Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era modern seperti sekarang ini tuntutan profesionalisme semakin menguat,
demikian juga terhadap keperawatan dengan kondisi klien dan keluarga yang
semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama bidang keperawatan.
Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai mitra dokter (bukan
sebagai pembantu dokter) sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan, terutama ilmu
keperawatan.
Perawat sebagai seorang anggota tim kesehatan, dalam memberikan askep (asuhan
keperawatan) terhadap klien haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang
dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan cara yang memungkinkan.
Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan untuk mengkomunikasikan kepada yang
lainnya untuk memastikan mutu terbaik dari perawatan, sesuai dengan ilmu keperawatan
yang dimilikinya.
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain
mengingat ilmu ini merupakan ilmu terapan yang selalu berubah menurut tuntutan zaman.
Sebagai ilmu yang mulai berkembang, ilmu ini banyak mendapatkan tekanan dari luar dan
dalam.
Sebagai contoh, tekanan dari luar yang berpengaruh pada perkembangan ilmu keperawatan
adalah adanya tuntuan kebutuhan masyarakat dan industri kesehatan dan tekanan dari dalam
yaitu masalah keperawatan yang secara terus menerus ada dan selalu memerlukan jawaban.
Akhir-akhir ini ilmu ini menunjukkan perkembangannya dengan terbentuknya pola
pembagian kelompok, yang terdiri dari:
1. Ilmu keperawatan dasar
1. Konsep dasar keperawatan
2. Keperawatan profesional
3. Komunikasi keperawatan
4. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan
5. Kebutuhan dasar manusia
6. Pendidikan keperawatan
7. Pengantar riset keperawatan
8. Dokumentasi keperawatan
2. Ilmu penunjang
1. Imu humaniora
2. Ilmu alam dasar
3. Ilmu perilaku
4. Ilmu sosial
5. Ilmu biomedik
6. Ilmu kesehatan masyarakat
Untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan oleh komunitas profesional, maka
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghasilkan masalah baru dalam keperawatan
melalui proses berkelanjutan. Dalam proses berkembangnya, ilmu keperawatan dituntut
adanya riset dan pengembangan sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian,
selain itu dilihat juga adanya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan, adanya pusat penapis dan adaptasi teknologi keperawatan serta adanya
pengembangan model pemberian asuhan keperawatan.
Untuk menjadi ilmuwan dalam bidang ilmu keperawatan, sangat diperlukan berbagai
persyaratan antara lain prosedur ilmiah atau kegiatan ilmiahnya diakui oleh para ilmuwan
lainnya, metode ilmiahnya dapat dipergunakan oleh ilmuwan lainnya dalam bidang ilmu yang
sejenis, pendidikan formal yang ditempuh diakui secara akademis, memiliki kejujuran ilmiah
sehingga tidak akan mengklaim hasil temuan orang lain dianggap miliknya, dan harus
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Tentu saja, ilmu keperawatan adalah impian sejak kecil bagi banyak orang. Apabila Anda
memutuskan untuk mengubahnya menjadi karir, Anda dapat memperkirakan untuk menemui
orang-orang yang berada dalam masa yang paling sulit atau malah paling menyenangkan
dalam hidup mereka. Jelaslah, ilmu ini adalah karir yang serba bisa dan sangat bermanfaat.
B.RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada latar belakang yang telah diajukan diatas ,maka rumusan masalah adalah
bagaimana riset dan perkembangan keperawatan.
