Anda di halaman 1dari 3

BAB III

DISKUSI

Berdasarkan alloanamnesis pada anggota keluarga didapatkan bahwa

keluhan utama pasien adalah lemas sejak ±3 hari yang lalu. Lemas dialami terus-

menerus dan tampak semakin lama menjadi semakin berat. Keluhan ini didahului

keluhan nyeri pada uluhati yang tidak menjalar, intensitasnya menetap, dirasakan

terus-menerus, semakin memberat terutama ketika sehabis makan, dan dirasakan

seperti sensasi tertusuk-tusuk sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan

batuk kering sejak 2 bulan lalu dan penurunan berat badan (tanpa pengukuran

berat badan) yang tampak dari fisik pasien. Sebelumnya pasien sering mengalami

demam dengan suhu tidak terlalu tinggi yang membaik tanpa konsumsi obat

penurun panas . riwayat penyakit dahulu yakni mag yang dialami sejak lama

(membaik dengan konsumsi obat mag). Beberapa gejala klinis yang dilaporkan

keluarga sesuai dengan manifestasi klinis TB yakni diantaranya batuk kronik,

demam dengan suhu tidak terlalu tinggi, dan penurunan berat badan. Namun

pada kenyataannya alloanamnesis terarah yang telah dilakukan masih sulit untuk

dapat mendiagnosa penyebab pasti keluhan utama pasien saat ini oleh sebab

kurangnya informasi yang diperoleh dan kemungkinan recall bias pada anggota

keluarga.

Pada pemeriksaan fisik didapati bahwa pasien tampak kurus dengan

kesadaran delirium (E3M3V2). Tanda vital pasien sebagai berikut Tekanan


Darah 50/Palpasi mmHg, Nadi 112x/menit (regular dan lemah), Pernapasan

24x/menit (spO2 99% tanpa penggunaan oksigen bantu), dan Suhu 36° Celcius.

Kelainan dijumpai pada Conjungtiva anemis (+/+), bunyi pernapasan tambahan

ronki (+/+), nyeri tekan (+) abdomen regio epigastrium, akral hangat (+/+), dan

pitting edema pada ektremitas inferior (+/+). Temuan pada pemeriksaan fisik

menunjukan bahwa oleh sebab tertentu saat ini pasien berada dalam keadaan

tidak stabil. Temuan klinis yang mengarahkan ke arah infeksi TB paru adalah

adanya bunyi napas tambahan ronki pada apeks paru. Dilihat dari kondisi pasien

dan temuan fisik yang bermakna, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa

kondisi penurunan kesadaran pasien disebabkan oleh karena syok ataupun

ketidak seimbangan metabolik pada tubuh pasien.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukam menemukan bahwa pada

pemeriksaan laboratorium Eritrosit 3 x 106/mm3 (↓), Hb 7,0 g/dL (↓), Hematokrit

23,8% (↓), MCV 79.3 µm3 (↓), MCH 23.3 pg (↓), MCHC 29.4 g/dl (↓),

Trombosit 59 x 103/mm3 (↓), Leukosit 13.9 x 103/mm3 (↑), GDS 10 mg/dl (↓) ,

SGPT : 80 u/l (↑), dan SGOT : 97 u/l (↑). Berdasarkan studi kepustakaan, jenis

anemia yang diderita pasien adalah anemia mikrositik hipokrom yang dapat

disebabkan oleh karena defisiensi besi, thalasemia, atau penyakit kronik. Untuk

dapat menentukan secara pasti penyebab anemianya, perlu untuk melakukan

pemeriksaan laboratorium lanjutan. Namun, berdasarkan hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan didukung dengan hasil foto polos thorax yang
menemukan bahwa terdapat lesi TB paru lama aktif luas dan efusi pleura sinistra,

maka kemungkinan anemia oleh karena penyakit kronik (infeksi mycobacterium

tuberculosis) adalah hal yang sangat memungkinkan terjadi.

Berdasarkan keseluruhan pemeriksaan diatas, maka kemungkinan besar

faktor utama yang membuat pasien mengalami penurunan kesadaran adalah oleh

karena gangguan metabolik (hipoglikemik). Sehingga penatalaksaan utama yang

dilakukan adalah memperbaiki kadar gula darah pasien. Pada pasien ini, terapi

awal yang diberikan di UGD adalah IVFD D5% 30 tpm + D40% 2 fls (cek/15

menit), Tranfusi whole blood 2 kolf, Dexametasone 1 amp/IV (ekstra, pre-

tranfusi) → Dexametasone 1 amp/IV/8 jam, Ceftriaxone 1 gr vial/ IV/ 12 jam,

Omeprazole vial/ IV/ 12 jam, Neurobion 1 amp/IV drip/ 24 jam, Antacid tab 3x1,

dan Asam Traneksamat 1 amp/ IV/ 8 jam.

Anda mungkin juga menyukai