perlukan untuk merubaha kelarutan larutan
yang di tandai dengan perubahan warna dari keruh menjadi jernih juga semakin tinggi
untuk merubah kelarutannya. pencampuran air-fenol di peroleh larutan yang tidak
saling bercampur yang membentuk dua lapisan, lapisan atas air dan lapisan bawah
adalah fenol, hal ini disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah
dari pada fenol. Setelah terjadi percampuran antara air dan fenol dalam tabung yang
berbeda dengan perbandingan komposisi yang berbeda pula dengan proses pemanasan
dan pendinginan di mana saat mencapai suhu tertentu larutan ini akan bercampur dan
akan saling memisah dan membentuk dua fasa lagi, di mana larutan tersebut menjadi
keruh lagi.
Dan dari percobaan dapat di ketahui massa fenol yang awalnya pada saat penambahan
aquadest 0,1 ml 62,5% dan massa airnya 37,5% . Sampai pada penambahan akhir
aquadest sebanyak 2,5 ml dengan massa fenol 22% dan massa airnya 78% . Dari hal
ini dapat di ketahui terjadi perubahan komposisi larutan , dimana komposisi air
meningkat sedangkan fenol terus menurun hal ini karena penambahn volume aquadest
yang terus di lakukan dengan massa gram fenol yang tetap sehingga komposisi
aquadestnya semakin dominan .

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah temperatur, konsentrasi,


tekanan, jenis-jenis zat pelarut, ion asing, ion senama, pengadukan, luas permukaan.
Semakin tinggi temperaturnya maka semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya
semakin rendah temperaturnya semakin lambatl kelarutannya. Begitu juga dengan
konsentrasi, semakin besar konsentrasinya maka semakin lambat kelarutannya, dan
sebaliknya semakin kecil konsentrasinya semakin cepat kelarutannya. Zat terlarut
yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutannya dalam pelarut polar dan
sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat kelarutannya dalam
pelarut yang non polar.

H. Kesimpulan

 Sistem biner fenol – air memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol
dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. .
 Setelah dilakukan percobaan ini dapat menyimpulkan bahwa saat fenol yang
ditambahkan kedalam air dengan perbandingan jumlah volume fenol yang tetap
dan volume air yang berbeda-beda, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi
pada larutan yang jumlah volume airnya paling banyak. Perubahan yang
ditunjukkan dari larutan ini ialah perubahan warna larutan dari keruh menjadi
jernih setelah dipanaskan dan dari jernih menjadi keruh setelah didiamkan.
Perubahan warna tersebut diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan
kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Daftar Pustaka

Atkins,P.W.1999. Kimia Fisika Edisi ke 2 . Jakarta:Erlangga


Darmaji,2005.Kimia Fisika I.Jambi:Universitas Jambi
Dogra,S. dan Dogra S.K.2008.Kimia Fisika dan soal-soal. Jakarta:UI Press
Sukardjo.2003.Dasar-dasar Kimia Fisika.Jogjakarta:Universitas Gajah Mada
Wahyuni,Sri.2003.Buku Ajar Kimia Fisika 2. Semarang: UNNES

Anda mungkin juga menyukai