C.TUJUAN
Pelaksanaan proses keperawatan secara umum bertujuan untuk menghasilkan asuhan
keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan klien dapat
teratasi.Untuk mencapai kebutuhan secara umum,dalam proses keperawatan terdapat
beberapa tujuan khusus sesuai dengan tahapan dari proses keperawatan,diantaranya:
pertama,dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan;
kedua,dapat menentukan diagnosis keperawatan yang ada pada manusia setelah dilakukan
identifikasi;
ketiga,dapat menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan setelah diagnosis
ditegakkan;
keempat,dapat melaksanakan tindakan keperawatan setelah direncanakan;
kelima,dapat mengetahui perkembangan pasien dari berbagai tindakan yg telah
dilakukan,untuk menentukan tingkat keberhasilan.serta menggunakan keahlian demi
kebutuhan khusus klien,pelayanan yang diberikan pada kliennya didasarkan pada kebutuhan
yang objektif,mempunyai pertimbangan otoritas dalam segala tindakannya serta mengetahui
apa yang lebih baik untuk klien dari pada klien sendiri, adanya perkumpulan profesi,standar
pendidikan,adanya izin atau ujian masuk dalam jenjang karier atau profesi,serta adanya
batasan dalam profesi,mempunyai status dan kekuatan dalam bidang keahlainnya dan
pengetahuan yang telah dianggap khusus dan dalam pelayanan tidak dipebolehkan
mengadakan advertensi atau mencari klien.Pada tahun 1979 Flaherty MJ menyatakan
karakteristik suatu profesi sesungguhnya adalah adanya pendidikan khusus,kode
etik,pengusaan keahlian/keterampilan,keanggotaan dalm organisasi profesi serta adanya
pertanggungjawaban untuk tindakan,sedangkan tahun 1985 Miller menyatakan cirri suatu
profesi adalah adanya badan pengetahuan yang diperoleh di Universitas serta orientasi pada
ilmu pengetahuan,kompetensi dengan landasan teoritik yang jelas,keterampilan dan
kompetensi merupakan batasan dari keahliannya .MenurutShortridge tahun 1985 suatu ciri
profesi yang utama adalah adanya kode etik yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan
standar,tanggungjawab tugas ,berorientasi pada pelayanan dan berdasarkan ilmu pengetahuan
serta mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggungjawab dalam bidang keprofesian.
BAB II
LANDASAN MATERI
Dasar-Dasar Riset Keperawatan
Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki body of knowledge yang
khas sehingga akan selalu berkembang. Perkembangan ilmu keperawatan menjadi
tanggungjawab semua stakeholder keperawatan, diantaranya adalah para professional
keperawatan, pendidik keperawatan, dan mahasiswa keperawatan. Salah satu bagian penting
dalam proses pengembangan ilmu keperawatan adalah dengan adanya riset keperawatan.
Secara garis besar, riset keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan dengan metode
tertentu untuk menemukan, menganalisa, memecahkan, dan mendokumentasikan masalah
keperawatan. Ada 2 nilai strategis mengapa riset keperawatan itu penting bagi ilmu
keperawatan, yaitu:
Pertama, riset keperawatan akan memberikan kontribusi yang positif terhadap
perkembangan dan kemajuan ilmu keperawatan;
Kedua, riset keperawatan jika dikelola dengan prinsip proaktif, profesional, dan proporsional
akan memberikan keuntungan dalam bentuk pertambahan nilai (revenue generating) bagi
ilmu keperawatan.
Riset keperawatan merupakan salah satu bentuk karya ilmiah, sehingga untuk dapat
menguasainya, pemahaman tentang dasar-dasar pembuatan karya ilmiah sangat diharuskan.
Di dalam karya ilmiah, ada 3 aspek filosofis yang harus dipahami, yaitu:
Pertama, aspek ontologis. Aspek ini meliputi objek yang akan dibicarakan dalam suatu
karya ilmiah, atau dengan kata lain aspek ontologis adalah objek kajian yang biasanya berupa
tema atau masalah yang akan dibahas. Sebuah kerangka pemikiran latar belakang yang jelas,
logis, runtut, dan alur pemikiran yang konsisten sangat diperlukan supaya objek kajian yang
akan dibahas mudah dipahami;
Kedua, aspek epistemologis. Aspek ini terkait dengan metode pemecahan masalah, baik
secara teoritis maupun secara empiris sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
empiris.
Ketiga, aspek aksiologis. Aspek ini berkaitan dengan kontribusi atau nilai pemecahan
masalah yang ditemukan dalam judul atau tema kajian. Umumnya, aspek aksiologis tidak
tidak harus dimunculkan dalam bab tersendiri, namun biasanya dapat ditemukan dalam tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, yang terdiri dari nilai pengembangan akademis, kebijakan,
dan pelaksanaan teknis.
Untuk membedakan riset keperawatan dengan karya ilmiah yang lain, perlu diketahui jenis-
jenis karya ilmiah. Ada 2 jenis karya ilmiah, yaitu:
Pertama, karya ilmiah yang dipublikasikan. Publikasi ini umumnya dilakukan dalam
pertemuan-pertemuan ilmiah atau melalui media seperti buku, jurnal, monografi, prosiding.
Karya ilmiah yang dipublikasikan diantaranya adalah artikel ilmiah, makalah, jurnal, poster
hasil penelitian, dan buku.
