Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2018 Vol.

20 (3): 166-174
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626

Fermentabilitas Ruminal In Vitro pada Pakan Berbasis Jerami Padi Amoniasi dengan
Suplementasi Tepung Bonggol Pisang dan Molases

In Vitro Ruminal Fermentability on Ammoniated Rice Straw Based Diet With


Supplementation of Banana Tree Root Ball and Molasess

R. I. Rahayu*, A. Subrata, dan J. Achmadi


Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, 50275
*E-mail: irmafianita23@gmail.com
(Diterima: 23 April 2018; Disetujui: 5 Agustus 2018)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengkaji tepung bonggol pisang sebagai pengganti molases terhadap
fermentabilitas pakan komplit berbasis jerami padi amoniasi secara in vitro. Penelitian menggunakan
rancangan Uji T (T-Test) Independent Sample pada taraf signifikasi 5% dengan 2 perlakuan dan 6 ulangan.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
(T1: pakan komplit 98% + molases 2%) dan (T2: pakan komplit 97,37% + tepung bonggol pisang 2,65%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian molases dengan bonggol pisang pada pakan komplit
berbasis jerami padi amoniasi secara in vitro tidak memberikan pengaruh yang berbeda (p>0,05) terhadap
rerata produksi NH3 T1 (2,39 mM) dan T2 (2,31 mM), konsentrasi VFA total T1 (58,33 mM) dan T2 (63,33
mM), asam asetat T1 (71,80%) dan T2 (72,22%), asam propionat T1 (20,67%) dan T2 (21,84%), asam
butirat T1 (7,26%) dan T2 (6,27%), rasio C2/C3 pada T1 (3,45) dan T2 (3,32), kecernaan bahan kering T1
(73,34%) dan T2 (72,51%) dan kecernaan bahan organik T1 (80,80%) T2 dan (77,74%). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa bonggol pisang dapat menggantikan molases sebagai sumber RAC
pada pakan komplit berbasis jerami padi amoniasi.
Kata kunci: amoniasi, bonggol pisang, fermentabilitas, in vitro, jerami padi, molases

ABSTRACT

The research was purposed to examined the banana tree root ball (BTRB) as source of RAC
replacement of molasess to fermentability of complete feed based ammoniated rice straw by in vitro. The
research was done with T-Test of independent sample at 5% with 2 treatment and 6 replications and data
were analysed using SPSS. The treatmens used in this study were (T1 : complete feed 98%+ molasess 2%)
and (T2 : complete feed 97,35% + BTRB 2,65%). The research analyzed by using T-Test for independent
sample at 5% significancy. The results showed that, complete feed with ammoniated rice straw based with
molasess and BTRB by in vitro did not different (p>0,05) forward value of mean NH3 production T1
(2,39 mM) and T2 (2,31 mM), total VFA concentration T1 (58,33 mM) and T2 (63,33 mM), acetic acid T1
(71,80%) and T2 (72,22%), propionic acid T1 (20,67%) and T2 (21,84%), butyric acid T1 (7,26%) and T2
(6,27%), ratio C2/C3 on T1 (3,45) and T2 (3,32), dry matter digestibility T1 (73,34%) and T2 (72,51%) and
organic matter digestibility T1 (80,80%) T2 and (77,74%). Based on the result of the research, it can be
concluded that BTRB can replace molasess as non structural carbohydrate in the ammoniated rice straw
based feed complete.
Keywords: ammoniated, banana tree root ball, fermentability, in vitro, molasess, rice straw

166 Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.)


