Anda di halaman 1dari 10

101

Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

PENGARUH BENTUK HUTAN KOTA TERHADAP


KENYAMANAN TERMAL DI SEKITAR HUTAN KOTA

Rizki Alfian1, Tati Budiarti2, Nizar Nasrullah2


1 Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2 InstitutPertanian Bogor

Abstract
Implementing urban forest in city’s planning is an effective and efficient ways to solve
ecological problems, including Malang City. There are three urban forests in Malang
City (1) Malabar; (2) Velodrome; and (3) Jalan Jakarta Urban Forest. On macro scale,
urban forest expected to be as a microclimate function. Microclimate could affect the
human thermal comfort. The aims of this study are (1) to identify density, frequence and
dominance of vegetation, (2) to analyse the correlation between urban forest shape with
urban environmental thermal comfort; and (2) to evaluate the community’s perception
and preference related with urban forest’s comfort. This study was held in Malang City
forests. The steps for this study were (1) preparation; (2) inventory and observation; (3)
measuring the thermal components; and (4) social data. The results of this study were
(1) Malang City urban forests has grouped, scattered, and striped shape with multiple
strata; (2)there is a positive correlation between dominance factor with comfort;
(3)Temperature analysis showed that distance was not affected the temperature
significantly; (4) based on visitor’s perception, urban forests in Malang regarding as
comfortable urban forest but to narrow; and (5) based on community perception and
preference, they want the urban forests in Malang designed proportionally with more
variety kind of plants.
Keywords: comfortable, microclimate, perception, preference, temperature

Pendahuluan yang tumbuh di lahan kota atau sekitar


kota berbentuk jalur, menyebar, dan
Perkembangan suatu wilayah perkotaan
bergerombol dengan struktur
apabila tidak ditata dengan baik akan
menyerupai atau meniru hutan alam
mengakibatkan penurunan kualitas
(Hussein 2010).
ekologi perkotaan. Salah satu variabel
Keberadaan hutan kota merupakan
ekologi perkotaan adalah ruang terbuka
faktor penting yang berpengaruh
hijau kota. Ruang terbuka hijau kota
terhadap keberlanjutan kondisi ekologi
merupakan bagian wilayah perkotaan
dan sosial di lingkungan perkotaan.
yang diisi oleh vegetasi (endemik, dan
Hutan kota yang didominasi oleh banyak
introduksi) guna mendukung manfaat
jenis pohon mampu mereduksi polutan
langsung atau tidak langsung yaitu
lebih banyak dari pada hutan kota yang
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan,
memiliki dominansi vegetasi rendah
dan keindahan wilayah perkotaan
(Yang et al. 2005). Selain berfungsi
(Nurisyah et al.2005). Hutan kota
ekologis, kualitas hutan kota juga dapat
merupakan salah satu dari ruang terbuka
berpengaruh signifikan terhadap
hijau kota yang terdiri dari komunitas
vegetasi berupa pohon dan asosiasinya
102

