Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang digunakan

dalam rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai benda asing

dalam rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat. Tembaga yang

terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam rahim yang

menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu melakukan

pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif dalam

mencegah kehamilan. (Hidayati, 2009)

Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan

Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna

kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan

usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern

telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi

27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan

Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. (WHO,

2014)

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

jumlah penduduk Indonesia sebesar 261.890.872 jiwa, yang terdiri atas

131.579.184 jiwa penduduk laki-laki dan 130.311.688 jiwa penduduk

1
2

perempuan. Pada Pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki populasi

penduduk Indonesia paling banyak. Jumlah penduduk paling banyak terdapat

di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 48.037.827 jiwa,

yang terdiri atas 24.335.331 jiwa penduduk laki-laki dan 23.702.496 jiwa

penduduk perempuan. (SDKI, 2017)

Berdasarkan status pemakaian kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang

dipakai wanita kawin 15-49 tahun di Indonesia tahun 2017 sebanyak

37.338.265 jiwa. Yang tidak menggunakan KB sebanyak 36,4% dan

pengguna KB sebanyak 63,6 %. Akseptor KB IUD sebesar 4,7%, (BKKBN

Jurnal, 2017).

Jumlah pasangan umur subur di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017

sebanyak 7.448.689. Pemakaian kontrasepsi berdasarkan jumlah peserta KB

aktif di Provinsi Jawa Barat sebanyak 4.964.783 jiwa. Akseptor KB IUD

sebesar 8,85%. (BKKBN Jurnal, 2017)

Berdasarkan jumlah PUS yang menggunakan kontrasespsi di Kota

Depok pada tahun tahun 2015 peserta KB aktif 239.974, pengguna

kontrasepsi IUD sebanyak 36.705 (15,3%), Tahun 2016 peserta KB aktif

246.450, pengguna kontrasepsi IUD sebanyak 37.790 (15,3%). Tahun 2017

sebanyak 97.419 jiwa. Dengan akseptor KB IUD sebesar 16,01%. (BKKBN

Jurnal, 2017)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kecamatan Tapos

pada tahun 2015 jumlah PUS sebanyak 37.662 jiwa. peserta akseptor KB IUD

sebanyak 14,50%. Tahun 2016 jumlah PUS sebanyak 62. 976 jiwa. Peserta
3

akseptor KB IUD sebanyak 18,88%. Tahun 2017, terdapat jumlah PUS

sebanyak 44.778 jiwa. Peserta akseptor KB dengan penggunaan alat

kontrasepsi KB IUD 14,97%. Fakta yang patut mendapatkan perhatian kita

semua adalah pola kecenderungan pemakaian kontrasepsi di Indonesia. Pada

metode kontrasepsi suntik memperlihatkan lebih banyak digunakan dibanding

alat kontrasepsi dalam rahim (IUD). Peningkatan kualitas dan akses

pelayanan KB merupakan PR (pekerjan rumah) yang harus ditangani

bersama. Kecenderungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi di Indonesia

belum berbasis pertimbangan rasional, efektivitas dan efesiensi. Masih

rendahnya peserta KB IUD di satu pihak meningkatkan pengguna KB Suntik.

Hal tersebuut merupakan salah satu bukti kesetaraan masyarakat yang ber-KB

belum mempertimbangkan ketiga hal tersebut. Akibatnya, jumlah peminat

alat dan obat kontrasepsi dengan masa efektivitas pendek, maka biaya yang

harus dikeluarkan untuk penyediaan alat dan obat kontrasepsi di Indonesia

terbilang tinggi (http://www.bkkbn.go.id).

Dari perbandingan keuntungan dan kerugian KB IUD, sesuai teori

Lawrence Green dan Notoaddmojo bahwa perilaku kesehatan termasuk

didalamnya pemilihan alat ontrasepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor

predisposisi (pendidikan, pekerjaan), faktor pendukung (ketersediaan alat

kesehatan, sumber informasi)), serta faktor pendorong (dukungan keluarga,

suami dan tokoh masyarakat).