Vol. 20 (3): 166-174

PENDAHULUAN readily available carbohydrate (RAC) untuk


meningkatkan fermentabilitas pakan. RAC
Pakan merupakan faktor penting dalam merupakan karbohidrat yang mudah tersedia
usaha peternakan, oleh sebab itu perbaikan atau didegradasi dalam rumen, sehingga cepat
manajemen pakan sangat diharapkan untuk menyediakan produk berupa asam α keto
meningkatkan efisiensi usaha peternakan. hasil fermentasi karbohidrat yang digunakan
Ternak ruminansia membutuhkan pakan untuk sintesis protein mikroba. Kecepatan
serat yang berfungsi sebagai sumber energi, ketersediaan sumber rantai karbon harus
serta untuk menjaga fungsi normal rumen seimbang dengan kecepatan ketersediaan
dan aktivitas mikrobia rumen. Pada musim amonia sebagai sumber N. Penambahan
kemarau, produksi hijauan sangat terbatas karbohidrat pada pakan dapat meningkatkan
sehingga perlu pakan alternatif sebagai aktivitas mikroba, laju pertumbuhan mikroba,
pengganti hijauan yaitu limbah pertanian dan laju degradasi substrat oleh mikroba
salah satunya jerami padi. Produksi jerami rumen (Kurniawati, 2004). Karbohidrat yang
padi setiap kali panen mampu menghasilkan digunakan dalam pakan yaitu onggok, gaplek,
sekitar 10-12 ton/hektar, tetapi pemanfaatan molases dan lain-lain.
jerami padi sebagai pakan hanya mencapai Molases merupakan hasil samping
31-39%, sedangkan yang dibakar atau industri gula yang memiliki komponen
dikembalikan ke sawah sebagai pupuk 36- sukrosa dan gula pereduksi (Rafleliawati,
62% dan sekitar 7-16% digunakan untuk 2016). Hartadi et al. (1986) kandungan
keperluan industri (Akbar, 2014). Jerami padi nutrien dari molases yaitu 23% air, protein
merupakan pakan berkualitas rendah, karena kasar 5,4%, lemak kasar 3%, serat kasar
rendahnya kandungan protein dan karbohidrat 10%, abu 10,4% dan BETN 74%. Suhada et
non struktural serta tingginya kandungan al. (2016) menyatakan bahwa molases gula
serat kasar, sehingga mempengaruhi nilai tebu memiliki karbohidrat yang sangat baik
kecernaan. Kandungan silika pada jerami padi dalam rumen. Molases banyak dimanfaatkan
menjadi faktor pembatas dari pemanfaatan sebagai tambahan ransum, perekat (binder),
jerami padi sebagai pakan ruminansia. Hal industri dalam fermentasi pakan dan lain-lain.
ini disebabkan karena silika bersama dengan Penggunaan molases dalam jangka waktu
lignin memperkuat dan memperkeras dinding panjang dikhawatirkan akan sulit didapatkan
sel, sehingga tidak dapat dicerna oleh mikroba karena banyaknya penggunaan molases saat
rumen (Martawidjaja, 2003). Perlakuan ini. Sehingga perlu alternatif lain sebagai
amoniasi jerami padi bertujuan untuk memutus sumber karbohidrat mudah difermentasi
ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa dalam pakan. Salah satu alternatif sumber
sehingga mampu meningkatkan kualitas karbohidrat mudah difermentasi untuk
jerami padi dan meningkatkan kecernaannya. menggantikan molases yaitu tepung bonggol
Pakan jerami padi yang diberi pisang.
perlakuan amoniasi harus diangin-anginkan Bonggol pisang merupakan bagian
untuk menghilangkan amonia sebelum bawah batang pisang pada akar yang berbentuk
diberikan ke ternak agar tidak menimbulkan umbi. Bonggol pisang sebagai limbah
efek negatif bagi ternak yang menghirup pertanian dapat menjadi alternatif pengganti
amonia tersebut. Penggunaan jerami padi molases sebagai sumber karbohidrat non
amoniasi sebagai pakan dapat meningkatkan struktural (RAC). Bonggol pisang kering
sumber non protein nitrogen karena adanya memiliki kandungan yaitu pati 76%, kalori
urea yang digunakan dalam perlakuan 425%, protein 3,4%, Ca 150%, P 2%, Fe
amoniasi. Oleh sebab itu, penggunaan jerami 0,04%, vitamin 4% dan air 20% (Solikhin et
padi amoniasi sebagai pakan harus diimbangi al., 2012). Dilihat dari kandungan patinya,
dengan karbohidrat mudah difermentasi atau maka tepung bonggol pisang berpotensi

Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.) 167


Vol. 20 (3): 166-174

Tabel 1. Kandungan Nutrisi dan Komposisi Penyusun Ransum


Perlakuan
Bahan Pakan
T1 T2
Jerami Padi Amoniasi (%) 55,00 55,00
Bekatul (%) 3,00 2,00
Onggok (%) 5,50 5,20
Bungkil Kedelai (%) 9,50 9,45
Jagung Giling (%) 25,00 25,70
Molases (%) 2,00 -
Tepung Bonggol Pisang (%) - 2,65
Total 100,00 100,00
Kandungan Nutrien
Protein Kasar (PK) (%) 12,01 12,08
Total Digestible Nutriens (TDN) (%) 60,00 60,00
Bahan Ekstrak Tanpa Nitogen (BETN) (%) 47,94 46,85
Serat Kasar (SK) (%) 23,99 24,14
Neutral Detergent Fiber (NDF) (%) 68,71 71,08
Non Fiber Carbohydrate (NFC) (%) 18,27 18,07

untuk menggantikan molases sebagai sumber bungkil kedelai, molases dan tepung bonggol
RAC. Pati dan selulosa yang terkandung pisang dengan ukuran masing-masing 50
pada batang dan bonggol pisang, merupakan mesh. Cairan rumen dari kambing Jawarandu
sumber energi yang mudah dimanfaatkan betina berfistula berumur 2-2,5 tahun yang
oleh bakteri asam laktat (Sutowo et al., 2016). diberi pakan rumput. Pelaksanaan penelitian
Penambahan sumber RAC pada pakan komplit terbagi menjadi 3 tahap.
berbasis jerami padi amoniasi diharapkan Pembuatan jerami padi amoniasi dan
mampu meningkatkan pemanfaatan nitrogen tepung bonggol pisang
oleh mikroba guna mengoptimalkan sintesis
Pembuatan jerami padi amoniasi
protein mikroba.
dengan metode Komar (1984) menggunakan
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kadar amonia sebesar 4% yang diperam
fermentabilitas pakan komplit berbasis jerami selama 21 hari. Kemudian diangin-anginkan
padi amoniasi dengan suplementasi tepung dan digrinder. Pembuatan tepung bonggol
bonggol pisang dan molases secara in vitro. pisang diperoleh dari bagian bawah batang
Hasil penelitian diharapkan sebagai informasi pohon pisang yang tertutup permukaan tanah
tentang pemanfaatan tepung bonggol pisang kemudian dicacah dan dikeringkan serta
mampu menggantikan molases sebagai digrinder.
sumber RAC pada pakan komplit berbasis
Uji fermentabilitas pakan secara in vitro
jerami padi amoniasi.
Variabel yang diamati meliputi NH3,
volatile fatty acid (VFA) parsial, VFA
METODE total, kecernaan bahan kering (KcBK)
serta kecernaan bahan organik (KcBO).
Materi yang digunakan dalam penelitian Sampel pakan ditimbang sebanyak 0,55-
ini adalah pakan komplit dengan protein kasar 0,56 g. Sampel pakan dimasukan ke
(PK) 12% dan total digestible nutrien (TDN) tabung fermentor yang sudah berisi 40 ml
60% (Tabel 1). yang disusun dari jerami padi McDougall dan 10 ml cairan rumen kambing.
amoniasi, bekatul, jagung giling, onggok, Selanjutnya diinkubasi pada suhu 39oC

168 Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.)