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

kesehatan mental penduduk kota meliputi : bentuk, keragaman,


(Francis et al. 2012). dominansi, frekuensi, elemen hard
Kota Malang memiliki ruang terbuka material, luas, serta kondisi lingkungan
hijau kota dengan luasan total RTH di sekitar hutan kota.Pengambilan data
1752.15 ha yang terbagi atas hutan kota dilakukan dengan membuat plot
33.56 ha, taman kota 175.49 ha, lapangan pengamatan 20x20 m2 pada setiap
59.19 ha, jalur hijau jalan 218.64 ha, hutan kota. Pemilihan plot
sempadan sungai 1102.43 ha, dan bentuk pengamatan dilakukan secara purposive
lain-lain adalah 162.84 ha (Kementerian untuk mengurangi terjadinya bagian
Pekerjaan Umum 2012). Wilayah Kota hutan kota yang tidak teramati.
Malang tahun 2012 tercatat memiliki b. Pengamatan suhu di sekitar hutan
hutan kota sebesar 0.35% dari kota
keseluruhan total luas kawasan Kota Pada tahap ini dilakukan pengamatan
Malang. Hutan kota yang terdapat di suhu udara dan kelembaban dengan
Malang secara umum memiliki tiga menggunakan thermohigrometer.
bentuk dan satu struktur: a) hutan kota Pengambilan data dilakukan pada saat
Malabar berbentuk bergerombol dan pagi, siang, dan malam hari untuk
menumpuk; b) hutan kota Jalan Jakarta mengetahui suhu rata-rata harian
Menjalur; c) hutan kota Indragiri dengan tiga kali ulangan. Titik
berbentuk menyebar; d) hutan kota pengamatan berjumlah 5 titik dengan
Velodrome berbentuk menyebar dan interval jarak 25 meter dari 0 hingga
menumpuk; dan e) hutan kota Buper 125 meter yang bergerak mengikuti
Hamid Rusdi berbentuk menyebar dan alur jalan atau menjauh dari titik tepi
menumpuk (Sesanti et al. 2011). hutan kota. Pengambilan titik ini
Tujuan penelitian ini adalah: (1) bergerak keluar berdasarkan empat
mengidentifikasi bentuk dan keragaman arah mata angin yaitu ke arah utara,
spesies hutan kota; (2) menganalisis selatan, timur dan barat.
hubungan bentuk hutan kota dengan 3. Tahap Analisis
kenyamanan lingkungan perkotaan. Untuk mengetahui struktur dan
komposisi jenis tanaman dilakukan
Metode Penelitian pengamatan terhadap dominansi,
Metode yang digunakan mengacu pada frekuensi, dan kerapatan setiap spesies
penelitian yang dilakukan Mulgiati (2009) tanaman pada hutan kota (Nowak et al.
adapun tahapan yang dilakukan adalah : 2008). Perhitungannya dilakukan
1. Tahap persiapan (Prasurvei) dengan menggunakan rumus sebagai
Tahap persiapan merupakan tahap berikut (Indriyanto 2006) :
untuk menentukan lokasi penelitian. a. Dominansi, frekuensi, dan
Dari tahap ini ditentukan lokasi kerapatan tanaman
penelitian yaitu hutan kota Malabar Nilai dominansi vegetasi dapat
berbentuk bergerombol, hutan kota dihitung dengan rumus :
Velodrome berbentuk menyebar, dan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑛𝑜𝑝𝑖
hutan kota Jalan Jakarta berbentuk Dominansi = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
jalur.
2. Tahap Survei
a. Bentuk hutan kota 𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Pada tahap ini dilakukan inventarisasi Dominansi Relatif = 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒 𝑠
x 100%
vegetasi pada setiap hutan kota yang
103

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

Nilai frekuensi vegetasi dapat dihitung Nilai perhitungan indeks keragaman (H)
dengan rumus: tersebut dapat menunjukkan bahwa jika :
H<1, keragaman spesies rendah
Jumlah petak terisi suatu 1<H<3, keragaman spesies sedang
Frekuensi = Jumlah terisispesies
suatu spesies H>3, keragaman spesies tinggi.
jumlah seluruh petak
c. Analisis Suhu
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 Analisis data suhu udara berdasarkan
Frekuensi relatif = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
x 100% jarak bagian sisi luar hutan kota
dimaksudkan untuk melihat hubungan
Nilai kerapatan vegetasi dapat dihitung jarak yang makin menjauh dari tepi
dengan rumus : hutan kota terhadap perubahan suhu
sekitarnya. Data dianalisis dengan
Kerapatan = menggunakan ANOVA. Jika
berpengaruh nyata maka dilakukan uji
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑒𝑠 𝑖𝑒𝑠 beda rata-rata Duncan’s Multiple Range
Kerapatan relatif = 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
x 100%. Test (DMRT). Data suhu udara rata-
rata pada setiap hutan kota akan
b. Nilai keragaman dapat dihitung dikorelasikan dengan bentuk dan
dengan metode Shanon - Wiener struktur masing-masing hutan kota
dalam Vitasari (2010) seperti berikut: dengan menggunakan regresi
sederhana guna mengetahui bentuk
𝑖 𝑖 yang lebih berpengaruh terhadap suhu.
dengan
𝑖 𝑖 ⁄ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian terletak di hutan kota
Keterangan: yang berada di Kota Malang antara lain :
H : Indeks keragaman Shanon-Wiener 1) Hutan Kota Malabar; 2) Hutan Kota
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah Velodrome; dan 3) Hutan Kota Jalan
total seluruh spesies Jakarta (Gambar 1). Penelitian ini
Ni : Jumlah individu spesies i berlangsung pada bulan Januari 2014 –
N total : jumlah total individu Agustus 2014.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


104

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

Hasil dan Pembahasan Jalan Jakart, ketiga jenis hutan tersebut


secara umum memiliki tiga bentuk dan
Pengelompokan Hutan Kota
satu struktur seperti tertera pada tabel 1
Hutan kota yang terdapat di Malang dibawah ini antara lain :
antara lain Malabar, Velodrome, dan

