1876 2594 1 PB
1876 2594 1 PB
Ricky Ramadhian & Novita Carolia| Vitamin D sebagai Suplemen dalam Terapi Tuberkulosis Paru
Abstrak
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tahun 1992,
World Health Organization (WHO) telah menyatakan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Dalam laporan WHO tahun
2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB, 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 di antaranya meninggal
dunia. Jumlah kasus TB paru terbanyak di wilayah Afrika 37%, wilayah Asia Tenggara 28%, dan wilayah Mediterania Timur
17%. Di Indonesia, prevalensi TB paru dikelompokkan berdasarkan tiga wilayah, yaitu wilayah Sumatera 33%, wilayah Jawa
dan Bali 23%, serta wilayah Indonesia Bagian Timur 44%. Permasalahan tersebut membuat para ahli mencari berbagai
upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit TB paru, terlebih karena diiringi meningkatnya
prevalensi TB Multiple Drugs Resistance (TB-MDR). Vitamin D yang dikenal bermanfaat untuk tulang ternyata memiliki
fungsi sebagai imunomodulator, yaitu terlibat dalam aktivasi makrofag untuk melawan bakteri termasuk bakteri TB.
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan defisiensi vitamin D dengan peningkatan risiko terkena TB. Metabolit aktif
vitamin D yaitu 1,25-dihidroksivitamin D dapat membantu makrofag menghambat pertumbuhan dari Mycobacterium
tuberculosis melalui peningkatan cathelicidin, suatu peptida yang berfungsi sebagai antibiotik endogen. Penelitian
sebelumnya menunjukkan suplementasi vitamin D berpengaruh signifikan pada pasien yang menerima terapi Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) standar. Pengobatan suportif vitamin D yang menyertai terapi OAT selain dapat meningkatkan
perbaikan klinis juga menjadi alternatif yang terjangkau untuk profilaksis di lingkungan yang berkontak dengan penderita
secara langsung.
Korespondensi: Septilia Sugiarti, alamat Jl. Budi Utomo 2 no 11 Ganjar Asri Metro Barat, HP 081272017000, e-mail
septi109.sl@gmail.com
menginduksi reaktivasi nitrogen dan oksigen, mortalitas; tetapi dosis yang insufisien dapat
menghambat aktivitas dari enzim matrix menjadi salah satu penyebab.15
metalloproteinase yang berperan dalam proses Beberapa laporan kasus menunjukkan
pembentukan kavitas dan menginduksi bahwa dosis 625 ug hingga 2,5 mg vitamin
autofagi.5-10 D/hari memperbaiki respon pasien terhadap
Efek vitamin D terhadap sistem imun pengobatan, tetapi uji klinis randomized-
diawali oleh stimulasi dari bakteri TB melalui controlled penggunaan vitamin D sampai dosis
reseptornya yaitu toll like receptor 2/1 (TLR2/1), 125 ug/hari pada pasien TB aktif tidak
sinyal tersebut akan mengaktifkan ekspresi menghasilkan manfaat klinis. Sedangkan uji
reseptor vitamin D (RVD) dan enzim 1-Ohase. klinis lain menggunakan dosis 250 ug vitamin
Enzim ini akan mensintesis 25-hidroksivitamin D D/hari menghasilkan waktu konversi sputum
(25[OH]2D) menjadi (1,25[OH]2D). Kemudian yang lebih cepat. Sebaliknya pada pembawa alel
(1,25[OH]2D) masuk ke dalam inti sel yang akan f dari polimorfisme gen reseptor vitamin D fokl
meningkatkan cathelicidin, suatu peptida yang dikaitkan dengan penurunan aktivitas
berfungsi sebagai antibiotik endogen.10,11 transkripsional, penurunan fagositosis yang
Kejadian defisiensi vitamin D diperkirakan diinduksi calcitriol, dan waktu konversi sputum
mencapai 30%-50%, baik pada anak maupun yang lebih lambat di antara pasien TB.13
dewasa, di berbagai belahan dunia. Penyebab Hassanein et al mengevaluasi peran
utama defisiensi vitamin D adalah kurangnya vitamin D sebagai suplemen terapi OAT lini
paparan sinar ultraviolet B (UVB) yang pertama (rifampisin, isoniazid, etambutol, dan
menginduksi sintesis vitamin D di kulit serta pirazinamid) pada pasien dengan TB paru aktif
kurangnya asupan nutrisi yang mengandung melalui studi case control di El Maamora chest
vitamin D.12 hospital, Alexandria, Yunani. 60 pasien dengan
Penelitian yang dilakukan pada orang- TB paru aktif dibagi menjadi dua kelompok
orang India Gujarat yang hidup di London, masing-masing 30 pasien. Kelompok I diberikan