Vol. 20 (3): 166-174

selama 3 jam pada kondisi anaerob. Setelah


3 jam dilakukan pemberhentian fermentasi
dengan perendaman air es dan disentrifuge KcBK =
dengan kecepatan 3.000rpm selama 15 menit
untuk memisahkan endapan dan supernatan.
Supernatan digunakan untuk analisis NH3, KcBO =
VFA total dan VFA parsial.
Analisis NH3 dilakukan dengan Analisis Data
menggunakan teknik mikrodifusi Conway. Analisis statistik uji banding Uji-t
Perhitungan produksi NH3 dengan (t-Test) Independent Sample pada taraf
menggunakan rumus : signifikasi 5% dengan 2 perlakuan dan 6
ulangan. Perlakuan yang digunakan pada
NH3 = (ml H2SO4 titran × N H2SO4 × 1000) mM penelitian ini yaitu (T1 : pakan komplit 98% +
molases 2%) dan (T2 : pakan komplit 97,35%
Analisis VFA parsial dilakukan dengan + tepung bonggol pisang 2,65%).
menggunakan gas kromatografi (GC). VFA
parsial cairan rumen dapat dihitung dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
rumus :
Hasil penelitian tepung bonggol pisang
VFA Parsial = × Konsentrasi sebagai pengganti molases pada pakan komplit
berbasis jerami padi amoniasi terhadap
Sedangkan VFA total dianalisis
konsentrasi NH3, produksi VFA total, proporsi
menggunakan metode destilasi uap.
VFA parsial (asam asetat, asam propionat, dan
Perhitungan produksi VFA total menggunakan
asam butirat), rasio C2/C3, kecernaan bahan
rumus :
kering dan kecernaan bahan organik secara in
vitro disajikan pada Tabel 2.
VFA total = (titran blanko – titran sampel) × N HCl
× 1000/5 mM
Konsentrasi Amonia (NH3)
Amonia merupakan hasil proses
Analisis KcBK dan KcBO dilakukan degradasi protein dan non protein nitrogen
dengan metode Tilley dan Terry (1963) yaitu yang masuk ke dalam rumen ternak ruminansia.
sampel 0,55 - 0,56 g ditambahkan McDougall Konsentrasi amonia berkaitan dengan sintesis
40 ml dan cairan rumen 10 ml, kemudian protein mikroba, karena mikroba dalam
diinkubasi selama 48 jam pada suhu 39oC rumen memanfaatkan amonia sebagai sumber
selama 3 jam pada kondisi anaerob. Setelah nitrogen utama untuk sintesis protein mikroba.
48 jam inkubasi, disentrifuge dan residu yang Konsentrasi NH3 merupakan salah satu
diperoleh kemudian ditambahkan larutan indikator untuk mengetahui fermentabilitas
pepsin HCl sebanyak 50 ml dan dilakukan protein pakan, aktivitas mikroba dan populasi
inkubasi kedua selama 48 jam (setiap 6 jam mikroba rumen. Konsentrasi NH3 antara
sekali dilakukan penggojogan. Kemudian T1 dan T2 menunjukkan hasil yang tidak
dilakukan penyaringan dengan kertas berbeda (P>0,05). Hal ini berarti T1 dan T2
Whatman 41 dan dilakukan pengovenan mempunyai pemanfaatan amonia yang sama
selama 24 jam pada suhu 105 oC untuk sebagai sumber nitrogen oleh mikroba rumen
mengetahui nilai KcBK, setelah dioven untuk membentuk protein tubuhnya. Hal ini
kemudian ditanur pada suhu 600 oC selama 6 diduga sumber N dan kerangka karbon yang
jam untuk mengetahui nilai KcBO. Kecernaan disusun pada pakan komplit hampir sama
bahan kering dan kecernaan bahan organik antara T1 dan T2. Dengan demikian, dapat
dapat dihitung dengan rumus: dikatakan bahwa tepung bonggol pisang

Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.) 169


Vol. 20 (3): 166-174

Tabel 2. Hasil Fermentabilitas Pakan Komplit secara In Vitro


Perlakuan
Parameter SEM*
T1 T2
NH3 (mM) 2,39 2,31 0,07
VFA total (mM) 58,33 63,33 2,99
Asam Asetat (%) 71,80 72,22 0,53
Asam Propionat (%) 20,67 21,84 0,42
Asam Butirat (%) 7,26 6,27 0,24
Rasio C2/C3 3,45 3,32 0,09
KcBK (%) 73,34 72,51 1,02
KcBO (%) 80,80 77,74 0,98
Keterangan: T1 (pakan komplit 98% + molases 2%)
T2 (pakan komplit 97,35% + tepung bonggol pisang 2,65%)
*Angka merupakan rata-rata nilai tengah ± Standar Error

