Anda di halaman 1dari 4

Nama : Devi Nur Aini Safa’ati

Nim :20201546
Prodi : D3 Keperawatan

PERAN MASYARAKAT DALAM


PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
KORUPSI

A.Pengertian Korupsi

Pengertian korupsi dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999

jo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, dikelompokan menjadi: (1) delik yang dapat

merugikan keuangan negara; (2) delik penyuapan; (3) delik penggelapan;

delik pemerasan dalam jabatan; (5) delik yang berkaitan dengan

pemborongan, leveransir dan rekanan. Dengan memahami pengertian

korupsi, diharapkan pemberantasan korupsi dalam bentuk pencegahan

dan penindakan dapat diwujutkan, sehingga pemberantasan korupsi

tidak hanya memberikan efek jera, tetapi juga berfungsi sebagai daya

tangkal.

B.Upaya Yang dilakukan Pemerintah

Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi sudah dimulai

sejak tahun 1957 dengan membuat peraturan perundang-undangan

sebagai alat untuk memberantas korupsi, antara lain:

1. Peraturan Penguasa Militer untuk Daerah Kekuasaan Angkatan


Darat No. Prt/PM-06/1957 tanggal 9 April 1957 tentang
Pemberantasan Koropsi;
2. Peraturan Penguasa Militer No. Prt/PM-08/1957 tentang
Penilikan Terhadap Harta Benda;
3. Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat No.
Prt/Peperpu/013/1958, 13 April 1958 tentang Pengusutan,
Penuntutan dan Pemeriksaan Perbuatan Korupsi dan Penilikan
Harta Benda;
4. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Laut No.
Prt/Z.I/I/7 tanggal 17 April 1958;
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 24 Tahun
1960 tanggal 9 Juni 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi, yang menurut Undang-
undang No. 1 Tahun 1961 telah menjadi Undang-Undang dan
disebut Undang-Undang Nomor 24 Prp Tahun 1960, sejak tanggal
1 Januari 1961;
6. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
7. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
8. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
9. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
10. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

●Di samping itu Pemerintah juga telah mengeluarkan:

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000

tanggal 5 April 2000 tentang Tim Gabungan Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000

tanggal 21 Agustus 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran

Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

C.Peran Serta Masyarakat

●Menurut M. Friedman bahwa ada 3 hal yang dapat mempengaruhi

bekerjanya atau tegaknya hukum, yaitu:

1. Substansi hukum, yaitu materi hukum yang berupa

peraturan-peraturan.

2. Struktur hukum, yaitu kelembagaan-kelembagaan yang

mendukung efektifitasnya hukum.

3. Budaya hukum, yaitu sikap mental dan perilaku masyarakat

terhadap kaidah-kaidah hukum yang ada


●Diperlukan peran serta masyarakat untuk melakukan kontrol

sosial terhadap praktik penyelenggaraan pemerintahan. Masyarakat

tidak hanya dijadikan objek penyelenggaraan negara, tetapi harus

dilibatkan juga sebagai subjek. Peran serta masyarakat untuk turut

serta membantu pemerintah melakukan upaya pencegahan dan

pemberantasan korupsi sangat penting. Peran serta masyarakat dapat

diwujudkan dalam bentuk berikut ini:

a. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya

dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi.

b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari,

memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah

terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang

menangani perkara tindak pidana korupsi.

c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung

jawab kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak

pidana korupsi;

d. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang

laporannya yang diberikan kepada penegak hukum dalam

waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;

e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum dalam hal: 1)

melaksanakan haknya sebagaimana tersebut di atas; 2)

diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan, dan di

sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi, atau saksi ahli

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.
●Peran serta masyarakat diartikan sebagai peran aktif organisasi

masyarakat, perorangan, atau lembaga swadaya masyarakat dalam

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Wujud peran

serta masyarakat dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Peran serta melalui media: Koran, majalah, radio, dan televisi

merupakan sarana yang ampuh dalam mencegah dan

menanggulangi korupsi.

b. Peran serta melalui kegiatan-kegiatan langsung. Kegiatan

secara langsung dan terbuka oleh sekelompok orang berkaitan

dengan upaya penanggulangan korupsi disebut dengan

kegiatan langsung. Contohnya, unjuk rasa mendatangi

lembaga pemerintahan yang dituduh melakukan korupsi dan

demonstrasi ke lembaga ke KPK agar serius menangani suatu

kasus korupsi.

●Untuk menggalakan peran serta masyarakat dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi, pemerintah telah menerbitkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 71 Tahun 2000

tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian

Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi yang memuat antara lain:

1. Hak dan tanggung jawab masyarakat dalam mencari,

memperoleh, memberi informasi, saran dan pendapat.

2. Hak dan tanggung jawab masyarakat dalam memperoleh

pelayanan dan jawaban dari penegak hukum.

3. Hak dan tanggung jawab masyarakat dalam memperoleh

perlindungan hukum.

Anda mungkin juga menyukai