Tabel 1 Bentuk dan Struktur Hutan Kota di Kota Malang


No Hutan Kota Jumlah vegetasi Luas hutan Bentuk Struktur
kota (m2)
1 Malabar 1592 11 896 Bergerombol Strata Banyak

2 Velodrome 1161 16 718 Menyebar Strata Banyak

3 Jalan Jakarta 2070 Menjalur Strata Banyak


12 500
Sumber : Malang dalam Angka 2013

Dari hasil pengamatan langsung di


lapangan terlihat bahwa hutan kota
Malabar, adalah hutan kota dengan
bentuk bergerombol strata banyak; hutan
kota Velodrome adalah hutan kota
dengan bentuk menyebar strata banyak;
hutan kota jalan Jakarta adalah hutan
kota berbentuk menjalur strata banyak.
Penataan hutan kota saat ini masih
kurang diperhatikan sehingga fungsi dan
nilai estetikanya belum tercapai dengan
baik.
Hutan kota bentuk bergerombol
adalah hutan kota dengan komunitas
vegetasinya tumbuh terkosentrasi pada a.Bergerombol
suatu tempat dengan jumlah minimal
pohon 100 dengan jarak kurang dari 8
meter atau rapat tidak beraturan. Hutan
kota berbentuk menyebar adalah hutan
kota dengan vegetasi yang tumbuh
menyebar berkelompok maupun terpisah
pada areal hutan kota. Sedangkan hutan
kota berbentuk menjalur adalah hutan
kota dimana vegetasinya tumbuh
menjalur di sepanjang hutan kota
(Hussein 2010).

b. Menyebar
105

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

Frekuensi relatif
Dari perhitungan frekuensi relatif
pada masing-masing hutan kota
menunjukkan ketiga hutan kota memiliki
frekuensi yang jarang. Hasil perhitungan
frekuensi menunjukkan bahwa spesies
yang memiliki nilai frekuensi relatif
tertinggi pada hutan kota Malabar adalah
jenis flamboyan (Delonix regia) sebesar
38.11%. Hutan Kota Velodrome
menunjukkan bahwa spesies yang
memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi
adalah jenis palem raja (Roystonea regia)
sebesar 25.00%. Sedangkan pada Hutan
Kota Jalan Jakarta pohon gamelina
c. Menjalur (Gmelina arborea) memiliki nilai frekuensi
Gambar 2 (a) Bentuk hutan kota Malabar, relatif tertinggi sebesar 31.73%.
(b) Bentuk Hutan Kota Velodrome, (c)
Dominansi
Bentuk hutan kota Jalan Jakarta
Nilai dominansi relatif menunjukkan
Diversitas Vegetasi proporsi antara luas tempat yang ditutupi
Kerapatan relatif oleh jenis tumbuhan dengan luas total
habitat serta menunjukkan jenis
Kerapatan merupakan jumlah tumbuhan yang dominan di dalam
individu suatu spesies per luas wilayah komunitas (Indriyanto 2006). Hasil
pengamatan. Jika semakin tinggi nilai perhitungan dominansi menunjukkan
kerapatan suatu spesies maka jumlah bahwa spesies yang memiliki nilai
spesies tersebut semakin banyak dijumpai dominansi relatif tertinggi pada hutan
pada tapak. Perhitungan kerapatan kota Malabar adalah jenis flamboyan
vegetasi pada masing-masing hutan kota (Delonix regia) sebesar 46.19%. Hutan
menunjukkan bahwa masing-masing Kota Velodrome menunjukkan bahwa
hutan kota memiliki kerapatan jenis spesies yang memiliki nilai dominansi
pohon yang berbeda-beda. relatif tertinggi adalah jenis sengon
Jenis pohon yang memiliki nilai (Albiziachinensis) sebesar 33.50% .
kerapatan relatif tertinggi di hutan kota Sedangkan pada Hutan Kota Jalan
Malabar adalah pohon flamboyan Jakarta pohon mahoni (Swietenia mahagoni)
(Delonix regia) dengan nilai kerapatan memiliki nilai dominansi relatif tertinggi
relatif 38.10%. Jenis pohon yang sebesar 49.72%.
memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi
di hutan kota Velodrome adalah pohon Keragaman
palem raja (Roystonea regia) dengan nilai Hasil inventarisasi dan perhitungan
kerapatan relatif adalah 25%. Sedangkan keragaman spesies pada tiga hutan kota
pada Hutan kota Jl. Jakarta Jenis pohon secara umum masih tergolong memiliki
yang memiliki nilai kerapatan relatif keragaman spesies yang rendah dengan
tertinggi adalah pohon gamelina (Gmelina nilai <1 (Tabel 2). Maka perlu adanya
arborea) dengan nilai kerapatan relatif peningkatan keragaman spesies pada
31.75% . setiap hutan kota oleh pihak pengelola
106

