Anda di halaman 1dari 13

KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF

MENINGKATKAN
DAYA SAING

Kelompok 13
Oleh :
Irvan Sahrul Sahrudin 201810160311264
Arie Satria Wijaya 201810160311264
Moh Nurcholish Majid 201810160311480
Yoga harleo Faisal 201810160311257

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Di era globalisasi yang semakin maju, kualitas menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh
suatu perusahaan dalam pembuatan produknya, karena semakin bagusnya kualitas produk maka
akan membuat konsumen semakin tertarik untuk membeli produk tersebut. Dalam hal ini untuk
memenuhi keinginan konsumen sudah pasti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan bersaing
untuk meningkatkan kualitas produknya.

Dalam memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan harus benar-benar menjaga dan


memperhatikan kualitas dari produk mereka, itu karena konsumen dapat memiliki ikatan yang kuat
dengan perusahaan apabila kebutuhan dan keinginan yang mereka harapkan dapat dipenuhi oleh
perusahaan.

Selain itu, sistem pengendalian mutu yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan
kualitas yang akan berpengaruh terhadap daya saing dari produk yang dihasilkan itu sendiri.
Pengendalian terhadap mutu/kualitas didefinisikan sebagai suatu sistem pengendali yang efektif
dalam mengkoordinasikan setiap usaha untuk menjaga dan meningkatkan kualitas suatu produk,
serta melakukan perbaikan mutu dalam kegiatan produksi agar menghasilkan produk yang dapat
memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan dari para konsumen. Selain itu, alasan
mengapa pengendalian mutu sangat dibutuhkan agar produk yang dihasilkan memiliki spesifikasi
sesuai dengan ketentuan sebelumnya dan meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan yang
berdampak pada berkurangnya jumlah produk yang cacat, menghemat dalam pemakaian bahan
baku serta sumber daya yang lainnya.

Apabila kualitas produk yang dihasilkan superior serta pangsa pasar yang dimiliki besar/luas
maka profitabilitasnya dapat terjamin. Dengan demikian kualitas memiliki hubungan yang erat
dengan profitabilitas. Perusahaan yang mampu memberikan kualitas produk yang superior tentu
dapat mengalahkan para pesaingnya.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari kualitas?

1.2.2 Bagaimana kualitas, profitabilitas, dan daya saing?

1.2.3 Apa saja komponen penunjang daya saing?

1.2.4 Bagaiaman budaya kualitas sebagai penunjang daya saing?

1.2.5 Bagaimana ISO-9000 dan daya saing?


1.2.6 Apa saja konsep value chain dan kemitraan?

1.3. Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari kualitas.

1.3.2 Untuk mengetahui kualitas, profitabilitas, dan daya saing.

1.3.3 Untuk mengetahui komponen penunjang daya saing.

1.3.4 Untuk mengetahui budaya kualitas sebagai penunjang daya saing.

1.3.5 Untuk mengetahui ISO-9000 dan daya saing.

1.3.6 Untuk mengetahui konsep value chain dan kemitraan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi Kualitas

. Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan konsumen dan disertai
upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets
Agreed Terms and Changes).

2.2.Kualitas, Profitabilitas dan Daya Saing

Di era perdagangan bebas seperti saat ini, intensitas persaingan semakin naik dan jumlah
pesaing semakin banyak. Untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen agar konsumen merasa lebih puas dengan cara-cara yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut daripada yang dilakukan oleh para pesaing. Profitabilitas itu sendiri adalah
kemampuan untuk mendatangkan keuntungan (memperoleh laba).  Dewasa ini perhatian suatu
perusahaan tidak terfokus pada produk dan jasa yang dihasilkan saja, melainkan juga
memperhatikan pada aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan.

Menurut Porter (1985), pada dasarnya setiap perusahaan menghadapi lima kekuatan atau
faktor persaingan seperti pada bagan berikut:

Gambar 2.1. Lima Kekuatan Persaingan

Dari bagan tersebut terlihat bahwa faktor persaingan yang dihadapi perusahaan yakni
meliputi pesaing dalam industri yang sama, bargaining power pemasok, bargaining power pembeli,
ancaman pendatang baru dan ancaman dari produk substitusi.