mampu berperan sebagai sumber energi dan sumber energi utama ternak ruminansia
kerangka karbon sebagaimana molases. yang berasal dari produk akhir fermentasi
Hasil konsentrasi NH3 pada pakan karbohidrat yang terdapat di dalam rumen.
komplit berbasis jerami padi amoniasi dengan VFA berperan sebagai kerangka karbon bagi
penambahan molases dan penambahan tepung pembentukan protein mikroba. Hasil produksi
bonggol pisang masing-masing yaitu 2,39 VFA total pakan komplit memberikan nilai
mM dan 2,31 mM (Tabel 2). Rendahnya yang sama (P>0,05) antar T1 dan T2. Hasil
konsentrasi NH3 diduga karena sumber VFA total dengan penambahan molases yaitu
nitrogen yang terdapat dalam pakan rendah. 58,33 mM sedangkan penambahan bonggol
Hasil konsentrasi NH3 pada penelitian ini pisang yaitu 63,33 mM (Tabel 2) termasuk
lebih rendah dibandingkan dengan kajian rendah. Sutardi (1980) menyatakan bahwa
penelitian dari Savitri et al. (2016) melaporkan konsentrasi VFA yang dihasilkan oleh mikroba
bahwa pakan komplit yang disusun dengan rumen pada kondisi yang normal yaitu berkisar
PK 12,10% TDN 60,09% menghasilkan antara 80 – 160 mM. Rendahnya konsentrasi
produksi NH3 5,57 mM. Konsentrasi NH3 VFA total salah satunya dapat dipengaruhi
yang dibutuhkan untuk mendukung sintesis oleh jumlah karbohidrat non struktural yang
protein mikroba rumen secara optimal yaitu tersusun pada pakan komplit. Kandungan
3,57-7,14 mM (Sutardi, 1979). Konsentrasi non fiber carbohydrate (NFC) dalam pakan
NH3 cairan rumen dipengaruhi oleh protein komplit yang disusun yaitu T1 (18,27%) dan
yang dikonsumsi dan proses degradasi protein T2 (18,07%) (Tabel 1). Pakan yang tersusun
dalam rumen. sebagian besar mengandung selulosa dan
hemiselulosa, sehingga dalam waktu 3 jam
Sintesis protein mikroba akan optimal
inkubasi proses fermentasi produksi VFA
jika adanya sinkronisasi waktu pelepasan
masih relatif rendah. Hasil penelitian Arangsri
yang bersamaan antara sumber nitrogen dan
et al. (2017) bahwa pakan komplit dengan
kerangka karbon dalam rumen. Menurut
kandungan NFC 29,70% menghasilkan VFA
Suwarno (2008) faktor yang mempengaruhi
total sebesar 100,89 mM, sedangkan pakan
produksi NH3 dalam rumen yaitu lamanya
komplit dengan kandungan NFC 25,40%
pakan dalam rumen, karbohidrat dalam
menghasilkan VFA total sebesar 99,0 mM.
ransum, kelarutan dan jumlah pakan serta pH
Menurut Wijayanti (2012) tinggi rendahnya
rumen.
konsentrasi VFA dipengaruhi oleh tingkat
Produksi Volatile Fatty Acids (VFA) Total fermentabilitas pakan, jumlah karbohidrat
Volatile Fatty Acids (VFA) merupakan yang mudah larut, pH rumen, kecernaan

170 Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.)


Vol. 20 (3): 166-174

Gambar 1. Proporsi VFA Parsial

bahan pakan, jumlah pakan, serta jenis bakteri bahwa proposi asetat berkisar antara 50-
yang ada di dalam rumen. Karbohidrat non 65% dan propionat berkisar 18-24%. Hasil
struktural (pati, pektin, dan gula sederhana) penelitian ini menunjukkan bahwa asetat
sangat cepat difermentasi dibandingkan dan propionat berada dalam kisaran normal.
dengan karbohidrat non struktural (selulosa, Asam asetat digunakan oleh tubuh untuk
hemiselulosa dan lignin). sintesis asam lemak (lipid) dan merupakan
Widiasari (2010) melaporkan prekusor utama proses lipogenesis pada
penelitian pada ransum pakan komplit dengan jaringan adiposa. Asam asetat juga digunakan
PK 12,01% dan TDN 59,99% secara in vitro untuk metabolisme otot dan lemak tubuh.
menghasilkan VFA total sebesar 140,16 mM. Sedangkan asam propionat merupakan
Apabila semakin tinggi konsentrasi VFA prekusor pembentukan laktosa susu.
maka sumber energi pada ternak optimum, Rasio asam asetat dan asam propionat
hal ini mengindikasi bahwa proses fermentasi (rasio C2/C3) bertujuan sebagai tolok ukur
semakin efektif, namun apabila VFA terlalu efisiensi penggunaan energi ternak ruminansia
tinggi dapat berdampak mengganggu dan kualitas produk yang dihasilkan. Hasil
keseimbangan sistem rumen (Sandi et al., rasio C2/C3 pada penelitian tidak berbeda nyata
2015). antar perlakuan (P>0,05). Pada penelitian ini
Proporsi VFA Parsial dan Rasio C2/C3 diperoleh hasil rasio C2/C3 yaitu T1 (3,45) dan
T2 (3,32) (Tabel 2). Hasil penelitian ini lebih
Hasil analisis uji T menunjukkan
rendah dibandingkan dengan penelitian Uhi et
bahwa proporsi asam asetat, propionat
al. (2006) bahwa rasio C2/C3 dengan perlakuan
dan butirat tidak berbeda antar perlakuan
katalik berkisar 3,78-4,02, sedangkan hasil
(P>0,05). Proporsi asam asetat pada TI yaitu
penelitian Putri (2013) menunjukkan bahwa
71,80% dan T2 yaitu 72, 22% sedangkan
dengan PK 14% dan TDN 60% menghasilkan
proporsi asam propionat yang dihasilkan pada
rasio C2/C3 sebesar 3,80. Rendahnya rasio C2/
T1 yaitu 20,67%, sedangkan T2 yaitu 21,84%
C3 pada penelitian ini diduga karena banyaknya
(Gambar 1). Asam asetat merupakan produk
efisiensi penggunaan energi oleh ternak,
akhir dari fermentasi serat, sedangkan asam
sehingga kualitas produk yang dihasilkan
propionat merupakan produk akhir fermentasi
lebih baik. Jika proporsi propionat meningkat
gula dan pati. Arora (1995) menyatakan
maka proporsi asetat akan menurun, hal ini

Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.) 171


Vol. 20 (3): 166-174

membuat rasio C2/C3 menjadi menurun. Rasio (2015) dengan rasio PK 12% dan TDN 60%
C2/C3 yang semakin rendah menunjukkan pada pakan komplit berbasis limbah kelapa
efisiensi dalam penggunaan energi yang lebih sawit mengasilkan nilai kecernaan bahan
baik. kering sebesar sebesar 51,22%, sedangkan
Hasil analisis proporsi asam butirat pakan komplit dengan kandungan PK 12,02
antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). TDN 60,44% menghasilkan nilai KcBK
Hasil proporsi asam butirat pada pada T1 43,31%. Pengolahan bahan pakan dengan
yaitu 7,26% sedangkan T2 yaitu 6,27% penambahan urea melalui proses amoniasi
(Gambar 1). Suwarno (2008) menyatakan dapat meningkatkan kecernaan bahan kering
bahwa proporsi asam asetat (C2) 65%, asam dan kadar protein. Menurut Yanuarinto et
propionat (C3) 20%, asam butirat (C4) 10%, al. (2015) kecernaan bahan kering jerami
selain itu dihasilkan juga isobutirat (iC4), padi amoniasi yang mendapat perlakuan
isovalerat (iC5), valerat (C5) sekitar 5%, serta kimia selama 14, 21, dan 28 hari mengalami
gas metan (CH4), dan karbondioksida (CO2). peningkatan sebesar 46,23%, 52, 38% dan
Asam butirat merupakan sumber energi utama 56, 11%.
bagi ternak melalui proses glukoneogenesis Nilai KcBO kedua perlakuan tidak
(Mardalena, 2015). Pembentukan C4 memiliki berbeda (p>0,05) yaitu T1 (80,80%),
sifat absorbsi yang lebih cepat dibandingkan sedangkan T2 (77,74%) (Tabel 2). Hasil ini
dengan C2 dan C3, sehingga proporsi C4 relatif sama karena KcBK yang dihasilkan
dalam VFA juga sedikit (Pamungkas et al., juga tidak berbeda antar perlakuan. Nilai
2008). Uhi et al. (2006) menyatakan bahwa KcBO berhubungan dengan nilai KcBK, hal
pembentukan asam butirat erat kaitannya ini dikarenakan sebagian komponen hasil BK
dengan pembentukan asam asetat, sehingga terdiri dari BO (Utomo, 2017). Persentase
apabila konsentrasi asam asetat meningkat, kecernaan bahan organik yang dihasilkan
maka adanya peningkatan pada konsentrasi dari pakan komplit dengan PK 12,10% TDN
asam butirat. Sebagian asam butirat yang 60,09% sebesar 57,61% (Savitri et al., 2016).
terbentuk dimanfaatkan sebagai prekusor Nilai KcBO yang relatif sama antar
asam lemak air susu masuk ke dalam darah, perlakuan selain disebabkan oleh komponen
dan digunakan sebagai sumber energi bagi BO dan BETN, juga dipengaruhi oleh
jaringan tubuh. kandungan SK pakan perlakuan yang relatif
Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan sama. Setyadi et al. (2013) menyatakan
Kecernaan Bahan Organik (KcBO) bahwa nilai KcBO relatif tinggi dibandingkan
Hasil analisis statistik menunjukkan dengan KcBK, karena BK masih mengandung
bahwa nilai KcBK tidak berbeda (p>0,05) abu, sedangkan BO tidak mengandung abu.
antar perlakan T1 (73,34%) dan T2 (72,51%) Adanya kandungan abu dapat menghambat
(Tabel 2). Nilai KcBK kedua perlakuan relatif tercernanya bahan kering pada pakan (Fathul
tinggi. Tingginya hasil kecernaan bahan dan Wajizah, 2010).
kering diduga karena tingginya ketersediaan
N dan kerangka karbon pada pakan yang KESIMPULAN
dapat mengoptimalkan pertumbuhan
mikroba sehingga semakin banyak pakan Penggunaan tepung bonggol pisang
yang didegradasi. Hal tersebut sesuai dengan dapat menggantikan molases sebagai sumber
Lendrawati (2008) karbohidrat dalam pakan RAC atau karbohidrat mudah dicerna pada
juga dapat mempengaruhi kecernaan bahan pakan komplit berbasis jerami padi amoniasi.
kering pada pakan, semakin tinggi jumlah
karbohidrat mudah dicerna (non struktural),
maka semakin tinggi nilai kecernaan pakan
tersebut. Hasil penelitian Andini et al.