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

melalui langkah penanaman. Namun invasif dapat berdampak buruk bagi


diharapkan tetap berhati-hati agar tidak fungsi ekologis karena dapat mengurangi
timbul ancaman spesies invasif karena keanekaragaman hayati.
menurut Andreu et al. (2008), spesies
Tabel 2 Hasil analisis nilai keragaman setiap hutan kota
No Hutan Kota Dominansi INP H Suhu RH

1 Malabar 48,73 300,04 0.52 29 ºC 61.12%

2 Velodrome 74,77 300,00 0.53 28 ºC 56.83%

3 Jl. Jakarta 46,28 299,94 0.52 29 ºC 59.39%

Sumber : Hasil survei


Penyebaran dan keragaman jenis pohon harian berada pada sekitar pukul 13.00-
di suatu bentang lahan penting artinya 14.00.
bagi peningkatan fungsi vegetasi bagi Pada sore hari suhu terendah berada
stabilitas lingkungan, baik biotik maupun pada arah selatan hutan kota hal ini
abiotik (Bhatt and Khanal 2010). dikarenakan angin berhembus dari utara
Semakin merata persebaran menuju ke selatan dengan kecepatan 0.3-
mengindikasikan semakin baiknya 0.4 m/s. Sedangkan suhu tertinggi berada
pengelolaan pohon sehingga dampak pada arah timur hutan kota kecuali pada
lingkungan yang ditimbulkan semakin hutan kota Malabar suhu tertinggi berada
baik pula (Devi dan Yadava 2006). pada sisi sebelah selatan hutan kota hal
ini disebabkan intensitas kendaraan yang
Analisis suhu dan Kelembaban
padat pada sore hari di sisi selatan hutan
Berdasarkan hasil uji ANOVA pada kota Malabar.
setiap titik pengamatan menunjukkan
Hubungan Suhu dengan Komposisi Hutan
bahwa jarak tidak berpengaruh nyata
Kota
terhadap perubahan suhu dan
kelembaban namun arah dan waktu Berdasarkan identifikasi suhu dan RH
berpengaruh nyata terhadap perubahan pada setiap titik pengamatan didapatkan
suhu dan kelembaban dengan taraf hasil rata-rata suhu dan RH pada setiap
kesalahan 0.05. hutan kota yang berbeda-beda hal ini
Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT dipengaruhi perbedaan komposisi
(Tabel 3) menunjukkan bahwa suhu pada vegetasi dan bentuk hutan kota yang
setiap waktu pengukuran berbeda di tiap berbeda-beda a) Hutan kota Malabar
arah mata angin seperti yang terjadi pada dengan bentuk bergerombol dan nilai
ketiga hutan kota. Hal ini dibuktikan keragaman 0.52 memiliki suhu rata-rata
suhu pada siang hari berbeda dengan 28.79 ºC dan RH 61.12%, b) Hutan kota
pagi dan sore di seluruh arah mata angin. Velodrome dengan bentuk menyebar dan
Suhu tertinggi diperoleh pada nilai keragaman 0.53 memiliki suhu rata-
pengukuran siang hari pada seluruh arah, rata 27.99 ºC dan RH 56.83%, dan c)
hal ini dikarenakan suhu maksimum Hutan kota Jalan Jakarta dengan bentuk
107