Dengan semakin kompleksnya persaingan industri antar perusahaan maka kualitas yang ingin
dipenuhi harus dilihat dari sudut pandang konsumen/pelanggan. Demikian pula penerapan TQM
dalam perusahaan harus menitikberatkan pada sudut pandang untuk mencapai kepuasan
konsumen. Sesuai perspektif TQM terhadap kepuasan pelanggan bahwa pelanggan merupakan
penilai terakhir dari kualitas sehingga prioritas utama dalam jaminan kualitas adalah memiliki piranti
yang handal dan sahih mengenai penilaian konsumen terhadap perusahaan, maka dibutuhkan
kerangka manajeman kualitas yang didasarkan pada dua alasan pokok sebagai berikut:

1.      Orientasi Pemasaran

Meliputi usaha perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan
pelanggan, meningkatkan pangsa pasar, efisiensi dan produktivitas.

2.      Orientasi Internal Perusahaan

Meliputi usaha perusahaan untuk mengurangi losses (kehilangan), spills (kejatuhan), waste
(pemborosan) dan scrap (menyisakan). Serta upaya untuk memaksimalkan usaha karyawan,
penghematan eneri sumber daya manusia, dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah.

Kualitas bukan kombinasi dari faktor kebetulan. Kualitas harus didefinisikan, dirancang,
direncanakan, dan dilaksanakan secara tepat.

Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau jasanya akan mendapat
banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan,
profitabilitas dan pangsa pasar. Dengan memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas.
Apabila pelanggan merasa puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan terhadap
perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar melalui
pemenuhan kualitas yang bersifat customer driven sehingga memberikan keunggulan harga dan
customer value. Apabila kualitas yang dihasilkan superior maka profitabilitas terjamin.selain itu
kualitas juga dapat mengurangi biaya sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif berupa
peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Secara sederhana, manfaat dari kualitas
yang superior yakni sebagai berikut:

a.       Loyalitas pelanggan yang lebih besar

b.      Pangsa pasar yang lebih besar

c.       Harga saham yang lebih tinggi

d.      Produktivitas yang lebih besar

2.3    Komponen Penunjang Daya Saing

Adapun komponen dasar penunjang daya saing yaitu:

1.      Kebijakan Industri

Kebijakan industri merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta yang
bertujuan untuk menyediakan insentif yang dapat mendorong bisnis untuk berperilaku yang
mengarah pada peningkatan daya saing. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam kebijakan
industri antara lain:

-          Investasi dalam penelitian dan pengembangan

-          Perluasan sektor industri

-          Investasi dalam infrastruktur teknologi tinggi

-          Alih teknologi

-          Ekspor industri

-          Reformasi dan investasi pendidikan

2.      Teknologi

Teknologi adalah perwujudan secara fisik dari ilmu pengetahuan. Teknologi dirancang untuk
memperluas kemampuan manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing organisasi.

3.      Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling bernilai bagi peningkatan daya saing. Hal
ini terlihat dari pengalaman Jerman dan Jepang ketika bangkit dari kehancuran pasca Perang Dunia
II. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari kesuksesan Jerman dan Jepang, diantaranya adalah
strategi yang mereka terapkan dalam mengelola sumber daya manusia sehingga dapat
meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi tersebut antara lain terdiri dari :

a.       Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah.

b.      Pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi

c.       Keterlibatan dan empowerment karyawan

d.      Kepemimpinan pada setiap level

e.       Kerjasama Tim.

2.4    Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing

Menurut Bounds budaya mengandung berbagai aspek pokok seperti:

a.       Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya seperti nilai-nilai, keyakinan dan
pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok.

b.      Budaya berisi kebiasaan atau tradisi

c.       Budaya mengarahkan perilaku: kebiasaan atau tradisi merupakan perekat yang mempersatukan
suatu organisasi dan menjamin bahwa para anggotanya berperilaku sesuai dengan norma
d.      Budaya masing-masing organisasi bersifat unik.

Menurut Goetsch dan Davis, budaya kualitas sendiri adalah sistem nilai organisasi yang
menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus
menerus.