Inggris, ditemukan prevalensi yang tinggi vitamin D (200.000 IU) yang menyertai terapi
defisiensi vitamin D3 dan konsentrasi yang OAT, sementara kelompok II (kontrol) menerima
terendah terjadi pada orang-orang dengan TB terapi OAT saja. Hasil penelitian membuktikan
aktif. Odds ratio dari TB aktif meningkat dengan bahwa vitamin D meningkatkan keadaan klinis
menurunnya konsentrasi vitamin D3 (OR 2,9; yang diukur berdasarkan waktu konversi sputum
95% CI1,3-6,5 pada kelompok kadar vitamin dan skor TB (batuk, hemoptisis, dispnea, nyeri
D3<10 nmol/L vs. OR 9,9; 95% CI1,3-76,2 pada dada, keringat malam hari, anemia, takikardia,
kelompok kadar vitamin D3 yang tidak terdeteksi bunyi auskultasi abnormal, demam, BMI (Body
p<0.01). Kesimpulannya adalah asupan rendah Mass Index) rendah, lingkar lengan atas yang
vitamin D serta ditambah dengan kurangnya kecil) yang diukur dengan rentang nilai 0 sampai
paparan terhadap sinar matahari yang 13. Perubahan skor TB menunjukkan perubahan
berkontribusi terhadap kerentanan terjadinya klinis yang berkolerasi dengan mortalitas, pada
TB aktif pada populasi ini.13 skor TB tinggi menunjukkan korelasi dengan
Sampai saat ini peran vitamin D dalam mortalitas dan skor TB rendah menunjukkan
pengobatan tuberkulosis masih menjadi perbaikan terapi.6
perdebatan di kalangan para ahli. Liu dkk Suplementasi vitamin D pada terapi OAT
membuktikan bahwa vitamin D mampu telah terbukti menunjukkan perbaikan klinis
memfagosit M. tuberkulosis melalui sensitisasi yang signifikan. Penelitian di Jakarta
TLR2/1 yang akan meningkatkan ekspresi RVD menyatakan kelompok dengan suplementasi
dan CYP27B1 yang merupakan gen pembentuk vitamin D memiliki waktu konversi sputum lebih
enzim 1-alpha-hydroxylase yang berfungsi tinggi dan perbaikan gambaran radiologis
menginisiasi vitamin D ke bentuk metabolit (100%) dibandingkan dengan kelompok placebo
aktifnya.14 Wejse et al melakukan penelitian (76,7%).16 Seorang wanita Amerika berkulit
dengan hasil yang tidak menunjukkan hitam dengan hipovitaminosis D dan TB MDR
perbedaan signifikan pada kelompok yang ditatalaksana dengan terapi OAT disertai dengan
diberikan vitamin D dan placebo sehingga suplementasi vitamin D menunjukkan adanya
keadaan klinis pada penderita TB tidak perbaikan gambaran radiologis dan tes BTA
mengalami perubahan dan tidak berefek pada negatif pada bulan ke-13 dari total waktu
terapi.17 Studi ini menyimpulkan bahwa terapi
vitamin D efektif di samping terapi OAT sehingga imunomodulator yang terlibat dalam aktivasi
vitamin D disarankan menjadi profilaksis bagi makrofag melawan Mycobacterium tuberculosis.
lingkungan yang berkontak langsung dengan Metabolit aktif vitamin D yang disebut 1,25-
penderita karena mudah dan biaya yang dihidroksivitamin D atau calcitriol memiliki
diperlukan cukup terjangkau.15 kemampuan untuk menginduksi respon imun
sehingga menghasilkan cathelicidin yaitu suatu
Ringkasan peptida yang berfungsi sebagai antibiotik
Tuberkulosis didefinisikan sebagai endogen.
penyakit infeksi menular langsung yang Suplementasi vitamin D dalam terapi OAT
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium pada penderita TB meningkatkan perbaikan
tuberculosis. Bakteri TB masuk ke dalam tubuh klinis yang dapat diukur menggunakan skor TB.
manusia kemudian melalui fase dorman dan Selain itu, peningkatan waktu konversi sputum
akan aktif menyerang apabila sistem imun host dan perbaikan gambaran radiologis juga
menurun. ditemukan. Namun, dosis pemberian vitamin D
Penderita yang terdiagnosis TB akan perlu disesuaikan untuk mendapatkan
menerima terapi OAT. Terapi OAT harus perubahan yang signifikan.
dituntaskan untuk menghindari TB MDR (Multi
Drugs Resistance). Selain pengobatan, Simpulan
kebutuhan akan mikronutrien lain sangat Vitamin D sebagai suplemen terapi OAT
dibutuhkan untuk meningkatkan perbaikan dan menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam
mempercepat kesembuhan. perbaikan klinis karena membantu dalam
Vitamin D yang dikenal bermanfaat untuk memodulasi respon imun dalam melawan
tulang juga dapat berfungsi sebagai Mycobacterium tuberculosis.