Anda di halaman 1dari 3

Tugas Personal 1

(Minggu 2 / Sesi 3)

Istilah “Mengenal Allah Melalui Sesama” bermakna sama dengan istilah atau ungkapan lain ,
yakni “Sesama sebagai Penampakan Allah”. Istilah-istilah atau ungkapan seperti ini tentu saja
bukanlah dalam arti hurufiah, bahwa Allah bisa kita lihat secara kasat mata dalam diri sesama.
Ini adalah ungkapan atau istilah rohani-spiritual, di mana Allah, dengan kebaikan-Nya (kasih
sayang, perhatian, bantuan-Nya, dsb) yang kita butuhkan dalam hidup ini, mulai dari kita kecil
sampai kita meninggalkan dunia ini, dapat kita alami dan rasakan secara nyata dalam banyak hal,
dalam dan melalui sesama kita, secara langsung atau tidak langsung, mulai dari orang-orang
paling dekat dengan kita (keluarga) sampai mereka, yang tidak kita kenal sekalipun, namun
dalam salah satu cara/bentuk atau lebih memiliki kontribusi positif dalam kehidupan kita, yang
membuat kita bisa exist seperti ini dalam kehidupan.

Kalau dikatakan kita “mengenal Allah melalui sesama” atau “sesama sebagai penampakan
Allah/wajah Allah” kepada kita, itu juga sekaligus berarti bahwa sesama “mengenal Allah
melalui kita” atau “kita sebagai penampakan wajah Allah” kepada sesama. Silahkan teruskan
refleksimu mendalami kedua hal ini, yakni ”sesama sebagai penampakan Allah” kepada kita dan
sebaliknya ”kita sebagai penampakan Allah” kepada sesama, dengan diinspirasi sedikit oleh
pemaparan di atas (menyangkut makna mendalam rohani-spiritual dari istilah-istilah itu
termasuk konsekuensi kongkritnya hal itu dalam menghayati hubungan dengan sesama, yakni
dalam mambangun pandangan, sikap dan perilaku terhadap sesama, serta juga dalam menata
kehadiran pada sesama, terutama mereka yang sangat membutuhkan kebaikan Allah itu secara
nyata).

Tulislah jawabanmu dalam 2 halaman (A4/Spasi 1,5/Times New Roman/Font 12).

CHAR6021 – Character Building: Agama


Kita sebagai manusia terlahir dengan banyak perbedaan, mulai dari bentuk fisik, keahlian, cita-
cita, hobi, agama, perspektif, dan lain sebagainya yang membuat banyak konflik di dunia ini.
Akan tetapi, sebagai sesama manusia, kita juga memiliki kesamaan seperti pada kenyataan
humanis bahwa kita merupakan satu spesies yang memulai kehidupan dari kelahiran dan diakhiri
dengan kematian.

Seluruh manusia yang memiliki keyakinan terhadap Tuhan meyakini suatu kebenaran bahwa
setiap manusia merupakan makhluk luhur dan mulia yang diciptakan oleh Tuhan itu sendiri.
Asumsi ini memiliki konsekuensi atau akibat logisnya yakni semua manusia sama-sama ciptaan
Tuhan yang telah diberikan akal dan perasaan untuk berbuat baik, berlaku sopan, bertindak tulus
dan penuh cinta untuk mengasihi sesama yang lain sebagaimana kita dikasihi oleh Allah.
Dengan begitu, kita dapat mengenal Allah melalui sesama.

Manusia adalah mahluk yang selalu terhubung dengan masyarakat, lingkungan, dirinya sendiri,
dan Tuhan. Diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia
yang sempurna dan berahklah yang baik, dimensi-dimensi tersebut itu ialah:

 Dimensi Individual
Dimensi individual adalah keperibadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang
tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan
bahwa setiap orang memiliki individualitas,maksudnya dua anak kembar yang berasal
dari satu telur yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu
dan yang lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi identik. hal ini berlaku pada sifat-
sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
 Dimensi Kesosialan
Dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul,dengan adanya dorongan untuk bergaul,setiap orang ingin bertemu sesamanya.
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.
 Dimensi Kesusilaan
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu
manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang
tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan
manusia untuk berbuat dan bertindak secara susila.

CHAR6021 – Character Building: Agama


 Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang,agama menjadi sandaran vertikal manusia. dan Manusia adalah mahluk
religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya yang didapatkan melalui
bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya.

Kita sebagai penampakan Allah dapat dimaknai dengan rasa cinta yang tulus terhadap sesama
yang dapat kita wujudkan dalam tindakan nyata sehari hari untuk menolong dan membantu satu
sama lain. Setiap Agama percaya bahwa tuhan memberkati seluruh umat nya, dan terus
mengasihi mereka dimanapun mereka berada.

Setiap agama percaya bahwa Tuhan telah mengungkapkan perintah agar manusia saling
mencintai dan tolong-menolong satu sama lain. Dari pandangan umat Kristiani, Alkitab
berintikan perintah untuk mengasihi sesama merupakan ekspresi cinta kepada Tuhan, atau cinta
kepada Tuhan dapat diekspresikan dalam cinta kasih terhadap sesama. Pandangan Budhisme
percaya bahwa cinta kasih merupakan hukum utama dalam relasi antar manusia. Apabila
manusia peduli pada sesamanya hidup akan semakin indah, bermakna, penuh cinta dan damai.
Peduli pada sesama adalah suatu panggilan untuk mencintai sesama manusia.

Agama Islam juga memiliki pandangan yang serupa dengan pandangan Kristiani dan Budhisme
yang dikenal dengan istilah hablun min annas. Cinta terhadap sesama manusia tidak dapat
dilepas-pisahkan dari rasa cinta terhadap Penciptanya. Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap
Allah SWT, juga berarti cinta terhadap sesama insan manusia yang juga sebagai ciptaanNya.
Sedangkan pandangan Hinduisme meyakini bahwa saling mencintai dan mengasihi siapa saja
tanpa membedakan perbedaan fisik akan memberikan keseimbangan cinta kasih. Lalu pada
pandangan Konghucu, ren (cinta) tidak membeda bedakan manusia dari latar belakang atau
ikatan kelompok. Selalu didasari pada sikap ketulusan, berbakti, memberi, bukan meminta atau
menuntut balasan apapun.

Dari pandangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa mengenal Allah dalam sesama dapat
direfleksikan dengan menyebarkan cinta dan kasih, tolong menolong, saling memberi, saling
menjaga, dan saling menghormati terhadap perbedaan yang sudah pasti dimiliki oleh setiap insan
manusia.

CHAR6021 – Character Building: Agama

Anda mungkin juga menyukai