Adapun karakteristik umum organisasi yang memiliki budaya kualitas adalah sebagai berikut:

a.       Perilaku sesuai dengan slogan

b.      Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan digunakan untuk meningkatkan kualitas secara
terus-menerus

c.       Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan

d.      Pekerjaan dilakukan dalam suatu tim

e.       Pendidikan dan pelatihan diadakan agar para karyawan pada semua level memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas secara terus-menerus

f.       Sistem penghargaan dan promosi didasarkan pada kontribusi terhadap perbaikan kualitas secara
terus-menerus

2.4.1        Penolakan Terhadap Perubahan Budaya

Di dalam organisasi biasanya terdapat pendukung perubahan dan penentangnya. Pendukung


perubahan berfokus pada manfaat yang diharapkan terjadi dari adanya perubahan. Sementara
penentangnya berfokus pada ancaman yang dirasakan atas status, keyakinan, kebiasaan, dan
keamanan mereka. Perbedaan persepsi antara kedua kelompok ini ditunjukkan seperti pada tabel
berikut:

Tabel 2.4.1 Perbedaan Persepsi Terhadap Usulan Perubahan

Usulan Perubahan Persepsi Pendukung Persepsi Penentang


Perubahan Perubahan

Mengadakan program Peningkatan Pemborosan


pendidikan dan pelatihan pengetahuan dan
karyawan ketrampilan tenaga kerja

Untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan, perlu diterapkan langkah-langkah yang dapat
mempermudah perubahan sebagai berikut:

1.      Mengadopsi paradigma baru yang mendukung perubahan


Paradigma tradisional para pendukung perubahan adalah sebagai berikut:

-          Pendukung perubahan terlalu berfokus hanya pada hasil dan manfaat yang diharapkan

-          Pendukung perubahan seringkali tidak sabar terhadap perhatian atau keprihatinan para penentang.

2.      Memahami persoalan para penentang potensial

Beberapa alasan yang mendasari penolakan terhadap perubahan antara lain:

a.       Iklim ketidakpercayaan/kecurigaan

b.      Takut gagal

c.       Pekerjaan yang lebih banyak

d.      Tekanan rekan kerja

3.      Melaksanakan strategi mengembangkan perubahan

Menurut Juran, strategi untuk mengembangkan perubahan antara lain:

a.       Libatkanlah para penolak potensial

b.      Ciptakan lingkungan yang positif

c.       Berikan tanggapan dengan cepat dan secara positif

d.      Bekerjalah dengan pemimpin-pemimpin yang diakui

e.       Hargai dan hormati setiap orang

f.       Bersikaplah konstruktif

2.4.2        Pembentukan Budaya Kualitas

Guna mengubah budaya organisasi dari yang tradisional menjadi budaya kualitas diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dibutuhkan

Untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang dibutuhkan, harus dilakukan penilaian apakah


organisasi yang bersangkutan sudah memiliki budaya kualitas sebagai berikut:

-          Komunikasi yang terbuka dan terus-menerus

-          Kemitraan internal yang saling mendukung

-          Pendekatan kerja sama tim dalam proses dan dalam mengatasi masalah

-          Menginginkan masukan dan feedback dari pelanggan.


b.      Menuliskan perubahan-perubahan yang direncanakan

c.       Mengembangkan suatu rencana untuk melakukan perubahan

d.      Menerapkan strategi courtship  (kemesraan)

e.       Memberikan dukungan.

2.5    ISO-9000 dan Daya Saing

ISO-9000 yakni sekumpulan standar sistem kualitas universal, memberikan kerangka yang sama bagi
jaminan kualitas yang dapat dipergunakan di seluruh dunia. Adapun tujuan utama dari ISO-9000 ini
yakni:

1.      Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga
secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para pembeli

2.      Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri bahwa kualitas yang
dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan

3.      Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas yang dimaksudkan itu
telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.

Manfaat yang didapatkan perusahaan apabila mendapatkan sertifikasi ISO 9000 adalah diperolehnya
jaringan yang lebih besar untuk memasuki pasar luar negeri dan memiliki kesesuaian dengan
pemasok dari luar negeri.

2.6    Konsep Value Chain dan Kemitraan

Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses pengadaan, penyimpanan,
penggunaan, transformasi, dan disposisi sumber daya, mulai dari value chain pemasok sampai value
chain pembeli.