172 Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.)


Vol. 20 (3): 166-174

DAFTAR PUSTAKA Lendrawati, 2008. Kualitas Fermentasi


dan Nutrisi Silase Ransum Komplit
Akbar, A. 2014. Degradasi Bahan Kering Berbasis Hasil Samping Jagung, Sawit,
dan Bahan Organik In Vitro Ransum dan Ubi Kayu. Pascasarjana. Institut
Berbahan Jerami Padi, Daun Gamal Pertanian Bogor, Bogor. (Tesis).
dan UMML. Fakultas Peternakan Mardalena. 2015. Evaluasi serbuk kulit nenas
Universitas Hasanudin, Makasar sebagai sumber antioksidan dalam
(Skripsi). ransum kambing perah Peranakan
Andini, W., A. Subrata dan L. K. Nuswantara. Etawah secara in Vitro. Jurnal Ilmu-
2015. Pengaruh rasio energi protein Ilmu Peternakan. 18 (1) : 14 – 21.
ransum berbasis limbah perkebunan Martawidjaja, M. 2003. Pemanfaatan jerami
kelapa sawit terhadap kecernaan bahan padi sebagai pengganti rumput untuk
kering, bahan organik dan serat kasar ternak ruminansia kecil. Wartazoa. 13
secara in vitro. J. Animal Agriculture. 4 (3) : 119 – 127.
(1) : 109 – 114. Pamungkas, D., Y. N. Anggraeni, Kusmartono
Arangsri, M., V. Pattarajinda, M. Duangjinda, dan N. H. Krishna. 2008. Produksi
J. Mungkalasiri, W. Angthong and J. asam lemak terbang dan amonia rumen
K. Bernard. 2017. Impact of fermented sapi bali pada imbangan daun Lamtoro
total mixed rations on intake, VFA and (L. Leucocephala) dan pakan lengkap
methane production of dairy heifers. yang berbeda. Seminar Teknologi
Indian. J. Anim. Res. B-749 : 1-5. Peternakan dan Veteriner, Malang.
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba Pada Putri, L. D. N. A. 2013. Pengaruh Imbangan
Ruminansa. Gadjah Mada University Protein dan Energi Pakan Terhadap
Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Produk Fermentasi Di Dalam Rumen
B. Srigandono dan Retno Murwani). dan Protein Mikroba Rumen Pada Sapi
Fathul, F. dan S. Wajizah. 2010. Penambahan Madura Jantan. Fakultas Peternakan
mikromineral Mn dan Cu ransum dan Pertanian Universitas Diponegoro,
terhadap aktivitas biofermentasi rumen Semarang (Skripsi).
domba secara in vitro. J. Ilmu Ternak Rafleliawati, P., Surahmanto, dan J. Achmadi.
dan Veteriner. 15 (1) : 9 – 15. 2016. Efek pemanasan pada molases
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S. yang ditambahkan urea terhadap
Lebdosukojo dan A. D. Tilman. ketersediaan NH3, volatile fatty acid
1986. Tabel Komposisi Pakan untuk dan protein total secara in vitro. Jurnal
Indonesia. Gadjah Mada University Ilmu-Ilmu Peternakan. 26 (2) : 24 – 29.
Press, Yogyakarta. Sandi, S., A. I. M. Ali, dan A. A. Akbar. 2015.
Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Uji in vitro wafer ransum komplit
Jerami Pakan Ternak. Yayasan Dian dengan bahan perekat yang berbeda.
Grahita, Bandung. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 4 (2) : 7
Kurniawati, A. 2004. Pertumbuhan mikroba - 16.
rumen dan efisiensi pemanfaatan Savitri, H. I., A. Muktiani, dan Sutrisno.
nitrogen pada silase Red Clover 2016. Fermentabilitas pakan komplit
(Trifolium pratense cv Sabatron). dengan berbagai sumber protein yang
Pusat Penelitian dan Pengembangan terproteksi tannin dari daun Kaliandra
Teknologi Isotop dan Radiasi. BATAN, (Calliandra calothyrsus) secara in
Jakarta. (Risalah Seminar Ilmiah vitro. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Kebangkitan Peternakan II. Semarang.
Isotop dan Radiasi). Setyadi, J. H., T. R. Rahardjo dan Suparwi.

Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.) 173


Vol. 20 (3): 166-174

2013. Kecernaan bahan kering dan VFA dan NH3 Rumen Serta Kapasitas
bahan organik tongkol jagung (Zea Lambung Domba Jantan Lokal.
mays) yang difermentasi dengan Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Aspergillus niger secara in vitro. J. Bogor, Bogor (Skripsi).
Ilmu Peternakan. 1 (1) : 170 – 175. Tilley, J. M., and R. A. Terry. 1963. A two
Solikhin, N., A. S. Prasetyo dan L. stage technique for in- vitro digestion
Buchori. 2012. Pembuatan bioetanol of forage crops. J. Brit. Grassland Soc.
hasil hidrolisa bonggol pisang 18 (2) : 104 – 111.
dengan fermentasi menggunakan Uhi, H.T., A. Parakkasi dan B. Haryanto. 2006.
Saccaromycess cereviceae. Jurnal Pengaruh suplemen katalik terhadap
Teknologi Kimia dan Industri. 1(1): karakteristik dan populasi mikroba
124-129. rumen domba. Media Peternakan. 29
Suhada, A. T., L. K. Nuswantara, E. (1) : 20 – 26.
Pangestu, F. Wahyono and J. Achmadi. Utomo, W. 2017. Kecernaan dan Efisiensi
2016. Effect of synchronization of Pakan Komplit yang Mengandung
carbohydrate and protein supply in the Protein dan Energi yang Berbeda Pada
sugarcane bagasse diet on microbial Kambing Peranakan Etawa Dara.
protein shyntesis in sheep. J. Indon. Fakultas Peternakan dan Pertanian
Trop. Anim. Agric. 4 (1) : 135 – 144. Universitas Diponegoro, Semarang
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein (Skripsi).
bahan makanan terhadap degradasi Widiasari, T. R. 2010. Kecernaan Pakan
mikroba rumen dan manfaatnya Komplit dengan Level Protein Kasar
bagi produktivitas ternak. Prosiding dan Energi Berbeda Secara In Vitro.
Seminar Penelitian dan Pengembangan Fakultas Peternakan Universitas
Peternakan. Lembaga Penelitian dan Diponegoro, Semarang (Skripsi).
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Wijayanti, E., F. Wahyono dan Surono. 2012.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid Kecernaan nutrien dan fermentabilitas
1. Departemen Ilmu Makanan Ternak. pakan komplit dengan level ampas tebu
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian yang berbeda secara in vitro. J. Anim.
Bogor, Bogor. Agric. 1 (1) : 167 – 179.
Sutowo, I., T. Adelina dan D. Febrina. 2016. Yanuarianto, O., M. Amin, M. Iqbal, dan S. D.
Kualitas nutrisi silase limbah pisang Hasan. 2015. Kecernaan bahan kering
(batang dan bonggol pisang) dan level dan bahan organik jerami padi yang
molases yang berbeda sebagai pakan difermentasi dengan kombinasi kapur
alternatif ternak ruminansia. Jurnal tohor, Bacillus s., dan air kelapa pada
Peternakan. 13 (2) : 41 – 47. waktu yang berbeda. Jurnal Ilmu dan
Suwarno, J. 2008. Pengaruh Rasio Pemberian Teknologi Peternakan Indonesia. 1 (1)
Pakan Yang Berbeda Terhadap Produksi : 47 – 52.

174 Fermentabilitas Ruminal In Vitro … (Rahayu et al.)

Anda mungkin juga menyukai