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

menjalur dan nilai keragaman 0.52 Berdasarkan model persamaan


memiliki suhu rata-rata 28.94 ºC dan RH regresidapat dilihat bahwa pengaruh
59.39% (Tabel 2). Dari hasil suhu rata- signifikan antara suhu dan komposisi
rata setiap hutan kota terlihat bahwa hutan kota hanya terdapat pada
hutan kota Velodrome dengan bentuk dominansi. Pada dominansi hutan kota,
menyebar memiliki suhu terendah, Hal ini apabila terjadi peningkatan 10 satuan
dimungkinkan karena bentuk hutan kota dominasi maka akan terjadi penurunan
menyebar memiliki vegetasi yang menyebar suhu sebesar 0.32 °C. Berdasarkan
sehingga memmungkinkan efek penurunan suhu
yang menyebar pada lingkungan sekitar (Hussein
persamaan regresi juga dapat diartikan,
2010). jika dominasi bernilai 0 maka suhu hutan
Hubungan suhu dan kelembaban kota diduga menjadi 30.3°C. Nilai R²
dengan komposisi hutan kota secara (koefisien keragaman) yang diperoleh
kuantitatif dijelaskan melalui analisis menunjukkan bahwa keragaman suhu
regresi sederhana. Persamaan regresi udara hutan kota dapat dijelaskan oleh
linier dan nilai koefisien keragaman dominasi sebesar 99% dan sisanya
antara suhu komposisi hutan kota dapat dijelaskan oleh faktor lain. Namun
dilihat pada Tabel 3. kelembaban lebih dipengaruhi oleh
indeks keragaman dengan nilai R²
Tabel 3 Persamaan regresi linier dan nilai (koefisien keragaman) menunjukkan
koefisien korelasi antara suhu dan bahwa keragaman kelembaban hutan
komposisi hutan kota kota dapat dijelaskan oleh indeks
Komposisi Persamaan Korelasi keragaman sebesar 87.2%. Berdasarkan
Hutan Regresi persamaan regresi juga dapat diartikan,
Kota jika indeks keragaman bernilai 0 maka
kelembaban hutan kota diduga menjadi
Dominansi Y = 30.399 99% 61.4%°C.
- 0.032 X* Pada indeks nilai penting dan index
keragaman tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penurunan suhu
Indeks Y= 24%
Nilai 818.029– hutan kota. Adanya faktor-faktor seperti
kepadatan penduduk, aktivitas kendaraan
Penting 2.632 X
yang intensif, diduga memberikan
pengaruh yang lebih besar terhadap suhu
Indeks Y = 111.61– 97%
udara hutan kota dan sekitarnya
Keragaman 156.22 X
dibandingkan dengan keberadaan
vegetasi. Menurut Mustiko (2001)
* signifikan pada p < 0.05 kondisi aktivitas lalu lintas yang ramai
dan padat merupakan factor tingginya
suhu udara. Hutan kota dengan aktivitas
kendaraan yang ramai, memberikan
pengaruh yang kurang optimal pada
lingkungan.
108

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

Tabel 3 Uji lanjut interaksi suhu dan kelembaban di sekitar hutan kota
Suhu (ºC) RH (%)

Rata- Rata-
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
rata rata

............................ Malabar .............................................


28
Timur 26 cC 32 aA 27 bB 70.00 aA 49.33 cB 66.13 bC 61.82
29
Barat 27 cB 33 aA 28 bA 69.60 aA 54.46 bA 70.93 aA 64.99
29
Utara 28 bA 31 aB 27 bBA 62.06 bB 46.13 cC 65.93 aC 58.04
29
Selatan 28 bA 33 aA 28 bA 64.66 bB 53.26 cA 68.86 aB 62.26

Rata-
27 32 28 66.58 50.79 67.96
rata

.................................................. Velodrome ..................................................


29
Timur 26 cA 32 aA 28 bBA 62.66 aB 42.80 bA 62.80 aA 56.08
28
Barat 26 cA 32 aBA 28 bA 63.86 aB 44.06 bA 62.53 aA 56.81
27
Utara 23 cB 31 aB 27 bB 70.06 aA 44.66 cA 59.86 bB 58.19
28
Selatan 26 cA 32 aBA 27 bBA 64.93 aB 43.53 bA 62.33 aA 56.93

Rata-
25 32 28 65,37 43,76 61,88
rata

.................................................. Jalan Jakarta ..................................................


28
Timur 26 31 28 66.60 56.73 61.20 61.51
28
Barat 27 31 28 64.26 52.60 63.60 60.15
29
Utara 28 32 27 63.80 50.60 63.26 59.22
29
Selatan 29 32 28 64.26 50.80 62.66 59.24

Rata-
27 31 28 64.73 52.68 62,68
rata
Ket: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan perbedaan
signifikan arah terhadap waktu pada taraf α <0.05. Angka yang diikuti oleh huruf besar
yang berbeda menunjukkan perbedaan signifikan waktu terhadap arah pada taraf α
<0.05
109

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

Kesimpulan Francis J, Wood LJ, Knuiman M, Corti BG.