Berdasarkan hasil penelitian Dian Febrida Sari dan Farida Aryan (2017)

dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Karakteristik Akseptor


4

Keluarga Berencana Tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

berdasarkan karakteristik umur dari 52 responden ditemukan 65,4% berumur

20-35 tahun, 34,6% berumur >35 tahun dan tidak ada PUS berumur <20

tahun. Umur minimal responden adalah 22 tahun, sedangkan umur maksimal

responden adalah 49 tahun. Dari 52 responden terdapat 38,5% multipara dan

sebanyak 61,5% primipara. Tingkat pendidikan SMA sederajat sebanyak

51,9%, SMP sederajat sebanyak 28,8% dan responden yang tamat SD

sebanyak 19,2% dan tidak ada yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi.

yang tidak bekerja (100%) lebih mendominasi dalam penggunaan metode

keluarga berencana dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jurisman dkk (2016) menunjukkan

bahwa primipara lebih mendominasi dalam penggunaan metode keluarga

berencana dibanding multipara.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah akseptor KB IUD lebih sedikit

dibandingkan dengan alat kontrasepi yang lain seperti suntik KB. Sedangkan

untuk situasi saat ini KB IUD merupakan pilihan yang tepat karena

pemaikaiannya untuk jangka panjang dibandingkan dengan KB Suntik. Oleh

sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Karakteristik Pasangan Umur Subur dengan Penggunaan Metode

Kontrasepsi IUD di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari - Maret

2018”.

B. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan studi pendahuluan maka didapatkan hasil penggunaan KB

di Puskemas Kecamatan Tapos pada tahun 2016 yaitu pengguna KB Non

IUD sebanyak 81,12% dan pengguna KB IUD sebanyak 18,88%. Pada saat

ini KB IUD merupakan pilihan yang tepat karena pemaikaiannya untuk

jangka panjang dibandingkan dengan KB Suntik yang pemakaiannya untuk

jangka pendek. Berdasarkan data tersebut terjadi kesejangan antara pengguna

KB jangka panjang lebih sedikit dibanding prngguna KB jangka pendek.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik pasangan umur subur dengan penggunaan

metode kontrasepsi IUD di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari

- Maret 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB IUD berdasarkan

umur di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari - Maret 2018.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB IUD berdasarkan

paritas di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari - Maret 2018.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB IUD berdasarkan

pendidikan di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari - Maret

2018.
6

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi akseptor KB IUD berdasarkan

pekerjaan di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari - Maret

2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penilitian bagi penulis.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat kelulusan dan

menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman dan penerapan ilmu yang

didapatkan mengetahui adakah “Karakteristik Pasangan Umur Subur

dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi IUD di Puskesmas Kecamatan

Tapos Periode Januari - Maret 2018”.

2. Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan.

Untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan suatu

penelitian dan untuk menambah daftar kepustakaan Akademi Kebidanan

Yaspen Tugu Ibu.

3. Manfaat penelitian bagi puskesmas.

Penelitian ini dapat menjadi masukan atau perbaikan dan mengetahui

“Karakteristik Pasangan Umur Subur dengan Penggunaan Metode

Kontrasepsi IUD di Puskesmas Kecamatan Tapos Periode Januari - Maret

2018”. Fasilitas kesehatan yang terkait dapat memberikan pelayanan KB

yang tepat sasaran. Sehingga dapat meningkatkan cakupan akseptor KB

IUD.
7

4. Manfaat penelitian bagi masyarakat.

Untuk menambahkan pengetahuan masyarakat tentang alat

kontrasepsi KB IUD yang merupakan salah satu pilihan alat kontrasepsi

yang efektif dan nyaman untuk mencegah kehamilan.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari penelitian tentang karakteristik pasangan

umur subur dengan penggunaan metode kontrasepsi IUD periode Januari –

Maret 2018 bertempat di Puskesmas Kecamatan Tapos. Pengambilan data

dilakukan selama 3 hari. Penelitian ini dilakukan untuk semua akseptor KB.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik para akseptor KB,

didapatkan data dengan batasan aspek yang diteliti adalah umur, paritas,

pendidikan dan pekerjaan sehingga peneliti dapat mengetahui apakah lebih

banyak pengguna KB IUD dibanding KB non IUD atau sebaliknya.

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat adalah langkah

mengeksplorasi data dari suatu variable, biasanya dillakukan untuk meingkas

data menjadi ukuran tertentu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

dengan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang

dugnakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian

tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono,

2005). Populasi yang digunakan sebanyak 69 orang dengan total sampel

seluruh total populasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari data
8

buku laporan KB dan rekam medik. Pengolahan data dilakukan secara

koding, editing dan tabulasi data.

Anda mungkin juga menyukai