Kedua, karya ilmiah yang tidak dipublikasikan. Tidak dipublikasikan artinya hanya dapat
ditemukan dalam kalangan-kalangan tertentu, misalnya hanya didokumentasikan di
perpustakaan. Karya ilmiah jenis ini seperti penelitian baik oleh dosen atau mahasiswa,
laporan kegiatan mahasiswa, atau tugas akhir mahasiswa.
Kita bisa melakukan riset keperawatan dengan baik jika memiliki 2 hal, yaitu:
Pertama, penguasaan terhadap pokok-pokok metode riset keperawatan;
Kedua, pemahaman terhadap alur penelitian.
Kedua hal diatas dapat kita miliki dengan cara belajar dan berbagi dengan siapapun.
Pada masa lalu, keperawatan dilakukan berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga
keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah. Pandangan ini telah
menempatkan keperawatan hanya sebagai pelengkap atau bagian dari disiplin kesehatan lain
dengan ketidakpastian tentang keperawatan sebagai suatu disiplin yang unik. Sementara
sebagai profesi, keperawatan harus memiliki ilmu dan kiat yang dipersyaratkan untuk dapat
secara otonom mengendalikan mutu pendidikan dan praktik keperawatan.
Riset keperawatan merupakan salah satu komponen berkembangnya disiplin
keperawatan. Karena riset keperawatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah
keperawatan dan mengembangkan atau memvalidasi teori yang sangat dibutuhkan sebagai
landasan dalam praktik keperawatan, serta perkembangan tubuh ilmu pengetahuan
keperawatan (body of knowledge). Mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sangat
tergantung pada upaya kegiatan riset keperawatan yang selalu berinteraksi dengan
pengembangan teori dan ilmu pengetahuan keperawatan yang diterapkan dalam praktik
keperawatan.
Riset keperawatan adalah suatu upaya yang sistematis, terkendali dan empiris dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan penyelesaian masalah. Riset keperawatan didefinisikan
sebagai proses ilmiah yang memvalidasi pengetahuan yang ada dan menghasilkan
pengetahuan baru yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi praktik
keperawatan (Burns & Grove, 1995).
Dengan demikian, tujuan utama riset keperawatan adalah untuk mengemgangkan
pengetahuan ilmiah yang mennjadi landasan praktik keperawatan, karena keperawatan
bertanggung gugat kepada masyarakat terhadap mutu asuhan dan mencari cara terbaik untuk
meningkatkan mutu asuhan tersebut. Landasan riset yang mantap akan memberikan fakta
(evidence) tentang tindakan keperawatan yang efektif dalam meningkatkan hasil asuhan pada
pasien. Riset keperawatan yang merupakan penelitian terapan sangat bermanfaat untuk
menyelesaikan masalah keperawatan yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
dan asuhan keperawatan.
Riset keperawatan juga sangat berguna untuk mengevaluasi mutu layanan dan asuhan
keperawatan, khususnya dalam suatu program pengendalian/peningkatan mutu yang
menjamin mutu pelayanan/asuhan. Buku ajar ini akan diawali dengan uraian singkat tentang
hubungan antara riset, praktik dan teori; tahapan riset keperawatan secara ringkas dan
dilanjutkan dengan menguraikan secara terinci mengenai tahap penyusunan proposal
penelitian, pelaksanaan hingga interpretasi hasil dan penulisan laporan termasuk naskah
publikasi. Mengingat cukup luasnya pokok bahasan riset keperawatan, maka buku ajar ini
akan ditulis dalam beberapa volume. Dalam volume pertama pembahasan dibatasi pada
kajian tentang alasan pentingnya melakukan riset keperawatan, hubungan antara riset, praktik
dan teori; tahapan awal riset keperawatan yaitu rumusan masalah dan maksud penelitian,
tinjauan kepustakaan/literatur yang relevan, menyusun kerangka kerja teori/konsep penelitian
serta merumuskan tujuan, pertanyaan dan hipotesa penelitian.
II
Riset keperawatan tidak dapat dilepasakan dari elemen keperawatan lain secara
menyeluruh. Konsep-konsep yang terkait dengan riset keperawatan digambarkan dalam satu
rentang dari dunia empirik yang konkrit sampai filosofi keperawatan yang bersifat sangat
abstrak, dan sebaliknya.