Dari sudut pandang strategik, konsep value chain menekankan empat aspek utama untuk
meningkatkan laba perusahaan, yaitu:

1.      Keterkaitan dengan pemasok

2.      Keterkaitan dengan pelanggan

3.      Keterkaitan proses dalam value chain suatu unit bisnis

4.      Keterkaitan antar value chain unit bisnis yang ada dalam perusahaan
Makna yang terkandung dalam kemitraan adalah membina hubungan kerja sama untuk mencapai
suatu tujuan, dimana semua pihak yang terlibat akan memperoleh manfaat atau keuntungan.
Hubungan kemitraan akan memberikan hasil maksimum apabila semua pihak dalam rangkaian
kemitraan tersebut bekerjasama.

1.      Kemitraan Internal

Kemitraan internal merupakan usaha penciptaan suatu lingkungan yang didalamnya terdapat
mekanisme terstruktur yang merangsang dan membentuk aliansi yang saling mendukung antara
manajer dan karyawan, tim, dan karyawan individual yang memaksimumkan potensi sumber daya
manusia yang dimiliki suatu perusahaan.

Pembentukan kemitraan internal dilakukan pada tiga tingkatan yakni:

a.       Kemitraan antara manajemen dengan karyawan

b.      Kemitraan antar tim

c.       Kemitraan antar karyawan

Tujuan dari kemitraan internal adalah untuk memanfaatkan kemampuan penuh dari sumber daya
perusahaan dan memfokuskannya pada perbaikan kualitas secara terus menerus.

2.      Kemitraan dengan Pemasok

Tujuan kemitraan dengan pemasok yakni untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang loyal,
saling percaya, dan dapat diandalkan sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak, dan
meningkatkan penyempurnaan kualitas, produktivitas, dan daya saing secara berkesinambungan.

Syarat dalam menjalin kemitraan dengan pemasok antara lain:

a.       Personil pemasok harus berinteraksi dengan orang yang benar-benar menggunakan produknya

b.      The price-only approach dalam negosiasi antara pembeli dan pemasok harus dihilangkan

c.       Kualitas produk dan proses yang dilakukan pemasok harus terjamin

d.      Pemasok harus benar-benar memahami dan dapat mempraktikkan just in time

e.       Kedua belah pihak harus mampu saling bertukar informasi

3.      Kemitraan dengan Pelanggan

Kemitraan dengan pelanggan perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan daya
saing perusahaan. Cara terbaik untuk menjamin kepuasan pelanggan adalah melibatkan mereka
sebagai mitra dalam proses pengembangan produk.
4.      Kemitraan dengan Pesaing Potensial

Tujuan dari kemitraan dengan pesaing potensial adalah untuk meningkatkan daya saing. Biasanya
dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah.

BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
. Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan konsumen dan disertai
upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets
Agreed Terms and Changes).

Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau jasanya akan
mendapat banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas berkaitan erat dengan kepuasan
pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar. Dengan memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan
merasa puas. Apabila pelanggan merasa puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan
terhadap perusahaan tersebut. Dengan terus mempertahankan kualitasnya, perusahaan dapat
mengungguli pesaingnya. selain itu kualitas juga dapat mengurangi biaya sehingga akan memberikan
keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

3.2    Saran

Persahaan yang baik akan selalu membuat produk yang berguna atau dibutuhkan oleh
konsumen, persaingan untuk memuaskan konsumen harus dilakukan dengan positif tanpa harus
merugikan konsumen. Dan produk yang dihasilkan tidak boleh membahayakan konsumen maupun
karyawan yang bekerja didalamnya. Demikianlah makalah ini kami buat jika ada kesalahan dalam
tata bahasa dan penulisannya kami mohon maaf, untuk itu kami mohon kritik dan saran yangn
membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Gasperz, Vincent. 2003. Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Penerbit Andi
Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Android Play Store

Suwendra, Wayan. 2014. Manajemen Kualitas Total (MKT). Singaraja: Graha Ilmu

Prihantoro, Dr. C. Rudy. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Aplikasi Kamusku, Andoid Play Store

Anda mungkin juga menyukai