Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019

BAB II
Pemeriksaan dan Pengujian Aspal

2.1 Penetrasi Bahan Bahan Bitumen (Penetration Of Bituminous Materials)


2.1.1 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang
dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu
tertentu pada suhu kamar, yang mana tingkat kekerasan ini merupakan klasifikasi
aspal.

2.1.2 Pendahuluan
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair
sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu
pada umumnya membentuk suatu spectrum atau beragam komposisi unsure unsur
penyusunya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur penyusun bahan
bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik
ragam respon material bahan bitumen tersebut, diperkenalkan beberapa para
parameter salah satunya nilai PEN (Penetrasi). Nilai ini mengambarkan kekerasan
nilai bitumen pada suhu 25C yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi
jarum standar (50 gram atau 100 gram) dalam rentang waktu standar (5 detik).
British Standar (BSI) membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam
dengan nilai PEN 15 sampai 450, sedangkan AASHTO mendefenisikan nilai PEN
40-50 sebagai nilai PEN untuk bahan bitumen terlunak.
Nilai pentrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran diatas suhu
kaamar dan menghasilkan nilai yang beda. Variasi suhu terhadap nilai penetrasi
aspal disusun sedemikian rupa hungga dihasilkan grafik hubungan suhu dengan
nilai penetrasi. Penetrasi index dapat ditentukan dari grafik tersebut.
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat
menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan.
Salah satunya jenis pengujian dalam menetukan persyaratan mutu aspal adalah

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekrasan aspal (SNI
2432:2011).
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau
lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu (Buku panduam Pratikum bahan
lapis keras. Laboratorium Teknik Transportasi Universitas Gajah Mada)
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian
mutu aspal atau ter untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau
pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat
beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur, dan waktu.
Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan
peralatan, waktu dan beban yang digunakan dalam penetuan penetrasi aspal
berdasarkan nilai penetrasinya yaitu :
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50, termasuk bitumen
sangat keras
2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70, termasuk bitumen
keras
3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100, termasuk
bitumen sedang
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150, termasuk
bitumen lunak
5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300, termasuk
bitumen sangat lunak
Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan didaerah bercuaca panas
atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi
tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di
Indonesia umumnya diprgunakan aspalsemen dengan penetrasi 60/70 dan 85-200
(sukirman S,1999).
Jarum penrtrasi merupakan bagian dari penetrometer yang berfungsi
sebagai alat untuk menetukan nilai penetrasi pada aspal. Jarum penetrasi harus
memenuhi criteria sebagai berikut :

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
1) Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade 440-C
atau yang setara, HRC 54 sampai 60.
2) Jarum Standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum panjang
memiliki panjang sekitar 60 mm(2,4 in)
3) Diameter jarum antar 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm
4) Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 9,7” dan
9,7°.
5) Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan jarum
6) Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang lurus tidak
boleh melebihi 0,2 mm
7) Diameter ujung kerucut terpancung0,14 mm sapai 0,16 mm dan terpusat
terhadap sumbu jaru
8) Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus
9) Panhang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40 sampai 45 mm
sedangkan untuk jarum panjang antara 50mm – 55 mm(1,97 – 2,17 in).
10) Berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata – rata dari minimal pembacaan dengan
hasil pembacaan tidak boleh melampaui ketentuan berikut :
Tabel 2.1.1 Toleransi
Hasil penetrasi 0-49 50-149 150-49 1200
Toleransi 2 4 6 8
Sumber : SNI 2432-2011

2.1.3 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam pengujian penetrasi aspal yaitu:
a. Alat penetrasi yang dapat mengererakan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm. pemegang jarum
seberat (4,75 ),05) gram yang dapat dilepas dengan mudah
b. Berat beban 50 gram ± 0,05 gram sehingga dapt digunakan untuk
mengujur penetrasi dengan berat total 100 gram 200 gram sesuai dengan
kondisi pengujian yang diinginkan.
c. Jarum Stainless steel mutu 440 c, atau HRC 54 sampai 60. Ujung jarum
harus berbentuk kerucut terpancung.