Gambar 2-1. Keterkaitan riset keperawatan dengan dunia keperawatan (sumber Burns &
Grove, 1993)
Pada gambar terlihat komponen keperawatan dalam rentang yang meliputi pemikiran
dari konkrit hingga abstrak atau sebaliknya, dunia empirik (praktik keperawatan), uji realitas
(riset), proses berfikir abstrak, ilmu, teori, pengetahuan dan fisolofi. Pemikiran tentang
keperawatan berkembang sepanjang rentang dari konkrit keabstrak yang menunjukkan bahwa
pemikiran tentang keperawatan dapat berkembang baik dari konkrit keabstrak maupun dari
abstrak ke konkrit. Pemikiran yang konkrit (concrete thinking) berorientasi pada sesuatu yang
dapat disentuh atau peristiwa yang dapat diamati dan dialami dalam kehidupan nyata. Jadi
fokus pemikiran konkrit adalah kejadian langsung yang dibatasi oleh waktu dan ruang.
Penyelesaian masalah dianggap sesuatu yang penting hanya jika dapat memberikan pengaruh
secara langsung.
Pemikiran abstrak menurut Burns & Grove (1993) berorientasi pada pengembangan
ide tanpa penerapan atau hubungan dengan hal tertentu, tetapi cenderung mencari arti, pola,
hubungan dan implikasi yang bersifat filosofis. Tiga proses berpikir yang penting adalah
introspeksi, intuisi dan pembenaran. Proses berpikir ini digunakan dalam praktik
keperawatan, mengembangkan danmengevaluasi teori, mengkritik dan menggunakan
teemuan ilmiah, merencanakan dan mengimplementasikan penelitian dan membangun ilmu
pengetahuan (body of knowledge).
Berbeda dengan pemikiran konkrit, pemikiran abstrak tidak dibatasi oleh waktu dan
ruang, dalam kata lain bebas waktu dan ruang. Seringkali pemikir abstrak disebut pemimpi
dan dianggap pemikirannya tidak menyelesaikan masalah secara langsung, tetapi sebenarnya
pemikiran mereka sangat diperlukan untuk mengembangkan teori dan penelitian. Riset
keperawatan membuthkan kedua keterampilan tersebut, pemikiran abstrak diperlukan untuk
mengidentifikasi masalah yang layak diteliti, merancang penelitian dan mengintrepretasikan
temuan, sedangkan pemikiran konkrit diperlukan untuk merencanakan dan
mengimplementasikan langkah-langkah pengumpulan data dan analisis data.
Ilmu dan teori adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan konsep yang tergantung
dan terkait dengan proses berpikir abstrak. Ilmu adalah tubuh ilmu pengetahuan (body of
knowledge) yang terdiri dari temuan penelitian dan teori yang telah diuji untuk suatu disiplin.
Jadi, ilmu terdiri dari suatu proses (metode ilmiah) dan produk (kumpulan/tubuh ilmu
pengetahuan). Ilmu keperawatan secara bertahap berkembang melalui metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan teori adalah suatu cara untuk menjelaskan beberapa
elemen dari dunia empirik. Teori dikembangkan dan diuji melalui penelitian dan setelah diuji,
berkembang menjadi bagian dari ilmu. Bagian yang paling abstrak adalah filosofi yang
berfungsi memberikan arti bagi dunia keperawatan dan struktur yang memungkinkan
terjadinya suatu proses berpikir, mengetahui dan melakukan. Filosofi keperawatan, antara
lain perspektif holistik dan pentingnya kualitas hidup sangat berpengaruh dalam penelitian
yang dilakukan dan pengetahuan yang dikembangkan pada suatu disiplin.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian keperawatan tidak dapat
dipisahkan dari komponen keperawatan lainnya tetapi saling mempengaruhi sehingga
memungkinkan berkenbangnya ilmu pengetahuan keperawatan. Untuk lebih jelasnya pada
bagian berikut ini akan diuraikan tentang hubungan antara teori, praktik dan riset
keperawatan.
III
HUBUNGAN TEORI, PRAKTIK DAN RISET KEPERAWATAN
Sebagaimana yang telah di jelaskan terdahulu, teori merupakan serangkaian
pernyataan teruji yang menguraikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengendalikan
fenomena tertentu (meleis, 1985; dan Walker & Avant, 1995). Fenomena adalah kejadian
yang ditemui atau diamati dalam praktik keperawatan. Teori mengarah praktik dengan
memberikan pernyataa yang dapat memprediksi dan mengendalikan fenomena yang menjadi
kepedulian perawat dan memberikan landasan dalam pembuatan keputusan.