2012. Quality or quantity? Exploring the
Hutan kota di Kota Malang terdiri dari relationship between public open space
tiga yaitu hutan kota Malabar dengan attributes and mental health in Perth,
bentuk bergerombol, Velodrome dengan Western Australia. Social Science and
bentuk menyebar, dan Jl Jakarta yang Medicine. 74 1570-1577.
memiliki bentuk menjalur. Seluruh hutan Hastuti E. 2011. Kajian Perencanaan Ruang
kota di Malang memiliki kategori strata Terbuka Hijau (RTH) Perumahan Sebagai
banyak. Berdasarkan rata-rata suhu dan Bahan Revisi SNI03-1733-204[Internet].
kelembaban yang terdapat pada ketiga [diunduh 2012 Desember 10].
hutan kota, rata-rata suhu tertinggi adalah Tersediapada:http://www.bsn.go.id/files
/348256357/jurnal%20Vol3%20No1%2
di Jl Jakarta dan rata-rata kelembaban
02011/kajian%20perencanaan%20RTH.p
tertinggi adalah Malabar. df].
Berdasarkan hasil analisis suhu, jarak Hussein R. 2010. Analisis Kualitas Dan
dari garis terluar hutan kota tidak Kenyamanan Lingkungan Kawasan
berpengaruh nyata terhadap suhu namun Hutan Kota, Di Kota Malang.Agritek.18
variabel arah dan waktu berpengaruh (2): 245-267.
nyata terhadap kondisi suhu dan Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta (ID):
kelembaban. Hal ini dikarenakan kondisi Penerbit Bumi Aksara.
eksisting sekitar hutan kota yang Mulgiati U. 2009. Pengaruh Penutupan
berbeda-beda. Sedangkan dominansi Vegetasi terhadap Kenyamanan Kota
vegetasi juga berpengaruh nyata terhadap [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
penurunan suhu, hal ini dibuktikan pada
Mustiko SW. 2001. Manfaat ruang terbuka
hutan kota velodrome dengan bentuk hijau dalam menurunkan suhu udara di
menyebar dan nilai dominansi tertinggi kawasan perkotaan (studi kasus: DKI
(74.77) memiliki suhu rata-rata terendah Jakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
28oC dibanding hutan kota lainnya. Pertanian Bogor.
Daftar Pustaka Nowak DJ, Crane DE, Stevens JC, Hoehn
Andreu MG, Friedman MH, Landry SM, RE, Walton JT, Bond J. 2008. A Ground
Northrop RJ. 2008. City of Tanpa urban Based Method of Assesing Urban Forest
ecologycal analysis 2006-2007: Final Structure and Ecosystem Services.
report to the city of Tanpa. Available as Arboriculture and Urban Forestry. 34 (6):
Florida Cooperative Extension Service 347-358.
EDIS document FOR203. Nurisyah S, Pramukanto Q, Zain AM, Hadi
http://edis.ifas.ufl.edu/fr265. S. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Bhatt, RP. And Khanal SN. 2010. Vegetation Wilayah Perkotaan. Makalah pada
Analysis and differences in local Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di
environment variables in indrowati Perkotaan. Dirjen Penataan Ruang
hydropower project areas in Nepal. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta
International Researchs Journal of Plant Science. (ID).
1 (4): 084-093. Sesanti N, Kurniawan EB, Anggraeni M.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2013. Malang 2011. Optimasi Hutan sebagai penghasil
Dalam Angka . Biro Pusat Statistika Kota Oksigen Kota Malang. J Tata kota dan
Malang. Malang. Daerah. 3(1): 65-74.
Devi LS and Yadava PS. 2006. Floristic
diversity assessment and vegetation
analysis of tropical semievergreen forest
of Manipur, North East India. Tropical
Ecology. 47 (1): 89-98.
110

R. Alfian, T. Budiarti dan N. Nasrullah / Buana Sains Vol 16 No 2: 101-110, 2016

Vitasari, Nasrullah N. 2010. Evaluation of Yang J, McBride J, Zhou J, Su Z. 2005. The


Road Greenery in Three Biggest urban forest in Beijing and its role in air
Settlement areas at Kabupaten Bogor, pollution reduction. Urban Forestry and
Jawa Barat. Jurnal Lanskap Indonesia 2 (1) : Urban Greening. 3(2005): 65-78.
14-21.

Anda mungkin juga menyukai