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
d. kompor
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata – rataberukuran sebagai berikut :
Tabel 2.1.2 Ukuran Cawan
Penetrasi Diameter Kedalaman Kapasitas
Dibawah 200 55 mm 35 mm 90 ml
200 Sampai 300 70 mm 45 mm 175 ml
Sumber : SNI 2432-2011

f. Bak perendam, terdiri dari bejana dengan isi 10 liter dapat menahan suhu
dengan ketelitian 0,1°C, bejana dilengkapi dengan plat dasar lobang,
terletak 50 mm diatas dasar bejana. Permukaan air sekurang-kurangnya
150 ml diatas plat dasar berlubang.
g. Tempat air untuk benda uji diletakkan dibawah alat penetrasi, isi tidak
kurang dari 300 ml
h. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan
skala pembagian terkecil 0,1 detik/detik. Untuk pengukuran dengan alat,
kesalahan alat tidak boleh melebihi 0,1 detik
Bahan yang digunakan dalam pengujian penetrasi aspal yaitu sebagai
berikut:
a. Aspal
b. Air
Berikut ini adalah gambar alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan
pengujian Penetrasi Aspal.

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019

1. Alat penetrasi 2. Bak Perendam


(Penetrometer)

2.1.4 Prosedur Pengujian


1. Persiapan benda uji
a. Memanaskan contoh atau sampelperlahan-lahan serta aduklah hingga
cukup cair untuk dapat digunakan
b. Menuangkan contoh yang sudah cair merata kedalam tempat contoh dan
3. Cawan 4. Kompor
diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang
dari angka penetrasi ditambah 10 mm
c. Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan kedalam
bak perendam. Diamkan selama ± 24 jam.

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
2. Langkah – Langkah Pengujian
a. Memasang jarum dengan baik dan membersihkannya dengan pelarut licin
kemudian dikeringkan
b. Meletakkan pemberat (50 gram) diatas jarum untuk mendapatkan beban
sebesar (100 ± 10) gram.
c. Memindahkan sampel dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
d. Menurunkan jarum perlahan lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian mengatur angka nol pada arloji
pentrometer sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
e. Menghidupkan alat penetrometer
f. Memutar arloji penetrometer dan membaca angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk
g. Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan untuk contoh
pengujian berikutnya
h. Melakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang
sama , dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak
> 1 cm.
3. Catatan
a. Bitumen dengan kurang dari 350 dapat di uji dengan alat alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan penetrasi antara 350 dan 500 perlu dilakukan
dengan alat alat lain.
b. Untuk penetrasi dengan nilai lebih besar dari 200, sedikitnya dengan 3
jarum penetrasi, untuk tiap penutupan digunakan satu jarum dan jarus
tidak perlu ditarik kembali hingga pengujian selesai. Hal ini dikarenakan
untuk penetrasi lebih dari 200 yang lebih rentan terjadi kerusakan.
c. Apabila pembacaan stopwatch lebih kecil ( 5 ± 0,1 detik ), maka hasil
tersebut tidak berlaku.

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
2.1.5 Pembahasan
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata – rata dari minimal
pembacaan dengan hasil pembacaan tidak boleh melampaui ketentuan
berikut :
Tabel 2.1.1 Toleransi
Hasil penetrasi 0-49 50-149 150-49 1200
Toleransi 2 4 6 8
Sumber : SNI 2432-2011

a. Nilai penetrasi sampel 1


41+42+ 42+40+ 42
= = 41,4
5
b. Nilai penetrasi sampel 2
45+ 45+44 +46+ 45
= = 45
5
Maka nilai penetrasi dari percobaan ini adalah
41,4+ 45
= 43,2
2

2.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 2432-2011 yang menetapkan bahwa spesifikasi nilai
pengamatan antara 0-49 dengan toleransi adalah 2. Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan didapatkan nilai 43,2 dilihat dari golongan kekentalan penetrasi
bitumen ini digolongkan kedalam penetrasi 40/50, menurut SNI 2432-2011 ini
diklasifikasikan dalam bitumen sangat keras.

2.1.7 Daftar Pustaka


Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Tekni Universitas Riau,Panduan
Praktikum Jalan Raya, 2019
SNI 2432-2011
sukirman S,1999

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B

Anda mungkin juga menyukai