Sebaliknya, praktik keperawatan sering memberikan suatu penghayatan tentang
fenomena dan mengungkapkan kesenjangan yang terdapat dalam teori. Praktik keperawatan
dapat memberikan ide, pengamatan dan substansi, yang diperlukan ilmuan keperawatan
untuk merumuskan pernyataan hubungan (relational statement) yang memungkinkan
berkembangnya suatu teori baru atau memvaliditasi dari bangunan teori yang sudah ada.
Komponen riset dalam hubungannya dengan teori dan praktik berperan memvaliditasi
kemampuan teori untuk menguraikan, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan
fenomena. Melalui riset perawat dapat menetapkan apakah suatu teori mampu untuk
melakukan suatu kegiatan tersebut sehingga bermanfaat dalam membuat keputusan.
Hubungan ini bersifat timbal balik, karena riset tidak hannya mempengaruhi pengembangan
teori, tetapi teori juga mempengaruhi desain riset dengan menentukan variable yang perlu
diteliti tentang masalah tertentu. Selanjutnya, temuan riset yang dihasilkan dikembalikan
pada tatanan praktik untuk diintegrasikan dalam prkatik keperawatan, Dapat disimpulkan
bahwa hubungan teori praktik-riset yang telah dijelaskan tersebut bersifat timbal balik dan
saling
mempengaruhi (lihat
gambar 3-1). Untuk lebih jelasnya perliu secara ringkas diuraikan tentang karakteristik dan
prioritas riset keperawatan yang di bahas pada bagian IV.
IV
KARAKTERISTIK DAN PRIORITAS RISET KEPERAWATAN
Krakteristik riset keperawatan menurut Diers dalam Graven & Hirnle (1996), adalah :
1. Riset keperawatan harus berfokus pada variable yang dapat meningkatkan asuhan
keperawatan pada klien.
Menurut Garven & Hirnle (1996) prioritas riset keperawatan adalah sebagai berikut :
tas.
3. Meminimalkan dampak negatif dari teknologi kesehatan yang baru terhadap
kemampuan adaptip individu dan keluarga yang sedang mengalami masalah
kesehatan akut dan kronik.
V
METODE RISET KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Metode ilmiah dalam penelitian atau riset keperawatan terdiri dari metode riset
kuantitatif dan kualitatif. Pada awalnya dalam dunia keperawatan hanya dikenal metode riset
kuantitatif yang bersifat formal, objektif, proses sistematik dengan menggunakan data
numerik. Metode riset kuantitatif ini, menurut Burns & Grove (1993) digunakan untuk
menguraikan variable, memeriksa hubungan antara variable dan menentukan interaksi sebab
dan akibat antara variabel. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa riset kuantitatif melibatkan
pengumpulan informasi numerik yang sistematik, biasanya dalam kondisi terkendali dan
analisa informasi atau data menggunakan prosedur statistik.
Sedangkan riset kualitatif melibatkan pengumpulan dan analisis data dalam
pengumpulan naratif bersifat subjektif menggunakan posedur dengan pengendalian yang
ketat. Jika riset kualitatif lebih sering menggunakan pendekatan deduktif, logik, dan ciri
pengalaman manusia yang dapat diukur, maka riset kualitatif cenderung menggunakan aspek
pengalaman manusia yang dinamik dengan pendekatan yang holistik (Polit & Hungler,
1995). Perbandingan kedua metode riset kuantitatif dab kualitatif di sajikan pa da tabel 5-1.
Tabel 5-1. Peerbandingan antara riset kuantitatif dengan riset kualitatif
Aspek Riset Kuantitatif Riset Kualitatif
Fokus Fokus pada sejumlah kecil Mencoba untuk lebih memahami
dari konsep yang spesfik. secara menyeluruh suatu fenomena
Ringkas dan sempit daripada memfokuskan pada konsep
spesifik komplek dan luas.
Konsep awal Mulai dengan ide awal Mempunyai sedikit ide awal; lebih
tentang bagaimana suatu menekankan pada pentingnya
konsep saling terikat. penafsiran orang lain tentang suatu
kejadian atau lingkungan sekitar
daripada penafsiran peneliti.
