TINJAUAN TEORI
A. Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana
Menurut WHO Expert Committee, Keluarga Berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun dkk.
Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi, 2008).
Keluarga barencana adalah upaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
(Undang-undang No. 10/ 1992).
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut
(Suratun dkk. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi,
2008).
8
9
4. Dampak Program KB
Program keluarga berencan memberikan dampak, antara lain:
a. Penurunan angka kematian ibu dan anak.
b. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
c. Peningkatan kesejahteraan keluarga.
d. Peningkatan derajat kesehatan.
e. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR.
f. Peningkatan system pengelolaan dan kapasitas SDM.
g. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemandalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancer.
(Winknjosastro, 2010)
5. Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2010). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
10
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi.
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan
(Saarwono, Ilmu Kandungan, 2010).
8. Macam-macam Kontrasepsi
Cara- cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode:
1. Pemakaian menurut jenis kelamin pemakaian:
a) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria).
b) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita).
2. Menurut pelayanannya:
a) Cara medis dan non medis.
b) Cara klinis dan non klinis.
3. Pembagian menurut efek kerjanya:
a) Tidak mempengaruhi fertilitas.
b) Menyebab infertilitas temporer (sementara).
c) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap.
4. Pemakaian menurut cara kerja alat/ cara konsepsi: menurut keadaan
biologis (senggama terputus, metode kalender, suhu badan dan lain-lain.
5. Memakai alat barrier:
a) Alat mekanis: kondom, diafragma dan cup portio.
12
b) Paritas.
c) Frekuensi senggama.
c. Dari faktor – faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan
paritas, diketahi :
1) Makin tua umur, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/ pengeluaran IUD.
2) Makin muda umur terutama pada nuligravid, makin tinggi angka
ekspulsi dan penangkatan/ pengeluaran IUD.
d. Dari uraian diatas, maka use-effectiveness dari IUD tergantung pada
variable administrative, pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi,
pengalaman pemasangan, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor
untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan eakseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)
9) Klient tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri, petugas terlatih
yang harus melepaskan IUD.
10) Mungkin IUD akan keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera sesudah melahirkan).
11) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
untuk mencegah kehamilan normal.
12) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu. Untuk melakukannya ini perempuan harus memasukan
jarinya ke dalam vagina, sebagai perempuan tidak akan mau
melakukan ini.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)
6) Adanya infeksi.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2010)
2. Paritas
Paritas adalah status seorang awnita sehubungan dengann jumlah
anak yang dilahirkan. Menurut Haryanto Rohadi (1992), menyatakan
seorang wanita menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh jumlah anak
yang dimiliki. Jadi, dengan pelayanan KB dapat mengendalikan angka
fertilitas. KB dianjurkan pada wanita yang memiliki anak 1 atau lebih
(Manuaba, Konsep Obstetrik Ginekologi Indonesia, 1998).
Paritas merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan PUS
untuk mengikuti metode keluarga berencana, dengan alasan untuk
mengurangi jumlah anak dalam keluarga pasangan umur subur dapat
memilih metode keluarga berencana sesuai dengan kemampuan, dan
kondisi ibu (BKKBN, 2016). Paritas berkaitan erat dengan program
keluarga berencana karena salah satu misi dari program keluarga
berencana adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal
yakni dua anak dalam satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama
saja. Hal ini menunjukkan program KB yang berjalan cukup baik,
sehingga hal ini sejalan dengan tujuan BKKBN seperti slogan “dua anak
cukup”. (BKKBN, 2016)
Paritas lebih dikenal dengan jumlah anak lahir hidup. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Dian Febrida Sari dan Farida Aryan (2017) bahwa
dari 52 responden terdapat 38,5% multipara dan sebanyak 61,5%
primipara.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jurisman dkk (2016)
menunjukkan bahwa primipara lebih mendominasi dalam penggunaan
metode keluarga berencana dibanding multipara.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pengetahuan sangant erat kaitannya dengan pendidikan tinggi,
22
4. Pekerjaan
Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting memerlukan perhatian
masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk
memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang merekan miliki
jadi berkurang. Pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan ibu. Semakin
ibu menggunakan waktu untuk beraktifitas dilluar, pengetahuan pun juga
akan berkembang. Ibu yang bekerja di sector formal memiliki akses yang
lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk kesehatan (Notoadmojo,
2013).
Thomas berpendapat yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan
adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
menghasilkan uang yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
23
D. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
1. Umur
2. Paritas
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Faktor Pemungkin
1. Failitas Fisik:
kesehatan:
Puskesmas,
Rumah Sakit. Akseptor KB IUD
2. Fasilitas
Umum: media
massa (Koran,
TV, Radio)
Faktor Penguat
1. Dukungan
suami.
2. Dukungan
tenaga
kesehatan.
25