A. Evaluasi Kualitatif Berbasis Karakter Karakter merupakan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai-nilai yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak. Noddings, N. (2002: 3) menyatakan bahwa “Character is defined as the possession and active manifestation of those character traits called virtue”. Berbeda dengan definisi dari Hasan, S. H., et al (2010: 3) bahwa “karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Definisi dari karakter di atas dapat dipahami bahwa karakter merupakan manifestasi dari sifat-sifat yang disebut kebajikan. Tujuan evaluasi pendidikan adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat. Tujuan evaluasi bukan anak didik saja, tetapi bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana pendidik bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara filosofis fungsi evaluasi selain menilai dan mengukur juga memotivasi serta memacu peserta didik agar lebih bersungguh-sungguh dan sukses dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan. Secara praktis fungsi evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan. 2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya, 3. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing, 4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik di antara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang, 5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya, 6. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, 7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri. Model evaluasi kualitatif selalu menempatkan prosespelaksanaan kurikulum sebagai focus utama evaluasi. Oleh karena itulahdimensi kegiatan dan proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkandimensi lain. Hasil evaluasi kualitatif berupa peringkat, mis.sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Said Hamid Hasan (1988 : 83 – 136) mengelompokan model evaluasi kualitatif yaitu model Studi Kasus, model Iluminatif, dan model responsive, antara lain : 1. Model Studi Kasus Model ini terfokus pada kegiatan kurikulum di sekolah, kelas, atau hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru, tidak mempersoalkan pada pemililihan sampel, hasil evaluasi ini hanya berlaku pada tempat evaluai ini dilakukan, data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. 2. Model Illuminatif (Malcom Parlet dan Hamilton. Model ini menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka. Tujuannya untuk menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar siswa. 3. Model Responsif Model ini menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya observasi langsung maupun tak langsung dan interpretasi data. Menurut Sukardi (2006:110) pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Penelitian kualitatif didasarkan atas dasar induktif, yang mengedepankan pengembangan yang berawal dari yang spesifik. b. Setting dan orang diteliti secara menyeluruh ”holistic”. c. Humanistik, mengakui pribadi mereka, pengakuan dan pengalaman yang mereka alami. d. Mengutamakan validitas penelitian. e. Realistis, yang dialami sebagai pengalaman dari responden, bagaimana mereka melihat sesuatu dari perpestif mereka. B. Contoh evaluasi kualitatif berbasis karakter Instrumen evaluasi kualitatif yang bersifat afektif berbentuk kuesioner. Ada sepuluh langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu sebagai berikut. 1. Menentukan spesifikasi instrumen 2. Menulis instrumen 3. Menentukan skala instrumen 4. Menentukan sistem penskoran 5. Mentelaah instrumen 6. Melakukan ujicoba 7. Menganalisis instrumen 8. Merakit instrumen 9. Melaksanakan pengukuran 10. Menafsirkan hasil pengukuran Cukup banyak ranah afektif yang penting untuk dinilai. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kemampuan guru untuk melakukan penilaian. Untuk itu, pada tahap awal dicari komponen afektif yang bisa dinilai untuk guru. Namun, pada tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif lain untuk dinilai.Jenis instrumen yang dikembangkan dibatasi sesuai dengan ranah afektif yang penting di kelas agar guru dan para pengelola pendidikan dapat mengembangkannya. Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik. Pengembangan instrumen afektif dilakukan melalui langkah berikut ini. 1. Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur. 2. Menentukan definisi operasional 3. Menentukan indikator 4. Menulis instrumen. Daftar Pustaka
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.( Jakarta: Bumi Aksara, 2012 S. Hamid Hasa, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 Muhanzir. 2016. Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Gebang 1 kecamatan Bonang kabupaten Demak [Tesis]. Salatiga (ID) : Universitas Kristen Satya Wacana. Sriyanto. 2013. Naskah Publikasi Ilmiah Pengelolaan Pendidikan Karakter pada Kegiatan Pengembangan diri di SD Muhammadiyah 1 Wonogiri. Sukoharjo (ID) : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yaumi, M. 2016. Pendidikan karakter: landasan, pilar & implementasi. Jakarta : Prenada Media. Mardapi, D. 2010. Penilaian Pendidikan Karakter. Makalah Bahan Tulisan Penilaian Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.