Metode Menggunakan prosedur Mengumpulkan informasi tanpa
terstruktur dan instrumen instrumen terstruktur dan formal.
formal untuk mengumpulkan
data.
Objek versus Menekankan pada Menekankan pada data subjektif
subjektif objektifitas dalam sebagai cara untuk memahami dan
pengumpulan dan analisis menafsirkan pengalaman manusia.
informasi.
Analisis Menganalisis informasi Menganalisi informasi naratif
numerik dengan prosedur berdasarkan keterampilan individual
statik. peneliti.
Elemen dasar: angka Elemen dasar : Kata
Penalaran(Reasoning Mengunakan logistik dan Menggunakan dealitik dan induktif
) dedukatif
Dasar pengetahuan Meneliti hubungan sebab- Meneliti pengertian/pemahaman dan
akibat. discovery.
Manfaat utama Terutama untuk uji teori. Terutama untuk mengembangkan
teori.
IV
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RISET
Proses riset kegiatan dilakukan berdasarkan metodologi riset ilniah dengan muatan
substansi ilmu pengetahuan keperawatan, yang terdiri atas tahapan (1) merumuskan masalah
dan maksud riset; (2) tinjauan kepustakaan; (3) menyusun kerangka kerja teori/konsep; (4)
merumuskan tujuan, pernyataan, dan hipotesa ; (5) menguraikan defenisi variabel riset; (6)
membuat asumsi secara eksplisit; (7)mengindentifikasi keterbatasan riset; (8) memilih desain
riset; (9) mengindentifikasikan popilasi dan sampel; (10) memilih metoda pengukuran dan
menyiapkan instrumen; (11) menyusun rencana pengumpulan dan analisis data; (12)
implementasi rencana riset; (13) mengkomunikasikan temuan riset.
Merumuskan masalah dan maksud riset . Masalah riset adalah situasi yang
membutuhkan penyelesaian masalah, peningkatan atau perubahan dan perbedaan yang
terdapat antara keadaan yang sebenarnya dengan yang seharusnya. Maksud riset diterapkan
didalam masalah
Tinjauan kepustakaan. Tinjauaan kepustakaan dilakukan untukmendapatkan
gambaran tentang apa yang diketahui mengenai situasi tertentu dan kesenjangan pengetahuan
yang terdapat dalam situasi tersebut.
Menyusun kerangka kerja teori/konsep. Kerangka kerja teori/konsep adalah struktur
logik dan abstrak yang bermakna dalam menuntun pengembangan studi dan memungkinkan
peneliti untuk mengkaitkan temuan dengan tubuh pengetahuan keperawatan.
Merumuskan tujuan, pertanyaan, dan hipotesa. Tujuan, pertanyaan dan hipotesa riset
dirumuskan untuk menjembatani kesenjangan antara masalh riset yang dinyatakan secara
abstrak dengan maksud dan deseain studi, rencana pengumpulan data serta analisis masalah.
Menguraikan definisi variabel riset. Variabel adalah konsep dari berbagai tingkat
keabstrakan yang diukur, dimanipulasi, atau dikendalikan dalam studi. Variabel
dioperasionalkan dengan mengindentifikasi defenisi konsepsual dan operasional.
Membuat asumsi secara eksplisit. Asumsi adalah pernyataan yang dianggap benar,
walaupun pernyataan ini belum diuji secara ilmiah. Asumsi mempengaruhi logik suatu studi.
Mengindentifikasi keterbatasan riset. Keterbatasan studi baik yang bersifat teoritis
maupun metodologis dapat mengurangi kemampuan untuk menyimpulkan suatu temuan.
Memilih desain riset. Jenis desain riset mengarahkan pemilihan populasi, prosedur
pemilihan sampel, metode pengukuran dan rencana pengumpulan dan analisis data.
Mengindentifikasikan populasi dan sampel. Populasi adalah semua elemen yang
memenuhi kriteria tertentu. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk
studi tertentu dan anggota sampel disebut subjek.
Memilih metode pengukuran dan menyiapkan instrumen. Pengukuran adalah proses
pemberian angka kepada objek, kejadian atau situasi sesuai peraturan/petunjuk. Komponen
pengukuran berupa instrumen yang dipilih atau disusun untuk mengkaji variabel tertentu
dalam studi.
Menyusun rencana pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data yaitu kegiatan
sistematik untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan maksud riset atau tujuan
spesifik, pertanyaan atau hipotesa studi. Perencanaan analisis masalah juga mencangkup
pemilihan uji statik yang sesuai untuk menganalisis data.
Implementasi rencana riset. Pada riset tertentu implementasi rencana termasuk uji
coba instrumen.
Mengkomunikasikan teman riset. Riset dikomunikasikan dengan mendisemisikan
laporan riset pada antara lain, masyarakat keperawatan, profesi kesehatan lain atau bahkan
jasa pelayanan kesehatan.
VII
MERUMUSKAN MASALAH DAN MAKSUD PENELITIAN
Merumuskan masalah dan maksud penelitian merupakan langkah awal dalam proses
penelitian. Seringkali penelitian mengalami masalah untuk mengindentifikasikan suatu
masalah. Penelitian tidak mungkin dilakukan tanpa merumuskan masalah terlebih dahulu,
oleh karena itu peneliti perlu memahami dan menyatakan dengan jelas dan tepat dengan
menggunakan istilah yang sesuai ketika merumuskan masalah dalam proposal penelitian
disusunnya.
Menurut Burns dan Grove (1996), masalah penelitian adalah suatu situasi yang
membutuhkan solusi, penigkatan dan perubahan atau kesenjangan antara kenyataan dan
seharusnya. Slanjutnya subakir (1995) menyatakan bahwa setiap kejadian, setiap fenomena
yang membangkitkan perhatian, menimbulkan pernyataan yang saat ini belum ada
jawabannya, atau masih bisa dipertentangkan, dapat merupakan latar belakang masalah
penelitian.
Sumber utama penelitian keperawatan menurut Burns dan Grove (1996), meliputi
masalah praktik keperawatan, peneliti dan interaksi sejawat, tinjauan literatur, teori .
4. Wiedenbach pada tahun 1963 menjelaskan proses keperawatan sebagai alat untuk
memecahkan masalah klien, keluarga. Perawatan dilakukan melalui tiga tahap
diantaranya tahap observasi, tahap bantuan pertolongan dan tahap validasi.
5. Yura H. Dan Walsh pada tahun 1983 denjelaskan dalam melakukan proses
keperawatan harus melalui empat tahap yaitu tahap pengkajian, tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pendapat ini sama disampaikan pada tahun
1967 dari para ahli di fakultas keperawatan universitas katolik di Amerika.
9. Pada tahun 1982 dari National Council of State Boards of Nursing mengemikakan
bahwa proses keperawatan dibagi menjdi lima tahap di antaranya tahap pengkajian,
tahap analisis (diagnosis), tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap
evaluasi.
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Tidakbanyak literature yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di
Indonesia. Seperti hal perkembangan keperawatan didunia pada umumnya , perkembangan
di Indonesia juga dipengaruhi kondisi sosial dan ekonomi yaitu penjajahan pemerintah
colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia
merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia, pada hakekatnya di bedakan atas masa
sebelum kemerdekaan dan masa sestelah kemerdekaan yang dibagi atas orde lama dan era
orde baru.
Pada masa pemerintahan colonial belanda perawat berasal dari penduduk pribumi
yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka
bekerja pada rumah sakit Binnen Hospitaldi Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara belanda. Usaha pemerintah kolonial belanda di bidang
kesehatan pada masa ini antara lain: membentuk Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa
Belanda di sebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atau Burgerlijke
Gezondherds dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah
sakit di Jakarta, Semarang dan Surabaya, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi
keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.
Berbeda dengan ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggis Raffles(1812-1816)
sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya Kesehatan adalah
milik manusia ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk
pribumi. Antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien
dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintah kolonial kembali ketangan belanda, usaha-usaha peningkatan
kesehatan penduduk mengalmi kemajuan. Di Jakarta, tahun 1819 didirikan beberapa rumah
sakit.Salah satu diantaranya adalah rumah sakit Stadsverband berlokasi di Glodok Jakarta
Barat. Pada tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Saelmba dan sekarang bernama
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM).Saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat
rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula
beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending protestan.Misalnya; RS
Persatuan gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat,
RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya
rumah sakit di atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1960 menyelenggarakan
pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalah tentara sekutu dan kedatangan jepang (1942-1945) menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berakibat buruk pada
perkembangan keperawatan di Inggris sehingga di sebut jaman kegelapan dunia keperawatan
di Inggris,maka penjajahan jepang meruapakan zaman kegelapan dunia keperawatan di
Indonesia. Pekerjaan perawat yang pada masa Belanda dan Inggris sudah di kerjakan oleh
perawat yang telah di didik, maka pada masa jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka
yang tidak dididik, untuk menjadi perawat. Demikian pula pimpinan rumah sakit yang
sebelumnya orang-orang Belanda kemudian diambil alih oleh orang-orang Jepang. Obat-
obatan sangat kurang sehingga wabah penyakit timbul dimana-mana. Demikian bahan-bahan
balutan sangat kurang sehingga daun pisang dan pelepah pisang di ganakan sebagai bahan
balutan.
Pembangunan dibidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai
pengobatan mulai dibangun . Pada tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan. Yaitu
sekolah Guru perawatdan Sekolah perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan
Profesional Mulai didirikan pada tahun 1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan
milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat Profesional pemula.
Hampir bersamaan dengan ini didirikan Akper milik Depkes di Ujung Pandang , Bandung
dan Palembang.Jumlah Akper terus bertambah dn saat ini(Desember 1996), telah berjumlah
227 buah.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan
momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas
Ilmnu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan Indonesia antara
lain, Achir Yani S,Hamid,DN.Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim,MN,Phd., Tien
Gartinah,MN, dan Dewi Irawaty, MA., di bantu beberapa pakar keperawatan dari badan
kesehatan Dunia (WHO). Tujuan pendirianya adalah menghasilkan sarjana keperawatan
sebagai perawat professional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat
bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof.Dr.Asri Rasyat,
Dekan fakultas kedokteran Universitas Indonesia, tempat di selenggarakannya PSIK pertama
di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama,1988. Secara konseptual
pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan
sebagai perawat professional, memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai
pendidik,pelaksana, pengelola peneliti dibidang keperawatan serta menghasilkan tenaga
keperawatan professional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama
iptek dibidang kedokteran.
Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan(PSIK)tidak dapat dipisahkan dari peran
Konsorsium Ilmu kesehatan(CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan tersebut diatas.
Dalam hal ini peran Prof.Dr.Marifin Husein selaku ketua Konsorsium Ilmu kesehatan.
Meskipun beliau berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu pendirian PSIK
sebagai cikal bakal Fakultas Ilmu Keperawatan(FIK-UI) yang merupakan institusi pendidikan
tinggi keperawatan professional pertama di Indonesia, setingkat sarjana.
Saat ini melalui surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI tahun
1995,PSIK-FKUI telah berubah status sebagai fakultas mandiri menjadi fakultas ilmu
keperawatan universitas Indonesia(FIK-UI). Melengkapi Fakultas Ilmu keperawatan – UI,
pada Universitas Padjajaran Bandung sejak beberapa tahun lalu didirikan pula program studi
ilmu keperawatan.
Sampai sekarang (akhir juli 1997), FIK-UI telah memiliki 46 orang dosen yang terdiri
atas S1 sebanyak 30 orang, S2 sebanyak 14 orang dan S3 sebanyak 2 orang. Dan sampai saat
ini meluluskan 460 orang sarjana keperawatan. Dalam rangka pengembangan staf edukatif,
FIK-UI sedang mengirimkan beberapa staf dosen untuk mengikuti pendidikan program
doctoral didalam maupun diluar negri dan beberapa dosen mengikuti pendidikan program
magister bidang keperawatan pada Universitas terkenal diluar negeri seperti pada Royal
Melbourne Institute of Technology untuk program Critical Care Nursing dan pada The
Flinders University of South Australia untuk program Master of Nursing. (Sumber Bagian
Akademik FIK-UI,Juli 1997).
Menurut Dra. Junaiti Sahar, Skp, M.App.Sc., Pembantu dekan II FIK-UI, dalam
waktu dekat ini akan didirikan enam PSIK baru yaitu pada Universitas Airlangga, Universitas
Diponegoro,Universitas Gajah Mada,Univesitas Hasanudin,Universitas Andalas dan
Universitas Sumatera utara. Dngan demikian di Indonesia sampai tahun 2000, diperkirakan
terdapat delapan pendidikan tinggi keperawatan setingkat sarjana. Pada tahun 1998, di FIK-
UI akan di buka program Magister Keperawatan dan keperawatan dasar (hasil wawancara
pertelepon,29 Juli 1997).